1
KATA PENGANTAR
Tugas critical book review ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua dapat bertambah.Saya menyadari
bahwa tugas critical book review ini masih jauh dari kesempurnaan
Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, Saya
mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih
terbatas.saya ucapkan terima kasih.
2
3DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisme pentingnya CBR..........................................................................
1.2 Tujuan penulisan CBR.......................................................................................
1.3 Manfaat Buku....................................................................................................
1.4 Identitas Buku...................................................................................................
BAB II RINGKASAN BUKU.......................................................................................
2.1 Ringkasan Isi Buku Utama................................................................................
2.2 Ringkasan Isi Buku Kedua (Pembanding)........................................................
BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS............................................................................
3.1 Pembahasan Isi Buku........................................................................................
3.2 Kelebihan Dan Kekurangan Buku.....................................................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Rekomndasi.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pendidikan baik yang rendah sampai yang tinggi menjadi ujung tombak perubahan
yang akan menciptakan bangsa yang maju dan sejahtera.
5
1.4 Identitas Buku
A.Buku Utama (buku satu)
1. Judul : Kepemimpinan (Leadership)
2. Edisi : 2018
3. Pengarang : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
4. Penerbit : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2018
7. ISBN :
C.Buku Pembanding 2
1. Judul buku : Organizations :Sturcture,Processes,And Outcomes
2. Edisi : Edisi kedelapan(VIII)
3. Pengarang : Richard H.Hall
4. Penerbit : Eastern Economy Edition
5. Kota terbit : New Delhi
6. Tahun Terbit : 2002
7. ISBN : 81-203-0272-7
6
BAB II
A. Buku Utama
1. Pengertian Kepemimpinan
Dalam kenyataannya apa pun bentuk suatu organisasi, pasti
memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu oleh orang lain, untuk
menempati posisi sebagai pimpinan atau pemimpin(leader). Seseorang yang
menduduki posisi pemimpin dalam suatu organisasi melaksanakan tugas
kepemimpinannya. Dengan kata lain, pemimpin adalah orangnya dan
kepemimpinan (leadership) adalah kegiatannya. Sehubungan dengan itu
untuk sementara dari segi organisasi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan atau kecerkasan mendorong sejumlah orang agar bekerja sama
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah tujuan bersama.
Kepemimpinan dalam Konteks structural
Struktur organisasi adalah kerangka atau susunan unit atau satuan
kerja atau fungsi-fungsi yang dijabarkan dari tugas atau kegiatan pokok
suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya. Kepemimpinan dapat
diartikan sebagai proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan
mengarahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan tanpa keikutsertaan anggota kelompok merumuskannya. Dalam
kepemimpinan seperti itu dikenal sekurang-kurangnya tiga jenjang
pemimpin yang terdiri dari pemimpin tertinggi atau pucuk pimpinan,
pimpinan menengah dan pimpinan tingkat terendah. Kepemimpinan
diartikan sebagi proses pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin
melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan program yang telah
ditetapkan. Kepemimpinan juga berarti usaha mengarahkan, membimbing
dan mempengaruhi orang lain, agar pikiran kegiatannya tidak menyimpang
dari tugas pokok unit atau bidangnya masing-masing.
7
Kepemimpinan dalam konteks non- structural
Tugas pokok pemimpin dalam konteks non-struktural berorientasi pada
kebersamaan, dari penentu tujuan kelompok atau organisasi sesuai bidang
gerak atau gerapannya. Langkah berikutnya dilakukan berupa kegiatan
menyususn program (rencana) kegiatan dan melaksanakannya secara
bersama. Tujuan, perencanaan atau program dan pelaksanaannya selalu
dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan
kondisi kelompok atau organisasi dan lingkungan sekitarnya. Kepeminpinan
dalam konteks non struktural dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi
pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengarah semua fasilitas untuk
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan secara bersama-sama pula.
2. Dinamika Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagai seni menempatkan bakat sebagai faktor yang
penting dan berpengaruh besar terhadap kemempuan mewujudkannya.
Bakat kepemimpinan sebagaimana bakat yang lain dimiliki oleh setiap orang,
namun berbeda kualitas dan kuantitasnya antara yang satu dengan yang
lainnya. Hubungan manusiawi selalu dapat berubah dan berkembang,
sehingga perwujudan kepemimpinan menjadi sifat dinamis. Ketaatan atau
kepatuhan, segan atau hormat, keprcayaan, dan kerja sama selalu dapat
dibina dan ditingkatkan melalui hubungan manusiawi yang wajar dan efektif.
Sebaliknya juga dapat berkurang dan hilang sama sekali, jika tidaak dibina
dan tidak dikembangkan. Oleh karena itu kepemimpinan bersifat
sutuasional, karena harus disesuaikan dengan situasi kehidupan manusia
yang bersifat dinamis. Untuk itu perwujudan kepemimpinan selalu
memerlukan kreativitas dan inisiatif yang positif, dengan menuangkannya
dalam keputusan - keputusan dan kebijaksanaan - kebijaksanaan
kepemimpinan.
o Hubungan manusiawi dalam kepemimpinan
Setiap manusia menginginkan kehidupan yang bersifat
manusiawi harus berusaha menjalin hubungan atara sesamanya.
Hubungan itu tidak cukup hanya dalam batas saling kenal-
menganal, tetapi lebih jauh lagi berupa hubungan saling tolong-
menolong, saling membantu, dan saling isi-megisi sehingga
8
terwujud pergaulan yang harmonis. Mewujudkan hubungan
manusiawi yang efektif bukan tujua, tetapi merupakan alat dalam
kepemimpinan sebagai proses. Hubungan itu harus dipelihara,
dikembangkan, dan dibina. Maka perlu lebih dahulu maksud atau
pengertian kedua bentuk hubungan manusiawi yang sudah
berulang-ulang yaitu:
o Hubungan manusiawi efektif (positif)
Komunikasi dan perlakuan yang menimbulkan rasa
senang dan puas antara kedua belah pihak. Kondisi seperti
ini menimbulkan tenggapan berupa rasa ikut memiliki
terhadap kelompok/organisasi dan seluruh kegiatannya.
o Hubungan manusia tidak efektif (negatif)
Komunikasi dan perlakuan yang menimbulkan
perasaan tidak senang, tidak puas, dan sering menolak/
menjauh antara kedua belah pihak. Kondisi seperti ini akan
menimbulkan respon merasa bertanggung jawab merasa
seperti orang luar atau tidak merasa memiliki kelompok
atau organisasi dan kegiatannya.
o Proses pengambilan keputusan
Keputusan dari seorang pemimpin tidak muncul secara tiba-
tiba, tetapi berlangsung sebagai suatu proses. Dalam
kenyataannya proes itu mungkin terjadi dalam diri pemimpin
sendiri, tetapi mungkin pula ditetapkan denagn mengiktsertakan
orang-orang yang dipimpin, atau beberapa orang lainnya yang
berkedudukan sebagai pembantu pemimpin. Proses pengambilan
keputusan itu berlangsung dengan tahap sebagai brikut:
o Menghimpun data mellui pencatatan dan bahkan melalui
berupa kegiatan penelitian.
o Melakukan analisis data, baik melalui proses berpikir kritis
maupun diskusi dan bahkan perhitungan matematika dan
statistik.
9
o Menetapkan keputusan yang ditempuh dengan memilih
salah sau di antara beberapa alternative yang mungkin
atau terbaik untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
o Mengoperasionalkan keputusan menjadi kegiatan atau
tindakan dengan mengamati hasilnya dan kemungkinan
adanya rsiko yang tidak diramalkan sebelumnya.
o Selama berlangsungnya kegiatan sebagai pelaksanaan
akan diperoleh data operasional yang baru.
o Pengendalian dalam kepemimpinan
Pemimpin mungkin melakukan pengendalian apabila
berusaha menjalin hubungan kerja yang efektif melalui kerja sama
dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dalam kerja sama itu
pemimpin selalui mempuyai kesempatan untuk membimbing dan
mengrahkan kegiatan anggota kelompok/organisasinya, tanpa
dirasakan sebagai suatu paksaan atau penekanan.
Kepribadian Pemimpin
10
Motivasi juga terbagi dua yaitu:
Motivasi intrinsic
Motivasi ini adalh kondisi yang mendorong terjadinya suatu
perbuatan / kegiatan yang berada dalam kegiatan itu sendiri.
Kondisi ini berbentuk kesadaran mengenai arti dan manfaat suatu
prbuatan/ kegiatan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain dan
masyarakat luas.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ini adalah kondisi yang mendorong terjadinya suatu
perubahan/kegiatan yang berada di luar kegiatan itu sediri.
Kondisi itu merupakan faktor luar yang sudah ada atau sengaja
diadakan dalam kaitannya dengan kebutuhan atau kepribadian,
yang mendasari keyakinan dan menimbulkan kemauan untuk
melakukan kegiatan yang dipandang baik dan tepat.
11
dekat dengan orang-orang yang dpimpinnya, karena dinilai sebagai orang
yang mampu mengayomi anggota kelompok/ organisasi.
Dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain
12
Setiap pemimpin harus juga menunjukkan sikap berupa
kecenderungan suka menolong atau membantu orang –orang yang
dipimpinnya bilamana menghadapi kesulitan-kesulitan. Pertolongan atau
bantuan pimpinan itu tidak boleh mematikan kretivitas, inisiatif, dan
kemandirian orang yang ditolong. Bantuan atau pertolongan itu justru harus
merupakan usaha menumbuhkan kemampuan orang yang di tolong, agar
dapat menyelesaikan maslahnya sendiri.
Memiliki semangat untuk maju, pengabdian dan kesetiaan yang tinggi, serta
kreatif, dan inisiatif.
Sikap dan sifat pengabdian dan kesetiaan mendorong pemimpin
selalu kreatif dan penuh inisiatif semata-mata untuk kemajuan dan
perkembangan kelompok/organisasi, atas dasar kepentingan bersama.
Dalam keadaan itu, kehidupan kelompok/organisasi tidak berlangsung rutin
dan statis, karena selalu ada gagasan baru yang positif untuk dilaksanakan.
Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, konsekuen, berdisiplin,
dan bijaksana
Tanggung jawab itu tidak saja terhadap pengambilan keputusan yang
dilakukan dalam waktu yang relative cukup lama, tetapi juga mengenai
keputusan-keputusan yang mendesak. Kekeliruan dan kesalah dalam
pengambilan keputusan, tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain,
khususnya pada pelaksana keputusan tersebut. Seorang pemimpin juga
harus mampu menegakkan disiplin dilingkungan kelompok/organisasi.
Disiplin harus dimulai oelh pemimpinnya sendiri. Disiplin itu dapat berupa
disiplin waktu, disiplin kerja, dan disiplin dalam mentaati peraturan yang
berlaku dalam lingkungannya. Disiplin berorganisasi harus dimulai dari
disiplin pribadi, yang bagi seorang pemimpin harus tampak sebagai aspek
kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dirumah maupun diluar
rumah khususnya dilingkungan organisasinya.
Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani
Di dalam kepribadian pemimpin harus terhimpun sejumlah sifat-sifat
manusia. Pemimpin juga harus dapat memeilihara jasmani dan rohani
mereka. Kesehatan mental (rohani) merupakan factor yang sangat besar
13
pengaruhanya pada proses berfikir, inisiatif dan kreativitas, sehingga
bersifat menetukan terhadap produktivitas ketja seseorang. Kesehatan
mental merupakan persyaratan mutlak perwujudan kepemimpinan yang
efektif. Pemimpin harus berusaha menhindari tekanan-tekanan mental dan
ketengangan-ketegangan yang tidak perlu. Kondisi tekanan yang terlalu
berat berupa stress dapat berakibat kepemimpinan kehilangan efesiensinya.
Kesehatan psikis (rohaniah) tidak saja yang bersifat berat seperti diatas,
tetapi juga bersifat ringan dan praktis yang mudah ditemukan sehari-hari.
Diantara gangguan mental yang perlu dihindari para pemimpin adalah
mudah tersinggung, mudah marah (emosional), suka menyindir, suka
bergunjing, suka mengadu domba dan lain- lain.
3. Fungsi dan Tipe Kepemimpinan
Dalam gaya dan tipe kepemimpinan yang tidak sama, bahkan juga
bervariasi, dapat dianalisa pula fungsi-fungsi kepemimpinan. Kepemimpinan
akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi fungsinya, meskipun
dalam kenyataannya tidak semua tipe kepemimpinan memberikan peluang
yang sama untuk mewujudkannya. Dalam hubungan itu sulit untuk dibantah
bahwa setiap proses kepemimpinan juga akan menghasilkan situasi sosial
yang berlangsung dalam kelompok/organisasi masing-masing. Untuk itu
setiap pemimpin harus mampu meganalisa situasi kelompok/organisasinya,
yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan dengan
kerja sama dan bantuan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan kata lain
fungsi kepemimpinan tidak mungkin diwujudkan sendiri oleh seorang
pemimpin, tanpa bantuan dan kebersamaan dengan orang-orang yang
dipimpinnya.
14
Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan
pelaksanaan tugas secara efektif dan efesien, agar mampu
mewujudkan tugas secara maksimal.
Gaya kepemimpinan yangberpola mementingkan pelaksanaan
hubungan kerja sama
Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang
dapat dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan
kelompok/organisasi.
4. Proses Kaderisasi
Kaderisasi informal
Kaderasi informal merupakan kegiatan yang tidak direncanakan,
tetapi berlangsung dalam situasi yang wajar dan alamiah. Di dalam
kewajaran dan sifat alamiahnya itulah, justru terdapat kesempatan
bagi seseorang untuk menampilkan kelebihan-kelebihannya, yang
akan memberikan keyakinan bagi orang-orang di lingkungannya
mengenai kemampuannya memimpin. Kelebihan-kelebihan itu
terlihat dari buah pikirannya berupa berbagai gagasan, kreativitas,
inisiatif, dan pendapat serta saran-saran yang brilliant dan terpakai.
Kaderisasi Formal
Kaderisasi ini dilakukan dengan memberi kesempatan kepada
calon yang terpilih untuk memangku jabatan kepemimpinan, dimulai
dari jenjang yang paling rendah di dalam organisasinya. Kesempatan
itu termasuk untuk memberikan pengalaman memimpin dengan
bimbingan oleh para pimpinan yang lebih tinggi
jenjangnya.kaderisasi ini meberikan dorongan bagi peningkatan
prestasi elalui kompetesi (persaingan) yang sehat (jujur dan sportif).
5. Keterbatasan Kepemimpinan
Keterbatasan manusiawi
Keterbatasan Normatif/ Spiritual
Harkat kemanusiaan itu memikul tanggung jawab
normative, dalam arti tingkah lakunya dibatasi oelh nilai-nilai
15
tertentu, yang tidak boleh dan tidak patut dilanggarnya.
Norma-norma itu pada dasarnya dapat dibedakan antara
norma-norma sosial dan norma-norma spiritual atas dasar
agama atau kepercayaan yang dipeluk oleh seorang pemimpin.
Kemudian meningkat berupa norma-norma berlaku
dilingkungan suatu kaum/suku, suatu bangsa dan akhirnya
berlaku secara universal berupa nilai-nilai kemanusiaan yang
diterima dan dihormati oleh manusia di dunia ini.
Keterbatasan fisik
Keterbatasan kepemimpinan karena unsure fisik
(jasmani) ini diantara lain adalah:
Pada masa muda perkembangan fisik menunjukkan
peningkatan, sehingga pada awal kedewasaan setiap
orang memiliki energy (tenaga) fisik yang bersifat
maksimal.
Fisik manusia dapata letih, sakit, memerlukan istirahat
dan tidur yang cukup, memerlukan makanan yang
bersih dan bergizi.
Manusia diciptakan dengan fisik yang bervariasi
Manusia yang memiliki tubuh sebagai unsure material
bersifat menempati ruang dan waktu.
Keterbatasan psikis (rohani)
Pemimpin harus menyadari bahwa bakat, minat,
intelegensi/kecerdasan, sifat, dan lain-lain yang dimiliki
manusia tidak sama. Perbedaa itu bukan saja [pada satu
jenisnya, tetapi juga kualitas dan kuantitasnya. Potensi yang
tidak sama itu antara lain berupa bakat, kecerdasan, minat dan
berbagai sifat dalam kepribadian masing-masing. Dari segi
sifat di dalam kepribadian tampak perbedaan dalam sifat rajin,
tekun, tangguh, senang bergaul, bersemangat, memiliki
dorongan untuk maju, dan lain-lain. Potensi psikis itu pada
umumnya membatasi aktivitas kepemimpinan seseorang.
6. Hak-hak asasi Manusia dalam Kepemimpinan
16
Hak asasi pada dasarnya berarti kebebasan individu dalam
mengaktualisasikan diri sebagai manusia. Dalam hubungannya dengan
kehidupan bermasyarakat kebebasan individu yang satu dibatasi oleh
kebebasan individu yang lain. Oelh Karen itu hak asasi pengertiannya
berkembang menjadi kehendak untuk dihormati dan diperlakukan secara
manusiawi atau sesuai dengan harkat individu sebagai manusia. Dengan kata
lain hak-hak asasi adalah kehendak untuk dilindungi dan diperlakukan
sesuai dengan harkat manusia, baik berdasarkan norma-norma yang dibuat
oleh manusia sendiri maupun sesuai dengan norma-norma dari Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan agama yang dipeluk masing-masing individu. Harkat
manusia itu menyangkut tiga aspek sebagai berikut:
Harkat individu sebagai suatu pribadi
Harkat sebagai mahluk sosial untuk hidup dalam kebersamaan secara
manusiawi
Harkat sebagai mahluk tuhan Yang Maha Esa
7. Peningkatan Kualitas Kepemimpinan
Berpikir efektif dalam menetapkan keputusan
Pada giliran berikutnay berpikir yang efektif dalam
kepemimpinan, tidak berarti pemimpin harus menyelesaikan semua
masalah atau memikirkan segaa sesuatu dilingkungan organisasinya.
Sesuatu aau masalah yang lingkupnya bukan untuk jenjang jabatan
pucuk pemimpin, sebaiknya dipikirkan oleh pemimpin sesuai jenjang
jabatannya masing-masing. Disamping itu pemimpin pada jenjang
yang ana pun tidak boleh merasa dirinya mampu menyelesaikan
semua masalah dilingkungan organisasinya. Sesuatu atau masalah
yang memerlukan keahlian atau propersionalitas di bidangnya. Orang
tersebut tidak mustahil merupakan anggota dalam organisasinya,
baik yang menduduki suatu posisi/jabatan pimpinan atau tidak
(anggota biasa). Pemimpin harus menyadari bahwa tidak seorang
pun di dunia ini yang memiliki semua pengetahuan atau ahli dalam
sebuah bidang, yang dapat menyeleaikan semua masalah. Pemimpin
yang efektif justru terdiri dari orang-orang yang mampu
memanfaatkan keahlian atau profesionalitas orang lain untuk
17
membantunya membuat keputusan. Seorang pemimpin yang efektif
tidak akan menjauhi dan menjauhkan para teknorat atau pakar,
karena keahlian an profesionalitasnya selalu dapat dimanfaatkan bagi
perkembangan dan kemajuan organisasi.
Mengkomunikasikan hasil berfikir
Dalam mengkomunikasikan hasil berpikir melalui perbuatan,
setiap pemimpin harus berusaha memberikan contoh dan
keteladanan bagi semua anggota organisasinya. Dalam melaksanakn
pekerjaan tidak saja mengenai pekerjaaan yang bersifat rutin, tetapi
juga memerlukan keahlian/ profesionalisme. Berbeda dengan
keteladanan yang tidak beratnya diletakkan pada kepribadian dan
ahlak dalam melaksanakn tugas masing- masing. Keteladanan
meyentuh disiplin, loyalitas, dedikasi, semangat, dan moral kerja,
kejujuran, tanggung jawab, dan lain-lain.
Meningkatkan partisipasi dalam pemecahan masalah
Pemimpin perlu menyadari kekurangan dan kelemahannya,
dengan terus berusaha memperbaikinya, karena tidak pernah ada
titik akhir dalam usaha meningkatkan kualitas kepemimpinan. Kapan
pun dan dimana saja dalam interaksi kemanusiaan, dengan atau tanpa
menggunakan berbagai sarana, setiap pemimpin sebagai manusia
selalu dapat mempelajari sesuatu yang member manfaat dan
melaksanakan kepemimpinannya.
Menggali dan meningkatkan kreativitas
Setiap pemimpin yang menyadari pentingnya menggali dan
memanfaatkan kreativitas anggota organisasi, juga akan selalu
berusaha meningkatkan kemampuan tersebut. Pemimpin secara teru
menerus berusaha memberikan motivasi agar anggota organisasi
Untuk Mengendalikan Konflik dalam Kepemimpinan
Pengertian ketegangan dan konflik
Ketegangan dan konflik adalah kondisi batin, yang tidak
mudah merumuskan pengertiannya, meskipun setiap orang mudah
sekali mengalaminya. Kondisi batin yang menyentuh aspek perasaan
18
itu berpengaruh pada proses berfikir, dalam bentuk memperturutkan
atau mengingkari kondisi yang dialami itu.
Kondisi ketegangan pada dasarnya merupakan batin yang
berisi unsur perasaan terancam, tidak menyenangkan, rasa tidak
puas, bingung, tidak berbahaya, dll. Dalam keadaan perasaan
kegelisahan/ keresahan itu memuncak. Maka akan terjadi
pertentangan-pertentangan antat individu atau di dalam diri seorang
individu, yang disebut konflik. Pertentangan- pertentangan yang
berat di dalam diri individu, dapat sampai pada kondisi kecemasa
yang melumpuhkan, yang disebut frustasi. Untuk mengurangi dan
mengatasi ketegangan itu diperlukan sikap pengertian dari anggota
organisasi yang lain mengenai kondisi rekannya.
19
Buku pembanding kedua:
Bab 1
1. Pengertian organisasi
Menurut ernest dale
Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputipenyusunan,
pengembangan dan pemeliharaan suatu stuktur atau pola hubungan kerja
dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
20
c) Kerjasama
d) Kekuasaan dan
e) Kepemimpinan
Sedangkan menurut teori klasik yang dijadikan dasar penting
dalam organisasi formal yaitu
a) Pembagian kerja
b) Proses skalar dan fungsional
c) Struktur
d) Rentang kendali
B. Tokoh organisasi klasik
Frederick winslow taylor (1856-1915)
C. Teori organisasi meonklasik
Teori meonklasik secara sederhana dikenal sebgai aliran hubungan
manusiawi (the human relation movement). Perkembangan teori
meonklasik dimulai dengan inspirasi percobaan yang dilakukan di
Howthorne. Pada akhirnya percobaan ini menunjukan bagaimana
kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangat berpengaruh
pada operasi organisasi.
D. Teori dalam kepemimpinnan
1. Teori sifat
2. Teori perilaku
3. Teori situasoinal
E. Hubungan gaya kepimpinan dengan macam-mcam stuktur
organisasi
1. Gaya kepemimpinan situasional
a. Mengarahkan(telling)
Ada 4 respon kepemimpinan dalam mengelola kinerja
berdasarkan tingkat kematangan karyawan yaitu mengarahkan,
menjual, menggalang, dan mengendelegasi.
- Menjual
Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan
menyelesaikan tugas-tuggas, takut untuk mencoba
melakukannya.
21
- Mengalang partisipasi
Gaya kepemimpinan partisipasi adalah respon manajer
harus diperankan ketika tingkat kemampuan karyawann
akan tetapi memiliki kemauan untuk melakukan tanggung
jawab
- Mengendelasikan
Untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan
yang tinggi maka gaya kepemimpinan yang sesuaidengan
gaya delegasi. Dengan gaya ini pimpinan sedikit memberi
pengarahan maupun pendukungan.
22
Bab III
PEMBAHASAN
3.1 kelebihan
Kelebihan pada buku ini memiliki tata bahasa ,bahasa yang digunakan dalam
buku ini menggunakan bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami penyampaian-penyampaian
materinya,ukuran tullisan yang digunakan sudah tepat dan bisa dibaca jelas
okeh pembacanya. Tanda-tanda bacanya sudah dibubuhkan sesuai dengan
yang diharapkan.
3.2 kekurangan
Kekurangan pada jurnal ini memiliki dari tata bahasa dan letaknya juga pas
dan tidak memiliki kekurangan yang dapat menyulitkan pembaca dalam
memahaminya. Dari aspek ini kesimpulan tidak dipaparkan pada setiap bab
tetapi dibuatr pada keseluruhan kesimpulan dari bab 1 sampai bab terakhir.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang saya dapat dari tugas Critical Book Review ini adalah
bahwa dari ketiga buku yang saya bandingkan mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing,tetapi pada dasarnya saling berhubungan dan
mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana melahirkan seorang pemimpin yang
cara berpikir dan tindakannya mendekati sempurna,meskipun kita mengetahui
tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan Yang Maha Esa,jadi intinya
tergantung dari pribadi masing-masing bagaimana cara agar jiwa kepemimpinan itu
dapat diperoleh,karena setiap orang pasti memiliki bakat dan bidang yang berbeda-
beda ,meskipun seseorang itu belum dapat memimimpin banyak orang dalam
organisasi atau apapun itu sudah selayaknya dan sepantasnya dia mampu
memimpin dirinya sendiri.
4.2.Rekomendasi
Saya mengetahui bahwa dalam penyelesaian tugas Critical book Riview ini
masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang
saya miliki,oleh karena itu saya sangat mengharapkan rekomendasi,saran ataupun
kritik yang sifatnya membangun guna meyempurnakan tugas saya ini,agar dalam
pembuatan tugas yang sama kedepannya jauh lebih baik.Terimakasih
24
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Internet :
Eka Putra. 2012., Pemimpin dan kepemimpinan (Apakah Kepemimpinan Abnormal
itu?)http://sipartalutalu.blogspot.co.id. Diakses pada 27 september 2016.
25