Anda di halaman 1dari 9

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi


dan komunikasi tentang data klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua
langkah yaitu data dari sumber primer (klien), dan sumber sekunder (keluarga dan
tenaga kesehatan) dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
Pengkajian merupakan komponen dasar dalam proses keperawatan, sehingga
dengan pengkajian yang tepat akan menentukan langkah berikutnya (Potter &
Perry, 2005).

Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010). Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue
dari kelompok arbovirus B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang
disebarkan oleh artropoda. Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes
aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan).
(Widoyono, 2008). Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan
tergenang, telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila
kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian
untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa
yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100 butir (Murwani, 2011).

Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik
yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet. Yang timbul secara
spontan yaitu dengan demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari,
hepatomegali, Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg)

atau nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah (Soegeng, 2006). Manifestasi
perdarahan ditemukan perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis,
epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Sedangkan dengan uji
tourniquet positif.
Hasil pengkajian yang penulis lakukan pada Ibu An. M mengatakan keluhan
demam disertai dengan muntah.Selain itu pasien juga mengeluh jika
tenggorokannya terasa sakit.Keluhan dirasakan sejak ± 5 hari. Kesadaran
Composmetis (GCS:14 E3 M6 V5), tampak lemas, tidak nafsu makan, klien
tampak gelisah, akral hangat, membran mukosa kering, tampak lemah, TD :
90/60 mmHg, RR : 22 x/menit, N : 112x/menit, S : 39ºC, CRT: < 2 detik, BB
sebelum masuk 48 kg , BB Sesudah masuk 45 kg, pemeriksaat LAB :WBC : 1,84
103/ml, HGB : 11,9 g/dL, HCT : 36,0%, PLT : 120 103/ml
Berdasarkan pengkajian pada An. M tidak ditemukan kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus.

4.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon aktual


atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang mempunyai lisensi dan
kompeten untuk mengatasinya. Diagnose keperawatan memberikan dasar
pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat
(Potter & Perry, 2005).

Menurut NANDA (Herdman, 2010) diagnosa keperawatan yang muncul


untuk pasien DHF adalah :

1. Hipertermi b.d proses infeksi


2. Nyeri b.d proses patologis penyakit
3. Kurangnya volume cairan tubuh b.d peningkatan permeabilitas dinding
plasma.
4. Keterbatasan mobilitas fisik b.d rasa nyeri, terapi tirah baring.
5. Resiko terjadinya syok hypovolemik b.d kurangnya volume cairan tubuh.
6. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut b.d dengan Trombositopenia.
Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada kasus pasien
An. M ditemukan ada 2 diagnosa keperawatan yaitu :

1. Hipertermi b.d Infeksi virus dengue


ditandai dengan Ibu An. M mengatakan anaknya sering mengeluh pusing dan
lemas, badannya juga teraba hangat, Suhu : 38ºC

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia


ditandai dengan ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, mual, dan
tenggorokan terasa sakit. BB sebelum masuk 48 kg, BB Sesudah masuk 45 kg,
habis 2-3 porsi, minum 1 gelas 300cc Berdasarkan penjelasan di atas ditemukan
ada kesenjangan pada diagnosa keperawatan antara teoritis dan kasus. Dari 6
diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis sebanyak 1 diagnosa
keperawatan tidak ditemukan dalam kasus.

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada


klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan pasien dapat
terpenuhi (Wilkinson, 2011). Perencanaan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang dipekirakan
dan di intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &
Perry, 2005).

Dari tiga diagnosa keperawatan selanjutnya dibuat rencana keperawatan


sebagai tindakan pemecahan masalah keperawatan dimana penulis membuat
rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan kemudian menetapkan
tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya menetapkan tindakan yang tepat. Pada
intervensi keperawatan diagnosa hipertermi tidak ada kesenjangan yang signifikan
antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana intervensi keperawatan yang ada
pada teori juga ada dalam intervensi keperawatan yang ada pada kasus. Untuk
intervensi keperawatan diagnosa kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana pada
tinjauan teori intervensi keperawatan untuk kekurangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh juga ada pada perencanaan keperawatan kasus.

4.4 Implementasi Keperawatan


Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat
intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini dilakukan
karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar
dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang dilakukan (Deswani,
2009). Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. (Potter & Perry, 2005).
Implementasi keperawatan dilaksanakan selama lima hari dimulai dari
tanggal 05 - 08 Maret 2019 dimana semua tindakan yang dilaksanakan selalu
berorientasi pada rencana yang telah dibuat terdahulu dengan mengantisipasi
seluruh tanda-tanda yang timbul sehingga tindakan keperawatan dapat tercapai
pada asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan menerapkan komunikasi
therapeutik dengan prinsip etis. Pada kasus ini tidak jauh beda dengan teori-teori
yang ada di dalam rencana keperawatan. Pelaksanaan tindakan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Hipertermia
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana keperawatan
- Pada hari pertama perawatan tindakan yaitu : Mengobservasi tanda – tanda
vital (Hasil : TD : 90/60 mmhg, Nadi : 110x/menit, RR : 22x/menit, Suhu :
38oC, spo2 : 99%), Menganjurkan pasien untuk minum yang banyak, sedikit
tapi sering (Hasil : Keluarga pasien nampak mengerti dengan apa yang
dianjurkan dan akan melakukannya), Menganjurkan keluarga untuk
memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak pasien (mengompres
lipatan ketiak dengan handuk dan air hangat), Menganjurkan pasien untuk
tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal (Hasil : Keluarga pasien
nampak mengerti dengan apa yang dianjurkan dan akan melakukannya).
Memberikan penjelasan pada keluarga pasien tentang penyebab
meningkatnya suhu tubuh (Hasil : Keluarga pasien tampak mengerti dengan
penjelasan kita), Memberikan obat antipiretik kepada pasien lewat intravena
(Hasil : Mengurangi suhu badan panas pada pasien).
- Pada hari kedua perawatan tindakan yaitu : Pada hari pertama perawatan
tindakan yaitu Mengobservasi tanda – tanda vital (Hasil : TD : 90/60 mmhg,
Nadi : 112x/menit, RR : 22x/menit, Suhu : 36,8oC, spo2 : 99%),
Menganjurkan pasien untuk minum yang banyak, sedikit tapi sering (Hasil :
Keluarga pasien nampak mengerti dengan apa yang dianjurkan dan akan
melakukannya), Menganjurkan pasien untuk tidak memakai selimut dan
pakaian yang tebal (Hasil : Keluarga pasien nampak mengerti dengan apa
yang dianjurkan dan akan melakukannya). Memberikan penjelasan pada
keluarga pasien tentang penyebab meningkatnya suhu tubuh (Hasil :
Keluarga pasien tampak mengerti dengan penjelasan kita), Memberikan
obat antipiretik kepada pasien lewat intravena (Hasil : Mengurangi suhu
badan panas pada pasien).
- Pada hari ketiga perawatan tindakan yaitu Mengobservasi tanda – tanda
vital (Hasil : TD : 90/60 mmhg, Nadi : 100x/menit, RR : 20x/menit, Suhu :
37,3oC, spo2 : 100%), Menganjurkan pasien untuk minum yang banyak,
sedikit tapi sering (Hasil : Keluarga pasien nampak mengerti dengan apa
yang dianjurkan dan akan melakukannya), Menganjurkan pasien untuk tidak
memakai selimut dan pakaian yang tebal (Hasil : Keluarga pasien nampak
mengerti dengan apa yang dianjurkan dan akan melakukannya).
Memberikan penjelasan pada keluarga pasien tentang penyebab
meningkatnya suhu tubuh (Hasil : Keluarga pasien tampak mengerti dengan
penjelasan kita), Memberikan obat antipiretik kepada pasien lewat intravena
(Hasil : Mengurangi suhu badan panas pada pasien).
- Pada hari keempat perawatan tindakan yaitu : Mengobservasi tanda –
tanda vital (Hasil : TD : 110/70 mmhg, Nadi : 110x/menit, RR : 20x/menit,
Suhu : 36,5oC, spo2 : 99%), MengAff infus.
2. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Pada hari pertama perawatan tindakan yaitu : Menganjurkan keluarga
pasien untuk memberi makanan sedikit tapi sering (Hasil : Pasien belum
mau makan), Menjelaskan manfaat makanan/ nutrisi bagi pasien terutama
saat pasien sakit (Hasil : Keluarga pasien memahami), Mencatat jumlah/
porsi makan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari (Hasil : pasien belum
mau menghabiskan 1 porsi makanannya), Menimbang berat badan pasien
(Hasil : Adanya penurunan berat badan dari 48 kg menjadi 45 kg).
- Pada hari kedua perawatan tindakan yaitu : Menganjurkan keluarga pasien
untuk memberi makanan sedikit tapi sering (Hasil : Ibu pasien mengatakan,
pasien sudah mau makan tetapi sedikit), Menjelaskan manfaat makanan/
nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit (Hasil : Keluarga pasien
memahami), Mencatat jumlah/ porsi makan yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari (Hasil : ibu pasien mengatakan sudah bisa menghabiskan
setengah porsi makan), Menimbang berat badan pasien (Hasil : Adanya
penurunan berat badan dari 48 kg menjadi 45 kg).
- Pada hari ketiga perawatan tindakan yaitu : Menganjurkan keluarga pasien
untuk memberi makanan sedikit tapi sering (Hasil : Ibu pasien mengatakan
pasien sudah mau makan banyak), Menjelaskan manfaat makanan/ nutrisi
bagi pasien terutama saat pasien sakit (Hasil : Keluarga pasien memahami),
Mencatat jumlah/ porsi makan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari
(Hasil : ibu pasien mengatakan sudah bisa menghabiskan 1 porsi makanan),
Menimbang berat badan pasien (Hasil : Adanya penurunan berat badan dari
48 kg menjadi 45 kg).
- Pada hari keempat perawatan tindakan yaitu : Menganjurkan keluarga
pasien untuk memberi makanan sedikit tapi sering (Hasil : ibu pasien
mengatakan pasien sudah mau makan banyak dan makan makanan ringan),
Menjelaskan manfaat makanan/ nutrisi bagi pasien terutama saat pasien
sakit (Hasil : Keluarga pasien memahami), Mencatat jumlah/ porsi makan
yang dihabiskan oleh pasien setiap hari (Hasil : ibu pasien mengatakan
pasien sudah bisa menghabiskan makanan satu porsi), Menimbang berat
badan pasien (Hasil : adanya peningkatan 1 kg, dari 45 kg ke 46 kg).

4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat
dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada
penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan
penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal
(Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).
Dalam kasus ini evaluasi keperawatan dilakukan sampai pasien di izinkan
pulang, yaitu sebagai berikut :
1. Hipertermia
Pada hari Selasa, 05 Maret 2019 (jam 09.10 WIB) Ibu pasien
mengatan badan anaknya masih panas, suhu : 38ºc. Hari Rabu, 06 Maret
2019 (jam 09.20) Ibu pasien mengatakan badan anaknya masih hangat,
suhu : 36,8Vc, kulit teraba hangat. Hari Kamis, 07 Maret 2019 (jam 08.00)
Ibu pasien mengatakan badan anaknya tidak sehangat seperti kemarin-
kemarin, suhu : 36,9 oc, sulit teraba hangat. Hari Jumat, 08 Maret 2019
(12.00), Ibu pasien mengatakan badan anaknya sudah tidak panas lagi,
masalah hipertermi teratasi, intervensi dihentikan.
2. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pada hari Selasa, 05 Maret 2019 (jam 09.10 WIB) Ibu pasien
mengatakan Pasien belum mau makan, 1 porsi tidak habis. Rabu, 06 Maret
2019 (jam 09.20) Ibu pasien mengatakan, pasien sudah mau makan tetapi
sedikit, sudah bisa menghabiskan setengah porsi makan. Hari Kamis, 07
Maret 2019 (jam 08.00) Ibu pasien mengatakan pasien sudah mau makan
banyak, 1 porsi makan habis. Hari Jumat 08 Maret 2019 (12.00) Ibu pasien
mengatakan pasien sudah bisa menghabiskan makanannya dan makanan
ringan, 1 porsi dan makanan ringan habis. Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi, intervensi dihentikan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun hasil asuhan keperawatan kepada klien yang didapatkan dari
pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, menentukan rencana
keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi, yaitu :
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian pada An. M tanggal 05 Maret 2019 pukul 09.00
WIB dengan DHF diperoleh data yang tidak jauh berbeda dengan manifestasi
klinis dari penyakit DHF yaitu demam, lemas, tenggorokan sakit, tidak nafsu
makan, akral hangat, membran mukosa kering.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil data pengkajian yang telah dilakukan, dirumuskan
diagnosa keperawatan pada An.M dengan DHF yang sesuai dengan teori
yaitu Hipertermi b.d Infeksi virus dengue, Kekurangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
3. Rencana Keperawatan
Dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan diagnosa yang
ditegakkan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan. Tidak ada
kesenjangan rencana keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap
diagnosa yang sama.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada teori.
Tidak semua tindakan yang direncanakan dilakukan karena penulis dalam
melakukan tindakan lebih mengutamakan tindakan prioritas dalam proses
pengobatan dan penyembuhan pasien dan juga disesuaikan dengan kondisi,
situasi, dan perubahan yang dialami pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Klien di pulangkan karena kondisinya telah membaik dan disarankan untu
kembali melakukan kontrol. Maka penulis memberikan health education
mengenai menganjurkan klien untuk selalu meningkatkan istirahat, juga
menganjurkan pada klien untuk selalu mengkonsumsi air yang cukup, dan
menganjurkan keluarga untuk selalu menemani klien serta mengkonsumsi
obat yang diberikan sesuai dengan instruksi.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa
saran, antara lain :
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Bagi Instansi Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan yang ditunjang dengan pengadaan fasilitas-fasilitas yang
memadai berkaitan dengan pasien DHF.
2. Bagi perawat
Diharapkan dalam melakukan pengkajian hendaknya menjalin hubungan
kerja sama yang baik antara klien dan perawat, agar data yang diperoleh sesuai
dengan kondisi klien. Diharapkan dalam perumusan masalah sesuai dengan
data yang diperoleh dari klien. Dapat mengaplikasikan semua rencana dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Kemudian dapat memperoleh evaluasi
sesuai yang diharapkan sebelumnya. Diharapkan kepada perawat untuk dapat
memberikan Health Education pada pasien terkait hal-hal yang berhubungan
dengan penyakitnya, sehingga mampu mengurangi tingkat stres hospitalisasi.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan agar lebih membekali mahasiswa didiknya tentang pembuatan
asuhan keperawatan baik itu yang terkait penyakit DHF maupun penyakit-
penyakit lainnya.

Anda mungkin juga menyukai