Posyandu Usila
Posyandu Usila
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan penduduk lansia di
Indonesiapada tahun 2020 mendatang akanmencapai angka 11,34 % atau tercatat
28,8juta orang. Menurut WHO dalam Health inSouth East-Asia, proporsi
penduduk tuadalam populasi mengalami perkembanganyang sangat cepat terlebih
pada negara dikawasan Asia Tenggara. Indonesia sebagaisalah satu negara yang
berada di kawasanAsia Tenggara, memiliki riwayatpeningkatan jumlah lansia
yang signifikanseiring dengan peningkatan kualitaskesehatan yang berdampak
padapeningkatan angka harapan hidup yaknisebesar 14 juta jiwa lansia sejak
tahun1971 hingga tahun 2009 (1).
Jumlah penduduk lansia dapat dillihat berdasarkan hasil prediksi Badan
Pustat Statistik Nasional dimana persentase penduduk lanjut usia akan mencapai
9,77 % besar dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 % pada
tahun 2020. Jumlah lanjut usia di Indonesia meningkat pada dua dekade terakhir
ini. Secara signifikan pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96
juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Usia harapan hidup
di Indonesia pada tahun 2009 terpantau pada angka 71 tahun dan diperkirakan
akan meningkat mencapai usia 73,7 tahun di tahun 2025, peningkatan tersebut
juga diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang akan mencapai
273, 65 juta jiwa (1).
Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat juga
menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga lanjut usia perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari semua sector untuk upaya peningkatan kesejahteraan
lanjut usia. Adapun untuk mengatasi masalah kesehatan lansia tersebut, perlu
upaya pembinaan kelompok lanjut usia melalui puskesmas yang
mencakupkegiatan promotif, preventif dan rehabilitatif. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 pasal 8 disebutkan bahwa pemerintah,
masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia (lansia). Pemerintah mencanangkan pelayanan
kesehatan yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial yang disebut dengan Posyandu Lansia(2).
Meningkatnya jumlah usia lanjut menimbulkan dampak khusus pada
masyarakat, mengingat mereka tergolong rentan terhadap penyakit. Masalah gizi
merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi dimana masalah gizi seseorang
merupakan refleksi dari mutu makanan sehari-hari. Susunan makanan yang
memenuhi kebutuhan gizi tubuh menciptakan status gizi yang memuaskan.
Berbagai kandungan gizi diperlukan dalam menggantikan jaringan tubuh yang
telah rusak (aus). Gizi yang lengkap dan seimbang akan membantu kelompok usia
lanjut untuk tetap hidup, sehingga tetap sehat, segar dan bugar(3).
Masyarakat kita saat ini memandang para lanjut usia sebagai orang--orang
yang kurang produktif, kurang menarik, kurang energik, mudah lupa, barangkali
kurang bernilai dibandingkan dengan mereka yang masih dalam keadaan prima,
untuk itu dalam pembangunan nasional pemerintah telah berhasil mewujudkan
hasilyang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang
medis atau ilamu kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat
atau sering disebut dengan Lansia Booming. (4).
Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi social dalam penyelenggaraannya(5).
Dengan demikian posyandu usia lanjut sangat kita perlukan, dimana
posyandu lansia ini dapat membantu lansia sesuai dengan kebutuhannya dan
lingkungan yang tepat, sehingga para lansia tidak merasa lagi terabaikan didalam
masyarakat.
B. Analisis Situasi
1. Gambaran Umum Puskesmas Batua
Puskesmas Batua Kota Makassar awalnya adalah salah satu Puskesmas
pembantu dalah wilayah Puskesmas Mamajang, sejak Tahun 1985 telah berdiri
sendiri sebagai Puskesmas Perawatan yang berlokasi di jalan Abdullah dg. Sirua
No. 338 Kelurahan Batua, Kecamatan Manggala Kota Makassar.Adapun Visi dan
Misi puskesmas Batua adalah sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi Puskesmas dengan pelayanan terbaik yang sehat, nyaman
dan mandiri untuk semua
b. Misi
1. Profesionalisme sumber daya manusia
2. Penyediaan sarana prasaran sesuai standar puskesmas
c. Tujuan
Meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup
sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi
masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Batua.
d. Strategi
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di
Puskesmas induk
2. Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di
PuskesmasPembantu dan Puskesmas Keliling.
4. Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi dengan stake
holder
5. Memperkuat jaringan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
e. Budaya Puskesmas
Bekerja dengan ikhlas, efisien, profesional dan mempunyai
komitmen yang kuat demi kepuasan pasien
2. Letak Geografis
Luas Wilayah kerja Puskesmas Batua adalah 1017,01 km dengan
batas-batas adminsistrasi sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan panaikang
2. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan antang
3. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan tamalate
4. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan pandang dan kelurahan
karapuang
Wilayah kerja puskesmas Batua terdiri atas 3 kelurahan Yaitu :
1. Kelurahan Batua terdapat 11 RW dan 53 RT
2. Kelurahan Borong terdapat 11 RW dan 58 RT
3. Keluarahan Tello baru terdapat 11 RW dan 48 RT
Luas tanah Puskesmas Batua adalah 4500 M2, terdiri dari 2 gedung
dengan luas bangunan 147 M2 dan 422 M2. Terdapat 3 rumah dinas
dan 1 mobil ambulans. Puskesmas Batua memiliki 30 posyandu balita,
9 posyandu lansia, 1 poskesdes dan 2 posbindu yang tersebar di 3
kelurahan.
3. Demografi
Wilayah puskesmas Batua berpenduduk 51.654 jiwa yang terdiri
dari laki-laki 24.157 jiwa dan 26.864 jiwa perempuan, serta jumlah kepala
keluarga sebanyak 20.832 KK berikut distribusi jumlah penduduk
berdasarkan kelurahan.
Tabel. 1.1
Distribusi Penduduk berdasarkan Kelurahan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Tahun 2015
NAMA Jumlah
NO Laki-laki Perempuan
KELURAHAN penduduk
1 Batua 22.592 10.942 11.650
2 Borong 17.958 7.314 10.644
3 Tello Baru 11.104 5.901 5203
JUMLAH 51.654 24.157 26.864
Sumber : Data Sekunder, 2015
7. Data Ketenagaan
Tabel 1.2
Distribusi ketenagaan/pegawai Puskesmas Batua 2015
5000 3168
0
UMUM JKN LW
b. Status Kesehatan
Sepuluh angka kesakitan utama yang diderita oleh masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya, Yaitu:
Grafik 1.2
10 Penyakit Terbesar Puskesmas Batua 2015
8310
4569
2679 2299
1413 994 926 816 810 332
B. Rencana Program
Rencana program intervensi dilakukan berdasarkan pada strategi
pemecahan masalah yang telah diambil dengan mengacu pada planing of action,
yaitu sebagai berikut:
1. Latar Belakang
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatuwadah
pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang prosespembentukan
dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakatbersama lembaga
swadaya masyarakat (LSM), lintas sektorpemerintah dan non-
pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upayapromotif dan preventif.
Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Usia lanjut juga dapat
diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan,ketrampilan, olah raga
dan seni budaya serta pelayanan lain yangdibutuhkan para lanjut usia
dalam rangka meningkatkan kualitashidup melalui peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan mereka.Selain itu mereka dapat beraktifitas
dan mengembangkan potensi diri.
Kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu), selama ini lebih
banyak dikenal untuk melayani kesehatan ibu dan anak. Padahal dalam
pelayanan kesehatan di puskesmas, ada juga jenis program posyandu
lansia, yang dikhususkan untuk melayani para lanjut usia. Pemerintah
telah merumuskan berbagai peraturan dan perundang-undangan, yang
diantaranya seperti tercantum dalam UU No.23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, dimana pada pasal 19 disebutkan bahwa kesehatan manusia
usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
dan kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu
penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan
kualitas hidupnya secara optimal. Seiring dengan semakin
meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai
kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Kegiatan pos
pelayanan terpadu (posyandu), selama ini lebih banyak dikenal untuk
melayani kesehatan ibu dan anak. Padahal dalam pelayanan kesehatan
di puskesmas, ada juga jenis program posyandu lansia, yang
dikhususkan untuk melayani para lanjut usia.Karena manula (manusia
usia lanjut) juga memerlukan perhatian khusus, mengingat
perkembangan fisik dan mentalnya yang rentan dengan bermacam
masalah kesehatan. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan
kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah
mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang.
Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia,
pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Posyandu
lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia,
keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah suatu alat untuk
mencatatkondisi kesehatan pribadi lanjut usia baik fisik maupun
mentalemosional. KMS digunakan untuk memantau dan menilai
kemajuankesehatan lanjut usia yang dilaksanakan melalui kegiatan
Posyandu Lanjut usia
2. Tujuan
a. Melakukan pemantauan kegiatan di posyandu.
b. Melakukan Pemantauan usila lansia yang datang ke posyandu
c. Pemeriksaan Tensi darah
d. Penilaian Status Gizi ( IMT)
e. Penilaian status Mental pada Lansia
f. Kegiatan sehari-hari / penilaian kemandirian lansia ( Kategori A, B
dan C)
g. Memantau berapa jumlah kader aktif dan tugas masing-masing
kader posyandu.
h. Melakukan pemantauan sarana dan prasarana posyandu.
i. Kegiatan tambahan yaitu senam Lansia
3. Langkah – langkah
a. Pengumpulan jadwal posyandu lansia di kelurahan Batua, Borong
dan Tello Baru dengan cara wawancara ke petugas puskesmas
b. Pengamatan selama selama 8 minggu yaitu 01 Maret s/d 15 April
2016
4. Monitoring
Monitoring dilaksanakan pada setiap pelaksanaan posyandu lansia yang
meliputi :
a. Melakukan obervasi usila lansia yang datang ke posyandu.
b. Pemeriksaan Tensi darah
c. Penilaian status Gizi ( IMT)
d. Penilaian status mental pada Lansia
e. Kegiatan sehari- hari / penilaian kemandirian Lansia ( Kategori A, B
dan C)
f. Jumlah kader yang aktif pada posyandu lansia.
g. Sarana dan prasarana pada kegiatan posyandu Lansia
h. Pemantauan kegiatan tambahan kegiatan posyandu usia lanjut yang
berupa senam lansia.
5. Analisis Data
Análisis data dilakukan setelah pengumpulan data primer yaitu
a. Jumlah participan yang datang pada kegiatan posyandu usia lanjut
b. Pemeriksaan Tensi darah
c. Penilaian Status Gizi ( IMT )
d. Penilaian Status Mental pada Lansia
e. Kegiatan sehari-hari (/ penilaian kemandirian ( Kategori A, B dan C)
f. Kuantitas dan kualialitas kader yang bertugas diposyandu (beban
kerja).
g. Kelengkapan sarana dan prasarana pada pelaksanaan kegiatan
posyandu usia lanjut.
h. Terlaksana atau tidaknya kegitan tambahan senam lansia.
6. Evaluasi
Evaluasi diakukan pada akhir kegiatan meliputi :
a. Jumlah participan yang datang pada pelaksanaaan posyandu usia
lanjut
b. Jumlah Lansia yang Hipertensi
c. Penilaian Status Gizi (IMT)
d. Terlaksananya Penilaian Status Mental Pada Lansia
e. Penilaian kegiatan sehari-hari / Penilaian Kemandirian Lansia (
kategori A, B Dan C)
f. Jumlah kader yang aktif dan tugas kader pada pelaksanaan posyandu
usia lanjut, apakah sudah sesuai dengan tugasnya masing-masing.
g. Kendala atau hambatan pada pelaksanaan posyandu usia lanjut.
h. Kelengkapan sarana dan prasarana pada posyandu usia lanjut yaitu
gedung, meja, kursi, timbangan, stetoskop, tensimeter, obat-obatan
yang dibutuhkan, poster atau Media Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE), buku Register serta KMS Lansia.
i. Terlaksananya kegiatan tambahan yaitu senam lansia.
BAB III
PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap yaitu dengan pengambilan data
dasar diPuskesmas berupa jadwal kegiatan pelaksanaan posyandu. Diwilayah
kerja Puskesmas Batua terdiri dari 3 Kelurahan Yaitu Batua, Borong dan Tello
Baru. Di mana mengayomi 9 Posyandu. Pada Kelurahan Batua terdapat 4
Posyandu yang terdiri dari RW 6, RW 7, RW 9 Dan RW 11,pada Kelurahan
Borong terdiri 3 Posyandu yaitu RW 1, RW 2 dan RW 3, sedangkan pada
Kelurahan Tello Baru terdiri dari 2 Posyandu yaitu : RW 3 dan RW 7.
Kesembilan Posyandu tidak memiliki bangunan, jadi kegiatan posyandu lansia
diadakan di rumah penduduk sekitar dan masjid.
Sasaran kegiatan posyandu usia lanjut dari kesembilan Posyandu lansia di
Puskesmas Hanya 3 yang diobservasi dan mewakili masing-masing kelurahan
yakni : Kelurahan Batua di RW XI , Kelurahan Borong RW 2 dan Kelurahan
Tello Baru RW 3. Data yang dikumpul yaitu jumlah participant pada saat kegiatan
usia lanjut, Pemriksaan Tensi Darah, penilaian Status Gizi (IMT), Penilaian
Status Mental, Kegiatan sehari-hari/ ppenilaian kemandirian, Jumlah kader aktif
dan tugas pokok masing-masing kader, sarana dan prasarana yang tersedia di
posyandu serta kegiatan tambahan berupa ada tidaknya kegiatan senam Lansia.
1. Usila yang datang pada pelaksanaan Posyandu
Partispan adalah jumlah lansia yang hadir pada saat kegiatan posyandu
dilaksanakan.
2. Pemeriksaan tensi darah
Ukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop
T ( tinggi) : Bila salah satu dari systole atau diastole, atau keduanya diatas
normal
A. Monitoring
52 49
Hipertensi
- -
THT
- 14
Anemia
13 43
DM
37 25
Myalgia
10 -
Gastritis
- 66
Asma
51 10
Gangguan Sendi
11
Katarak
5 Jumlah Lansia yang diobati 109 144
6 Jumlah Lansia di rujuk - -
7 Konseling 194 235
8 Frekuensi Penyuluhan 9 9
9 Penyakit lain 25 19
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel tersebut jumlah lansia yang paling banyak hadir
pada saat kegiatan posyandu lansia adalah Usia 60 tahun keatas. Untuk
lansia bermasalah kemandirian paling banyak pada bulan Pebruari yaitu
sebesar 14 orang dan lansia bermasalah mental emosional paling banyak di
Bulan Pebruari yaitu sebesar 115 orang, Sebagian besar Lansia memiliki
status gizi lebih yakni 46 orang, dan untuk penyakit paling banyak yang di
diderita lansia adalah penyakit asma yaitu sebesar 66 orang.
Grafik 4.1
Jumlah LansiaYang Hadir Usia 45 – 59 Tahun Pada Kegiatan Posyandu
Lansia Berdasarkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua 2016
20
15
10
0
Januari Pebruari Maret April
Grafik 4.2
Jumlah LansiaYang Hadir Usia > 60 Tahun Pada Kegiatan Posyandu
Lansia Berdasarkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua 2016
35
30
25
20
15
10
5
0
Januari Pebruari Maret April
Poster/
Kelurahan/ Tensi Timbangan
No Lokasi Meja Kursi Media Stetoskop
RW meter Injak
KIE
1 Batua/XI Warung 1 1 2 10 - 1
2 Borong/II Teras 1 1 1 4 - 1
Masjid
3 Tello Baru/III Teras 1 1 1 2 - 1
Rumah
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa posyandu belum
memiliki Bangunan, masih menggunakan teras rumah dan warung
disekitar kelurahan masing-masing dan pelataran masjid dengan sarana
dan prasarana yang kurang memadai.
B. Evaluasi Kegiatan
Proses evaluasi dilakukan pada saat setelah selesai hasil kegiatan
posyandu usia lanjut yang meliputi Jumlah usila yang hadir pada saat
posyandu,jumlah pemeriksaan tensi darah, penilaian status Gizi Lansia,
penilaian status emosional, penilaian kegiatan sehari-hari (kemandirian),
kader yang aktif, sarana dan prasarana posyandu serta kegiatan tambahan
yaitu senam Lansia.
1. Jumlah Lansia Yang Hadir Pada Kegiatan Posyan usia Lanjut
Grafik 4.3
Jumlah LansiaYang Hadir Pada Kegiatan Posyandu Lansia
Berdasarkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua 2016
50
40
30
20
10
0
januari Pebruari Maret April
Maret April
Kelurahan / RW Jumlah Hasil Pemeriksaan Jumlah Hasil Pemeriksaan
Hadir N % T % Hadir N % T %
Batua/RW XI 22 21 95 1 4.5 26 22 84,6 4 15,4
Borong/RW II 30 22 73 8 26,7 35 28 80 7 20
Tello Baru/RW III 43 36 83 7 16,3 29 27 93 2 6,9
Sumber : Data Primer , 2016
Ket : N : Normal T : Tinggi
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat persentase lansia yang
mempunyai tekanan darah tinggi paling banyak pada bulan Maret di
Kelurahan Borong yaitu sebesar 26,66% atau 8 orang, sebagian besar
lansia memiliki Tekanan Darah Normal.
3. Penilaian Status Gizi
Tabel 4.9
Persentase Penilaian Status Gizi Lansia Menurut IMT
Di Puskesmas Batua Bulan Maret 2016
Kategori
Kelurahan / RW Jumlah Kurus Normal Gemuk
Hadir N % N % N %
Batua / RW XI 22 2 9 11 50 9 40
Borong / RW II 30 8 6,66 16 53 6 20
Tello Baru / RW III 43 0 0 38 88 5 11,6
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat persentase penilaian Status
Gizi Lansia yang paling banyak memiliki IMT dengan kategori normal
adalah Tello Baru yaitu sebesar 88% atau 38 orang. Sedangkan persentase
Lansia yang memiliki IMT dengan kategori kurus paling rendah adalah
Batua yaitu sebesar 9 % atau 2 orang.
Tabel 4.10
Persentase Penilaian Status Gizi Lansia Menurut IMT
Di Puskesmas Batua Bulan April 2016
Kategori
Kelurahan / RW Jumlah Kurus Normal Gemuk
Hadir N % N % N %
Batua / RW XI 26 1 3,8 13 50 12 46
Borong / RW II 35 8 22,9 19 54 8 22,9
Tello Baru / RW III 29 0 0 26 89 3 10
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat persentase penilaian Status
Gizi Lansia yang paling banyak memiliki IMT dengan kategori normal
adalah Kelurahan Borong yaitu sebesar 89% atau 26 orang. Sedangkan
persentase kategori kurus paling rendah adalah Tello sebesar 0%.
4. Kegiatan sehari-hari Lansia ( Kemandirian )
Tabel 4.11
Persentase Kegiatan sehari-hari/ Kemadirian Lansia
Di Puskesmas Batua Bulan Maret 2016
Kategori
Kelurahan/RW Jumlah A % B % C %
Batua ( RW XI ) 24 0 0 2 8,3 22 91,7
Borong ( RW II) 30 0 0 1 3,3 29 96,7
Tello Baru (RWIII) 43 0 0 1 2,3 42 97,7
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan tabel diatas, persentase kegiatan sehari-hari lansia
paling banyak pada kategori C (melakukan kegiatan sehari-hari tanpa
bantuan sama sekali), pada semua kelurahan yakni > 90% . sedangkan
kategori A yaitu 0% (tidak ada lansia yang sama sekali tidak mampu
melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga tergantung pada orang lain
Tabel 4.12
Persentase Kegiatan sehari-hari/ Kemadirian Lansia
Di Puskesmas Batua Bulan April 2016
Kategori
Kelurahan/RW Jumlah A % B % C %
Batua ( RW XI ) 26 0 0 1 3,8 25 96,2
Borong ( RW II) 35 0 0 1 2,9 34 97,1
Tello Baru (RWIII) 29 0 0 1 3,4 28 96,6
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan tabel tersebut persentase kegiatan sehari-hari lansia
paling banyak pada kategori C dengan melakukan kegiatan sehari-hari
tanpa bantuan sama sekali yaitu sebesar 95,87% atau 87 orang
sedangkan persentase paling rendah atau tidak terdapat sama sekali
terdapat pada kategori A ( lansia sama sekali tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, sehingga tergantung orang lain)
5. Sarana dan prasarana
Tabel 4.14
Persentase Jumlah Sarana Dan Prasarana Posyandu Lansia
Puskesmas Batua Tahun 2016
No Kelurahan / RW Sarana dan Prasana
Tensi Meter Timbangan Stetoskop
1 Batua / RW XI 1 1 1
2 Borong / RW II 1 1 1
3 Tello Baru / RW III 1 1 1
Sumber : Data Primer,2016
6. Senam Lansia
Tabel 4.15
Persentase Kegiatan Senam Lansia
Bulan Maret dan April 2016
Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu
pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial
dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan
pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang (7).
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lansia adalah suatu wadah pelayanan
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia,
yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat
bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sector pemerintah dan non-
pemerintah, swasta, organisasi social dan lain-lain, dengan menitik beratkan
pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif(8).
Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia,
pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.Posyandu lansia adalah pos
pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang
sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan
dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta
para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (3).
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang
berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut. Posyandu lansia adalah wahana
pelayanan bagi kaum usia lanjut yg dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia yg
menitikberatkan pd pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitative. Posyandu lansia merupakan upaya kesehatan lansia yg
mencakup kegiatan yankes yg bertujuan untuk mewujudkan masa tua yg bahagia
dan berdayaguna(5).
Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis.
Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan
lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi.
Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan,
kesehatan, rekreasi dan sosial. Dengan kondisi fisik dan psikis yang menurun
menyebabkan lansia kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif (6).
Di sisi lain mereka dituntut untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
hidup sehari-hari yang semakin meningkat dari sebelumnya, seperti kebutuhan
akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan
bagi yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi. Didalam posyandu
lansia ini, para lansia dilayani dan diberi kemudahan dalam pemeriksaan
kesehatan mereka. Mereka hanya diminta dating tanpa dipungut biaya sama
sekali, begitu juga dengan lansia yang sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan
jauh akan diantar ke tempat pelayanan atau dapat juga dilayani dirumah mereka(6).
1. Cakupan usila
Cakupan jumlah usila adalah jumlah lansia yang dating pada saat kegiatan
Posyandu. Jumlah lansia yang hadir pada saat posyandu di Kelurahan Borong
RW II, Batua RW XI, Tello Baru RW III masih kurang, karena adanya kendala
– kendala yaitu
a. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari posyandu
lansia.
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia jauh atau sulit dijangkau. Jarak
posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu
tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan
daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu lansia. Dukungan keluarga sangat berperan
dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
2. Kader
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan posyandu usia lanjut di
kelurahan Batua IX, Borong RW II dan Tello Baru RW III menunjukkan
bahwa jumlahh kader yang aktif pada setiap Posyandu hanya 1 orang saja.
Kurangnya kader pada posyandu lansia karena bertepatan dengan pelaksanaan
kegiatan PIN (Pekan Imunisasi Nasional). Normalnya kader yang diharapkan
aktif/hadir pada setiap hari posyandu adalah 5 orang yang bertugas pada
masing-masing meja yang telah ditentukan (meja 1-5). Sebelum pelaksanaan
PIN, memang kehadiran kader di posyandu tidak pernah lengkap, biasanya
hanya 3-4 orang kader saja.
4. Senam Lansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan
tersebut.Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur
antara 60-69 tahun.
Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masih kurangnya jumlah usila pada posyandu lansia. Hal ini di sebabkan
karena sebagian besar lansia tidak mengetahui keberadaan posyandu
tersebut..
2. Disamping itu, alasan lain rendahnya cakupan posyandu lansia karena
jarak posyandu dengan rumah lansia jauh.
3. sistem 5 meja belum terlaksana, karena jumlah kader yang aktif kurang.
4. Masih minimnya sarana dan prasarana pada kegiatan posyandu lansia
dimana dilaksnanakan di teras rumah, warung dan pelataran masjid.
B. Saran
1. Diharapkan peran serta dukungan keluarga untuk mengantarkan Lansia
pada saat kegiatan Posyandu, kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia
sudah menurun.
2. Menambah jumlah kader dan melakukan pelatihan kepada kader sehingga
dapat terlaksana system 5 Meja
3. Menyediakan tempat permanen untuk kegiatan posyandu lansia yang
lokasinya di tengah-tengah masyarakat sekitar sehingga mudah di jangkau.
DAFTAR PUSTAKA
3. Ana Rusfita, 2008. Posyandu Lanjut Usia . Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan
Ngudi Waluyo
PRODI GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN