Anda di halaman 1dari 9

CONTOH KASUS & VERBATIM

KETERAMPILAN
KO/KI DIALOG KETERANGAN
DASAR
Selamat sore, bu Ernest, pak Ernest, bagaimana
KO-1 Opening/Attending
kabarnya?
Wah selamat sore bu, mohon maaf sekali ini
KI Acceptance
berantakan rumahnya. Selamat paskah ibu.
Puji Tuhan kami semua sehat, bu. Cuma oma ini
KI Opening Question
yang sedang kurang enak badan.
KO-2 Oh, oma sedang sakit? Leading
Iya bu, sudah 3 hari ini katanya tidak selera
makan, cuma mau masakan cucunya Herbert
KI Paraphrasing
katanya, padahal Herbert kan sedang kuliah di
Taiwan.
Reflection of
KO-3 Oh begitu...
Feeling
Oma ada-ada aja memang, bu pendeta. Ini juga
KI permintaan supaya bu pendeta datang ke rumah Silence
juga oma yang ngotot. Minta didoakan katanya.
Iya-iya betul, kemarin bu Ernest juga sudah
KO-4 beritahu saya ya, bu Ernest bilang oma lagi agak Advice
rewel...hehehe
KI Itulah bu, kadang-kadang saya juga bingung.
Namanya juga orang tua bu... Boleh saya ketemu
KO-5
oma? Kalau tidak mengganggu?
Oh boleh-boleh bu. Oma sudah tanya-tanya ibu
KI pendeta dari tadi pagi. Silakan bu, kamarnya
lewat sini.
KO-6 Terima kasih.
KI Ma, ma, sudah datang itu ibu pendeta.
Oh inang. Senang sekali aku lihat wajahmu.
KI3-1
Doakan dulu saya. Hidup seperti sudah tidak enak
lagi.
KO-7 Oma, bagaimana perasaannya?
Tidak mengerti inang, mau berbuat apa pun sudah
KI3-2 tidak bergairah. Saya mau ketemu cucu terus tapi
tidak bisa. Rasanya mau ke panti jompo saja.
KO-8 *terkejut
Tidak apa-apa oma. Hidup memang kadang manis
KO-9
pahit hambar. Boleh saya doakan, oma?
KI3-3 Boleh-boleh inang. Terima kasih ya.
KO & KI *keluar dari kamar
Bu pendeta, mohon maaf kami belum berterus
terang. Sebenarnya oma sudah beberapa minggu
KI
ini minta dimasukkan ke panti jompo, tapi kami
berdua tidak sepakat karna 1 dan lain hal.
Bapaknya Herbert bilang kalau itu berdosa. Dosa
KI dari mana bu pendeta? Suami saya ini kayaknya
suka mengada-ngada.
Saya tidak bisa hitam-putih membenarkan atau
KO-10 menyalahkan bu, pak. Kalau boleh tahu, kira-kira
apa alasannya ya oma minta dirawat di sana?
Saya sendiri tidak tahu pasti alasannya bu pdt,
tapi oma sering mengeluh dan membanding-
KI bandingkan kesehariannya dengan Oma Hellen,
ibunya isteri saya, yang saat ini ada di panti
jompo. Mereka sering bertelepon.
KO-11 Oh begitu. Bagaimana keluhannya pak, bu?
Tidak habis-habis bu, makanan kurang matang
sedikit, mengeluh. Air mandi kurang hangat
KI
sedikit, mengeluh. Suara TV terlalu keras
mengeluh.
Kamu itu yang ga pernah bisa mengerti mama.
KI Akui aja kalau kamu belum maksimal merawat
mama. Mohon maaf ya bu pendeta.
KO-12 Tidak apa-apa pak.
Oh, jadi cuma saya yang bertanggungjawab?
KI
Mama saya di kampung siapa yang merawat?
Kamu mau hitung-hitungan? Berapa kiriman yang
KI habis dalam sebulan untuk membayar panti jompo
dan macam-macam kebutuhan mama kamu?
Sudah-sudah bapak/ibu, jangan bertengkar. Lebih
KO-13 baik kita urai permasalahannya dengan kepala
dingin.
Maaf sekali lagi bu pendeta. Tapi saya tertekan
KI sekali setiap suami saya menyalahkan dan
menuduh saya kurang serius merawat mertua.
Bukan begitu maksudku. Tapi mengingat oma
sudah sangat tua, kita jangan banyak menuntut,
KI perlakukan saja dia seperti anak kecil, yang
memang banyak kebutuhannya dan harus
dimengerti.
Saya setuju, pak. Merawat orang tua memang
tidak mudah, bisa diumpamakan seperti merawat
seorang anak kecil. Kalau boleh tahu, apa alasan
KO-14
konkretnya ya, sehingga oma ingin dirawat di
panti jompo? Apakah ada kejadian-kejadian yang
memicu sehingga demikian?
Oma sering cerita ke saya, kalau di rumah itu dia
sering diacuhkan. Kalau beliau bercerita,
jangankan saya dan ibu, anak-anak juga tidak
KI
menghiraukan. Belum lagi kalau sedang sibuk-
sibuknya, mama bisa duduk seharian di kamar,
memandang keluar jendela.
Makanya saya udah bilang, kasihan oma, turuti
KI saja apa yang dia mau. Mungkin memang panti
jompo pilihan terbaik.
KI Tidak semudah itu ma, kamu tidak tau kalau panti
jompo itu kadang-kadang tidak dimonitor.
Betul pak, memang saya sempat mengikuti
sejumlah berita tentang panti jompo yang di
KO-15 dalamnya terjadi kekerasan. Tapi kalau saya boleh
tahu, apa oma yakin di sana kebutuhannya akan
terpenuhi dengan baik?
Itu dia bu pendeta, di Sukabumi saya kenal
seorang pengurus panti jompo yang sangat baik.
KI
Saya yakin dia tidak seperti yang di kasus-kasus
itu.
Kamu tau dari mana? Oma ini sudah linglung lho.
Kalau terjadi sesuatu, tidak bisa lagi kita harapkan
KI
oma untuk cerita. Panggil nama cucu saja selalu
salah-salah.
Saya setuju pak, bu. Kemampuan kognitif oma
perlu kita pertimbangkan baik-baik. Jangan
KO-16
sampai karena kemerosotan daya berpikirnya
beliau diperlakukan semena-mena.
Betul bu pendeta, tapi di rumah juga saya suka
miris. Pembantu yang kami pekerjakan itu tidak
KI
punya kemampuan merawat orang tua, dan susah
sekali mencari pembantu yang bisa.
Ibu benar, merawat orang tua memang
membutuhkan keahlian yang tidak mudah.
Misalnya membantu buang air dengan kateter,
membersihkan kotoran, mengganti popok atau
KO-17
sprei kasur tanpa memindahkan orangnya,
memandikan orang di kursi roda, menghitung
nutrisi yang diterima setiap hari, mengecek
kesehatan tubuh dan sebagainya.
Tuh kan, apa aku bilang. Oma memang butuh
KI
tangan profesional.
KI Saya takut kualat bu pendeta. Bertahun-tahun
saya di rawat mama saya ketika kecil sampai saat
ini saya bisa mandiri, di masa tuanya masa saya
telantarkan begitu saja.
KI Bukan menelantarkan!
KO-18 Sabar ibu.
Saya kuliah kesehatan ya. Saya tahu pasti kalau
KI yang ada di rumah ini tidak memadai untuk
merawat mama.
Kamu kuliah kesehatan tapi cek tensi mama saja
KI
tidak pernah!
Bagaimana saya mau cek tensi? Oma saya ajak
KI
bicara saja tidak pernah mau jawab!?
Mohon maaf bapak/ibu. Saya rasa ada persoalan
KO-19 lain yang belum saya ketahui dalam kaitannya
dengan hubungan antara oma dan ibu Ernest?
Kami coba untuk tidak cerita karena malu, bu
pendeta. Sebenarnya yang pertama kali
KI mengutarakan panti jompo itu isteri saya, waktu
bertengkar dengan oma saya bulan lalu. Dan oma
ingat itu terus-menerus.
Wah kalau begitu ini persoalan lain, bapak/ibu.
Memutuskan apakah panti jompo merupakan
tempat yang tepat tentu bisa kita lakukan dengan
KO-20 menelusuri sejumlah faktor seperti fasilitas,
kredibilitas dan reputasi lembaga tersebut. Tapi
jika berawal dari pertengkaran, saya rasa ini tidak
menyelesaikan masalah.
Hati nurani saya sudah bilang begitu bu pendeta,
KI tapi mama dan isteri saya terus berkeras supaya
mama dirawat di panti jompo.
Iya, memang mama kamu saja yang bisa sentuh
KI hati nuranimu. Penderitaan saya tidak pernah kau
gubris. 7 kali 24 jam oma menjelek-jelekkan
keluarga saya, karena mereka lebih miskin, lebih
bodoh, sering berhutang dan jadi beban keluarga
besar. Saya tahu itu, tapi kenapa harus
dibicarakan setiap hari? Mulai dari pulang kerja,
makan malam bahkan saat nonton TV. Apa saya
tidak berhak hidup tenang di rumah saya sendiri?
Oh jadi panti jompo ini bukan demi kebaikan
KI mama, tapi kamu? Kamu anggap mama
pengganggu kehidupan kamu?
Sebentar bapak/ibu. Saya rasa persoalan ini
berakar dari kegagalan kita memahami orang tua.
KO-21
Boleh saya bagikan sedikit pengalaman saya
merawat orang tua kandung saya?
Silakan bu pendeta. Maaf kami terlalu banyak
KI
berdebat.
Ibu kandung saya dulu pernah minta dirawat di
panti jompo, dan didukung oleh seluruh keluarga
karena kehadirannya di rumah dianggap
mengganggu. Kenapa disebut mengganggu,
karena ia beberapa kali berbohong kepada kami
KO-22 berkaitan dengan cara ia diperlakukan di rumah.
Untungnya ibu saya sudah pikun, jadi
kebohongannya cepat terbongkar. Ia senang
mengadudomba keluarga besar kami, dan
menjelek-jelekkan keluarga besan ketika sedang
tidak ada.
KI Ya kira-kira begitu bu, yang dilakukan oma.
KI Ma!
Saya jadi orang yang paling tidak setuju dengan
usulan itu. Pasalnya, ibu saya sendiri tidak mau.
KO-23
Dan seharusnya, keputusan itu hanya akan bisa
dilakukan jika yang bersangkutan setuju.
Keadaan di rumah bagaimana bu?
Nah itu dia masalahnya, Rumah tempat tinggal
saya waktu itu ribut sekali. Hampir setiap saat
diwarnai pertengkaran. Mungkin ini
mempengaruhi keadaan psikologis ibu saya.
Akhirnya saya mencoba memberi semua orang
pengertian. Kepada keluarga besar saya
sampaikan, bahwa lansia itu kemampuan berpikir
dan mentalnya sudah sangat merosot, jiwanya
KO-24
menjadi kekanak-kanakan. Ia ingin diutamakan,
diperhatikan, dan sering menempuh cara-cara
yang unik untuk mendapatkan apa yang ia
inginkan. Waktu itu, ibu saya menjelek-jelekkan
besannya semata-mata untuk mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari cucu-cucunya
yang baginya tidak ia dapatkan selama ia tinggal
di sana.
KI Tapi apakah itu wajar, bu pendeta?
Sangat. Sangat wajar. Mengingat kemerosotan
memampuan fisik, psikologis, krisis jati diri dan
fungsi sosial serta kemampuan komunikasi yang
mereka alami, lansia usia senja seharusnya (oleh
kita sebagai keluarga) dibebaskan dari kewajiban
moral untuk mengikuti konsensus minimum yang
mengikat kita sebagai orang dewasa. Untuk
KO-25
ukuran orang-orang yang mengingat nama
cucunya saja sudah syukur, mereka seharusnya
jangan lagi dituntut untuk bersikap dewasa.
Maafkanlah mereka seperti dulu mereka
memaafkan kita ketika kita buang air di
pangkuannya, memecahkan akuarium atau
menjerit di tengah doa syafaat di gereja.
KI Betapa berdosanya kita selama ini, ma, ma.
KI Akhirnya bagaimana bu pendeta?
Sesudah saya sampaikan juga kepada ibu saya
tentang perbandingan 2 iklim yang ada di rumah
dan panti jompo, beliau malah meminta untuk
dirawat di sana. Jadi ibu saya dirawat di sana
bukan karena dia mengganggu rumah tangga
kami, tapi karena kebutuhan fisik dan psikisnya
memang jauh, sangat jauh lebih terpenuhi di panti
jompo yang kami pilih pada waktu itu. Di sana
saya punya sepupu kandung yang betul-betul
memperhatikan kesehatan ibu saya setiap hari.
Akreditasinya juga bagus, biayanya memang
sangat mahal, tapi sesuai dengan yang kami
harapkan. Setiap hari mereka disediakan banyak
kegiatan-kegiatan yang merangsang interaksi,
KO-26
seperti ibadah/doa bersama, pendalaman alkitab,
bermain dengan anak-anak panti asuhan,
pemeriksaan kesehatan dan lain-lain. Di telepon
ibu saya menjelaskan betapa hari-hari mereka
jauh dari kata membosankan. Saya sempat sedih
sih, karena saya punya keinginan untuk merawat
ibu saya sendiri, tapi mengingat kondisi keluarga
saya yang sangat tidak kondusif dibanding panti,
saya harus relakan kebersamaan itu demi
kebahagiaan ibu saya. Saya tidak boleh egois toh.
Ibu saya juga sudah sangat betah di sana. Ini
solusi yang terbaik, walaupun cepat atau lambat
saya harus benahi iklim keluarga besar saya dan
bawa ibu saya pulang.
KI Jadi kami harus bagaimana bu pendeta?
Jangan dulu berpikir tentang panti jompo, pak, bu.
Fokus saja dulu memulihkan hubungan dengan
KO-27
oma. Beri dia kenyamanan dan penuhi semua
kebutuhannya semaksimal mungkin. Jika itu
sudah dilakukan dan beliau masih ingin dirawat di
panti jompo, silakan hubungi saya lagi, saya akan
membantu mendampingi bapak/ibu memilih
tempat yang tepat.
Tidak perlu, bu pendeta. Saya bisa merawat ibu
mertua saya dan memenuhi semua kebutuhannya.
KI
Saya tidak mau jadi menantu yang durhaka. Kalau
perlu saya akan berhenti dari pekerjaan saya.
Yah, didengarkan saja dulu ya bu pendeta,
mudah-mudahan bukan omong doang (tertawa
KI kecil). Terima kasih banyak sudah mendampingi
kami melewati masalah ini. Kami pasti akan
mengganggu ibu lagi.
KO-28 Silakan pak, bu. Dengan senang hati.

Anda mungkin juga menyukai