Anda di halaman 1dari 11

TELUSURI

NUR AZIZ
Selamat datang di blog Nur Aziz, Blog khusus tentang keperawatan

Berbagi
Mei 14, 2017

LAPORAN PENDAHULUAN DECOM CORDIS


LAPORAN PENDAHULUAN
DECOMPENSATIO CORDIS

Disusun Oleh :

NUR AZIZ
Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta

LAPORAN PENDAHULUAN
DECOMPENSATIO CORDIS

A. Pengertian
Dekompensasi kardis adalah suatu keberadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi
kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung. (Nanda, 2012 : 108)
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi
yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal. Namun, definisi lain
mengatakan bahwa gagal jantung bukan suatu penyakit terbatas pada suatu sistem organ,
melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan suatu bentuk respon
hemodinamik, renal dan hormonal, suatu keadaan patologis kelainan fungsi jantung menyebabkan
kegagalan jantung pemompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan atau hanya dapat
memenuhinya dengan meningkatkan tekanan pengisian. (Muttaqin, 2009 : 196)
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
nafas dan fatik (saat istirahan atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungi
jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya
pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/ atau kontraktilita miokardial (disfungsi
sistolik). (Nanda, 2015)
Klasifikasi :
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi :
1. Gagal Jantung Kiri
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatigue, orthopnea dispnea nocturnal
paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama derap, ventricular heaving, bunyi derap S3 dan S4,
pernafasan cheyne stokes, takikardi, pulsusu alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.
2. Gagal Jantung Kanan
Pada gagal jantung kanan timbul edema, liver engorgement, anoreksia, dan kembung. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama derap
antrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat,
bunyi P2 mengeras, asites, hidrothoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali dan pitting
edema.
3. Gagal Jantung Kongestif
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New
York Heart Association (NYHA) membuat klafisikasi fungsional dalam 4 kelas :
a. Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
b. Kelas 2 : Bila paien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari tanpa
keluhan
c. Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
d. Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah
baring. (Nanda, 2012 : 108)

B. Etiologi
Mekanisme fisiologi yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-
keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas
miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitas aorta, dan cacat septum
ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi
sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati.
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisian dan
ejeksi ventrikel (Perikardis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut
diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada
gangguan penghantaran kalsium didalam sarkomer atau didalam sistesis atau fungsi protein
kontraktil. (Nanda, 2012 : 109)

C. Manifetasi Klinis
Dampak dari cardiac output dan kongesti yang terjadi sistem vena atau sistem pulmonal
antara lain :
1. Lelah
2. Angina
3. Oliguri. Penurunan aktifitas GI
4. Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antara lain :
1. Dyspneu
2. Batuk
3. Orthopnea
4. Reles paru
5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
1. Edema perifer
2. Distensi vena leher
3. Hari membesar
4. Peningkatan central venous pressure (CVP)
(Nanda, 2012 : 109)

D. Anatomi Fisiologi
E. Patofisiologi
Bila reservasi jantung normal untuk berespon terhadap stress tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa dan
akibatnya terjadi gagal jantung. Demikian juga pada tingkat awal disfungsi komponen pompa
secara nyata dapat mengakibatkan gagal jantung. Jika reservasi jantung normal mengalami
kepayahan dan kegagalan respon fisiologi tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting.
Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.
Terdapat empat mekanisme respon primerterhadap gagal jantung, meliputi :
1. Meningkatnya aktifitas adrenergik simpatis
2. Meningkatnya beban awal akibat aktifitas neuhormonal
3. Hipertofi ventrikel
4. Volume cairan berlebih (overload)
Keempat respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hampir normal pada gagal jantung dini daripada keadaan istirahat. Akan tetapi
kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan
beraktifitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang
efektif. (Muttaqin, Arif. 2009 : 200)

F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Ekikardiografi : untuk mmperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri
2. Rontgen dad : untuk menunjukkan adanya hipertensi vena, edema paru atau
kardiomegali
3. Elektrokardiografi : untuk melihat adanya perubahan kalium setelah pemakaian duretik.
(Muttaqin, 2009 : 216)

H. Penatalaksanaan
1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen terutama pada klien gagal jantung disertai dengan edema paru. Pemenuhan
oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh.
2. Terapi nitrat dan vasodilatasi
Penggunaan nitrat baik secara akut maupun kronis tengah didukung dalam pelaksanaan gagal
jantung. Dengan menyebabkan vasodilatasi perifer, jantung diunloaded (penurunan afterload),
pada peningkatan curah jantung lanjut penurunan pulmonary arteri wedge pressure (pengukuran
yang menunjukkan derajat kongesti vaskuler pulmonal dan beratnya gagal ventrikel kiri), serta
penurunn pada O2 miokard.
3. Diuretik
Akan menurunkan preload dan kerja jantung, diuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan
dan merendahkan tekanan darah.
4. Diuretik kuat
Bekerja dengan ansa nenle dengan menghambat transportasi klorida terhadap natrium terhadap
sirkulasi (menghambat reabsorbsi natrium pasif).

I. Komplikasi
1. Syok kardiogenik
2. Aritmia
3. Ruptur miokard
4. Kematian

J. Fokus Pengkajian
1. Keluhan utama
Kelemahan saat beraktifitas dan sesak nafas.
2. Riwayat penyakit saat ini
Dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien.
3. Riwayat penyakit dahulu
Dengan menanyakan apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri ada, hipertensi, iskema
miokardium, infark miokard, diabetes melitus, dan hiperlidemia. Tanyakan obat-obatan yang
biasanya diminum oleh klien pada masa lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini.
4. Riwayat keluarga
Dengan menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga
yang meninggal terutama pada usia produktif.
5. Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Dengan menanyakan situasi tempat klien bekerja dan lingkungannya.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan oksigen
2. Penurunan curah jantung b/d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti
vena
3. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai demand oksigen.
L. Fokus Intervensi
NO Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan1. Kaji TTV
keperawatan tidak terjadi Rasional : mengetahui keadaan
perubahan pola nafas dengan umum
kriteria hasil : 2. Atur posisi semi fowler
1. TTV normal : Rasional : memberi posisi nyaman
T : 120/80 mmHg untuk klien
N : 80 x/menit 3. Ajarkan teknik distraksi relaksasi
R : 20 x/menit Rasional : memberi perasaan tenang
2. Klien tidak sesak nafas dan rileks
4. Berikan O2 sesuai kebutuhan
Rasional : memberi terapi O2 sesuai
kebutuhan klien
5. Kolaborasi dengan dokter
Rasional : pemberian terapi medis
untuk klien
2 Setelah dilakukan tindakan1. Kaji TTV
keperawatan klien dapat Rasional : mengetahui keadaan
mempertahankan oksigenasi umum
secara adekuat dengan kriteria2. Atur posisi semi fowler
hasil : Rasional : memberi posisi nyaman
1. TTV normal : untuk klien
T : 120/80 mmHg 3. Ajarkan teknik nafas dalam
N : 80 x/menit Rasional : memberi perasaan tenang
R : 20 x/menit dan rileks
2. Klien tidak terpasang alat bantu4. Berikan O2 sesuai kebutuhan
pernafasan Rasional : memberi terapi O2 sesuai
kebutuhan klien
5. Kolaborasi dengan dokter
Rasional : pemberian terapi medis
untuk klien
3 Setelah dilakukan tindakan1. Observasi frekuensi jantung, irama
keperawatan intoleransi aktifitas dan perubahan tekanan darah, selama
dapat teratasi dengan kriteria hasil dan sesudah beraktifitas
1. Klien duduk tanpa bantuan
2. Aktifitas dapat normal Rasional : untuk mengetahui respon
3. Tidak lemah saat beraktifitas klien terhadap aktifitas dapat
mengindikasikan penurunan
O2miokardium
2. Berikan diet sesuai program
(pembatasan air dan natrium)
Rasional : mencegah edema akibat
kontraktilitas jantung
3. Tingkatkan itirahat batasi aktifitas,
dan berikan aktifitas senggang yang
tidak berat
Rasional : menurunkan kerja
miokardium dan konsumsi oksigen
4. Kolaborasi untuk rujuk program
rehabilitai jantung
Raional : meningkatkan jumlah
O2yang ada untuk kebutuhan jantung
Daftar Pustaka

Andicha. 2014. Laporan Pendahuluan Dekompensasi Kordis (http://tugas-stase-


kmb.blogspot.in/2014/08/lp-dekompensasi-kordis.html) Diakses pada tanggal 2 Februari 2017
pukul 19.20 WIB.

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International 2015-2017. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arief. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:
Salemba Medika.

NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarja: Media
Hardy
Berbagi

KOMENTAR

POSTINGAN POPULER

Mei 14, 2017

ASUHAN KEPERAWTAN VOMITUS


Berbagi

Posting Komentar

Mei 14, 2017

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONCHIAL


Berbagi

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger


Gambar tema oleh Anna Williams
nur aziz
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
TELUSURI

NUR AZIZ

Anda mungkin juga menyukai