Asuhan Gizi 4 Kasus Hipertensi
Asuhan Gizi 4 Kasus Hipertensi
KASUS IV
PAGT PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN DISLIPIDEMIA DAN
OBESITAS
Dosen Pengampu :
Choirun Nissa. S.Gz, M.Gizi
Fillah Fithra Dieny, S.Gz, M.Si
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Disusun oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
GAMBARAN KASUS
Pola makan Ny. E tiga kali makan utama dan selingan 3-4 kali sehari.
Pasien sehari-hari mengonsumsi sumber karbohidrat dari nasi 3P (300
gr) untuk sarapan, makan siang dan malam dalam sehari. Selain itu,
pasien Ny. E menyukai ubi-ubian seperti ketela dan singkong sebagai
camilan 4-5 seminggu dengan porsi 1 potong (40 gr). Camilan yang
sering dikonsumsi adalah ketela baik direbus maupun dikolak dengan
santan. Selain itu pasien juga makan camilan biskuit 3-4 kali seminggu
dengan porsi 4 keping setiap makan (40 gram). Pasien menyukai lauk
yang digoreng 1-2 kali sehari, lauk hewani yang paling disukai adalah
telur dan ikan yaitu seminggu 3-4 kali sebanyak 1 P (50 gr) setiap sekali
makan sedangkan untuk ayam Ny.E tidak menyukainya. Lauk nabati
yang paling disukai adalah tahu (100 gr) dan tempe (50 gr) dan
dikonsumsi 4-5 kali seminggu. Pasien mengkonsumsi sayur 1-2 kali
dalam sehari sebanyak 1 P (100 gr). Namun, kesukaan pasien adalah
sayur yang bersantan, Ny.E menyatakan bahwa sering memasak
dengan santan bahkan jika memasak menggunakan santan yang
kental. Pasien menyukai sambal kecap, hampir setiap hari Ny.E
membuat sambal kecap untuk pelengkap lauk. Buah yang sering
dikonsumsi adalah jeruk, pir, pepaya, dan pisang sebanyak 2 hari sekali
1P (110 gr).
A. Antropometri[1]
1. Berat Badan Ideal
= (TB – 100) – 10% (TB – 100)
= (152 – 100) – 10% (152 – 100)
= 46.8 kg
2. Berat Badan (Adj)
= (0.25 x (BBA-BBI) + BBI
= (0.25 x 17.2) + 46.8
= 51.1 kg
3. IMT
= BBA/TB2
= 64/2.3104
= 27.7 kg/m2 (Obese I)
B. Kebutuhan Gizi
Sebelum/setelah masuk RS (Harris Benedict)[1,3]
a. BMR = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x Usia)
= 655 + (9,6 x 51,1) + (1,8 x 152) – (4.7 x 67)
= 1104.3 kkal
b. TEE = BMR x F.A (ringan)
= 1104.3 x 1.55
= 1712 kkal
c. TPE = 10% x Energi : 4
= 10% x 1712 : 4
= 42,8 g
d. TFE = 25% x Energi : 9
= 25% x 1712 : 9
= 47,5 g
e. TChE = 65% x Energi : 4
= 65% x 1712 : 4
= 278,2 g
BAB IV
RENCANA DIAGNOSIS
A. Asupan
6.1.1 Asupan lemak berlebihan (P) berkaitan dengan kebiasaan
makan goreng-gorengan dan bersantan (E) ditandai dengan
asupan lemak jenuh 13% dari jumlah kalori, kadar kolesterol
209 mg/dL, kadar trigliserida 180 mg/dL, kadar LDL 182,2
mg/dL dan kadar HDL 37 mg/dL. (S/S)
B. Klinis
2.2 Perubahan nilai lab terkait gizi (P) berkaitan dengan
hipertensi kronis dan pemberian obat anti-hipertensi (E)
ditandai dengan kadar ureum 30,6 mg/dL, kreatinin 2,02
mg/dL dan GFR 27.3% (S/S)
3.3.3 Obesitas I (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan
tentang risiko penyakit lain dari hipertensi (E) ditandai
dengan asupan kalori 136% dari kebutuhan, asupan
karbohidrat 147% dari kebutuhan dan status gizi obese I
(S/S)
C. Perilaku
1.6 Kurangnya kepatuhan terhadap rekomendasi terkait gizi
(P) berkaitan dengan kurangnya aktivitas fisik dan asupan
makanan tinggi natrium masih tinggi (E) ditandai dengan
jarang berolahraga, GDP 180 mg/dL, asupan natrium >2
gram dan kebiasaan mengonsumsi sambel kecap setiap hari
(S/S)
BAB V
RENCANA INTERVENSI
Asesmen
Digunakan skirining MNA karena pasien berusia dewasa lansia..
Didapatkan skor 10 yang ini artinya pasien berisiko untuk malnutrisi dan
diperlukan PAGT.
Pasien adalah seorang lansia berusia 67 tahun yang sejak lama
mengidap hipertensi dan saat ini sedang menjalani terapi medis
hipertensi. Pasien tidak mempunyai masalah dalam makan dan sering
mengonsumsi buah dan memeriksakan kesehatannya.
Dari pengukuran terakhir pasien terlihat mengalami dyslipidemia
karena profil kolesterolnya yang buruk. Saat ini pasien berada pada
status gizi obese I yang penyebabnya dapat diperkirakan dari
asupannya yang tinggi kalori dan lemak jenuh serta aktivitas fisiknya
yang kurang. Dari GDP yang tinggi pasien dikhawatirkan akan terkena
DM melihat status gizinya sekarang dan hipertensi yang dialami.
Sementara, ureum dan kreatinin yang tidak dalam kadar normal
menunjukkan kalau pasien mengalami penurunan fungsi ginjal, dan
berada pada CKD tahap 4 jika ditinjau dari GFR-nya.2,4 Hal ini mungkin
dikarenakan pasien sedang menjalani terapi medis hipertensi yang
membuat ginjalnya berfungsi abnormal secara akut. Pasien juga terlihat
masih mengonsumsi makanan tinggi natrium meski menghindari
daging kambing yang dianggapnya tidak baik untuk dirinya.
Diagnosis
Berdasarkan asesmen yang dilakukan, dapat disimpulkan
permasalahan gizi paling penting untuk diselesaikan saat ini adalah
tentang perilaku pasien terhadap asupan dan pola hidupnya. Diagnosis
akan didirikan berpusat pada risiko penyakit yang mungkin timbul dari
masalah ini dengan mempertimbangkan latar belakang pasien sebagai
penderita hipertensi.
Diagnosis pertama adalah tentang tingginya asupan lemak dari Ny.E
karena kebiasaannya mengonsumsi makanan goreng-gorengan dan
bersantan kental. Diagnosis ini didukung dengan asupan lemak jenuh
13% dari total asupan lemak, kadar kolesterol 209 mg/dL, kadar
trigliserida 180 mg/dL, kadar LDL 182,2 mg/dL dan kadar HDL 37
mg/dL. Hipertensi yang disertai dengan profil lemak yang buruk dapat
berisiko mengalami dyslipidemia sampai atherosclerosis pada tingkat
keparahan tinggi.9 Hal ini juga dapat berlaku sebaliknya dimana asupan
lemak dapat meningkatkan tekanan darah juga.9,10
Selanjutnya, berhubungan dengan hipertensi kronis dan terapi medis
yang diberikan, pasien mengalami perubahan nilai lab mengenai fungsi
ginjalnya yang mungkin dikarenakan pasien sudah lansia sehingga
kinerja ginjalnya sudah berkurang ataupun karena memang berasal
dari hipertensi kronisnya itu sendiri.9,11 Meskipun tekanan darahnya
sudah pada kadar normal, namun diagnosis ini dianggap perlu
dipertimbangkan dalam pemberian intervensi karena adanya
penurunan fungsi ginjal dan pasien masih menjadi penderita hipertensi
kronis. Diagnosis ini didukung dengan kadar ureum 30,6 mg/dL,
kreatinin 2,02 mg/dL dan GFR 27.3%.
Diagnosis ketiga berasal dari masalah obesitas tahap I yang
berhubungan dengan pengetahuan pasien yang kurang terkait penyakit
lain yang dapat timbul dari hipertensi ditandai dengan asupan kalori
136% dari kebutuhan, asupan karbohidrat 147% dari kebutuhan dan
status gizi obese I. Hipertensi yang disertai obesitas berisiko berujung
pada DM.12 Tentunya ini harus dicegah karena saat ini pasien berisiko
mengalaminya, apalagi jika penyebabnya berasal dari kurangnya
pengetahuan pasien.
Yang terakhir diberikan rencana diagnosis kurangnya kepatuhan
terhadap rekomendasi terkait gizi berkaitan dengan kurangnya aktivitas
fisik dan asupan makanan tinggi natrium masih tinggi. Ini terlihat dari
pengakuan pasien jarang berolahraga, GDP 180 mg/dL, asupan
natrium >2 gram dan kebiasaan mengonsumsi sambel kecap setiap
hari yang notabene adalah pengawet yang tinggi natrium.
Rencana Implementasi
Masalah yang dapat dimitigasi dari pertemuan rawat jalan ini adalah
tentang perilaku pasien terhadap asupan dan pola hidupnya. Karena
kita tidak bisa mengontrol makanannya, yang dapat dilakukan adalah
pemberian edukasi dan konseling terkait masalah yang dialami pasien.
Untuk edukasi dengan pembahasan pembatasan protein menjadi
10% kalori, garam 1 sdt/hari (natrium <2 gram) dan air putih sekitar 7
gelas sdg/hari (1788,5 ml) dikarenakan berkurangnya fungsi ginjal
pasien akibat hipertensi kronis dan pemberian terapi medis;
menganjurkan makanan dengan kandungan lemak tak jenuh ganda
untuk mengurangi asupan lemak jenuh dan memperbaiki profil lemak
selama ini; menganjurkan makanan dengan karbohidrat kompleks dan
serat larut air serta menghimbau pasien agar mulai aktif berolahraga 30
menit seharinya untuk harapan mengurangi GDP dan BB pasien ke
taraf normal; dan edukasi kepada pasien tentang penyakit lain yang
berisiko timbul dari hipertensi, terutama dyslipidemia dan diabetes
mellitus agar pasien semakin peduli dengan asupan makannya
dijadwalkan berlangsung selama 30 menit. Tujuan utama edukasi gizi
adalah untuk meningkatkan pengetahuan pasien selain tentang
hipertensi yang selama ini diketahuinya juga penyakit yang berisiko
timbul apabila didampingi hipertensi.
Konseling dititikberatkan pada identifikasi hambatan yang mungkin
menghalangi pasien untuk merubah asupan dan pola hidupnya. Pada
tahap ini juga diberikan contoh menu dan jenis olahraga yang bisa
dilakukan di rumah sesuai keadaan pasien. Koordinasi dengan tenaga
kesehatan pasien yang lain diperlukan untuk menyusun memantau
perubahan nilai lab pasien dan preskripsi obat serta riwayat pasien
yang dapat menunjang PAGT pada pertemuan selanjutnya.
Rencana Monitoring-Evaluasi
MONEV dilakukan sesuai preskripsi dan rencana diet pada bagian
implementasi dan akan di-review pada pertemuan selanjutnya.
BAB VIII
PENUTUP/KESIMPULAN