Anda di halaman 1dari 14

Tugas Akhir Mata Kualitatif

Analisis

Oleh

Siti Masfiyah 071611333027


DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018

Latar Belakang Masalah

Pemimpin adalah segelintir orang ataupun minoritas yang memegang kendali


akan suatu organisasi atau dalam lingkup kenegaraan. pemimpin juga salah satu orang
yang akan menjadi penentu arah kemana negeri itu akan di jalankan , kriteria untuk
menjadi pemimpin pun tidak mudah, perlu komptensi, kemampuan serta skill sehingga
dapat mengantarkan kemajuan bagi negara. memiliki sikap kepemimpinan, tegas,disiplin
dan kriteria-kriteria lain karena untuk menjadi pempimpin akan sangat berat karena
tengah diamanatkan tugas serta amanah yang akan bertanggungb jawab terhadap masa
depan bangsa. Sehingga dibutuhkan kader-kader bangsa yang terbaik sehingga dapat
mengantarkan pada kemajuan, di Indonesia seorang kader biasanya berasal dari partai
politik, sehingga partai politik diberikan tugas untuk menciptakan kader-kader pilihan
yang diharapkan mampu membawa Indonesia kepada perubahan yang lebih baik.
Strategi dalam menciptakan kader juga merupakan hal yang sangat penting,
dengan menciptakan kader yang terbaik maka ketika telah siap di lepaskan ke dunia
politik praktis maka tidak perlu diragukan dan diharapkan dapat menjadi pemimpin yang
sesuai dengan amanat undang-undang, dan strategi yang banyak digunakan adalah
strategi rekrutmen politik melalui merit system.Pemilihan umum merupakan bentuk dari
rekrutmen politik yang dimana terjadi pemilihan atau pengangkatan seseorang atau
individu untuk mengisi posisi tertentu yang ada di pemerintahan (Surbakti 2010, 150).
Tujuan dari pemilihan umum merupakan upaya pemerintah untuk memilih bakal calon
yang akan duduk di kursi pemerintahan dan selain itu hal ini merupakan realisasi dari
nilai-nilai demokrasi. Negara boleh dikatakan sebagai negara yang demokratis apabila
negara tersebut telah berhasil maupun dapat menyelenggarakan pemilihan umum.
Sehingga, pemilihan umum ini sebagai bentuk pelaksanaan dan komitmen negara
terhadap demokrasi.
pemilihan umum dilaksanakan karena adanya dorongan yang bersifat idealis, yaitu
sebagai komitmen terhadap pelaksanaan demokrasi. Namun, secara pragmatis pemilihan
umum merupakan bentuk dari pemilihan elit-elit baru atau pertahanan elit-elit status quo.
Pada dasarnya, pelaksanaan pemilihan umum yang sesuai dengan demokrasi
mengizinkan setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam kontestasi rekrutmen
tersebut. Namun, kenyataannya tidak semua warga negara dapat berpartisipasi dalam
kontestasi tersebut. Beberapa hal yang menjadikan faktor limitasi warga negara untuk
berpartisipasi dalam kontestasi tersebut berkaitan dengan latar belakang individu atau
kelompok, karir politik, cara pandang, dan jejaring sosialnya. Dalam pencalonan legislatif
tentunya adanya kompetensi yang kemudian dapat mengantarkan menuju kursi
kepemimpinan. Dalam proses rekrutmen politik, partai politik yang menaungi calon
anggota legislatif dalam proses kandidasi harus mencari tahu tujuan pengusaha untuk
terjun ke dunia politik. Dalam proses kandidasi,

Profil Caleg

Dalam makalah ini akan banyak menjelaskan mengenai pencalegan kader partai,
pembahasan ini terkait pandangan mereka terhadap politik. Sebagaimana diketahui
bahwa proses pencalegan ini adalah upaya meregenerasi kepemimpinan sehingga
diperlukan calon-calon baru yang dapat menduduki kursi caleg yang saya pilih adalah
Fawaiddul Makkiyah dari Partai PKB yang mewakili dapil 8 untuk Daerah Gresik yang
meliputi wilayah kecamatan Manyar, Bungah dan Sidayu. dalam pencalegan ini beliau
baru pertama kali menjadi caleg, hal ini didasari oleh tuntunan ataupun tugas dari partai
yang dinaunginya yakni PKB, sebelum itu beliau juga telah mendapatkan gambaran
pemerintahan karena telah mengikuti Parlemen Santri Gresik yang diadakan oleh
GEMASABA di tahun 2017 yangb dilaksanakan di Gedung DPRD kabupaten Gresik.
selain itu beliau adalah seorangb aktivis, dia juga seorang anggota PMII yang kini
menjabat sebagai ketua umum PC PMII Surabaya Selatan, juga merupakan Dewan
Eksekutif Mahasiswa dan Senat Mahasiswa UINSA tahun 2016 .

Rumusan Masalah
Bagaimana proses awal seseorang mendaftar menjadi calon anggota legislatif,
terutama mereka yang berlatar belakang pengusaha dan aktivis?
Apatujuan awal yang memotivasi seseorang untuk mendaftar menjadi calon
anggota legislatif?
Bagaimana melihat permasalahan sosial dan politik yang terjadi?
Apakah sempat bergabung di sebuah organisasi sosial politik sebelum
mencalonkan diri debagai anggota legislatif?
Apabasis sosial dan politik serta cara mendapatkannya ?
Apa gaya kampanye?
Seperti apa pandangan politik antara?
Bagaimana teori rekruitmen politik menjelaskan fenomena calon anggota
legislatif ?
Apakah teori rekruitmen politik bisa menjelaskan keterkaitan antar lembaga serta
organisasi sosial dengan partai politik serta perannya dalam mendorong seseorang
dengan latar belakang aktivis dan pengusaha untuk menjadi calon anggota
legislatif?
Apakah partai politik mempunyai peran dalam melakukan regenerasi di
pemerintahan dengan merekruit anggota baru berlatar belakang beragam untuk
mempertahankan kekuasaannya?
Bagaimana teori rekruitmen politik menjelaskan konsep networking atau jaringan dalam
praktik berpolitik, terutama dalam hal pencalonan anggota legislatif?
Apakah sistem networking atau jaringan selalu hadir dalam praktik berpolitik?
Bagaimana sistem networking atau jaringan memotivasi seseorang berlatar
belakang aktivis dan pengusaha untuk mencalokan diri sebagai anggota legislatif?
Apakah ada perbedaan dan persamaan dalam bentuk sistem networking atau
jaringan yang digunakan oleh calon anggota legislatif berlatar belakang aktivis
dan pengusaha?

Kerangka Teori

Rekrutmen politik adalah sebuah fungsi untuk melakukan seleksi yang ditujukan
kepada rakyat untuk suatu kegiatan politik ataupun mengisi jabatan dalam pemerintahan
yang dilakukan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota
organisasi, mencalonkn diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian. (Tangkilisan
2003) Sedangkan menurut Ramlan Surbakti, rekrutmen politik itu sebuah seleksi dan
pemilihan ataupun seleksi dna pengangkatan individu ataupun sekelompok orang yang
bertujuan untuk melaksanakan sejumlah peran dalam sebuah system politik pada umunya
dan pemerintahan pada khususnya (Surbakti 1992) oleh karena itu jika ditarik kesimpulan
maka teori rekrutmen politik adalah teori yang membahas mengenai proses seleksi
ataupun penerimaan anggota baru oleh kelompok atau badan formal tertentyu yang
memiliki tujuan tertentu, agar dapat menjalankan peran dalam system politik baik itu
untuk organisasinya ataupun dalam pemerintahan selain itu pula sebagai upaya regenerasi
karena sesungguhnya elit pun membutuhkan upaya roling sehinggab tetap terjaga
kestabilan politiknya sehingga dapat melanjutkan tugas untuk menjalankan system
politik. Rekrutemn politik bisa diartikans ebagai saran untuk bisa meningkatkan
partisipasi masyarakat pada ranah politik. Karena dari adanya proses rekrutmen, partai
politik akan bisa menemukan kader-kader yang terbaik dan mengetahui sejauh mana
kompetensi serta kredibilitas kadernya.

ANALISIS
Transkrip wawancara dengan Calon Anggota Legislatif

interviewer : saya langsung wawancara ya mas?

informan : iya

interviewer : anda diusung dari partai apa mas ?

informan : tentunya PKB

interviewer : Apa yang anda pahami sebagai anggota legislatif dan sejak kapan mas ?

informan : Jadi saya pernah ikut parlemen santri di gresik, nah di sana itu di berikan infromasi
terkait legislatf, ada 3 materi seperti pemahamannnya, lalu terkait anggaran, itu tahun 2107
kemarin waktu proses GEMASABA juga, saya ikut itu karena intruksi lalu saya konsultasi ke
senior-senior, akhirnya gapapa, ingin belajar ingin tau juga

interviewer : sudah berap kali menjadi anggota legislatif ?

informan : baru pertama kali

interviewer : riwayat organisasiya mas itu apa saja ?

informan : intra, ekstra, daerah gitu

interviewer : seperti ?

informan : PMII, wakil lima,Organisasi daerah yaitu ikatan mahasiswa bawean surabaya lalu
gerakan mahasiswa Bawean

interviewer : apa yang memotivasi anda menjadi caleg

informan : sebenarnya masih belum ada motivasi sih, kan saya ini kader partai dan juga
GEMASABA yaitu gerakan mahasiswa satu bangsa kemudian di putus dan diperintahkan untuk
jadi caleg

interviewer : branding, atau gara gara tuntutan

informan : sebenarnya karena kekurangan

interviewer : jadi mucul itu karena di tawari

informan : bukan ditawari tapi di tugaskan

interviewer : oh, lalu prosesnya itu bagaimana mas ?

informan : ya langsung menyiapkan buat administrasinya

interviewer : masuk dapil berapa mas

informan : dapil 8

interviewer : dapil 8 itu dimana aja mas ?


informan : sidayu,manyar dan bunga

interviewer : dapil 8 itu itu sampeyan milih atau ditempatkan

informan : ditempatkan

interviewer : kalau menurut sampeyan no urut itu apakah penting

informan : penting

interviewer : apa basis sosial dan politik nya sampeyan mas ?

informan : ya sebenarnya pemuda ya kalau basis sosial, kalau politik ya pasti PKB

interviewer : lalu bagaimana cara sampeyan mendekati konstituenya ?

informan : untuk sekarang masih belum ada rencana untuk turun namun untuk anak millenial
jaman sekarang kan lebih banyak ngopi ya, nah itu saya manfaatkan, tapi saya tidak begitu sering
untuk disana, ya belum saatnya juga ya, apalagi dapilnya itu di luar daerah saya

informan : kalau ada kelompok yang di tuju itu kelompok apa mas ?

interviewer : karang taruna, PMII, komunitas-komunitas mahasiswa seperti yang saya bilang tadi
seperti perkumpulan mahasiswa gresik dll

informan : program apa saja yang mas tawarkan kepada masyarakat untuk memilih sampeyan ?

informan : saat ini masih belum turun, namun saya sudah merancang dan melihat-lihat keadaan
di dalam masyarakat seperti apa kebutuhannya, memetakkan SDM dan SDA nya juga

interviewer : kira kira sampeyan memnafaatkan juga ndak tokoh-tokoh sosial maupun agama
daerah di sana ?

informan : iya, saya juga seperti sowan kepada tokoh tokoh lokal disana dan incumbent yang
sama partai seperti saya seperti bapak bahruddin, incumbent

interviewer : kalau model kampanye itu apakah sudah sampeyan rancang ?

informan : kalau sampai sekarang mungkin masih menggunakan sosial media

interviewer : kalau soal dana kampanye apakah itu pribadi atau dari partai mas ?

informan : pakai dana sendiri, pribadi itu

interviewer : bagaimana cara mas maki menghadapi calon lawan politik

informan : diajak ngopi aja, kan dari situ kita dapat berdikusi masalah masalah apa yang
dihadapin oleh masyarakat lalu dirumuskan bersama solusi yangb baik, jadi bukan ada rival
diantara politik, karena sebenanya politik ini silaturahmi dek, jadi ya ndak usah terlalu terbawa
emosi sehingga memikirkan terlalu soal lawan, yang penting tidak saling menjatuhkan, sambil
belajar juga.
interviewer : ohh iya-iya.kalau pelatihan-pelatihan gitu apakah ada mas ?

informan : pengarahan, pelatihan,workshop banyak mbak

interviewer : apakah mas maki juga dapat dukungan dari non politik ?

informan : Ya dari itu tadi mbak, karang taruna, PMII sama temen-temen

interviewer : apakah anda menyediakan saksi tersendiri di TPS dan di berikan insentif atau di
sediakan oleh partai politik ?

informan : di sediakan partai

interviewer : mas tolong jelaskan sedikit mengenai fungsi budgeting, legislasi sama
pengawasan ?

informan : ya kalau anggaran itu kayak memberika persetujuan gitu, entah itu persetujuan
tentang APBD atau APBD ya, terus soal pengelolahan keuangan, kalau pengawasan itu ya seperti
pengawasan terhadap jalananya undang-undang gitu.

interviewer : No urut berapa mas ?

informan : lima

interviewer : apa program yang kira-kira akan sampeyan tawarkan ke msayrakat mas ?

informan: Ya liat derahnya dulu, kaya apa keadaanya, kebutuhannya kaya ketertinggalan apa gitu
kita cari tau, lalu juga soal SDA dan SDM nya

interviewer : kira-kira kapan akan sampeyan lakukan upaya itu mmas?

informan : ya InsyaAllah, januari ini akan saya lakukan dialog sama warga, kan juga ada temenku
disana

interviewer : lalu cara mengenalkan sampeyan yang akan mewakili daerahnya itu gimana mas
kan sampeyan bukan berasal dari sana, bagaimana cara menggaet konstituen gitu ?

informan: Ya lihat orangnya, saya ndak bisa lngsung memperkenalkan diri lansgung, ya kaya kalau
sama anak muda saya bilang saya juga millenial, kalau sama orang NU ya bilang ssaya ini juga
orang NU, Ya bisa juga dengan cara Door to door gitu

interviewer : lalu model kampanye sampeyan tadi gimana mas ?

informan : ya pakai media sosial, lalu dengan menjalin relasi sehingga yang lain bisa membantu

interviewer : pakai apk-apk gitu mas ?

informan : iyab pakai sticker, kaos beberapa buat relawan aja

interviewer : dapat dukungan dari luarv mas ?

informan : iya, kaya pmii, karaeng taruna sama kaya dukungan pribadi dari temen-temen juga,
atas nama warga gresik, atas nama anak muda, ya gitu aja

Analisis
Dari hasil trasnkip yang telah dipaparkan diatas mengenai Caleg ini menggunakan
kerangka teori Rekruitmen Politik, yang mana kerangka ini sangatlah cocok untuk
dijadikan analisa ini.. Rekrutmen politik merupakan sebuah cara atau upaya seleksi
rakyat untuk mendukung kegiatan politik dan jabatan di ranah pemerintahan melalui
penampilan dalam media komunikasi atau mendaftar untuk menjadi anggota
organisasi,mencalonkan diri di jabatan tertentu atau badan formal lain, rekrutmen politik
dapat juga diartikan sebagai proses seleksi anggkta kelompok untuk mewakili
kelompokknya didalam jabatan administratif atau pokitik. Rekrutmen politik dapat
dilakukan secara terbuka maupun tertutup dan dengan melalui berbagai tahap yakni tahap
terdidik, tahap terlatih, tahap kepercayaan dan tahap interpendensi.
Partai politik perlu melakukan rekrutmen calon calon anggota legislatif dengan benar
serta metode yang obyektif, dalam hal ini dapat dilakukan rekrutmen politik melalui
merit system. Merit system adalah suatu upaya mengelola sumber daya manusia dimana
lebih mengutamakan pada kemampuan atau prestasi, dimana hal itu dapat menjadi
patokan atau hal yang berpengaruh pada naik turunnya jabatan atau karir. Rekrutmen
melalui metode merit system merupakan hal perlu dilakukan guna memperbaiki kualitas
para wakil rakyat atau anggota legislatif, .
Dalam pembahasan kali ini merit sytem merupakan bagian dari rekrutmen politik
sehingga akan dijadikan satu dalam satu bahasan. Ada berbagai faktor yang
mempengaruhi rekrutmen yang pertama adalah " Persoalan di sekitar politik" hal ini
berarti setiap calon yang dipercaya diharapkan mampu dalam mengelola dan
mengoptimalkan upaya untuk menghadapi atau mengatasi polemik yang beredar di
sekitar masyarakat yang kemudian dapat dipersempit, dalam analisisnya azzam caleg
PKB ini dapat secara gamblang mengenai misi dan visi yang perlu diperjuangkan serta
masalah yang perlu di perbaiki yang ada di masrayakat. Yang pertama yakni masalah
klasik menyangkut millenial dan stigma negatif yang beredar, para millenial berpendapat
bahwa politik adalah hal yang kacau, kotor dan upaya busuk memanfaatkan masyarakat,
namun beliau pelan pelan dengan diskusi dan arahan kecil memberikan pemahaman serta
iming iming kata, jika tidak mau berpolitik (praktis) maka perlu tau politik supaya tidak
mudah di bohongi, dengan hal itu mungkin sedikit demi sedikit mindset soal politik itu
kotr akan tergerus karena sejatinya mulut punya teman, sehingga mungkin hal itu jadi
efektif, cara lain yang di pilih adalah dengan pemilihan tim sukses yang berasal dari
kalangan millennial bahkan yang awam mengenai poltik,hal ini dimaksudkan untuk
membantunya memberikan masukan, dukungan dan dalam berpikir bukan dalam proses
politik, selain untuk "mempromosikan" politik menurutnya para pemilihan tim sukses
millennial ini lebih militan dan tulus, dan lebih memberi dukungan semangat yang lebih,
karena mereka merasa lebih di apresiasi sehingga semangat dalam membantu lebih
membara ketimbang tim sukses yang lebih berpengalaman, namun beliau berkata jika
dalam menghadapi para millennial ini harus lebih kuat karena masih awam dan muda,
maka mereka akan mudah disentil dan emosinya mudah memuncak oleh karena itu
pemahaman kembali di lakukan, hal ini secara tidak langsung memberikan pendidikan
poltik kepada para muda. Selain itu masalah mengenai money politic, kebanyakan para
pemegang jabatan bukan malah memberikan pendidikan politik yang benar kepada
masyarakat namun malah memanfaatkan rakyat, oleh karena itu sosialisasi dilakukan
melalui media yang menyasar kepasa millenial dan secara langsung kepada masyarakat
sebagai upaya juga menggaet konstituen.
Money politic di zaman sekarang ini menurutnya tidak mudah, karena msyarakat
sekarang sudah pandai. Oleh karena itu sosialiasi dan terjun langsung ke masyarakat
kemudian memberikan pemahaman menganai pendidikan politik tentunya membutikan
jika azzam sebagai bakal caleg PKB ini paham mengenai persoalan di masyarakat,
apalagi beliau juga tergabung dalam PKH ( Pendamping keluarga harapan) dan PD
( pendamping desa) hal tersebut dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat untun percaya
dan kemudian memilih sebagai calon yang mewakili mereka, karena sebelumnya telah
dekat.
Faktor yang kedua adalah kuasaan riil, yakni strategi ataupun konsep pikiran yang
kemudian dikembangkan ketika telah menjadi pemimpin, sebelumnya beliau pernah
bercerita, bahwa sebenarnya politik adalah silaturrahum, bagaimana kita dalam
berhubungam dengan orang, beliau berasal dari sebagai kader partai beliau berbicara soal
bagaimana kita mengabadi, bagaimana kita berperan dan mendukung partai, berusaha
jadi kader yang militan sehingga pengalaman dan networking dapat otomatis terjalin,
proyeksi pemikiran itulah yang kemudian tercetus seperti diatas mengenai timses
millenial, selai itu cara menggaet konstituen melalui door to door yakini datang langsung
menyapa masyarakat, namun tidak dilakukan oleh tim sukses namun oleh calegnya
sendiri, secara otomatis dpaat di analisis bahwa konsep kepemimpinan yang di lakukan
adalah secara luwes dan merakyat, hal ini akan lebih mampu mengambil simpati serta
mengetahui kebutuhan, tatanan masyarakat serta misi yang akan diperjuangkan sehingga
akan terbaca strategi yang bagaimaana yang dapat di aplikasikan kepada masyarakat luas
karena lebih dahulu menciptkan ikatan yang kemudian dapat mempengaruhi agar
dipercaya sebagai pemimpin.
Dan faktor yang terkahir adalah "berada dalam suatu historis" dalam hal ini
semacam bakal caleh telah memiliki pengalaman dalam organisasi maupun jabatan lain
yang berarti dalam politik maupun masayatakat, nama dan jasanya terekam yang
kemudian memudahkan dirinya terlilih untuk menjadi pemimpin, selain itu beliau juga
mendapat banyak sekali dukungan eksternal seperti Karang taruna meskipun sebenarnya
bukan organisasi masyarakat karang taruna iitu adalah organisasi pemerintahan. Tapi
secara struktur tidak menyatakan sikap bahwa mau mendukung, tapi secara person
beberapa anggota karang taruna terutama yang diakomodir oleh ketua ya menyatakan
sikap ya siap membantu, karena merepresentasikan anak muda. Lalu ada juga PMII,
bukan secara struktur, tapi kan hanya komunitas-komunitas kader juga ada IKA PMII,
jaringan pesantren dan komunitas komunitas yang dia ikuti ,azzam sebagai kader PKB
yang dikenal militan telah banyak memiliki pengalaman seperti "Ketua MUSEMA IAIN
SA, sekertaria GEMASABA Jatim, LAKPESDAM Jatim, KNPI Jatim dll, dalam ranah
kecil maupun besae tentunya memperngaruhi seseorang untuk berkembang dan
terkenang, jika dikaitkan kembali dalam merit system tentunya akan ketemu titik kenapa
azzam masuk dalam kualifikasi tersebut karena prestasi yang mungkin dapat
mengantarkan perubahan yang progresif bagi partai karena ada kader yang memiliki
kemampuan serta skill yang tidak lagi diragukan, selain itu dapat dibuktikan jika azzam
dapat banyak sumbangan (dana)dalam pencalegan pertama ini karena selain skill yang
hebat kepercayaan dan networking lah yang berbicara hal ini tentu menunjukan kualiatas
caleg karena mendapat support yang begitu banyak.
Pola pola rekrutmen poltik menjadi indikator yang dapat dibilang sangat penting karena
melalaui seleksi ini, akan di cari calon pemimpin yang benar berjuang untuk rakyat, dan
juga diharapkan dapat memberikan perubahan, kebijakan dan dinamika politik yang lebih
maju dan progresif. sesungguhnya yang bermain adalah aktornya dan rekrutmen adalah
gerbang awal oleh karena itu seleksi yang tepat dan pencarian caleg yang memiliki skill
dan kemampuan yang bagus harus dilakukan, menurut kami ketiga faktor tersebut azzam
telah masuk dan layak menjaadi bakal caleg.
Analisis disini lebih menjelaskan pada titik persamaan perbedaan yang terletak pada
masing-masing calon anggota legislative. Sama-sama merupakan calon anggota
legislative pada tahun 2019 keduanya sama-sama memberikan jawaban yang sangat
menarik disaat tengah diwawancarai, kedua sama-sama merasa mempunyai keyakinan
yang kuat untuk maju menjadi caleg 2019. Keduanya datang dari partai yang berbeda
dan background yang berbeda juga. Caleg yang pertama merupakan keluaran dari partai
golkar dan dari background pengusaha sedangkan caleg yang kedua merupakan keluaran
dari partai kebangkitan bangsa dan dari background aktivis. Berbicara caleg yang dari
background aktivis tentu tidak perlu untuk diragukan lagi untuk menjadi perwakilan dari
masyarakat, karena tidak sedikit yang berpendapat bahwasannya jika aktifis menjadi
caleg dapat mengubah kultur demokrasi yang ada di Indonesia. Karena mereka sudah
ditanami dengan nilai-nilai perjuangan, para aktivis yang selama ini di gadang mawarnai
dinamika politik di lingkaran parlemen. Dan para aktifis dinilai bisa mewarnai perdebatan
yang ada di parlemen dan tentunya lebih paham dan juga jelas esensinya tidak hanya
omongan belaka saja. Berbeda dengan caleg yang background pengusaha yang
merupakan stabilisator pemerintahan yang memastikan bahwasannya kebijakan yang
dibuat pemerinta tidak hanya pro dengan rakyat akan tetapi juga pro dengan pemilik
modal. Dan caleg pengusaha berpikiran besar dapat juga menaikkan dirinya sendiri,
dengan menjadi caleg merupakan hal yang mudah untuk mengimbangi usaha yang
dijalani. Dan tidak sedikit berpendapat caleg pengusaha dapat bebas untuk menjalankan
perusahaan mereka, bisa dibilang jika seorang pengusaha menjadi caleg konteks yang
mereka jalankan sebelumnya jauh berbeda karena mereka dengan mudah membuat suatu
rancangan dengan actor-actor politik yang lainnya.
Untuk dibilang masalah persamaan keduanya sama-sama mengangkat isu masalah
kesenjangan social dan ekonomi yang terjadi didaerah masing-masing dapil mereka.
Mereka juga sama-sama direkomendasikan oleh partai mereka masing-masing. Dan
untuk masalah dukungan mereka tentu saja terdapat perbedaan dalam bentuk dukungan.
Caleg aktifis lebih banyak didukung oleh para aktifis organisasi masyarakat seperti Ansor
dan juga IKA PMII dan tentunya berbeda dengan pengusaha yang menarik dukungan
pada teman-teman pengusaha atau konsumen yang sedang menjalin kerjasama untuk
bisnis adapun ormas yang mendukung salah satunya adalah Baskoro yang merupakan
kesinambungan dari partai golkar, pengusaha juga tentunya lebih dekat pada dukungan
orang-orang BUMN dan juga pengusaha PETRO. Untuk masalah dukungan tentunya
caleg pengusaha ini melihat dulu pengaruh yang dibawa sedangakan untuk aktifis lebih
mendekati kaum millineal yang masih awam akan politik.
Sebagaimana kita ketahui bahwa hal yang paling krusial dalam perpolitikan di negara ini
adalah tentang biaya politik yang cukup tinggi. Mulai dari kebutuhan untuk kampanye
politik, pendidikan politik hingga menghasilkan kader-kader terbaik untuk bangsa.
Karena meskipun kini telah memasuki era digital yang memudahkan masyarakat untuk
mengakses berbagai pengetahuan bahkan perpolitikan. Namun masih banyak pula
masyarakat yang belum melek secara politik. Sehingga partai seringkali membutuhkan
dana lebih untuk kampanye terutama untuk menarik simpati basis-basis social. Sekalipun
setiap partai menerima kucuran dari APBN yang jumlahnya cukup besar, tetapi dana
tersebut seringkali belum dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan partai secara
keseluruhan. Dana tersebut tentunya diberikan dengan tujuan untuk menekan tingkat
korupsi yang akan terjadi.
Hal lain yang perlu dipahami yakni partai politik sangat lekat dengan adanya politik
transaksional (baik dilakukan secara personal maupun kelompok) dimana adanya
kerjasama dengan para pengusaha untuk membantu permasalahan finansial yang dihadapi
baik oleh partai maupun calon perorangan. Oleh karena itu, majunya seorang pengusaha
dalam suatu kontestasi politik dapat dikatakan sebagai suatu terobosan yang cukup baik
bagi perpolitikan Indonesia. Dalam urusan finansial caleg pengusaha dibilang tuntas
secara ekonomi, karena mereka dapat menompang biaya kampanye mereka dengan
sendirinya tanpa membutuhkan banyak sumber. Sehingga dengan begitu hal ini
diharapkan dapat meminimalisir adanya praktik korupsi. Itulah mengapa pada tahun 2019
ini caleg penguasaha memakai tagline caleg anti korupsi karena caleg yang memiliki
laatar belakang pengusaha mendanai kampanye mereka secara pribadi untuk menarik
simpati basis social-politik yang mereka tuju.
Dengan meminimalisir sumber dana yang digunakan untuk kampanye, seorang
pengusaha dapat melakukan kampanye dengan lebih fleksibel dan leluasa tanpa harus
mempertimbangkan keberadaan banyak pihak karena sumber untuk pembiayaan politik
yang dibutuhkan berasal dari dana pribadi. Hal yang berbeda terjadi pada caleg aktifis
yang membutuhkan banyak sumber pendanaan untuk kampanye. Meskipun secara basis
social, aktivis lebih kuat dalam menarik simpati massa karena keterikatan social
dibanding pengusaha. Namun, sedikit banyak aktivis tetap membutuhkan dukungan
ekonomi untuk kegiatan kampanye. Jika pengusaha menggunakan kemampuan finansial
untuk menarik simpati masyarakat, aktivis menggunakan pengalaman sosialnya
membantu kepentingan rakyat. Karena sejatinya strategi menarik simpati basis social dan
politik dapat dilakukan dengan berbagaai pendekatan seperti psikologis, social, ekonomi.
Pengusaha akan semakin meningkat pada caleg 2019 yaitu diukur kompetensi, idealisme
yang tinggi, dan ingin melakukan perubahan, tetapi tidak mempunyai sumber pendanaan
yang cukup baik, maka akan sulit memenangkan kompetisi di Pemilu nanti. Para pebisnis
terjun ke politik itu, karena dengan politik mereka juga bisa mengamankan pekerjaan dan
kepentingan bisnis masing-masing.sejatinya kewenangan DPR itu sangat kuat."Maka
pada posisi ini, si pengusaha cenderung lebih merasa aman dalam menjalankan
kebijakan.Lalu, sebagai anggota DPR, mereka sangat dekat dengan akses ke
kekuasaan.Jika mereka sudah masuk ke sana, maka akan bisa mengendalikan beragam
kebijakan publik yang tentunya akan menguntungkan bisnis mereka.
Akan tetapi partai politik tidak bisa sepenuhnya merekrut pengusaha sebagai calon
legislatif kecuali pengusaha tersebut benar-benar dibutuhkan potensinya di DPR RI.
Tetapi, permasalahannya jika dimisalkan 60 persen dari seluruh anggota legislatif RI
ialah pengusaha hal ini akan mengaburkan fungsi legislatif sejatinya. Hal tersebut tidak
bisa di elak oleh partai politik di Indonesia yang senyatanya membutuhkan dukungan
financial yang didapat dari pengusaha dalam pemenangan diberbagai pemilu baik
eksekutif maupun legislatif.
Masuknya aktivis dalam praktik formal politik justru membuat pencerahan dan
pemberdayaan masyarakat akar rumput menjadi terbengkalai sehingga terkesan benar-
benar meninggalkan kerja-kerja sosial yang telah diemban sebelumnya. Selain itu,
ketakutannya adalah praktik politik pragmatis dianggap akan membawa buruk pada
penguatan civil society. Di negara demokrasi transformasi dianggap lumrah dan biasa
saja sedangkan di negara otoriter terlihat adanya kesempatan dan kepentingan yang
dipengaruhi oleh rezim atau adanya inheren. Sedangkan merujuk pada Indonesia dari
otoriter ke liberalisasi politik dianggap fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Artinya
dengan adanya liberalisasi politik, transformasi terjadi karena adanya kebutuhan atas
lingkungan baru yang memaksa sekelompok orang untuk melakukan penyesuaian atas
perubahan tersebut.
Masuknya aktivis ke dalam politik electoral dipadang dapat menghabiskan kekuatan
independen yang mendudukan dirinya di posisi tengah-tengah rakyat dan negara. Apalagi
tidak adanya jaminan caleg aktivif tidak terseret kedalam pertarungan politik partai dan
kekuasaan. Sehingga skeptism terhadap transformasi politik aktivis dalam pencalegan
tidak dapat dihindari apalagi merujuk pada motif aktivis dalam terjun kepolitik formal.
Adapun kesimpulan dari analisi ini bahwa banyaknya jumlah aktivis yang menjadi caleg
bukan indikator semakain mantapnya proses transformasi aktivis dari ranah civil society
ke political society. Selanjutnya adalah terkait prospek konsilidasi demokrasi dengan
adanya transformasi politik. Dan terakhir bahwa dengan adanya transformasi politik
aktivis ini dapat memberikan pelajaran kepada kalangan prodemokrasi dalam
menyiapkan agenda perubahan dimasa mendatang.

BAB IV
KESIMPULAN
Proses politik pencalonan legislati tentu sangat banyak dinamikadan kendalanya,
berbagai faktor tentu dapat memengaruhi didalamnya, dan tiap-tiap partai memiliki cara
yang berbeda-beda dalam melakukan seleksi calon legislatifnya. Kelompok kami
meneliti ua orang calon legislatif yang memiliki latar belakang dan partai pengusung
yang berbeda. Ridho, caleg yang diusung oleh partai Golkar, memiliki latar belakang
seorang pengusaha dan Azzam yang diusung oleh PKB memiliki latar belakang seorang
aktivis. Rekruitmen yang mereka jalani cenderung tidak berbeda, yaitu mereka tergabung
dalam suatu organisasi kepemudaan underbow partai masing masing lalu diusunglah
mereka sebagai caleg. Namun yang menjadi salah satu fokus kami adalah, Ridho, sang
caleg berlatar bellakang pengusaha, mengajukan diri sendiri sebagai caleg yang akan
diusung oeh Prtai Golkar sedangkan Azzam, caleg berlatar belakang aktivis yang diusung
PKB ini menjadi caleg atas kemauan partai (partai meminta langsung kepadanya),
karena dengan alasan kader muda PKB sangat minim di daerahnya, Psuruan, khususnya
dapil yang saat ini dia tempati.
Tentu dengan latar belakang yang berbeda, pastilah memiliki pengalaman,
ideologi dan tujuan yang berbeda pula. Caleg pengusaha tidak pernah berpengalaman
politik sama sekali, ia adalah lulusan ITS,Teknik Kimia lalu melanjutkan Master di
Unair kemudian menjadi CEO sebuah perusahaan yang dimilikinya, selayaknya dia
memang ahli dalam bidang manajerial, teknologi dan ekonomi. Namun caleg yang
berlatar belakang aktivis sudah barang tentu banyak memiliki pengalaman sosial politik.
Mengingat ia adalah kader Gemasaba yang tak lain adalah organisasi PKB muda, tentu
caleg ini sudah banyak mengetahui medan pertempuran politik seperti apa, meskitidak
mendalam, kaarena usianya yang juga masih muda, tapi perlu diingat bahhwasannya ia
adalah alumni organisasi ekstra kampus yang juga bermain nalar politiknya ditingkat
kampus.
Terkait dengan tujuan yang dimiliki mereka masing - masing ada kesamaan.
Pernyataan terkait harapan dalam dirimereka masing-masing tentang kemajuan daerah
yang kemudian mengimplikasikan pada kemajuan bangsa Indonesia, seperti keadilan
sosial, perbaikan infrastruktur dan lain sebagainya. Ketika caleg berlatar belakang aktivis
mengetahui ketimpangan itu sendiri melalui kegiatan sosial bahkan disebut
mengalaminya sendiri, caleg pengusaha melihat ketimpangan yang diciptakan oleh
sistem itu melihat dari sisi superioritasnya di masyarakat, karena ia belum pernah
mengalaminya, yang pada akhirnya mereka ingin ada kesetaraan, yang kemudian haitu
dapat dicapai dengan cara salah satunya memerjuangkannya di kursi legisatif.
Naluri pengusaha sungguh tak dapat dipungkiri goal mnjadi caleg sallag satunya
adalah untuk melanggengkan usahanya agar lebih maksimal dan maju dengan
menjadikan duduk di kursi DPR sebagai salah satu caranya, tentu dengan membangun
kedekatan dengan para elite poitik dan kekuasaan, maka diharapkan semua akan lancar
dan usahanya akan aman, bahkan dapat memperluas usahanya dengan menggandeng
teman-teman pengusaha dan anggota legislatif yang berlatar belakang pengusaha pula.
Tak dapat dipungkiri bahwasannya modal politik atau biaya politik di Indonesia tidak
bisa dikatakan murah, bahkan cenderung sangat mahal, oleh karenanya, celeg berllatar
belakang pengusaha yang kiranya sudah menggenggam modal tersebut cenderung
optimis dan tenang bahwa ia pasti dapat menduduki kursi DPR. Oleh karenanya, caleg
berlatar belakang pengusaha banyak memasang tagline anti korupsi, karena ia merasa
memiliki modal sendiri dalam kampanye, dan masalah finansial sudah mapan
menurutnya.
Aktivis biasanya idealis, pun juga demikian caleg berlatar belakang aktivis yang
kami wawancarai, ia ingin meleburkkan dirinya bersama rakyat dan memerjuangkan
kepentingan rakyat yang seama ini belum dituntaskan oleh pemerintah. Ideologi dan
nilai-nilai yang mereka bawa mereka yakini dapat membimbingnya untuk menciptakan
negara yang adil dan makmur. Narasumber kami mengatakan bahwasannya ia tiddak
mengeluarkan modal politik, karena partai sudah mem-back up-nya, mulai dari
konsultan politik, pelatihan-pelatihan, pembekalan-pembekalan yang ia jalani hingga
biaya saksi, semua telah dibiayai partai. Ia hanya bermodal idealisme yang ia bawa serta
tulus dan ikhlas yang kemudian ia praktekkan mealului membangun basis massa
kepemudaan dengan budaya-budaya kultural,ngopi bareng, dibaan dan yasinan bareng.
Sehingga dapat diketahui bahwasannya banyak sekali perbedaan antara caleg
yang berlatar belakang aktivis dan caleg berlatar belakang pengusaha. Yang menjadi
persamaan antara mereka berdua adalah kesamaan fase usia yang masih cenderung
muda dan nilai-nilai perjuangan yaang akan mereka bawa ke meja DPR ketika ia terpilih.
Pastilah ada sisi positif dan negatif yang mereka miliki. Jika caleg pengusaha yang
menguatkan tagline anti korupsi karena ia sudah beres masalah ekonomi, dapatkah kita
menjamin ia akan mengingat tagline nya ketika sudah bertemu dengan kepentingan
pengusaha lain yang ingin bersama-sama melanggengkan keuntungan dan menindas
rakyat. Pun juga caleh berlatar belakang aktivis dengan berbagai idealisme yang melekat
pada dirinya, mampukah ia membawa idealisme itu disamping banyak kepentingan
partai,golongan dan kepentingan pribadi atas dirinya.

LAMPIRAN

Referensi
Bratha, Denny. Anies dan Sisi Gelap Kaum Intelektual. 29 September 2016.
politik.rmol.co/read/2016/09/29/262449/Anies-dan-Sisi-Gelap-Kaum-Intelektual-
(diakses November 29, 2018).
Budiardjo, Miriam. “Partai Politik.” Dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik, oleh Miriam
Budiardjo, 397-454. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Fauziah, Izzatun Nikmah. “Pengusaha dalam Pemilu Legislatif 2014 Studi Tentang:
Kandidasi Para Pengusaha di PDIP Kota Surabaya.” 2016: 1-12.
Jones, Mark P. “The Recruitment and Selection of Legislative Candidates in Argentina.”
Dalam Pathways to Power: Political Recruitment and Candidate Selection in Latin
America, oleh Peter M. Siavelis, & Scott Morgenstern, 41-75. Pennsylvania: The
Pennsylvania State University Press, 2008
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial . Bandung : Unpar Press, 2006 .
Solihah, Ratnia. “Pola Relasi Bisnis dan Politik di Indonesia Masa Reformasi: Kasus
Rent Seeking.” Jurnal Wacana Politik, 2016: 41-52.
Surbakti, Ramlan. “Partai Politik.” Dalam Memahami Ilmu Politik, oleh Ramlan
Surbakti, 144-162. Jakarta: Grasindo, 2010.
Tangkilisan, Mochtar Mas'oed dalam Hesel Nogi. Kebijakan Publik yang Membumi.
Yogyakarta: Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia, 2003.

Anda mungkin juga menyukai