Anda di halaman 1dari 25

FILSAFAT

(UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2018)

NAMA : LIDYA CRISTINE SILALAHI


NIM : 2183331002
DOSEN PENGAMPU : DR. IRWANDY, M.PD
MATA KULIAH : FILSAFAT

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjaatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa,
sebab telahmemberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya,
sehingga mampu menyelesaikan tugas “CRITICAL BOOK
REVIEW”. Tugas ini di
buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Saya yaitu
“KEPEMIMPINAN”.

Tugas critical book review ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua dapat bertambah.Saya menyadari
bahwa tugas critical book review ini masih jauh dari kesempurnaan

Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, Saya
mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih
terbatas.saya ucapkan terima kasih.

2
3DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisme pentingnya CBR..........................................................................
1.2 Tujuan penulisan CBR.......................................................................................
1.3 Manfaat Buku....................................................................................................
1.4 Identitas Buku...................................................................................................
BAB II RINGKASAN BUKU.......................................................................................
2.1 Ringkasan Isi Buku Utama................................................................................
2.2 Ringkasan Isi Buku Kedua (Pembanding)........................................................
BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS............................................................................
3.1 Pembahasan Isi Buku........................................................................................
3.2 Kelebihan Dan Kekurangan Buku.....................................................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Rekomndasi.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR


Critical Book Riview adalah tugas menulis yang menharuskan kita untuk
meringkas dan mengevaluasi tulisan. Tugas critical review bisa berupa buku, bab,
atau artikel. Dalam menulis critical review kita harus membaca secara seksama dan
juga membaca tulisan lain yang serupa agar kita bisa memberikan tinjauan dan
evaluasi yang lebih komprehensif, obyektif dan faktual.Dengan memperbanyak
mengkritisi suatu buku atau jurnal akan melatih cara berpikir kritis kita terhadap
suatu hal tetapi berdasarkan bukti dan analisis yang mendasar,bukan sekedar
mencari kelemahan buku dan menilainya secara sepihak oleh karena itu diperlukan
pemikiran rasional dan logis dalam membandingkan suatu buku. Adapun dalam
penuntasan tugas Critical Book Review ini mahasiswa dituntut dalam
meringkas,menganalisa dan membandingkan serta memberikan kritik berupa
kelebihan dan kelemahan pada suatu buku berdasarkan fakta yang ada dalam buku
tersebut ,sehingga dengan begitu mahasiswa akan menjadi terbiasa dalam berpikir
logis dan kritis serta tanggap terhadap hal-hal yang baru yang terdapat dalam suatu
buku.
Penugasan Critical Book Review ini juga merupakan bentuk pembiasaan agar
mahasiswa terampil dalam menciptakan ide-ide kreatif dan berpikir secara analitis
sehingga pada saat pembuatan tugas-tugas yang sama mahasiswa pun menjadi
terbiasa serta semakin mahir dalam penyempurnaan tugas tersebut.Pembuatan
tugas Critical Book Review ini juga melatih,menambah,serta menguatkan
pemahaman mahasiswa betapa pentingnya mengkritikalisasi suatu karya
berdasarkan data yang factual sehingga dengan begitu tercipta lah mahasiswa-
mahasiswa yang berkarakter logis serta analisis sehingga dengan bertambahnya era
yang semakin maju yang seperti kita tahu sekarang dijaman MEA(Masyarakat
Ekonomi Asean) dituntut menciptakan masyarakat yang berpikir maju kedepan
dalam hal ini generasi-generasi bangsa yang saat ini sedang mengikuti jenjang

4
pendidikan baik yang rendah sampai yang tinggi menjadi ujung tombak perubahan
yang akan menciptakan bangsa yang maju dan sejahtera.

1.2 Tujuan Penulisan CBR


A. Menambah Wawasan Pembaca Mengenai Kepemimpinan
B. Meningkatkan Motivasi Pembaca Dalam Melahirkan Jiwa Kepemimpinan Dalam
Dirinya
C. Menguatkan Pemahaman Pembaca Mengenai Betapa Pentingnya
Kepemimpinan Itu

1.3.Manfaat Penulisan CBR


A. Bagi Penulis :
1.Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan
2Melatih Kemampuan Penulis Dalam Mengkritisi Suatu Buku.
3.Menumbuhkan Pola Pikir Kreatif Dalam Membandingkan Buku Yang Satu Dengan
Yang Lain.

5
1.4 Identitas Buku
A.Buku Utama (buku satu)
1. Judul : Kepemimpinan (Leadership)
2. Edisi : 2018
3. Pengarang : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
4. Penerbit : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2018
7. ISBN :

C.Buku Pembanding 2
1. Judul buku : Organizations :Sturcture,Processes,And Outcomes
2. Edisi : Edisi kedelapan(VIII)
3. Pengarang : Richard H.Hall
4. Penerbit : Eastern Economy Edition
5. Kota terbit : New Delhi
6. Tahun Terbit : 2002
7. ISBN : 81-203-0272-7

6
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. Buku Utama
1. Pengertian Kepemimpinan
Dalam kenyataannya apa pun bentuk suatu organisasi, pasti
memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu oleh orang lain, untuk
menempati posisi sebagai pimpinan atau pemimpin(leader). Seseorang yang
menduduki posisi pemimpin dalam suatu organisasi melaksanakan tugas
kepemimpinannya. Dengan kata lain, pemimpin adalah orangnya dan
kepemimpinan (leadership) adalah kegiatannya. Sehubungan dengan itu
untuk sementara dari segi organisasi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan atau kecerkasan mendorong sejumlah orang agar bekerja sama
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah tujuan bersama.
 Kepemimpinan dalam Konteks structural
Struktur organisasi adalah kerangka atau susunan unit atau satuan
kerja atau fungsi-fungsi yang dijabarkan dari tugas atau kegiatan pokok
suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya. Kepemimpinan dapat
diartikan sebagai proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan
mengarahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan tanpa keikutsertaan anggota kelompok merumuskannya. Dalam
kepemimpinan seperti itu dikenal sekurang-kurangnya tiga jenjang
pemimpin yang terdiri dari pemimpin tertinggi atau pucuk pimpinan,
pimpinan menengah dan pimpinan tingkat terendah. Kepemimpinan
diartikan sebagi proses pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin
melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan program yang telah
ditetapkan. Kepemimpinan juga berarti usaha mengarahkan, membimbing
dan mempengaruhi orang lain, agar pikiran kegiatannya tidak menyimpang
dari tugas pokok unit atau bidangnya masing-masing.

7
 Kepemimpinan dalam konteks non- structural
Tugas pokok pemimpin dalam konteks non-struktural berorientasi pada
kebersamaan, dari penentu tujuan kelompok atau organisasi sesuai bidang
gerak atau gerapannya. Langkah berikutnya dilakukan berupa kegiatan
menyususn program (rencana) kegiatan dan melaksanakannya secara
bersama. Tujuan, perencanaan atau program dan pelaksanaannya selalu
dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan
kondisi kelompok atau organisasi dan lingkungan sekitarnya. Kepeminpinan
dalam konteks non struktural dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi
pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengarah semua fasilitas untuk
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan secara bersama-sama pula.
2. Dinamika Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagai seni menempatkan bakat sebagai faktor yang
penting dan berpengaruh besar terhadap kemempuan mewujudkannya.
Bakat kepemimpinan sebagaimana bakat yang lain dimiliki oleh setiap orang,
namun berbeda kualitas dan kuantitasnya antara yang satu dengan yang
lainnya. Hubungan manusiawi selalu dapat berubah dan berkembang,
sehingga perwujudan kepemimpinan menjadi sifat dinamis. Ketaatan atau
kepatuhan, segan atau hormat, keprcayaan, dan kerja sama selalu dapat
dibina dan ditingkatkan melalui hubungan manusiawi yang wajar dan efektif.
Sebaliknya juga dapat berkurang dan hilang sama sekali, jika tidaak dibina
dan tidak dikembangkan. Oleh karena itu kepemimpinan bersifat
sutuasional, karena harus disesuaikan dengan situasi kehidupan manusia
yang bersifat dinamis. Untuk itu perwujudan kepemimpinan selalu
memerlukan kreativitas dan inisiatif yang positif, dengan menuangkannya
dalam keputusan - keputusan dan kebijaksanaan - kebijaksanaan
kepemimpinan.
o Hubungan manusiawi dalam kepemimpinan
Setiap manusia menginginkan kehidupan yang bersifat
manusiawi harus berusaha menjalin hubungan atara sesamanya.
Hubungan itu tidak cukup hanya dalam batas saling kenal-
menganal, tetapi lebih jauh lagi berupa hubungan saling tolong-
menolong, saling membantu, dan saling isi-megisi sehingga

8
terwujud pergaulan yang harmonis. Mewujudkan hubungan
manusiawi yang efektif bukan tujua, tetapi merupakan alat dalam
kepemimpinan sebagai proses. Hubungan itu harus dipelihara,
dikembangkan, dan dibina. Maka perlu lebih dahulu maksud atau
pengertian kedua bentuk hubungan manusiawi yang sudah
berulang-ulang yaitu:
o Hubungan manusiawi efektif (positif)
Komunikasi dan perlakuan yang menimbulkan rasa
senang dan puas antara kedua belah pihak. Kondisi seperti
ini menimbulkan tenggapan berupa rasa ikut memiliki
terhadap kelompok/organisasi dan seluruh kegiatannya.
o Hubungan manusia tidak efektif (negatif)
Komunikasi dan perlakuan yang menimbulkan
perasaan tidak senang, tidak puas, dan sering menolak/
menjauh antara kedua belah pihak. Kondisi seperti ini akan
menimbulkan respon merasa bertanggung jawab merasa
seperti orang luar atau tidak merasa memiliki kelompok
atau organisasi dan kegiatannya.
o Proses pengambilan keputusan
Keputusan dari seorang pemimpin tidak muncul secara tiba-
tiba, tetapi berlangsung sebagai suatu proses. Dalam
kenyataannya proes itu mungkin terjadi dalam diri pemimpin
sendiri, tetapi mungkin pula ditetapkan denagn mengiktsertakan
orang-orang yang dipimpin, atau beberapa orang lainnya yang
berkedudukan sebagai pembantu pemimpin. Proses pengambilan
keputusan itu berlangsung dengan tahap sebagai brikut:
o Menghimpun data mellui pencatatan dan bahkan melalui
berupa kegiatan penelitian.
o Melakukan analisis data, baik melalui proses berpikir kritis
maupun diskusi dan bahkan perhitungan matematika dan
statistik.

9
o Menetapkan keputusan yang ditempuh dengan memilih
salah sau di antara beberapa alternative yang mungkin
atau terbaik untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
o Mengoperasionalkan keputusan menjadi kegiatan atau
tindakan dengan mengamati hasilnya dan kemungkinan
adanya rsiko yang tidak diramalkan sebelumnya.
o Selama berlangsungnya kegiatan sebagai pelaksanaan
akan diperoleh data operasional yang baru.
o Pengendalian dalam kepemimpinan
Pemimpin mungkin melakukan pengendalian apabila
berusaha menjalin hubungan kerja yang efektif melalui kerja sama
dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dalam kerja sama itu
pemimpin selalui mempuyai kesempatan untuk membimbing dan
mengrahkan kegiatan anggota kelompok/organisasinya, tanpa
dirasakan sebagai suatu paksaan atau penekanan.

Kepribadian Pemimpin

Kepribadian manusia termasuk seorang pemimpin cenderung


bersifat stabil atau sulit berubah, namun berarti sama sekali tidak dapat
berubah atau berkembang. Oleh karena itu dengan kemauan yang keras bagi
seorang pemimpin, selalu terbuka kemungkinan untuk mengurangi aspek
kepribadiaanya yang bernilai negative, agar tidak merugikan dalam
mewujudkan kepemimpinannya. Penyesuaian pribadi dalam kepemimpinan
juga berarti seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi agar orang –
orang yang dipimpinnya mampu mengurangi dan meniadakan sifat dan
berbagai aspek kepribadian yang kurang baik dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
o Hubungan kepribadian dengan motivasi
Fungsi motivasi dalam kepribadian sangat berpengaruh yaitu:
Motivasi merupakan motor pergerakan atau sebgai energy yang
menggerakkan.
Motivasi merupakan penentu tujuan dari kegiatan yang dilakukan.
Motivasi merupakan penyeleksi jenis kegiatan yang akan dilakukan.

10
Motivasi juga terbagi dua yaitu:

Motivasi intrinsic
Motivasi ini adalh kondisi yang mendorong terjadinya suatu
perbuatan / kegiatan yang berada dalam kegiatan itu sendiri.
Kondisi ini berbentuk kesadaran mengenai arti dan manfaat suatu
prbuatan/ kegiatan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain dan
masyarakat luas.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ini adalah kondisi yang mendorong terjadinya suatu
perubahan/kegiatan yang berada di luar kegiatan itu sediri.
Kondisi itu merupakan faktor luar yang sudah ada atau sengaja
diadakan dalam kaitannya dengan kebutuhan atau kepribadian,
yang mendasari keyakinan dan menimbulkan kemauan untuk
melakukan kegiatan yang dipandang baik dan tepat.

o Aspek- aspek kepribadian pemimpin

Sifat-sifat yang merupakan watk atau sifat hakiki seseorang


merupkan perpaduan antara sifat-sifat dasar yang diturunkan oleh orangtua,
dan hasil interaksi dengan lingkungan. Oelh karena itu kepribadian tidak
sekedar berisi sifat-sifat, tetapi juga kristalisasi antara pengetahuan dengan
penghayalan terhadap nilai-nilai kehidupan yang menghasilkan filsafat dan
pandangan hidup. Kepribadian sebagai totalitas tampak berupa sikap dan
perilaku, tidak terkecuali pada pemimpin. Sehubungan dengan itu peruses
kepemimpinan akan berlaangsung efektif, bilamana kepribadian
kepribadian pemimpin memiliki aspek sebagai berikut:

 Mencintai kebenaran dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa


Pemimpin ynga mencintai kebenaran dan beriman pada Tuhan Yang
Maha Esa merupakan pemimpin yang kepribadiannya mencintai keadilan,
yang tidak lain adalah pemimpin yang jujur. Aspek kepribadian ini yakni
mampu berlaku adil dan jujur masih akan dibahas pada bagian lain. Namun
harus diakui bahwaketiga sifat kepribadian tersebut merupakan satu
kesatuan atau rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Pemimpin akan selalu

11
dekat dengan orang-orang yang dpimpinnya, karena dinilai sebagai orang
yang mampu mengayomi anggota kelompok/ organisasi.
 Dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain

Pemimpin yang percaya dan yang mampu mempercayai orang lai,


akan berkembang menjadi percaya diri. Setiap pemimpin harus memiliki
perasaan percaya diri yang besar. Pemimpin harus selalu yakin bahwa
dirinya memiliki kemampuan memimpin. Pemimpin tersebut harus selalu
yakin bahwa dirinya memiliki kemapuan dalam mempengaruhi,
mengarahkan, mengendalikan dan membimbing orang yang dipimpinnya.

 Mampu bekerja sama dengan orang lain


Kemampuan bekerja sama dan membina kerja sama antara anggota
organisasi sangat penting dalam mewujudkan kepemimpinan yang efektif,
karena tujuan bersama tidak mungkin dicapai secara perseorangan. Semakin
efektif dan intensif kerja sama pemimpin dengan dan diantara orang-orang
yang dipimpin, semakin mudah pula mewujudkan tujuan
kelompok/organisasi. Dalam kerja sama itu setiap orang akan memberikan
sumbangan berupa usaha, karya dan prestasi, sesuia dengan posisi dan
kemampuan masing-masing.
 Ahli dibidangnya dan berpandang luas didasari oleh kecerdasan yang
memadai.
Pengetahuan, keterampilan dan keahlian dapat diperoleh melalui
lembaga pendidikan formal, meskipun pada umumnya cenderung bersifat
teoretis. Disamping itu pula diperoleh melalui pengalaman kerja, sehingga
bersifat praktis/terpakai. Perpaduan antara keduanya akan semakin
meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Sehubungan dengan itu bagi
peimpin yang relative kurang menguasai bidang yang dikelola
kelompok/organisasi, seharusnya berusaha menunjuk dan mengangkat para
pembantu utama yang memiliki keterampilan/ keahlian yang dibutuhkan.
 Senang bergaul, ramah tamah, suka menolong, dan memberikan petunjuk
serta terbuka pada kritik orang lain.

12
Setiap pemimpin harus juga menunjukkan sikap berupa
kecenderungan suka menolong atau membantu orang –orang yang
dipimpinnya bilamana menghadapi kesulitan-kesulitan. Pertolongan atau
bantuan pimpinan itu tidak boleh mematikan kretivitas, inisiatif, dan
kemandirian orang yang ditolong. Bantuan atau pertolongan itu justru harus
merupakan usaha menumbuhkan kemampuan orang yang di tolong, agar
dapat menyelesaikan maslahnya sendiri.

 Memiliki semangat untuk maju, pengabdian dan kesetiaan yang tinggi, serta
kreatif, dan inisiatif.
Sikap dan sifat pengabdian dan kesetiaan mendorong pemimpin
selalu kreatif dan penuh inisiatif semata-mata untuk kemajuan dan
perkembangan kelompok/organisasi, atas dasar kepentingan bersama.
Dalam keadaan itu, kehidupan kelompok/organisasi tidak berlangsung rutin
dan statis, karena selalu ada gagasan baru yang positif untuk dilaksanakan.
 Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, konsekuen, berdisiplin,
dan bijaksana
Tanggung jawab itu tidak saja terhadap pengambilan keputusan yang
dilakukan dalam waktu yang relative cukup lama, tetapi juga mengenai
keputusan-keputusan yang mendesak. Kekeliruan dan kesalah dalam
pengambilan keputusan, tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain,
khususnya pada pelaksana keputusan tersebut. Seorang pemimpin juga
harus mampu menegakkan disiplin dilingkungan kelompok/organisasi.
Disiplin harus dimulai oelh pemimpinnya sendiri. Disiplin itu dapat berupa
disiplin waktu, disiplin kerja, dan disiplin dalam mentaati peraturan yang
berlaku dalam lingkungannya. Disiplin berorganisasi harus dimulai dari
disiplin pribadi, yang bagi seorang pemimpin harus tampak sebagai aspek
kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dirumah maupun diluar
rumah khususnya dilingkungan organisasinya.
 Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani
Di dalam kepribadian pemimpin harus terhimpun sejumlah sifat-sifat
manusia. Pemimpin juga harus dapat memeilihara jasmani dan rohani
mereka. Kesehatan mental (rohani) merupakan factor yang sangat besar

13
pengaruhanya pada proses berfikir, inisiatif dan kreativitas, sehingga
bersifat menetukan terhadap produktivitas ketja seseorang. Kesehatan
mental merupakan persyaratan mutlak perwujudan kepemimpinan yang
efektif. Pemimpin harus berusaha menhindari tekanan-tekanan mental dan
ketengangan-ketegangan yang tidak perlu. Kondisi tekanan yang terlalu
berat berupa stress dapat berakibat kepemimpinan kehilangan efesiensinya.
Kesehatan psikis (rohaniah) tidak saja yang bersifat berat seperti diatas,
tetapi juga bersifat ringan dan praktis yang mudah ditemukan sehari-hari.
Diantara gangguan mental yang perlu dihindari para pemimpin adalah
mudah tersinggung, mudah marah (emosional), suka menyindir, suka
bergunjing, suka mengadu domba dan lain- lain.
3. Fungsi dan Tipe Kepemimpinan
Dalam gaya dan tipe kepemimpinan yang tidak sama, bahkan juga
bervariasi, dapat dianalisa pula fungsi-fungsi kepemimpinan. Kepemimpinan
akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi fungsinya, meskipun
dalam kenyataannya tidak semua tipe kepemimpinan memberikan peluang
yang sama untuk mewujudkannya. Dalam hubungan itu sulit untuk dibantah
bahwa setiap proses kepemimpinan juga akan menghasilkan situasi sosial
yang berlangsung dalam kelompok/organisasi masing-masing. Untuk itu
setiap pemimpin harus mampu meganalisa situasi kelompok/organisasinya,
yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan dengan
kerja sama dan bantuan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan kata lain
fungsi kepemimpinan tidak mungkin diwujudkan sendiri oleh seorang
pemimpin, tanpa bantuan dan kebersamaan dengan orang-orang yang
dipimpinnya.

Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yang secara terinci


dijabarkan lagi menjadi delapan pola. Yang delapan itu yaitu otokrasi,
otokrasi yang disempurnakan, birokrat, perlindungan dan penyelamatan,
memajukan dan mengembangkan organisasi, eksklusif, kompromi, dan
pembelot. Ketiga pola dasar kepemimpinan tersebut adalah:

14
 Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan
pelaksanaan tugas secara efektif dan efesien, agar mampu
mewujudkan tugas secara maksimal.
 Gaya kepemimpinan yangberpola mementingkan pelaksanaan
hubungan kerja sama
 Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang
dapat dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan
kelompok/organisasi.
4. Proses Kaderisasi
 Kaderisasi informal
Kaderasi informal merupakan kegiatan yang tidak direncanakan,
tetapi berlangsung dalam situasi yang wajar dan alamiah. Di dalam
kewajaran dan sifat alamiahnya itulah, justru terdapat kesempatan
bagi seseorang untuk menampilkan kelebihan-kelebihannya, yang
akan memberikan keyakinan bagi orang-orang di lingkungannya
mengenai kemampuannya memimpin. Kelebihan-kelebihan itu
terlihat dari buah pikirannya berupa berbagai gagasan, kreativitas,
inisiatif, dan pendapat serta saran-saran yang brilliant dan terpakai.
 Kaderisasi Formal
Kaderisasi ini dilakukan dengan memberi kesempatan kepada
calon yang terpilih untuk memangku jabatan kepemimpinan, dimulai
dari jenjang yang paling rendah di dalam organisasinya. Kesempatan
itu termasuk untuk memberikan pengalaman memimpin dengan
bimbingan oleh para pimpinan yang lebih tinggi
jenjangnya.kaderisasi ini meberikan dorongan bagi peningkatan
prestasi elalui kompetesi (persaingan) yang sehat (jujur dan sportif).

5. Keterbatasan Kepemimpinan
 Keterbatasan manusiawi
 Keterbatasan Normatif/ Spiritual
Harkat kemanusiaan itu memikul tanggung jawab
normative, dalam arti tingkah lakunya dibatasi oelh nilai-nilai

15
tertentu, yang tidak boleh dan tidak patut dilanggarnya.
Norma-norma itu pada dasarnya dapat dibedakan antara
norma-norma sosial dan norma-norma spiritual atas dasar
agama atau kepercayaan yang dipeluk oleh seorang pemimpin.
Kemudian meningkat berupa norma-norma berlaku
dilingkungan suatu kaum/suku, suatu bangsa dan akhirnya
berlaku secara universal berupa nilai-nilai kemanusiaan yang
diterima dan dihormati oleh manusia di dunia ini.
 Keterbatasan fisik
Keterbatasan kepemimpinan karena unsure fisik
(jasmani) ini diantara lain adalah:
 Pada masa muda perkembangan fisik menunjukkan
peningkatan, sehingga pada awal kedewasaan setiap
orang memiliki energy (tenaga) fisik yang bersifat
maksimal.
 Fisik manusia dapata letih, sakit, memerlukan istirahat
dan tidur yang cukup, memerlukan makanan yang
bersih dan bergizi.
 Manusia diciptakan dengan fisik yang bervariasi
 Manusia yang memiliki tubuh sebagai unsure material
bersifat menempati ruang dan waktu.
 Keterbatasan psikis (rohani)
Pemimpin harus menyadari bahwa bakat, minat,
intelegensi/kecerdasan, sifat, dan lain-lain yang dimiliki
manusia tidak sama. Perbedaa itu bukan saja [pada satu
jenisnya, tetapi juga kualitas dan kuantitasnya. Potensi yang
tidak sama itu antara lain berupa bakat, kecerdasan, minat dan
berbagai sifat dalam kepribadian masing-masing. Dari segi
sifat di dalam kepribadian tampak perbedaan dalam sifat rajin,
tekun, tangguh, senang bergaul, bersemangat, memiliki
dorongan untuk maju, dan lain-lain. Potensi psikis itu pada
umumnya membatasi aktivitas kepemimpinan seseorang.
6. Hak-hak asasi Manusia dalam Kepemimpinan

16
Hak asasi pada dasarnya berarti kebebasan individu dalam
mengaktualisasikan diri sebagai manusia. Dalam hubungannya dengan
kehidupan bermasyarakat kebebasan individu yang satu dibatasi oleh
kebebasan individu yang lain. Oelh Karen itu hak asasi pengertiannya
berkembang menjadi kehendak untuk dihormati dan diperlakukan secara
manusiawi atau sesuai dengan harkat individu sebagai manusia. Dengan kata
lain hak-hak asasi adalah kehendak untuk dilindungi dan diperlakukan
sesuai dengan harkat manusia, baik berdasarkan norma-norma yang dibuat
oleh manusia sendiri maupun sesuai dengan norma-norma dari Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan agama yang dipeluk masing-masing individu. Harkat
manusia itu menyangkut tiga aspek sebagai berikut:
 Harkat individu sebagai suatu pribadi
 Harkat sebagai mahluk sosial untuk hidup dalam kebersamaan secara
manusiawi
 Harkat sebagai mahluk tuhan Yang Maha Esa
7. Peningkatan Kualitas Kepemimpinan
Berpikir efektif dalam menetapkan keputusan
Pada giliran berikutnay berpikir yang efektif dalam
kepemimpinan, tidak berarti pemimpin harus menyelesaikan semua
masalah atau memikirkan segaa sesuatu dilingkungan organisasinya.
Sesuatu aau masalah yang lingkupnya bukan untuk jenjang jabatan
pucuk pemimpin, sebaiknya dipikirkan oleh pemimpin sesuai jenjang
jabatannya masing-masing. Disamping itu pemimpin pada jenjang
yang ana pun tidak boleh merasa dirinya mampu menyelesaikan
semua masalah dilingkungan organisasinya. Sesuatu atau masalah
yang memerlukan keahlian atau propersionalitas di bidangnya. Orang
tersebut tidak mustahil merupakan anggota dalam organisasinya,
baik yang menduduki suatu posisi/jabatan pimpinan atau tidak
(anggota biasa). Pemimpin harus menyadari bahwa tidak seorang
pun di dunia ini yang memiliki semua pengetahuan atau ahli dalam
sebuah bidang, yang dapat menyeleaikan semua masalah. Pemimpin
yang efektif justru terdiri dari orang-orang yang mampu
memanfaatkan keahlian atau profesionalitas orang lain untuk

17
membantunya membuat keputusan. Seorang pemimpin yang efektif
tidak akan menjauhi dan menjauhkan para teknorat atau pakar,
karena keahlian an profesionalitasnya selalu dapat dimanfaatkan bagi
perkembangan dan kemajuan organisasi.
Mengkomunikasikan hasil berfikir
Dalam mengkomunikasikan hasil berpikir melalui perbuatan,
setiap pemimpin harus berusaha memberikan contoh dan
keteladanan bagi semua anggota organisasinya. Dalam melaksanakn
pekerjaan tidak saja mengenai pekerjaaan yang bersifat rutin, tetapi
juga memerlukan keahlian/ profesionalisme. Berbeda dengan
keteladanan yang tidak beratnya diletakkan pada kepribadian dan
ahlak dalam melaksanakn tugas masing- masing. Keteladanan
meyentuh disiplin, loyalitas, dedikasi, semangat, dan moral kerja,
kejujuran, tanggung jawab, dan lain-lain.
Meningkatkan partisipasi dalam pemecahan masalah
Pemimpin perlu menyadari kekurangan dan kelemahannya,
dengan terus berusaha memperbaikinya, karena tidak pernah ada
titik akhir dalam usaha meningkatkan kualitas kepemimpinan. Kapan
pun dan dimana saja dalam interaksi kemanusiaan, dengan atau tanpa
menggunakan berbagai sarana, setiap pemimpin sebagai manusia
selalu dapat mempelajari sesuatu yang member manfaat dan
melaksanakan kepemimpinannya.
Menggali dan meningkatkan kreativitas
Setiap pemimpin yang menyadari pentingnya menggali dan
memanfaatkan kreativitas anggota organisasi, juga akan selalu
berusaha meningkatkan kemampuan tersebut. Pemimpin secara teru
menerus berusaha memberikan motivasi agar anggota organisasi
Untuk Mengendalikan Konflik dalam Kepemimpinan
Pengertian ketegangan dan konflik
Ketegangan dan konflik adalah kondisi batin, yang tidak
mudah merumuskan pengertiannya, meskipun setiap orang mudah
sekali mengalaminya. Kondisi batin yang menyentuh aspek perasaan

18
itu berpengaruh pada proses berfikir, dalam bentuk memperturutkan
atau mengingkari kondisi yang dialami itu.
Kondisi ketegangan pada dasarnya merupakan batin yang
berisi unsur perasaan terancam, tidak menyenangkan, rasa tidak
puas, bingung, tidak berbahaya, dll. Dalam keadaan perasaan
kegelisahan/ keresahan itu memuncak. Maka akan terjadi
pertentangan-pertentangan antat individu atau di dalam diri seorang
individu, yang disebut konflik. Pertentangan- pertentangan yang
berat di dalam diri individu, dapat sampai pada kondisi kecemasa
yang melumpuhkan, yang disebut frustasi. Untuk mengurangi dan
mengatasi ketegangan itu diperlukan sikap pengertian dari anggota
organisasi yang lain mengenai kondisi rekannya.

19
Buku pembanding kedua:
Bab 1
1. Pengertian organisasi
Menurut ernest dale
Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputipenyusunan,
pengembangan dan pemeliharaan suatu stuktur atau pola hubungan kerja
dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.

Menurut CYRIL SOFEER


Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi
peran tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian dalam untuk
kerjaan itu diperinci jadi tugas-tugas dibagikan kemudian digabungkan lagi
beberapa bentuk hasil.
2. Ciri-ciri organisasi
A. Organisasi bertambah besar
B. Pengolahan data semakin cepat
C. Penggunaan staff lebih intensif
D. Kecendrugan spesialisasi
E. Adanya prinsip-prinsip atau asas-asas organisasi
F. Unsur organisasi lebih lengkap
3. Teori organisasi klasik
Teori ini biasanya disebut dengan “teori tradisional” atau “teori mesin”.
Dalam teori organisasi digambarkan sebdefiuah lembaga yang
tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi.dalam teori ini
digambarkan seperti toet piano dimana masing-masing nada yang
menpunyai spesialisasi,dimana apabila tiap nada dirangkai maka akan
tercipta lagu yang indah begitu juga dengan organisasi.
A. Definisi organisasi menurut teori klasik
Organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan, tujuan-tujuan
, peranan-peranan, kegiatan, komunikasi dan faktor.
4 unsur pokok yang muncul dalam organisasi formal:
a) Sistem kegiatan yang terkordinasi
b) Kelompok orang

20
c) Kerjasama
d) Kekuasaan dan
e) Kepemimpinan
Sedangkan menurut teori klasik yang dijadikan dasar penting
dalam organisasi formal yaitu
a) Pembagian kerja
b) Proses skalar dan fungsional
c) Struktur
d) Rentang kendali
B. Tokoh organisasi klasik
Frederick winslow taylor (1856-1915)
C. Teori organisasi meonklasik
Teori meonklasik secara sederhana dikenal sebgai aliran hubungan
manusiawi (the human relation movement). Perkembangan teori
meonklasik dimulai dengan inspirasi percobaan yang dilakukan di
Howthorne. Pada akhirnya percobaan ini menunjukan bagaimana
kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangat berpengaruh
pada operasi organisasi.
D. Teori dalam kepemimpinnan
1. Teori sifat
2. Teori perilaku
3. Teori situasoinal
E. Hubungan gaya kepimpinan dengan macam-mcam stuktur
organisasi
1. Gaya kepemimpinan situasional
a. Mengarahkan(telling)
Ada 4 respon kepemimpinan dalam mengelola kinerja
berdasarkan tingkat kematangan karyawan yaitu mengarahkan,
menjual, menggalang, dan mengendelegasi.
- Menjual
Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan
menyelesaikan tugas-tuggas, takut untuk mencoba
melakukannya.

21
- Mengalang partisipasi
Gaya kepemimpinan partisipasi adalah respon manajer
harus diperankan ketika tingkat kemampuan karyawann
akan tetapi memiliki kemauan untuk melakukan tanggung
jawab
- Mengendelasikan
Untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan
yang tinggi maka gaya kepemimpinan yang sesuaidengan
gaya delegasi. Dengan gaya ini pimpinan sedikit memberi
pengarahan maupun pendukungan.

22
Bab III

PEMBAHASAN
3.1 kelebihan
Kelebihan pada buku ini memiliki tata bahasa ,bahasa yang digunakan dalam
buku ini menggunakan bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami penyampaian-penyampaian
materinya,ukuran tullisan yang digunakan sudah tepat dan bisa dibaca jelas
okeh pembacanya. Tanda-tanda bacanya sudah dibubuhkan sesuai dengan
yang diharapkan.
3.2 kekurangan
Kekurangan pada jurnal ini memiliki dari tata bahasa dan letaknya juga pas
dan tidak memiliki kekurangan yang dapat menyulitkan pembaca dalam
memahaminya. Dari aspek ini kesimpulan tidak dipaparkan pada setiap bab
tetapi dibuatr pada keseluruhan kesimpulan dari bab 1 sampai bab terakhir.

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang saya dapat dari tugas Critical Book Review ini adalah
bahwa dari ketiga buku yang saya bandingkan mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing,tetapi pada dasarnya saling berhubungan dan
mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana melahirkan seorang pemimpin yang
cara berpikir dan tindakannya mendekati sempurna,meskipun kita mengetahui
tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan Yang Maha Esa,jadi intinya
tergantung dari pribadi masing-masing bagaimana cara agar jiwa kepemimpinan itu
dapat diperoleh,karena setiap orang pasti memiliki bakat dan bidang yang berbeda-
beda ,meskipun seseorang itu belum dapat memimimpin banyak orang dalam
organisasi atau apapun itu sudah selayaknya dan sepantasnya dia mampu
memimpin dirinya sendiri.

4.2.Rekomendasi
Saya mengetahui bahwa dalam penyelesaian tugas Critical book Riview ini
masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang
saya miliki,oleh karena itu saya sangat mengharapkan rekomendasi,saran ataupun
kritik yang sifatnya membangun guna meyempurnakan tugas saya ini,agar dalam
pembuatan tugas yang sama kedepannya jauh lebih baik.Terimakasih

24
DAFTAR PUSTAKA

Hall, Richard H.2002. Organizations :Sturcture,Processes,And Outcomes. New Delhi:


Eastern Economy Edition
Kartono, Kartini.1994. Pemimpin Dan Kepemimpinan(Apakah Kepemimpinan
Abnormal Itu ?). Jakarta: Rajawali Pers
Setyowati.2013. Organisasi Dan Kepemimpinan Modern .Yogyakarta: Graha Ilmu

Referensi Internet :
Eka Putra. 2012., Pemimpin dan kepemimpinan (Apakah Kepemimpinan Abnormal
itu?)http://sipartalutalu.blogspot.co.id. Diakses pada 27 september 2016.

Farisa Andanan. 2016., Management Kepemimpinan; Teori dan


Aplikasi. http://farisa24.blogspot.co.id. Diakses Pada 27 September 2016.

Sutrisno. 2009., Menjadi Pemimpin yang


Positif. https://sutrisno2629.wordpress.com. Diakses Pada 27 September 2016.

25

Anda mungkin juga menyukai