Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis
sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru
paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. (Arif Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit
yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru.
Sifat sistemik ini disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen setelah terjadi
infeksi Mycobacterium tuberculosis. Data insidens dan prevalens tuberkulosis anak tidak
mudah dengan penelitian indeks tuberkulin dapat diperkirakan angka kejadian prevalens
tuberkulosis anak. (Suzanne dan Brenda, 2001).

B. ETIOLOGI
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui
percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan. Beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan anak terinfeksi penyakit TBC yaitu :
1. Merokok pasif
Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan
risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan
menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan
penyerapan sel dan pembuluh darah
2. Tertular dari ibu saat dalam kandungan
3. Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi
4. Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan saliva yang
terinfeksi.
5. Lingkungan yang tidak sehat
TBC menyebar dengan cepat pada tempat tinggal yang kurang ventilasi,
sempit
dan sesak. Angka penularan tinggi juga terjadi pada orang yang hidup di daerah
yang penuh sesak dan kumuh.
6. Risiko infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang
tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya
transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa
tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus
atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat
serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara
yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau
orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini
disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret
endotracheal, dan jarang terdapat batuk5. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang
menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab
hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak.
7. Risiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara
bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC,
43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang
menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak
< 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan
angka kesakitan dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2
tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal
ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang
kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.
(Ngastiyah, 2005)

C. KLASIFIKASI
Berdasarkan tipe infeksi klasifikasi TBc dibagi sebagai berikut :
1. Infeksi primer.
TBC paru primer (infeksi pertama dengan bakteri TBC). Pada anak yang usianya
lebih dewasa, biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala, dan hasil foto rontgen
dada tidak terlihat adanya tanda infeksi. Sangat jarang terjadi pembengkakan kelenjar
limfe dan kemungkinan sedikit batuk.
Infeksi primer ini biasanya sembuh dengan sendirinya karena anak telah membentuk
kekebalan tubuh selama periode waktu 6 hingga 10 minggu. Namun pada beberapa
kasus, jika tidak ditangani dengan benar (biasanya antara 6 bulan hingga 2 tahun),
infeksi ini dapat berkembang menjadi penyakit dan menyebar ke seluruh paru-paru
(disebut TBC progresif)
2. Infeksi progresif (TBC progresif)
Infeksi primer yang berkembang menjadi penyakit dan menyebar ke seluruh paru-
paru, atau ke organ tubuh lainnya. Hal ini ditandai dengan demam, kehilangan berat
badan, kelelahan, kehilangan selera makan, kesulitan bernafas, dan batuk.
3. Infeksi reaktivasi ( TBC reaktivasi)
Dalam hal ini infeksi primer sudah teratasi, namun bakteri TBC masih dalam keadaan
tidur atau hibernasi. Ketika kondisi memungkinkan (misalnya kekebalan tubuh
menurun), bakteri menjadi aktif. TBC pada anak yang lebih tua dan orang dewasa
mungkin saja termasuk tipe ini. Gejala yang paling jelas adalah demam terus-
menerus, diiringi dengan keringat pada malam hari. Kelelahan dan kehilangan berat
badan juga mungkin terjadi. Jika penyakit bertambah parah dan terbentuk lubang-
lubang pada paru-paru, penderita TBC akan mengalami batuk dan mungkin terdapat
darah pada produksi air liur, dahak, atau phlegm (maryunani anik, 2010)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan setiap
bulan berkurang.
2. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun ada,
setelah diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.
3. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi. Kalau tidak
ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga kemungkinan anak
terkena TBC.
4. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai sebagai
kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran
kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.
5. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang khas.
(Wirjodiardjo, 2008)

E. PATOFISIOLOGI
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada TBC
anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar,
tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat
lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya
mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru
(Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti saat
batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya adalah sebagai berikut:
tuberculosis paru primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi
pada anak, proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu
proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang
hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi
dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta
makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana penyakit ini terjadi
pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
(Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui terhirupnya
nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari seseorang yang
terinfeksi. Tuberculosisadalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang
diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T)
sebagai sel imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada
bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka, responya berupa reaksi
hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar
membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag.
Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat
sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus dengan
bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening regional dan
infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju (nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang
disekitarnya pada sel-sel epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk
jatingan parut kolagenosa, menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer
pada paru dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada seseorang yang sehat
(Price dan Wilson, 2006).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
MEMAKAI YANG DI NBUKU NIC NOC

G. KOMPLIKASI
1. Penyebaran infeksi TuberkulosisPenyebaran infeksi tuberculosis ke bagian tubuh
nonpulmonal dikenal denganTB miliaris. Yang terjadi pada anak-anak, selain di paru-
paru, juga terdapat
penyebaran ke seluruh tubuh. Hal ini terjadi karena belum ada kekebalan alami darit
ubuh, saat basil TB jenis primer masuk ke dalam paru-paru. Akibatnya basil initidak
tinggal diam di paru-paru saja. Tetapi akan melalui saluran limfa ke kelenjardan
masuk ke aliran darah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehinggaterkadang
ditemui TB tulang dalam 1-5 tahun setelah terbentuknya
kompleks perimer,TB hati,TB limfa dapat terjadi 6 bulan setelah terbentuknya komp
leks primer, TB selaput otak atau meningitis dapt terjadi dalm 3 bulan.komplikasi pa
datraktus urogenitalis dapt terjadi setelah bertahun-tahun.2.
2. Penyakit paru primer progesif
Komplikasi infeksi tuberculosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila
focus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar. Penc
airandapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai dengan
sejumlah besar basil tuberkel. Pembesaran focus dapat melepaskan debris nekrotik k
edalam bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih
lanjut.
3. Efusi pleura
Efusi pleura tuberculosis, yang dapat local atau menyeluruh, mula-
mula padakeluarnya basili kedalam sela pleura dari focus paru subpleura atau perkej
uanlimfonodi.efusi yang lebih banyak dan secara klinis berarti terjadi beberapa
bulansampai beberapa tahun sesudah infeksi primer.efusi pleura dapat terjadi 6-12
bulansetelah terbentuk kompleks primer4.
4. Penyakit pericardium
Bentuk tuberculosis jantung yang paling sering adalah perikarditis.penyakit
ini jarang,terjadi pada 0,5-
4% kasus tuberculosis pada anak. Perikarditis biasanya berasal dari
invasi langsung atau aliran limfe dari limfonodi subkranial.gejala-gejalayang
biasanya nonspesifik termasuk demam ringan,malaise dan kehilangan berat badan.
Nyeri dada tidak lazim pada anak.bising gesek pericardium atau suara jantungyang
jauh dengan pulsus paradoksus.5.
5. Penyakit saluran pernafasan atas
6. Tuberculosis saluran pernafasan atas misalnya anak dengan tuberculosis
laringmenderita batuk karena radang tenggoring, nyeri tenggorok,parau, dan
disfagia.Kebanyakan anak dengan tuberculosis laring menderita penyakit laring
primerdengan radiografi dada normal.6.
7. Penyakit system saraf sentral
Tuberculosis SSS merupakan komplikasi yang paling serius pada anak
danmematikan tanpa pengobatan efekyif. Meningitis tuberkulosa biasanya berasal
dari pembentukan lesi perkejuan metastatik di dalam korteks serebri
atau meninges yang berkembang selam penyebaran limfohematogen infeksi primer
(Laban Y, Yoannes,2008.TBC.Yogjakarta: Kanisius)

H. PENATALAKSANAAN
Obat Anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid
dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain :
- Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
bakterisid.
- Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi.
- Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu :
a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman
yang membelah dengan cepat.
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek
atau kegiatan bakterostatik pada pengobatan konvensional.OAT yang biasa
digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid (Z),dan
streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E) yang bersifat
bakteriostatik.
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologi, dan
klinis. Kesembuhan TB paru yang baik akan memperlihatkan sputumBTA (-), adanya
perbaikan radiology, dan menghilangnya gejala.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, alamat, nomor
registrasi, tempat tanggal lahit, diagnose, rencana terapi
2. Identitas orang tua (Ayah dan ibu)
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, dan alamat
3. Identitas saudara kandung
Nama, usia, hubungan, status kesehatan
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infeksi.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental, upaya batuk
tidak maksimal.
3. Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.
4. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
5. Ketidakpatuhan yang berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu lama.
6. Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
7. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain berhubungan
dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pathogen.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infeksi.
- Tujuan : Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dispnea.
Kriteria hasil :
Batuk berkurang
tidak terjadi dispnea
- Intervensi :
a. Berikan oksigen humidifier bagi anak dengan dispnea
Rasional : Dispnea masih dapat terjadi, hingga pemberian obat kemoterapetik dimulai
untuk mendapatkan efeknya, oksigen humidifier mengurangi dispnea dan meningkatkan
oksigenasi
b. Tinggikan bagian kepala tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala menyebabkan otot diagframa mengembang
c. Berikan obat batuk ekspektoran sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Ekspektoran membantu melepaskan mucus.

Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, 1. Untuk
tidak efektif keperawatan selama .......x24 jam, kecepatan, kedalaman dan tindak
berhubungan dengan bersihan jalan napas efektif dengan penggunaan otot aksesori.
secret kental, upaya kriteria : 2. Catat kemampuan untuk 2. Untuk
batuk buruk.  Sekret berkurang sampai dengan mengeluarkan secret atau batuk pasie
hilang efektif, catat karakter, jumlah

 Pernafasan dalam batas normal : sputum, adanya hemoptisis.

 0-2 bulan : 50 s/d < 60 x/menit 3. Berikan pasien posisi semi atau 3. Semi

 2 bln-12 bln : 40 s/d < 50 x/menit fowler, berna


4. Bersihkan sekret dari mulut dan 4. Untuk
 12 bln-60bln : 30 s/d < 40
trakea, suction bila perlu.
x/menit
5. Berikan obat : agen mukolitik, 5. Untuk
bronkodilator sesuai indikasi sehin

3. Ketidakpatuhan yang berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu lama.


- Tujuan : Orang tua dan anak akan mengikuti pedoman terapi
Terjadi kepatuhan dalam menjalani pengobatan dan terapi
- Intervensi
a. Kaji seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki orang tua dan anak, tentang TBC dan
hal ketidakpahaman yang dimiliki
Rasional : pengkajian membantu menentukan apa yang orang tua dan anak butuhkan
untuk relajar agar dapat membantu mereka memenuhi pengobatan jangka panjang.
b. Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) tentang program pengobatan dan alasan
menjalani pengobatan dengan tuntas, dan yakinkan tentang pendidikan yang diperlukan.
Rasional : Pendidikan dan penguatan diberikan pada orang tua dan anak dengan
informasu perlunya mengikuti program pengobatan dengan tuntas dan menurunkan
risiko kegagalan akibat déficit pengetahuan.
c. Identifikasi alternatif pemberi layanan yang dapat memberikan pengobatan anak jira
diperlukan.
Rasional : hal ini akan menurunkan risiko pengabaian dosis yang dilakukan anak
selama pengobatan.

Hiperthermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam 1. Detek
berhubungan dengan keperawatan selama ......x24 jam, suhu fungs
proses peradangan tubuh kembali normal, dengan kriteria 2. Berikan kompres hangat 2. meran
hasil : menu
 Suhu tubuh 36-37,5 o C 3. Kolaborasi pemberian antipirektik 3. Kolab
Perubahan nurisi kurang setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Ukur dan catat berat badan pasein 1. BB m
dari kebutuhan tubuh selama ........x 24 jam, kebutuhan 2. Sajikan makanan dalam porsi kecil 2. Sebag
berhubungan dengan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil : tapi sering dan m
anoreksia  Nafsu makan meningkat 3. Sajikan makanan yang dapat 3. Sebag
 BB meningkat atau normal sesuai menimbulkan selera makan maka
umur 4. Berikan makanan tinggi TKTP 4. Prote
(tinggi kalori tinggi protein) pemb
5. Jelaskan kepada keluarga tentang 5. Meni
penyebab malnutrisi, kebutuhan penye
nutrisi pemulihan, susunan menu dan pemu
pengolahan makanan sehat upaya
seimbang, tunjukkan contoh jenis selam
sumber makanan ekonomis sesuai
status sosial ekonomi klien.
6. Laksanakan pemberian roboransia 6. Robo
sesuai program terapi. prose
meny

Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji patologi penyakit dan potensial 1. Mem
penyebaran infeksi pada selama .........x24 jam, penyebaran penyebaran infeksi melalui droplet meng
diri sendiri maupun infeksi tidak terjadi, dengan kriteria yang
orang lain berhubungan hasil : 2. Identifikasi orag lain yang beresiko 2. Penge
dengan virulensi  Klien/keluarga dapat (anggota keluarga/teman) memi
kuman, pertahanan mengidentifikasi tindakan untuk penye
3. Anjurkan klien untuk batuk / bersin
primer tidak adekuat, mencegah/menurunkan resiko 3. Kebia
pada tisu dan menghindari meludah
kurang pengetahuan infeksi. penul
4. Lakukan tindakan isolasi sebagai
untuk menghindari  Klien/keluarga menunjukkan 4. Menc
pencegahan
pemajanan pathogen. perubahan pola hidup untuk susce
5. Pertahankan teknik aseptic saat
meningkatkan lingkungan yang 5. Menc
melakukan tindakan perawatan
aman.
6. Beritahu klien dan keluarga tentang
6. Pengo
pentingnya pengobatan yang tuntas
menc
7. Kolaborasi pemberian obat anti
7. Untuk
tuberculosis

Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga 1. Untuk
mengenai kondisi, selama .........x24 jam, pengetahuan kelua
aturan tindakan dan klien/keluarga meningkat, dengan 2. Berikan pendidikan kesehatan 2. Agar
pencegahan penyakit kriteria hasil : berkaitan dengan penyakit pasien cema
berhubungan dengan  Klien/keluarga memahami proses 3. Jelaskan setiap tindakan keperawatan 3. Untuk
kurang/tidak lengkap penyakit dan kebutuhan yang akan dilakukan pasie
informasi yang ada. pengobatan
 Klien/keluarga melakukan
perubahan pola hidup untuk
memperbaiki kesehatan

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


V. EVALUASI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
2.
3. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001.
4.
5. Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
6. ( Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC )
7. Price, sylvia anderson, wilson, lorraine mc carty. 2006. Patofisiologi konsep
klinis proses – proses penyakit,ed.6, volume 1&2. Jakarta: EGC
8. Alimul. A. Aziz, Hidayat. 2008. Pengantar ilmu keperawatan
anak. Surabaya : salemba medika.
Laban Y, Yoannes,2008.TBC.Yogjakarta: Kanisius
1. ( Maryunani anik. 2010. ilmu kesehatan anak dalam
kebidanan. Jakarta : CV. trans info media ).

Potter, Perry, 2011. Fundamental Keperawatan, Edisi . EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai