Anda di halaman 1dari 4

Nama : Asri Asih Hamiidah

NIM : 20180210026

Pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) bisa dikatakan sistem


pertanian harus mampu mempertahankan produktivitas, dilihat dari segi ekologi,
sosial, dan tekanan ekonomi, serta sumberdaya terbarukan (Sutanta, 1995). Tujuan dari
sistem pertanian ini adalah keberhasilan mengelola sumberdaya lokal untuk pertanian
dalam memenuhi perubahan kebutuhan manusia, menjaga dan mempertahankan
kualitas lingkungan serta sumber daya alam, kemampuan untuk tetap produktif
terhadap sumber daya alam. Sistem pertanian ini selalu berhubungan dengan tanah, air,
manusia, hewan atau ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan agar tetap alami.

Sistem ini muncul kerana rusaknya lingkungan yang digunakan sebagai bagian
dari pertanian. Rusaknya lingkungan ini berdampak kepada kualitas hidup yang
menurun dengan hilangnya keanekaragaman hayati dan berkurangnya atau tidak
tersedianya makanan untuk mencukupi kebutuhan makhluk hidup terutama pada
bidang pertanian. Faktor utama hal ini ialah tingginya penggunaan external input yang
menyebabkan polusi lingkungan (tanah, air maupun udara). Untuk mengatasi hal ini
muncul pemikiran akan mengurangi dampak tersebut, yakni dengan pertanian
berkelanjutan (Sustainable Agriculture).

Salah satu cara untuk menerapkan sistem pertanian berkelanjutan ialah GAP
(Good Agriculture Practices) yang menerapkan cara budidaya tumbuhan atau ternak
yang baik agar menghasilkan pangan bermutu, aman, dan layak dikonsumsi. Adapun
pedoman/standar pekerjaan ini dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang
dihasilkan memenuhi standar internasional. GAP adalah praktek pertanian yang
bertujuan untuk:

1. Memperbaiki kualitas hasil berdasar pada standar spesifik


2. Menjamin penghasilan yang tinggi
3. Menjamin teknik produksi yang sehat
4. Maksimasi efisiensi dalam penggunaan sumberdaya alam
5. Mendorong pertanian berkelanjutan
6. Minimasi resiko pada lingkungan

Dalam menjalankan GAP ini dapat dilakukan dengan berbagi konsep sistem
pertanian keberlanjutan, salah satunya adalah LEISA (Low External Input Sustainable
Agriculture). LEISA merupakan teknologi yang bisa memanfaatkan sumber daya lokal
secara efisien. Petani yang kini menerapkan HEIA, bisa saja mengurangi pencemaran
serta meningkatkan efisiensi input luar dengan beralih kepada beberapa teknik LEISA.
Sistem ini masih memanfaatkan EI tetapi hanya mensuport agar produksi tidak turun
drastis akibat peralihan dari penerapan HEIA ke LEISA, namun hanya saja eksternal
input yang digunakan rendah atau mengurangi agar bisa beradaptasi.

Dalam sistem pertanian LEISA ini, ada beberapa prinsip yang bisa diterapkan,
yaitu :

1. Menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman dengan


pengelolaan bahan organik dan peningkatan kehidupan dalam tanah
2. Mengoptimalisasi ketersediaan unsur hara dan menyeimbangi arus unsur hara
melalui pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, daur ulang dan
pemanfaatan pupuk buatan
3. Meminimalisasi kerugian akibat iklim mikro, air dan pengendalian erosi
4. Meminimalisasi kerugian akibat organisme pengganggu tanaman dengan cara
yang aman
5. Saling melengkapi dan bersinergi dalam penggunaan sumber daya genetic

LEISA tidak bisa dipastikan sebagai solusi mutlak terhadap masalah-masalah


pertanian dan lingkungan yang secara tiba-tiba, tetapi LEISA bisa memberikan support
dan kontribusi yang penting untuk memecahkan beberapa permasalahan tersebut
karena sistem ini merupakan suatu pendekatan pada pembangunan pertanian yang
ditujukan pada situasi di daerah-daerah pertanian tadah hujan yang terabaikan oleh
pendekatan-pendekatan konvensional.
Penerapan sistem pertanian LEISA untuk budidaya pertanian terutaman
tanaman hortikultura salah satunya ialah sistem pertanian multiple cropping atau
pertanaman ganda. Dalam bentuknya, pertanian ini dibagi menjadi dua, yaitu :
pertanaman tumpangsari (Intercropping) dan pertanaman berurutan (Sequential
Cropping). Selama beberapa tahun yang lalu, para ilmuwan telah menyadari bahwa
paktek ini sangat coock untuk memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah
serta meminimalkan resiko dan melestarikan sumber daya.

Sistem budidaya ganda lebih baik dalam memanfaatkan ruang yang ada bagi
pertumbuhan akar dan tajuk, mendaur ulang air dan unsur hara yang ada dengan lebih
sesuai dan memiliki kapasitas penyangga yang lebih besar terhadap periode ataupun
peristiwa yang merugikan seperti kekeringan, serangan hama, kebutuhan uang tunai
dalam jumlah besar secara mendadak dan sebagainya dibanding sistem budidaya
tanaman tunggal. Dengan kata lain, hal itu bisa memberikan manfaat dan memberikan
perlindungan yang lebih baik pada modal usahatani alami.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di lahan kering
dapat dilakukan melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara
tumpangsari pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta
mengurangi erosi dan meningkatkan kesuburan tanah (Samosir, 1996).
Tumpangsari merupakan salah satu bentuk program meningkatkan pertanian
serta alternatif yang tepat untuk melipatgandakan hasil pertanian pada daerah-daerah
yang kurang produktif. Keuntungannya adalah selain diperoleh panen lebih dari sekali
setahun, juga menjaga kesuburan tanah dengan mengembalikan bahan organik yang
banyak dan penutupan tanah oleh tajuk tanaman. Dalam sistem pertanaman
tumpangsari, untuk memperoleh hasil yang maksimal maka tanaman yang
ditumpangsarikan harus dipilih sedemikian rupa yang mampu memanfaatkan ruang
dan waktu seefisien mungkin serta dapat menurunkan pengaruh persaingan yang
sekecil-kecilnya (Prajitno, 1988). Jenis tanaman yang digunakan dalam tumpangsari
harus memiliki pertumbuhan yang berbeda, bahkan bila memungkinkan dapat saling
melengkapi. Tanaman tumpangsari jagung dapat dilakukan dengan padi gogo, palawija
lain atau sayuran yang dilakukan dengan tujuan ; (1) penganekaragaman penggunaan
makanan, (2) mengurangi resiko kegagalan panen, dan (3) meningkatkan intensitas
tanam.

Daftar pustaka

Prajitno, D. 1988. Pengelolaan Teknologi Produksi Tanaman dalam Memantapkan


Swasembada Pangan, Khususnya di Lahan Marginal. Kertas Kerja disampaikan
pada Diskusi Panel Perhimpunan Agronomi Indonesia. Bogor.

Sutanta R. 1995. Pengembangan Pertanian Berwawasan Lingkungan Dalam


Menyongsong Pertanian Masa Depan. Buletin Tani Lestari No. 6 Tahun III. Hal.
6-25.
Samosir, D.J. 1996. Strategi Pengelolaan Hutan Indonesia. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai