DISUSUN OLEH :
NIM : A1C316024
DOSEN PENGAMPU
UNIVERSITAS JAMBI
2017
DAFTAR ISI
1|Page
TEOREMA THEVENIN DAN NORTON
I. Tujuan :
a. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
karakteristik teorema Thevenin dan Norton pada rangkaian arus searah dengan
benar.
b. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mencontohkan fungsi teorema
Thevenin dan teorema Norton dengan benar.
c. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengukur Vth, Rth, IN,
RN, arus dan tegangan pada rangkaian Thevenin dan Norton dengan benar.
𝑉𝑠
We will find equivalent current by thevenin’s theorem here, I= 𝑟1+𝑟3
2|Page
𝑟1 𝑥 𝑟3
Thevenin’s resistance or equivalence resistance is given by RTH = 𝑟1+𝑟3
3|Page
hubung singkat. Oleh sebab itu , arus Norton-nya juga disebut arus hubung-singkat.
penggunaan teorema Norton sangat menyederhanakan perhitungan-perhitungan dalam
banyak hal dimana jaringannya dihubungkan dengan jaringan eksternal yang terus berubah
( Gussow,2005:54 ).
Kegunaan rangkaian ekuivalen Thevenin dan Norton akan jelas ketika sebuah
jaringan aktif akan diteliti terhadap sejumlah kondisi beban, yang masing-masingnya
diwakili oleh sebuah resistor. Hal ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini, dimana tampak
bahwa resistor-resistornya dapat disambungkan satu per satu, arus dan daya yang muncul
dapat langsung diperoleh. Bila hal ini dicobakan pada rangkaian aslinya dengan
menggunakan, sebagai contoh , reduksi jaringan, tugasnya akan lebih sulit dan memakan
banyak waktu.
4|Page
4.1.4 Langkah-langkah untuk mencari tegangan VTH untuk rangkaian
pengganti thevenin adalah
● Lepaslah resistansi bebas ( RL ).
● Ukur tegangan open circuit terminal, maka akan dapat nilai VTH.
● Dicatat nilai VTH pada table kerja 1.1.
5|Page
● Dipasang sumber tegangan pada c-d , ukur arus (IN ) hubung singkat
pada a-b dengan memasang amperemeter pada terminal a-b secara
langsung ( perhatikan mode amperemeter DC).
Seperti terlihat pada gambar di bawah ini
4.2.3 Mencari RN
● Dimatikan sumber tegangan dengan melepas sumber tegangan dan
digantikan dengan tahanan dalamnya, caranya dengan menghubungkan
singkat antara terminal a-b seperti pada gambar di bawah ini
● Nilai RN = RTH
● Dicatat nilai RN pada table kerja 1.2
V. Data Hasil
Teorema Thevenin
Rangkaian Asli VTH RTH Arus (I) Tegangan (V)
V = 8,9 V
R1 = 33. 102 Ω Tidak
R2 = 33. 102 Ω 4,37 V 1,013 Ω ditemukan 8,72 V
R3 = 15. 102 Ω
VI. Pembahasan
6|Page
Pada praktikum ini, kami melakukan percobaan mengenai teorema Thevenin dan
Norton. Teorema Thevenin adalah salah satu teorema yang berguna untuk analisis sirkuit
listrik. Teorema thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu,
kecuali beban, dapat diganti dengan sirkuit ekuivalen yang hanya mengandung sumber
tegangan listrik independen dengan sebuah resistor yang terhubung secara seri,
sedemikian hingga hubungan antara arus listrik dan tegangan pada beban tidak berubah.
Sedangkan teorema Norton adalah salah satu teorema yang berguna untuk analisis sirkuit
listrik. Teorema Norton menunjkkan bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu, kecuali
beban, dapat diganti dengan sirkuit ekuivalen yang hanya mengandung sumber arus
listrik independen dengan sebuah resistor yang terhubnug secara paralel, sedemikian
sehingga hubungan antara arus listrik dan tegangan pada beban tidak berubah.
Pada percobaan ini, kami hanya melakukan percobaan mengenai teorema Thevenin
saja. Kami melakukan pengukuran tegangan Thevenin (VTH ), hambatan Thevenin (RTH )
dan menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan (V) dan kuat arus (I) output
rangkaian elektronik dengan menggunakan teorema Thevenin.
Pada percobaan ini hal yang pertama kali kami lakukan adalah mengambil resistor
dan menghitung nilai masing-masing resistor. Ada 5 resistor yang kami hitung nilainya
yaitu 2 resistor bernilai 3300 Ω , 2 resistor bernilai 1500Ω dan 1 resistor bernilai 120Ω,
dengan tegangan input (Vimput) sebesar 8,9 V. selanjutnya kami melakukan perangkaian
alat. Kami merangkai alat di atas Breadboard, dengan menggunakan 2 resistor bernilai
sama ( R1 dan R2), dan 1 resistor bernilai beda (R3).
Pada kegiatan pertama, pengukuran tegangan Thevenin, yang terukur tidak jauh
dengan VTH teori. Di dapat hasil VTH teori sebesar 4,5 V dan VTH praktek sebesar 4,37 V.
Selanjutnya mengukur hambatan Thevenin (RTH), dengan hasil teori sebesar 1031,9 Ω,
dan hasil praktek sebesar 1031Ω. Nilai VTH dan RTH yang terukur hampir sesuai dengan
hasil analisis perhitungan, sehingga percobaan ini dikatakan berhasil.
Adapun pada kegiatan kedua yaitu mencari hubungan antara hambatan beban dengan
arus (I), disini kami menggunakan 1 resistor lagi sebagai RL (resistansi beban) dengan
nilai resistor 120 Ω. Pertama kami mencari arus. Saat mencari arus kami tidak
menemukan nilai , terbaca di multimeter digital nilai yang keluar senilai -0,00 sehingga
bisa dikatakan pada saat pengukuran arus hasilnya tidak dapat ditemukan. Hal ini bisa
terjadi karena kurangnya ketelitian praktikkan saat melakukan percobaan. Secara teori,
7|Page
didapatkan arus (I) sebesar 0,0039 A, dan secara praktek nilai IL tidak ditemukan
,sehingga percobaan ini dikatakan kurang berhasil.
Selanjutnya kami mengukur nilai tegangan (V). rangkaiannya masih sama seperti
rangkaian arus (I), RL ( Resistansi Beban) masih digunakan. Secara teori didapatkan nilai
tegangan (V) sebesar 4,49 V dan secara praktek nilai tegangan (V) sebesar 8,72 V.
Terdapat perbedaan cukup jauh antara nilai tegangan (V) secara teori dan nilai tegangan
(V) secara praktek, sehingga percobaan ini bisa dikatakan kurang berhasil. Terdapatnya
perbedaan ini bisa dikarenakan kurangnya ketelitian praktikkan saat melakukan
percobaan, atau terdapatnya kesalahan saat merangkai alat.
Rangkaian setara Norton dibuat dengan cara memasang resistor atau hambatan
secara parallel dengan arus hubung singkat, dengan sebuah sumber arus konstan.
Besaran-besaran yang muncul pada rangkaian ini yaitu hambatan Norton dan arus
Norton. Jika kedua ujung-keluaran rangkaian Norton dihubungkan singkat, seluruh arus
IN (arus Norton) akan mengalir melalui keluaran. Arus ini sama dengan arus yang
mengalir bila kedua ujung rangkaian Thevenin dihubungkan singkat. Pada percobaan ini,
hubungan tidak dapat dibuktikan karena rangkaian yang digunakan berbeda. Hubungan
ini dibuktikan jika susunan rangkaiannya sama.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Teorema Thevenin adalah salah satu teorema yang berguna untuk analisis sirkuit listrik.
Teorema thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu, kecuali beban,
dapat diganti dengan sirkuit ekuivalen yang hanya mengandung sumber tegangan listrik
independen dengan sebuah resistor yang terhubung secara seri, sedemikian hingga hubungan
antara arus listrik dan tegangan pada beban tidak berubah. Sedangkan teorema Norton
adalah salah satu teorema yang berguna untuk analisis sirkuit listrik. Teorema Norton
menunjkkan bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu, kecuali beban, dapat diganti dengan
sirkuit ekuivalen yang hanya mengandung sumber arus listrik independen dengan sebuah
resistor yang terhubnug secara paralel, sedemikian sehingga hubungan antara arus listrik dan
tegangan pada beban tidak berubah.
8|Page
2. Teorema Thevenin berfungsi untuk menyederhanakan sebagian besar dari sirkuit dengan
sirkuit ekuivalen yang sederhana. Sedangkan Teorema Norton adalah dapat digunakan untuk
menyederhanakan suatu rangkaian linear yang rumit menjadi rangkaian yang telah
sederhana.
3. Dengan teorema Thevenin dan Norton kita dapat menghitung nilai :
𝑅2
a. 𝑉𝑡ℎ = 𝑅1+𝑅2 𝑥 𝑣
𝑅1𝑥𝑅3
b. 𝑅𝑡ℎ = 𝑅1+𝑅3 + 𝑅2
𝑉𝐿 (𝑅𝑁+𝑅𝐿)
c. 𝐼𝑁 = 𝑅𝑁𝑥𝑅𝐿
d. 𝑅𝑁 = 𝑅𝑡ℎ
𝑉𝑡ℎ
e. I = 𝑅𝑡ℎ+𝑅𝐿
f. V= 𝐼𝑋𝑅
9|Page
VIII. Daftar Pustaka
Cooper, William David. 1994. Instrumen Elektronik dan Teknik Pengukuran. Jakarta
: Erlangga.
10 | P a g e
FILTER PASIF
I. Tujuan :
a. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengidentifikasi pengertian High Pass
Filter dan Low Pass Filter dengan benar.
b. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat menjabarkan cara kerja High Pass Filter
dan Low Pass Filter dengan benar.
c. Setelah melakukan praktikum, praktikkan dapat mengukur R, C, Vin VPP, Frekuensi,
Vout,dan G(w) pada rangkaian High Pass Filter dan Low Pass Filter dengan benar.
11 | P a g e
The proposed design was implemented and analyzed at the centre frequency
fc=1.5GHz (same for HPF and BPF), and passband frequencies of f1=1GHz, f2=2 GHz (for
BPF). It has been found that measured results are in good agreement with the simulated
value. In the case of the HPF the cut off point has been shifted to a higher frequency and
sideband fluctuation was removed. In the case of the BPF with DGS the reduction in
passband as compared to a filter implemented without using DGS was also achieved. So for
the application where shifting of cut off, reduced level of fluctuation of response (in case of
HPF) and reduction in passband (in case of BPF) is needed , then use of DGS for designing
filter should be proposed ( Thakur dan P.K.Singhal,2014:5 ).
Menurut Asnil (2012:5), berdasarkan hasil penelitian, di desain sebuah low pass
filter yang terdiri dari komponen resistor dan kapasitor. Filter ini diharapkan dapat
melewatkan frekuensi yang berada di bawah frekuensi cut-off dan memotong atau
mengurangi amplitudo di atas frekuensi cut-off, dimana frekuensi cut-off adalah 150 Hz,
setelah menentukan frekuensi cut-off, maka ditentukan pula nilai kapasitor yang akan
digunakan, hal ini dilakukan karena nilai kapasitor yang tersedia di pasaran sangat terbatas.
12 | P a g e
4.1.4 Gunakan multimeter untuk mengukur besar resistansi resistor. Jangan tempelkan
anggota tubuh pada probe multimeter atau resistor karena hal ini dapat
menimbulkan bias pembacaan.
4.1.5 Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini pada breadboard.
4.1.6 Pastikan jumper serta kabel telah dalam posisi yang baik dan benar. Pastikan
dengan benar tidak terjadi shorting!
4.1.7 Atur input pada signal generator sebesar 500 m vpp dengan menggunakan sinyal
masukan sinusoidal dengan frekuensi rendah.
4.1.8 Matikan signal generator kemudian menghubungkan signal generator ke
rangkaian di posisi input.
4.1.9 Hubungkan rangkaian ke osiloskop menggunakan dual channel. Channel 1
osiloskop dihubungkan ke input rangkaian dan Channel 2 osiloskop dihubungkan
ke output rangkaian.
4.1.10 Nyalakan osiloskop lalu tunggu kurang lebih 2 menit. Kemudian signal generator
dapat dihidupkan.
4.1.11 Ukur tegangan output menggunakan multimeter.
4.1.12 Ubah frekuensi pada signal generator dengan menaikkan frekuensi pada signal
generator.
4.1.13 Pada setiap perubahan frekuensi signal, tampilan pada osiloskop di foto serta
tegangan output dicatat !
4.1.14 Catat hasil percobaan pada table kerja 2.1 !
13 | P a g e
Pastikan besar resistivitas resistor dan besar kapasitansi dicatat!. Catat hasil
percobaan pada table kerja 2.2 !
V. Data Hasil
● Low Pass Filter
1.700.000 0 0 -∞
100,3 0 0 -∞
14 | P a g e
VI. Pembahasan
Pada praktikum kedua ini kami melakukan percobaan tentang “ Filter Pasif ( Low
Pass dan High Pass)”. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengertian Low Pass
Filter dan High Pass Filter, menjabarkan cara kerja High Pass Filter dan Low Pass Filter,
dan juga untuk mengukur R, C, Vin, Vpp, frekuensi, Vout dan G(ω) pada rangkaian High
Pass Filter dan Low Pass Filter. Alat dan komponen yang digunakan pada percobaan ini
Yaitu Signal Generator, Osiloskop, Resistor, Kapasitor, Breadboard dan Set Jumper.
Percobaan pertama adalah mengenai tapis lolos rendah ( Low Pass Filter ). Pada
percobaan ini digunakan hambatan sebesar 100 Ω, dan kapasitor (0,1 μF ). Diketahui nilai
Vin sebesar 5 V.
Untuk mencari atau menetukan frekuensi, digunakan frekuensi yang bervariasi
antara 10 Hz – 10 KHz. Frekuensi keluaran signal generator yang yang dipakai pada
percobaan ini antara lain : 9,57 Hz, 100,3 Hz, 1043 Hz, 9,500 Hz, 108700 Hz dan 1.700.000
Hz.
Setelah dilakukan perhitungan diperolah nilai untuk frekuensi 9,57 sebesar 2,5 Volt,
untuk frekuensi 100,3 Hz skala yang terbaca diperoleh 2,5 Volt, 1043 Hz sebesar 1,43 Volt,
9,500 Hz sebesar 1,43 Volt, 108700 Hz sebesar 0,8 Volt dan 1.700.000 Hz sebesar 0 volt.
Dengan membagi nilai Vout dan Vin didapatkan nilai G(ω) secara berturut turut yaitu 0 ω, 0
15 | P a g e
Pada percobaan kedua ini dianggap kurang berhasil , karena pada rangkaian dari
HPF atau High Pass Filter ini seharusnya frekuensi naik dan Voutnya juga naik, tetapi pada
percobaan didapatkan nilai frekuensi dan Voutnya yang tidak stabil atau naik turun,
sehingga percobaan kedua ini bisa dikatakan kurang berhasil.
Berdasarkan data hasil yang didapatkan diketahui grafik G(w) terhadap frekuensi
sebagai berikut :
● Grafik Low Pass Filter
Untuk gambar gelombang pada osiloskop pada tapis lolos rendah atau Low Pass
Filter semakin tinggi frekuensi nya maka semakin rapat dan mengecil luas dirinya. Dan
untuk High Pass Filter semakin tinggi frekuensinya maka semakin besar pula
gelombangnya.
16 | P a g e
VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. ● Low Pass Filter ( LPF) merupakan filter yang digunakan untuk meloloskan sinyal listrik
dengan frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut-offnya dan akan melemahkan sinyal
yang lebih tinggi dari frekuensi cut-offnya.
● High Pass Filter ( HPF) merupakan filter yang digunakan untuk meloloskan frekuensi
yang lebih tinggi dari frekuensi cut-offnya dan akan memberi redaman besar pada frekuensi
yang berada di bawah frekuensi cut-offnya.
2. Pada Low Pass Filter yang ideal, sinyal dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off tidak akan
di lewatkan sama sekali (V0 = 0 Volt).
𝑉𝑃
Vin = √2
Vpp = Vp x 2
1
𝑓𝑐 = 2𝜋𝑅𝐶
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐺(𝜔) = 𝑉𝑖𝑛
Atau
𝜔𝑝
𝐺(𝜔) = 𝑗𝜔+𝜔𝑝
17 | P a g e
VIII. Daftar Pustaka
Edminister, Joseph A.2004. Teori dan Soal-Soal Rangkaian Listrik Edisi Keempat.
Jakarta:Erlangga.
Muralikrishnan, Bala dan Jay Raja. 2008. Comptutational Surface and Roundness
Metrology. USA: Springer.
Thakur, Singh Govind dan P.K. Singhal. 2014. International Journal of Scientific
and Research publication: Performance Analysis of High Pass Filter and Band Pass
Filter Using DGS. 4(3). 1-5.
18 | P a g e
RANGKAIAN SERI RLC DAN RESONANSI
I. Tujuan :
19 | P a g e