Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan penduduk lansia di
Indonesiapada tahun 2020 mendatang akanmencapai angka 11,34 % atau tercatat
28,8juta orang. Menurut WHO dalam Health inSouth East-Asia, proporsi
penduduk tuadalam populasi mengalami perkembanganyang sangat cepat terlebih
pada negara dikawasan Asia Tenggara. Indonesia sebagaisalah satu negara yang
berada di kawasanAsia Tenggara, memiliki riwayatpeningkatan jumlah lansia
yang signifikanseiring dengan peningkatan kualitaskesehatan yang berdampak
padapeningkatan angka harapan hidup yaknisebesar 14 juta jiwa lansia sejak
tahun1971 hingga tahun 2009 (1).
Jumlah penduduk lansia dapat dillihat berdasarkan hasil prediksi Badan
Pustat Statistik Nasional dimana persentase penduduk lanjut usia akan mencapai
9,77 % besar dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 % pada
tahun 2020. Jumlah lanjut usia di Indonesia meningkat pada dua dekade terakhir
ini. Secara signifikan pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96
juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Usia harapan hidup
di Indonesia pada tahun 2009 terpantau pada angka 71 tahun dan diperkirakan
akan meningkat mencapai usia 73,7 tahun di tahun 2025, peningkatan tersebut
juga diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang akan mencapai
273, 65 juta jiwa (1).
Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat juga
menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga lanjut usia perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari semua sector untuk upaya peningkatan kesejahteraan
lanjut usia. Adapun untuk mengatasi masalah kesehatan lansia tersebut, perlu
upaya pembinaan kelompok lanjut usia melalui puskesmas yang
mencakupkegiatan promotif, preventif dan rehabilitatif. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 pasal 8 disebutkan bahwa pemerintah,
masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia (lansia). Pemerintah mencanangkan pelayanan
kesehatan yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial yang disebut dengan Posyandu Lansia(2).
Meningkatnya jumlah usia lanjut menimbulkan dampak khusus pada
masyarakat, mengingat mereka tergolong rentan terhadap penyakit. Masalah gizi
merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi dimana masalah gizi seseorang
merupakan refleksi dari mutu makanan sehari-hari. Susunan makanan yang
memenuhi kebutuhan gizi tubuh menciptakan status gizi yang memuaskan.
Berbagai kandungan gizi diperlukan dalam menggantikan jaringan tubuh yang
telah rusak (aus). Gizi yang lengkap dan seimbang akan membantu kelompok usia
lanjut untuk tetap hidup, sehingga tetap sehat, segar dan bugar(3).
Masyarakat kita saat ini memandang para lanjut usia sebagai orang--orang
yang kurang produktif, kurang menarik, kurang energik, mudah lupa, barangkali
kurang bernilai dibandingkan dengan mereka yang masih dalam keadaan prima,
untuk itu dalam pembangunan nasional pemerintah telah berhasil mewujudkan
hasilyang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang
medis atau ilamu kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat
atau sering disebut dengan Lansia Booming. (4).
Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi social dalam penyelenggaraannya(5).
Dengan demikian posyandu usia lanjut sangat kita perlukan, dimana
posyandu lansia ini dapat membantu lansia sesuai dengan kebutuhannya dan
lingkungan yang tepat, sehingga para lansia tidak merasa lagi terabaikan didalam
masyarakat.

B. Analisis Situasi
1. Gambaran Umum Puskesmas Batua
Puskesmas Batua Kota Makassar awalnya adalah salah satu Puskesmas
pembantu dalah wilayah Puskesmas Mamajang, sejak Tahun 1985 telah berdiri
sendiri sebagai Puskesmas Perawatan yang berlokasi di jalan Abdullah dg. Sirua
No. 338 Kelurahan Batua, Kecamatan Manggala Kota Makassar.Adapun Visi dan
Misi puskesmas Batua adalah sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi Puskesmas dengan pelayanan terbaik yang sehat, nyaman
dan mandiri untuk semua
b. Misi
1. Profesionalisme sumber daya manusia
2. Penyediaan sarana prasaran sesuai standar puskesmas

3. Penggunaan sistem informasi manajemen berbasis informasi


teknologi
4. Penajaman program pelayanan kesehatan dasar berupa upaya
promotif, preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif

5. Pengembangan program inovasi unggulan

6. Peningkatan upaya kemandirian masyarakat

7. Pererat kemitraan lintas sector

c. Tujuan
Meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup
sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi
masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Batua.
d. Strategi
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di
Puskesmas induk
2. Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di
PuskesmasPembantu dan Puskesmas Keliling.
4. Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi dengan stake
holder
5. Memperkuat jaringan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
e. Budaya Puskesmas
Bekerja dengan ikhlas, efisien, profesional dan mempunyai
komitmen yang kuat demi kepuasan pasien

2. Letak Geografis
Luas Wilayah kerja Puskesmas Batua adalah 1017,01 km dengan
batas-batas adminsistrasi sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan panaikang
2. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan antang
3. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan tamalate
4. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan pandang dan kelurahan
karapuang
Wilayah kerja puskesmas Batua terdiri atas 3 kelurahan Yaitu :
1. Kelurahan Batua terdapat 11 RW dan 53 RT
2. Kelurahan Borong terdapat 11 RW dan 58 RT
3. Keluarahan Tello baru terdapat 11 RW dan 48 RT
Luas tanah Puskesmas Batua adalah 4500 M2, terdiri dari 2 gedung
dengan luas bangunan 147 M2 dan 422 M2. Terdapat 3 rumah dinas
dan 1 mobil ambulans. Puskesmas Batua memiliki 30 posyandu balita,
9 posyandu lansia, 1 poskesdes dan 2 posbindu yang tersebar di 3
kelurahan.
3. Demografi
Wilayah puskesmas Batua berpenduduk 51.654 jiwa yang terdiri
dari laki-laki 24.157 jiwa dan 26.864 jiwa perempuan, serta jumlah kepala
keluarga sebanyak 20.832 KK berikut distribusi jumlah penduduk
berdasarkan kelurahan.
Tabel. 1.1
Distribusi Penduduk berdasarkan Kelurahan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Tahun 2015

NAMA Jumlah
NO Laki-laki Perempuan
KELURAHAN penduduk
1 Batua 22.592 10.942 11.650
2 Borong 17.958 7.314 10.644
3 Tello Baru 11.104 5.901 5203
JUMLAH 51.654 24.157 26.864
Sumber : Data Sekunder, 2015

4. KeadaanSosial Budaya dan ekonomi


Penduduk wilayah kerja Puskesmas Batua mayoritas berlatar
belakang suku Makassar dan sebagian besar beragama islam. Perilaku
masyarakat Sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, seperti
persatuan yang diwujudkan dalam sikap kegotong royongan yang kokoh.
Ini terlihat pada acara-acara seperti selamatan, pernikahan dan masih
banyak lagi acara-acara lain yang sangat mencerminkan budaya atau adat
istiadat setempat. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah
pegawai dan pekerja swasta. Sarana transportasi yang digunakan adalah
angkutan umum (pete-pete).
5. Keadaan Fasilitas Kesehatan
Untuk menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat
sangat dibutuhkan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas Batua Terdiri atas :
a. Sarana Kesehatan
Puskesmas Batua Berlokasi di jln. Abdullah daeng Sirua
No. 338. Terbagi atas ruang rawat Inap dengan luas bangunan
422 M2.
 Ruang Rawat jalan terdiri dari :
- Ruang Ka UPT - Kamar Obat
- Ruang Tata Usaha - Ruang Imunisasi
- Loket Kartu - Ruang P2PL
- Kamar Periksa/Poli Umum - Laboratorium sederhana
- Ruang Gigi - Ruang KIA/KB
- Ruang Tindakan - Ruang Toilet
 Ruang Rawat Inap terdiri dari :
1. Rawat Inap Umum
- Kapasitas tempat tidur 10
- Tiang Infus
- Kamar mandi
2. Ruang bersalin dengan kapasitas 3 tempat tidur dan 1
kamar Rawat Inap bersalin
- mandi
- Ruang nifas dengan kapasitas 10 tempat tidur 2 kamar
mandi
3. Ruang UGD 24 jam dengan kapasitas 3 tempat tidur dan 1
kamar mandi
4. Ruang Perawat/Bidan dengan 1 kamar mandi
5. Ruang dapur dengan 1 Kamar mandi
 30 unit Posyandu :
- Kelurahan Batua :11 Posyandu
- Kelurahan Borong : 12 Posyandu
- Kelurahan Tello Baru : 7 Posyandu
 9 Unit Posyandu Lansia
- Kelurahan Batua : 4 Posyandu
- Kelurahan Borong : 2 Posyandu
- Kelurahan Tello Baru : 3 Posyandu
 2 Unit Posbindu PTM
 1 Unit Kendaraan Roda Empat sebangai ambulance
 1 Unit kendaraan Roda Empat sebagai Mobil Layanan
Homecare
 4 Unit Kendaraan Roda dua (motor dinas)
b. Sarana Kesehatan lainnya :
RSB :1
Bidan Praktek :7
Pengobatan Tradisioal :8
Apotik : 20

7. Data Ketenagaan
Tabel 1.2
Distribusi ketenagaan/pegawai Puskesmas Batua 2015

JENIS TENAGA JUMLAH JENIS TENAGA JUMLAH


Dokter umum 3 Sanitarian 2
Tata usaha 1 Gizi 3
Dokter gigi 2 Perawat Gigi 1
Dokter Spesialist 2 Laboran 2
Apoteker 2 Bidan 7
Perawat Umum 16 Promkes 1
Asisten Apoteket 1 Magang 15
Sumber : Data Sekunder, 2015
 150 Kader Kesehatan Posyandu yang Aktif, 9 Kader
Kesehatan Posyandu Lansia status Aktif
8. Hasil Kunjungan dan Status Kesehatan Puskesmas Batua Tahun
2015
a. Kunjungan
GRAFIK 1.1
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas Batua 2015
30000
24546
25000 9.
20000 18162
10. UMUM
15000 JKN
11. LW
10000

5000 3168

0
UMUM JKN LW

Sumber : Data Sekunder, 2015

b. Status Kesehatan
Sepuluh angka kesakitan utama yang diderita oleh masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya, Yaitu:
Grafik 1.2
10 Penyakit Terbesar Puskesmas Batua 2015
8310

4569
2679 2299
1413 994 926 816 810 332

Sumber: data penyakit LB1


C. Identifikasi Masalah
Pelaksanaan identifikasi masalah posyandu usia lanjut di kelurahan
Batua, Puskesmas Batua dilaksanakan melalui beberapa tahapan yakni :
1. Persiapan Observasi
Terlebih dahulu melakukan peninjauan dibeberapa Puskesmas
yang memiliki posyandu USILA. Setelah itu diajukan permohonan izin
ke Dinas Kesehatan KotaMakassar. Hal ini ditindak lanjuti dengan
dikeluarkannya surat izin pelaksanaan kegiatan dengan nomor surat:
440/47/PSDK/II/2016 pada tanggal 29 Februari 2016. Berdasarkan surat
pengantar tersebut dilakukan pertemuan dengan pihak Puskesmas
(Kepala puskesmas, kepala Tata Usaha dan Petugas Gizi) diwilayah
Puskesmas Batua untuk memperoleh perizinan sekaligus mulai
mengumpulkan data-data sekunder yang terkait dengan topik yang telah
ditentukan sebelumnya.
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan pada tanggal 02 Maret 2016,
observasi di lakukan diwilayah kerja Puskesmas Batua. Kegiatan
observasi ini dilakukan dalam bentuk pengumpulan data primer dan
sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Puskesmas yang
menyangkut gambaran umum dan Profil Puskesmas, serta masalah-
masalah gizi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Batua.sedangkan
Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung ke
Posyandu dan wawancara dengan kader posyandu .
Data-data primer yang diperoleh meliputi:
a. Usila Usia Lanjut setiap bulannya.
b. Pemeriksaan Tensi darah
c. Penilaian Status Gizi ( IMT)
d. Status mental emosional pada lansia
e. Kegiatan sehari-hari lansia atau penilaian kemandirian
(Kategori A, B dan C)
f. Jumlah kader aktif dan tugas masing-masing kader di setiap
posyandu yang diperoleh melalui wawancara dan observasi.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana di posyandu seperti
meja, kursi, timbangan injak, buku register, KMS Lansia,
poster atau media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),
alat tensi darah, Thermometer dan laboratorium
sederhanadiperoleh melalui wawancara dan observasi.
h. Kegiatan tambahan yang dilakukan di posyandu yaitu
senam lansia
D. Perioritas Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi pada data Puskesmas Batua
mengenai Posyandu Usia lanjut Yaitu
1. Pelaksanaan kegiatan Posyandu Usia Lanjut.
2. Pemeriksaan Tensi darah
3. Penilaian status gizi (IMT)
4. Pemeriksaan status mental pada lansia
5. Kegiatan sehari-hari atau penilian kemandirian lansia ( Kategori
A, B dan C)
6. Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan di posyandu.
7. Jumlah kader dan tugas masing-masing kader dalam kegiatan di
posyandu.
8. upaya yang dilakukan oleh petugas puskesmas untuk meningkatkan
Usila Usia Lanjut di Posyandu.
BAB II
PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH

A. Strategi Pemecahan Masalah


Dalam merencanakan pemecahan masalah yang ada, diperlukan suatu
strategi yang dapat menjamin pelaksanaan suatu rencana dapat berjalan secara
stimulan. Adapun strategi yang ditempuh dalam merencanakan pemecahan
masalah di posyandu usia lanjut yaitu :
1. Pemantauan kegiatan posyandu dan petugas puskesmas.
2. Mengupayakan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu lansia. Dukungan keluarga sangat berperan
dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu lansia.
3. Peran kader dalam menarik minat lansia agar mengikuti posyandu lansia
dan memfasilitasi kegiatan posyandu lansia.
4. Pemantauan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan kegiatan
di posyandu.
5. Intervensi/upaya yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan kader
posyandu terhadap rendahnya usila diposyandu.

B. Rencana Program
Rencana program intervensi dilakukan berdasarkan pada strategi
pemecahan masalah yang telah diambil dengan mengacu pada planing of action,
yaitu sebagai berikut:
1. Latar Belakang
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatuwadah
pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang prosespembentukan
dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakatbersama lembaga
swadaya masyarakat (LSM), lintas sektorpemerintah dan non-
pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upayapromotif dan preventif.
Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Usia lanjut juga dapat
diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan,ketrampilan, olah raga
dan seni budaya serta pelayanan lain yangdibutuhkan para lanjut usia
dalam rangka meningkatkan kualitashidup melalui peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan mereka.Selain itu mereka dapat beraktifitas
dan mengembangkan potensi diri.
Kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu), selama ini lebih
banyak dikenal untuk melayani kesehatan ibu dan anak. Padahal dalam
pelayanan kesehatan di puskesmas, ada juga jenis program posyandu
lansia, yang dikhususkan untuk melayani para lanjut usia. Pemerintah
telah merumuskan berbagai peraturan dan perundang-undangan, yang
diantaranya seperti tercantum dalam UU No.23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, dimana pada pasal 19 disebutkan bahwa kesehatan manusia
usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
dan kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu
penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan
kualitas hidupnya secara optimal. Seiring dengan semakin
meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai
kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Kegiatan pos
pelayanan terpadu (posyandu), selama ini lebih banyak dikenal untuk
melayani kesehatan ibu dan anak. Padahal dalam pelayanan kesehatan
di puskesmas, ada juga jenis program posyandu lansia, yang
dikhususkan untuk melayani para lanjut usia.Karena manula (manusia
usia lanjut) juga memerlukan perhatian khusus, mengingat
perkembangan fisik dan mentalnya yang rentan dengan bermacam
masalah kesehatan. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan
kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah
mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang.
Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia,
pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Posyandu
lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia,
keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah suatu alat untuk
mencatatkondisi kesehatan pribadi lanjut usia baik fisik maupun
mentalemosional. KMS digunakan untuk memantau dan menilai
kemajuankesehatan lanjut usia yang dilaksanakan melalui kegiatan
Posyandu Lanjut usia

2. Tujuan
a. Melakukan pemantauan kegiatan di posyandu.
b. Melakukan Pemantauan usila lansia yang datang ke posyandu
c. Pemeriksaan Tensi darah
d. Penilaian Status Gizi ( IMT)
e. Penilaian status Mental pada Lansia
f. Kegiatan sehari-hari / penilaian kemandirian lansia ( Kategori A, B
dan C)
g. Memantau berapa jumlah kader aktif dan tugas masing-masing
kader posyandu.
h. Melakukan pemantauan sarana dan prasarana posyandu.
i. Kegiatan tambahan yaitu senam Lansia
3. Langkah – langkah
a. Pengumpulan jadwal posyandu lansia di kelurahan Batua, Borong
dan Tello Baru dengan cara wawancara ke petugas puskesmas
b. Pengamatan selama selama 8 minggu yaitu 01 Maret s/d 15 April
2016

4. Monitoring
Monitoring dilaksanakan pada setiap pelaksanaan posyandu lansia yang
meliputi :
a. Melakukan obervasi usila lansia yang datang ke posyandu.
b. Pemeriksaan Tensi darah
c. Penilaian status Gizi ( IMT)
d. Penilaian status mental pada Lansia
e. Kegiatan sehari- hari / penilaian kemandirian Lansia ( Kategori A, B
dan C)
f. Jumlah kader yang aktif pada posyandu lansia.
g. Sarana dan prasarana pada kegiatan posyandu Lansia
h. Pemantauan kegiatan tambahan kegiatan posyandu usia lanjut yang
berupa senam lansia.

5. Analisis Data
Análisis data dilakukan setelah pengumpulan data primer yaitu
a. Jumlah participan yang datang pada kegiatan posyandu usia lanjut
b. Pemeriksaan Tensi darah
c. Penilaian Status Gizi ( IMT )
d. Penilaian Status Mental pada Lansia
e. Kegiatan sehari-hari (/ penilaian kemandirian ( Kategori A, B dan C)
f. Kuantitas dan kualialitas kader yang bertugas diposyandu (beban
kerja).
g. Kelengkapan sarana dan prasarana pada pelaksanaan kegiatan
posyandu usia lanjut.
h. Terlaksana atau tidaknya kegitan tambahan senam lansia.

6. Evaluasi
Evaluasi diakukan pada akhir kegiatan meliputi :
a. Jumlah participan yang datang pada pelaksanaaan posyandu usia
lanjut
b. Jumlah Lansia yang Hipertensi
c. Penilaian Status Gizi (IMT)
d. Terlaksananya Penilaian Status Mental Pada Lansia
e. Penilaian kegiatan sehari-hari / Penilaian Kemandirian Lansia (
kategori A, B Dan C)
f. Jumlah kader yang aktif dan tugas kader pada pelaksanaan posyandu
usia lanjut, apakah sudah sesuai dengan tugasnya masing-masing.
g. Kendala atau hambatan pada pelaksanaan posyandu usia lanjut.
h. Kelengkapan sarana dan prasarana pada posyandu usia lanjut yaitu
gedung, meja, kursi, timbangan, stetoskop, tensimeter, obat-obatan
yang dibutuhkan, poster atau Media Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE), buku Register serta KMS Lansia.
i. Terlaksananya kegiatan tambahan yaitu senam lansia.
BAB III
PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap yaitu dengan pengambilan data
dasar diPuskesmas berupa jadwal kegiatan pelaksanaan posyandu. Diwilayah
kerja Puskesmas Batua terdiri dari 3 Kelurahan Yaitu Batua, Borong dan Tello
Baru. Di mana mengayomi 9 Posyandu. Pada Kelurahan Batua terdapat 4
Posyandu yang terdiri dari RW 6, RW 7, RW 9 Dan RW 11,pada Kelurahan
Borong terdiri 3 Posyandu yaitu RW 1, RW 2 dan RW 3, sedangkan pada
Kelurahan Tello Baru terdiri dari 2 Posyandu yaitu : RW 3 dan RW 7.
Kesembilan Posyandu tidak memiliki bangunan, jadi kegiatan posyandu lansia
diadakan di rumah penduduk sekitar dan masjid.
Sasaran kegiatan posyandu usia lanjut dari kesembilan Posyandu lansia di
Puskesmas Hanya 3 yang diobservasi dan mewakili masing-masing kelurahan
yakni : Kelurahan Batua di RW XI , Kelurahan Borong RW 2 dan Kelurahan
Tello Baru RW 3. Data yang dikumpul yaitu jumlah participant pada saat kegiatan
usia lanjut, Pemriksaan Tensi Darah, penilaian Status Gizi (IMT), Penilaian
Status Mental, Kegiatan sehari-hari/ ppenilaian kemandirian, Jumlah kader aktif
dan tugas pokok masing-masing kader, sarana dan prasarana yang tersedia di
posyandu serta kegiatan tambahan berupa ada tidaknya kegiatan senam Lansia.
1. Usila yang datang pada pelaksanaan Posyandu
Partispan adalah jumlah lansia yang hadir pada saat kegiatan posyandu
dilaksanakan.
2. Pemeriksaan tensi darah
Ukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop
T ( tinggi) : Bila salah satu dari systole atau diastole, atau keduanya diatas
normal

N (Normal) : Bila systole antara 120-140 dan diastole ≤ 90 mmHg

R (Rendah) :bila diastole dan systole dibawah normal


3. Penilaian Status Gizi ( IMT )
BMI atau Body Mass Index (Indeks Massa Tubuh) merupakan sebuah
pengukuran yang membandingkan berat badan dan tinggi badan. Indeks
Massa Tubuh ditentukan dengan mencari titik temu antara garis bantu
yang menghubungkan berat badan yang sudah diukur dengan tinggi badan.
Untuk pria dan wanita usia lanjut berkisar antara 18,5-25
L (Lebih) : bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna merah
N (Normal): Bila titik temu terdapat pada graik degan warna hijau
K (kurang): Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna
kuning
4. Penilaian Status Mental pada lansia
Keadaan Mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2
menit melalui 2 tahap pertanyaan :
Pertanyaan Tahap I
a. Apakah anda mengalami sukar tidur ?
b. Apakah anda sering merasa gelisah?
c. Apakah anda sering murung dan menangis sendiri?
d. Apakah anda sering was-was atau khawatir?
Bila tada 1 atau lebih jawaban ‘’ya’’ lanjutkan pada
Pertanyaan Tahap 2
a. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali
dalam sebulan
b. Apakah anda mempunyai masalah atau banyak pikiran?
c. Apakah anda mempunyai gangguan atau masalah dengan keluarga
atau orang lain?
d. Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran
dokter?
e. Apakah anda cenderung mengurung diri dalam kamar?
Bila 1 atau lebih jawaban ‘’ya’’ maka usia lanjut mempunyai
masalah emosional.
5. Kegiatan sehari-hari / Kemandirian Lansia
Kemandirian yang dimaksud dengan kehidupan sehari- hari adalah
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti : makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan melakukan pekerjaan diluar rumah seperti :
berbelanja, mencari nafkah, mengambil gaji pension, arisan, pengajian dan
lain-lain. Kemandirian di bagi 3 kategori yaitu :
o Kategori A
Apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu melakukan kegiatan
sehari-hari,sehingga sangat tergantung orang lain (ketergantungan)
o Kategori B
Apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri, hingga kadang-
kadang perlu bantuan (ada gangguan)
o Kategori C
Apabila usia lanjut masih mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri)
6. Jumlah kader dan tugar masing-masing kader posyandu disesuaikan
dengan system 5 Meja yaitu :
- Meja I : Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kader mencatat lansia tersebut kemudian peserta
yang sudah terdaftar dibuku register langsung menuju meja selanjutnya.
- Meja II : Pengukuran tingi badan dan berat badan
Melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah
- Meja III : Pencatatan ( Pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan Pencatatan di KMS Lansia meliputi : Indeks Massa
Tubuh, Tekanan darah, berat badan dan pencatatan kegiatan sehari-hari
yang dilakukan lansia.
- Meja IV : Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian
makanan tambahan.
- Meja V : Pelayanan medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari
puskesmas/kesehatan yang meliputi pemeriksaan dan pengobatan
ringan.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana pada posyandu usia lanjut yaitu
gedung, meja, kursi, timbangan, stetoskop, tensimeter, obat-obatan yang
dibutuhkan, poster atau Media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), buku
Register serta KMS Lansia.
8. Kegiatan tambahan yaitu senam lansia.
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan


pengambilan data awal yaitu jumlah participant yang datang ke posyandu
setiap bulannya.
1. Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 4.1
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia
Puskesmas Batua Tahun 2016
NO JENIS KEGIATAN JAN PEB
1 Jumlah kelurahan 3 3
2 Kelompok Lansia 9 9
3 Jumlah Lansia
 Terdaftar
45 -59 Tahun 775 775
60 Tahun Ke atas 658 658
TOTAL 1.433 1.433
 Hadir
45-59 77 93
60 Tahun Keatas 127 142
TOTAL 194 235
4 Lansia Bermasalah
 Kemandirian 2 14
 Mental Emosional 100 115
 IMT : Kurang 23 21
Lebih 45 46
JENIS KEGIATAN JAN PEB

52 49
 Hipertensi
- -
 THT
- 14
 Anemia
13 43
 DM
37 25
 Myalgia
10 -
 Gastritis
- 66
 Asma
51 10
 Gangguan Sendi
11
 Katarak
5 Jumlah Lansia yang diobati 109 144
6 Jumlah Lansia di rujuk - -
7 Konseling 194 235
8 Frekuensi Penyuluhan 9 9
9 Penyakit lain 25 19
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel tersebut jumlah lansia yang paling banyak hadir
pada saat kegiatan posyandu lansia adalah Usia 60 tahun keatas. Untuk
lansia bermasalah kemandirian paling banyak pada bulan Pebruari yaitu
sebesar 14 orang dan lansia bermasalah mental emosional paling banyak di
Bulan Pebruari yaitu sebesar 115 orang, Sebagian besar Lansia memiliki
status gizi lebih yakni 46 orang, dan untuk penyakit paling banyak yang di
diderita lansia adalah penyakit asma yaitu sebesar 66 orang.
Grafik 4.1
Jumlah LansiaYang Hadir Usia 45 – 59 Tahun Pada Kegiatan Posyandu
Lansia Berdasarkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua 2016

20

15

10

0
Januari Pebruari Maret April

Batua Borong Tello Baru

Sumber : Data Primer, 2016


Berdasarkan Grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah Lansia yang
paling banyak hadir adalah kelurahan Tello Baru pada bulan Maret Yaitu
sebesar 15 orang.Sedangkan jumlah lansia Yang hadir paling sedikit
adalah Kelurahan Borong pada bulan Maret yaitu sebesar 5 orang.

Grafik 4.2
Jumlah LansiaYang Hadir Usia > 60 Tahun Pada Kegiatan Posyandu
Lansia Berdasarkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua 2016

35
30
25
20
15
10
5
0
Januari Pebruari Maret April

Batua Borong Tello baru


Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah lansia yang


paling banyak hadir adalah kelurahan Tello Baru pada bulan Januari Yaitu
sebesar 30 orang.Sedangkan jumlah lansia Yang hadir paling sedikit
adalah Kelurahan Borong dan Kelurahan Tello pada bulan Pebruari yaitu
sebesar 12 orang.
2. Pemeriksaan Tekanan Darah
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah Lansia
Maret April
Kelurahan/RW Hasil Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Tinggi Normal Tinggi Normal
Batua / RW XI 1 21 4 22
Borong / RW III 8 22 7 28
Tello Baru / RW III 7 36 2 27
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat lansia yang memiliki
tekanan darah tinggi paling banyak di Kelurahan Tello Baru di bulan
Maret yaitu sebesar 36 Orang.Sedangkan lansia yang memiliki tekanan
darah tinggi yang paling sedikit di Kelurahan Batua bulan Maret Yaitu
sebesar 1 orang.Sebagian lansia memilii tekanan darah Normal.
3. Penilaian Status Gizi ( IMT )
Tabel 4.3
Penilaian Status Gizi Lansia Menurut IMT
Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Batua 2016
Maret April
Kelurahan / RW Kategori Kategori
Kurus Normal Gemuk Kurus Normal Gemuk
Batua / RW XI 2 11 9 1 13 12
Borong / RW II 8 16 6 8 19 8
Tello Baru / RW III 0 38 5 0 26 3

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat penilaian satus Gizi lansia


sebagian besar memiliki IMT dengan kategori Normal pada keluhan Tello
Baru bulan Maret Yaitu sebesar 38 orang.

4. Penilaian Status Mental Emosional


Penilaian Status Mental Emosional selama bulan Maret dan April
tidak terlaksana mengingat jumlah kader dan tenaga puskesmas kurang
dan masih terbatasnya sarana dan prasarana.

5. Kegiatan sehari- hari Lansia / Penilaian Kemandirian


Tabel 4.4
Penilaian Kemandirian Usia Lanjut
Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Batua 2016
Maret April
Kelurahan / RW Kategori Kategori
A B C A B C
Batua / RW XI 0 2 22 0 1 25
Borong / RW II 0 1 29 0 1 33
Tello Baru / RW III 0 1 42 0 1 28
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat sebagian besar lansia
memiliki kemandirian dengan melakukan kegiatan sehari-hari tanpa
bantuan sama sekali atau Kategori C paling banyak terdapat pada
kelurahan Tello Baru yaitu sebesar 42 orang, dan lansia sama sekali tidak
mampu melakukan kegiatan sehari-hari sehingga tergantung orang lain
atau Kategori A tidak terdapat sama sekali
6. Kader aktif dan Tugas
Tabel 4.5
Jumlah Kader Aktif dan Tugas Masing-Masing Kader Di Posyandu
Bulan Maret dan April 2016

Kelurahan/ Maret April


No
RW (Jumlah Kader & Tugas) (Jumlah Kader & Tugas)
1 Batua/XI 1 orang kader: 1 orang kader:
a. Pendaftaran a. Pendaftaran
b. Penimbangan b. Penimbangan
c. Pencatatan c. Pencatatan
2 Borong/II 1 orang kader: 1 orang kader:
a. Pendaftaran a. Pendaftaran
b. Penimbangan b. Penimbanga
c. Pencatatan c. Pencatatan
3 Tello Baru/III 1 orang kader: 1 orang kader:
a. Pendaftaran a. Pendaftaran
b. Penimbangan b. Penimbangan
c. Pencatatan c. Pencatatan
Total 3 orang kader 3 orang kader
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat pada ketiga posyandu
tersebut hanya mempunyai 1 orang kader yang aktif.

7. Sarana dan Prasarana


Tabel 4.6
Lokasi, Sarana dan Prasarana Posyandu Bulan Maret dan April
Tahun 2016

Poster/
Kelurahan/ Tensi Timbangan
No Lokasi Meja Kursi Media Stetoskop
RW meter Injak
KIE
1 Batua/XI Warung 1 1 2 10 - 1
2 Borong/II Teras 1 1 1 4 - 1
Masjid
3 Tello Baru/III Teras 1 1 1 2 - 1
Rumah
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa posyandu belum
memiliki Bangunan, masih menggunakan teras rumah dan warung
disekitar kelurahan masing-masing dan pelataran masjid dengan sarana
dan prasarana yang kurang memadai.

8. Kegiatan Senam Lansia


Tabel 4.7
Kegiatan Senam Lansia
Bulan Maret dan April 2016

Kelurahan/ Maret April


No
RW
Ada Tidak Ada Tidak
1 Batua/XI 4x/bln - 4x/bln -
2 Borong RW II - - - -
3 Tello Baru/III - - - -
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kegiatan senam
Lansia hanya dilakukan pada kelurahan Batua sedangkan kegiatan senam
di poyandu lainnya tidak dilaksanakan

B. Evaluasi Kegiatan
Proses evaluasi dilakukan pada saat setelah selesai hasil kegiatan
posyandu usia lanjut yang meliputi Jumlah usila yang hadir pada saat
posyandu,jumlah pemeriksaan tensi darah, penilaian status Gizi Lansia,
penilaian status emosional, penilaian kegiatan sehari-hari (kemandirian),
kader yang aktif, sarana dan prasarana posyandu serta kegiatan tambahan
yaitu senam Lansia.
1. Jumlah Lansia Yang Hadir Pada Kegiatan Posyan usia Lanjut
Grafik 4.3
Jumlah LansiaYang Hadir Pada Kegiatan Posyandu Lansia
Berdasarkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua 2016
50
40
30
20
10
0
januari Pebruari Maret April

Batua Borong Tello Baru

Sumber : Data Primer, 2016


Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah lansia yang
hadir paling banyak bulan Maret di Kelurahan Tello Baru yaitu sebesar 43
orang. Sedangkan pada bulan April turun drastis yaitu menjadi 29 orang.

2. Pemeriksaan Tekanan Darah


Tabel 4.8
Persentase Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah pada Lansia
Di Puskesmas Batua Tahun 2016

Maret April
Kelurahan / RW Jumlah Hasil Pemeriksaan Jumlah Hasil Pemeriksaan
Hadir N % T % Hadir N % T %
Batua/RW XI 22 21 95 1 4.5 26 22 84,6 4 15,4
Borong/RW II 30 22 73 8 26,7 35 28 80 7 20
Tello Baru/RW III 43 36 83 7 16,3 29 27 93 2 6,9
Sumber : Data Primer , 2016
Ket : N : Normal T : Tinggi
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat persentase lansia yang
mempunyai tekanan darah tinggi paling banyak pada bulan Maret di
Kelurahan Borong yaitu sebesar 26,66% atau 8 orang, sebagian besar
lansia memiliki Tekanan Darah Normal.
3. Penilaian Status Gizi
Tabel 4.9
Persentase Penilaian Status Gizi Lansia Menurut IMT
Di Puskesmas Batua Bulan Maret 2016

Kategori
Kelurahan / RW Jumlah Kurus Normal Gemuk
Hadir N % N % N %
Batua / RW XI 22 2 9 11 50 9 40
Borong / RW II 30 8 6,66 16 53 6 20
Tello Baru / RW III 43 0 0 38 88 5 11,6
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat persentase penilaian Status
Gizi Lansia yang paling banyak memiliki IMT dengan kategori normal
adalah Tello Baru yaitu sebesar 88% atau 38 orang. Sedangkan persentase
Lansia yang memiliki IMT dengan kategori kurus paling rendah adalah
Batua yaitu sebesar 9 % atau 2 orang.
Tabel 4.10
Persentase Penilaian Status Gizi Lansia Menurut IMT
Di Puskesmas Batua Bulan April 2016

Kategori
Kelurahan / RW Jumlah Kurus Normal Gemuk
Hadir N % N % N %
Batua / RW XI 26 1 3,8 13 50 12 46
Borong / RW II 35 8 22,9 19 54 8 22,9
Tello Baru / RW III 29 0 0 26 89 3 10
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat persentase penilaian Status
Gizi Lansia yang paling banyak memiliki IMT dengan kategori normal
adalah Kelurahan Borong yaitu sebesar 89% atau 26 orang. Sedangkan
persentase kategori kurus paling rendah adalah Tello sebesar 0%.
4. Kegiatan sehari-hari Lansia ( Kemandirian )
Tabel 4.11
Persentase Kegiatan sehari-hari/ Kemadirian Lansia
Di Puskesmas Batua Bulan Maret 2016

Kategori
Kelurahan/RW Jumlah A % B % C %
Batua ( RW XI ) 24 0 0 2 8,3 22 91,7
Borong ( RW II) 30 0 0 1 3,3 29 96,7
Tello Baru (RWIII) 43 0 0 1 2,3 42 97,7
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan tabel diatas, persentase kegiatan sehari-hari lansia
paling banyak pada kategori C (melakukan kegiatan sehari-hari tanpa
bantuan sama sekali), pada semua kelurahan yakni > 90% . sedangkan
kategori A yaitu 0% (tidak ada lansia yang sama sekali tidak mampu
melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga tergantung pada orang lain
Tabel 4.12
Persentase Kegiatan sehari-hari/ Kemadirian Lansia
Di Puskesmas Batua Bulan April 2016
Kategori
Kelurahan/RW Jumlah A % B % C %
Batua ( RW XI ) 26 0 0 1 3,8 25 96,2
Borong ( RW II) 35 0 0 1 2,9 34 97,1
Tello Baru (RWIII) 29 0 0 1 3,4 28 96,6
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan tabel tersebut persentase kegiatan sehari-hari lansia
paling banyak pada kategori C dengan melakukan kegiatan sehari-hari
tanpa bantuan sama sekali yaitu sebesar 95,87% atau 87 orang
sedangkan persentase paling rendah atau tidak terdapat sama sekali
terdapat pada kategori A ( lansia sama sekali tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, sehingga tergantung orang lain)
5. Sarana dan prasarana
Tabel 4.14
Persentase Jumlah Sarana Dan Prasarana Posyandu Lansia
Puskesmas Batua Tahun 2016
No Kelurahan / RW Sarana dan Prasana
Tensi Meter Timbangan Stetoskop
1 Batua / RW XI 1 1 1
2 Borong / RW II 1 1 1
3 Tello Baru / RW III 1 1 1
Sumber : Data Primer,2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sarana dan prasarana di


masing-masing posyandu terdapat berupa tensi meter, timbangan dan
stetoskop

6. Senam Lansia
Tabel 4.15
Persentase Kegiatan Senam Lansia
Bulan Maret dan April 2016

Kelurahan/ Maret April


No
RW
Frekuensi Ada % Frekuensi Ada %
1 Batua/XI 4x/bln 4 100 4x/bln 4 100
2 Borong RW II 4x/bln - 0 4x/bln - -
3 Tello Baru/III 4x/bln - 0 4x/bln - -
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat persentase kegiatan senam
lansia pada bulan Maret dan April lebih banyak dilakukan pada
Keluran Batua Yaitu 100% atau 4 kali dalam sebulan.Di mana kegiatan
tersebut dilaksanakan pada halaman puskesmas setiap hari
Sabtu.Sedangkan dikelurahan Borong dan Batua Tidak terlaksana
karena melihat lokasi agak jauh dari tempat tinggal dimana kondisi
fisik lansia yang sudah menurun.
BAB V
PEMBAHASAN

Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu
pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial
dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan
pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang (7).
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lansia adalah suatu wadah pelayanan
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia,
yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat
bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sector pemerintah dan non-
pemerintah, swasta, organisasi social dan lain-lain, dengan menitik beratkan
pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif(8).
Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia,
pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.Posyandu lansia adalah pos
pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang
sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan
dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta
para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (3).
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang
berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut. Posyandu lansia adalah wahana
pelayanan bagi kaum usia lanjut yg dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia yg
menitikberatkan pd pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitative. Posyandu lansia merupakan upaya kesehatan lansia yg
mencakup kegiatan yankes yg bertujuan untuk mewujudkan masa tua yg bahagia
dan berdayaguna(5).
Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis.
Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan
lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi.
Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan,
kesehatan, rekreasi dan sosial. Dengan kondisi fisik dan psikis yang menurun
menyebabkan lansia kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif (6).
Di sisi lain mereka dituntut untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
hidup sehari-hari yang semakin meningkat dari sebelumnya, seperti kebutuhan
akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan
bagi yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi. Didalam posyandu
lansia ini, para lansia dilayani dan diberi kemudahan dalam pemeriksaan
kesehatan mereka. Mereka hanya diminta dating tanpa dipungut biaya sama
sekali, begitu juga dengan lansia yang sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan
jauh akan diantar ke tempat pelayanan atau dapat juga dilayani dirumah mereka(6).
1. Cakupan usila
Cakupan jumlah usila adalah jumlah lansia yang dating pada saat kegiatan
Posyandu. Jumlah lansia yang hadir pada saat posyandu di Kelurahan Borong
RW II, Batua RW XI, Tello Baru RW III masih kurang, karena adanya kendala
– kendala yaitu
a. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari posyandu
lansia.
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia jauh atau sulit dijangkau. Jarak
posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu
tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan
daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu lansia. Dukungan keluarga sangat berperan
dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
2. Kader
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan posyandu usia lanjut di
kelurahan Batua IX, Borong RW II dan Tello Baru RW III menunjukkan
bahwa jumlahh kader yang aktif pada setiap Posyandu hanya 1 orang saja.
Kurangnya kader pada posyandu lansia karena bertepatan dengan pelaksanaan
kegiatan PIN (Pekan Imunisasi Nasional). Normalnya kader yang diharapkan
aktif/hadir pada setiap hari posyandu adalah 5 orang yang bertugas pada
masing-masing meja yang telah ditentukan (meja 1-5). Sebelum pelaksanaan
PIN, memang kehadiran kader di posyandu tidak pernah lengkap, biasanya
hanya 3-4 orang kader saja.

3. Sarana Dan Prasarana


Berdasarkan hasil observasi Pada kegiatan posyandu lansia di kelurahan
Batua RW XI, Borong RW II dan Tello Brau RW III yaitu minimnya sarana
dan prasarana yaitu kurangnya Meja, Kursi, KMS, dan tidak adanya alat
bantu penyuluhan, formulir rujukan, serta tidak memiliki bangunan
posyandu,sehingga hanya dilaksanakan dipelataran masjid, warung dan teras
rumah masyarakat setempat(10).

4. Senam Lansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan
tersebut.Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur
antara 60-69 tahun.
Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Masih kurangnya jumlah usila pada posyandu lansia. Hal ini di sebabkan
karena sebagian besar lansia tidak mengetahui keberadaan posyandu
tersebut..
2. Disamping itu, alasan lain rendahnya cakupan posyandu lansia karena
jarak posyandu dengan rumah lansia jauh.
3. sistem 5 meja belum terlaksana, karena jumlah kader yang aktif kurang.
4. Masih minimnya sarana dan prasarana pada kegiatan posyandu lansia
dimana dilaksnanakan di teras rumah, warung dan pelataran masjid.

B. Saran
1. Diharapkan peran serta dukungan keluarga untuk mengantarkan Lansia
pada saat kegiatan Posyandu, kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia
sudah menurun.
2. Menambah jumlah kader dan melakukan pelatihan kepada kader sehingga
dapat terlaksana system 5 Meja
3. Menyediakan tempat permanen untuk kegiatan posyandu lansia yang
lokasinya di tengah-tengah masyarakat sekitar sehingga mudah di jangkau.
DAFTAR PUSTAKA

1. www.depkes.go.id 2014. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia.


Kemenkes. RI.Jakarta. (diakses tanggal 6 juni 2016)

2. Subiajanto, 2011. KIE : Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan


Kesehatn Lansia. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

3. Ana Rusfita, 2008. Posyandu Lanjut Usia . Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan
Ngudi Waluyo

4. Puskesmas Batua. 2015. Profil Puskesmas Batua. Makassar

5. Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat,


Jakart. EGC.

6. Leni L, dkk. 2015. Hasil Kunjungan Posyandu lansia Among Wredha


Satria kementerian riset dan teknologi universitas jenderal soedirman
fakultas ilmu-ilmu kesehatan, kesehatan masyarakat

7. Kemenkes RI, 2014. Pusat Data & Informasi. Jakarta Selatan


FOTO KEGIATAN

Kegiatan Posyandu lansia pada Kelurahan Borong (RW II),


Batua ( RW XI) dan Tello Baru
Kegiatan Senam Lansia
GAMBARAN PELAKSANAAN POSYANDU USIA LANJUT
PADA PUSKESMAS BATUA
TAHUN 2016

Sabaria Manti Battung


NIP. 197604242002122013

PRODI GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Anda mungkin juga menyukai