Anda di halaman 1dari 21

PENGLIHATAN KABUR

SKENARIO III
Oleh Kelompok 2 pada sistem indera PSIK UNHAS
Papan Seorang anak perempuan 9 tahun diantar oleh ibunya ke poliklinik mata dengan
keluhan sulit membaca tulisan di papan tulis. Kakak dan ibunya memakai kacamata.

A. KLARIFIKASI KATA-KATA KUNCI


a. Anak perempuan 9 tahun.
b. Sulit membaca tulisan di papan tulis.
c. Kakak dan ibunya memakai kacamata.
B. PERTANYAAN PENTING
a. Jelaskan anatomi fisiologi indera penglihatan ?
b. Jelaskan pengkajian fisik pada indera penglihatan ?
c. Jelaskan penyakit yang berhubugan dengan kelainan refraksi ?
d. Bagaimana mekanisme penglihatan normal ?
e. Prognosis.
C. JAWABAN DARI PERTANYAAN
1) Anatomi dan fisiologi indra penglihatan !
a. Struktur Internal
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang terletak pada
bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan.
1) Lapisan Luar
a) Sklera
Sklera merupakan jaringan padat, berwarna putih dan menempati 5/6 bagian posterior dinding
bola mata. Permukaan luar sklera ditutup oleh jaringan vaskuler longgar, yaitu jaringan episklera
yang terpisah dari konjumgtiva diatasnya oleh suatu lapisan jaringan fibrosa tipis yang lebih
padat yang disebut kapsula tenon. Pada anak-anak sklera mungkin berwarna biru karena sklera
ini tipis sehingga pigmen koroid dibawahnya terlihat.pada orang dewasa atau lansia,deposit
lemak dapat memberikan warna kuning pada sklera.
b) Kornea
Kornea merupakan lapisan padat, avaskuler dan transparan yang bersambung dengan sklera dan
menempati 1/6 bagian anterior dinding bola mata dengan diameter kira-kira 11 mm. Kornea
merupakan lanjutan dari sklera,tetapi lebih tebal dari sklera. Pertemuan kornea dengan sklera
disebut limbus. Kornea tersusun atas lima lapisan jaringan yaitu epitelium, membrana bowman,
stroma, membran descement dan endotelium. Epitel pada permukaan luar merupakan lanjutan
dari epitel konjungtiva. Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih aseluler yang merupakan
bagian stroma yang berubah. Bagian kornea yang paling tebal adalah stroma yang merupakan
jaringan fibrosa bening dan merupakan 90% dari tebal kornea. Dibawah stroma terdapat lapisan
tipis yang kuat tetapi sangat lentur yang disebut membran Descmet. Lapisan yang paling dalam
yaitu endotel merupakam selapis sel yang berperan dalam mengatur jumlah cairan (dehidrasi)
didalam kornea melalui aksi pemompaan,sel endotel ini tidak dapat bergenerasi.cedera atau
inflamasi yang mengganggu keutuhannya akan menyebabkan pengurangan jumlah sel.
2) Lapisan Tengah
Lapisan tengah atau uvea adalah lapisan kedua dari bola mata yang merupakan lapisan
bervaskuler dan berpigmen.lapisan ini berisi koroid,badan siliar,dan iris.
a) Koroid
Koroid merupakan membran coklat tua yang terletak antara sklera dan retina,membentuk bagian
terbesar dari lapisan tengah dengan retina tetapi dapat lepas dari retina dengan mudah.koroid
berisi banyak pembuluh darah yang menyuplai nutrien ke retina dan badan vitreus dan juga
mencegah refleksi internal cahaya.
b) Badan (korpus) siliare
Badan silliare menghubungkan koroid dengan iris.pada permukaan dalam korpus silliare terdapat
prosesus silliaris yang menghasilkan akueos humor melalui proses dialisis sekresi. Prosesus ini
banyak mengandung pembuluh darah dan serabut saraf. Muskulus silisaris tersusun oleh
gabungan serat longitudinal, sirkuler dan radial. Fungsi serat-serat sirkuler adalah mengerutkan
dan merelaksasi serat-serat zonula. Otot ini dipergunakan untuk proses akomodasi dan
mempengaruhi kecembungan lensa sehingga lensa dapat berfokus baik pada objek dekat maupun
jauh.
c) Iris
Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anteriror dan merupakan bagian mata yang berwarna
serta menampakkan karakteristik biru,hijau, hazel, abu-abu atau coklat. Iris terletak didepan
lensa, dibelakang kornea dan membentuk lingkaran terbuka yang disebut pupil. Saat individu
terjaga, ukuran pupil bervariasi sesuai jumlah yang masuk mata. Fungsi iris adalah mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke mata.
3) Lapisan Dalam
a) Retina
Retina merupakan struktur tipis,halus dan bening tempat serat-serat saraf optik di distribusikan,
serta melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina dibatasi secara eksternal oleh
koroid dan sklera serta secara internal oleh membran hialoidea dari badan vitreus.retina berisi
pembuluh darah yang menyuplai nutrisi ke jaringan retina dan dua klas fotoreseptor yang disebut
rhod (batang) dan cones (kerucut).
b) Fundus optik
Fundus optik terletak pada bagian posterior mata.didalamnya terdapat diskus optikus yang
merupakan daerah berwarna putih merah muda-krem pada retina. Diskus optikus kadang-kadang
disebut sebagai titik buta(blind spot) karena hanya mengandung serabut saraf tanpa sel-sel
fotoreseptor dan tidak sensitif terhadap sinar.
c) Kornea
Kornea merupakan lapisan padat dan transparan yang bersambung dengan sklera dan menempati
1/6 bagian anterior mata.
d) Akuos Humor
Akuos Humor adalah cairan jernih yang mengisi ruang anterior dan posterior mata.komposisi
serupa dengan plasma tetap memiliki kosentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih tinggi
serta protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.
e) Lensa
Lensa adalah struktur sirkuler,lunak dan bikonveks, avaskuler, tidak berwarna dan hampir
transparan sempurna. tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm, terletak di belakang iris, di
depan badan vitreus.titik pusat permukaan anterior dan posterior disebut polus tersebut disebut
aksis. Lensa terdiri atas tiga lapisan yaitu kapsul pada bagian luar, korteks dan nukleus pada
bagian dalam.Nukleus lensa lebih keras dari pada korteksnya.sesuai dengan bertambahnya
usia,serat-serat lameller subepitel terus diproduksi sehingga lama kelamaan menjadi lebih besar
dan kurang elastik.
f) Badan Vitreus
Badan vitreus berisi zat gelatinosa yang memenuhi ruang vitreus, ruang antara lensa dan
retina.bagian depannya berbentuk corong untuk di tempati oleh lensa dan di kelilingi oleh
membran hialoidea. Apabila membran hialoidea pecah karena trauma atau operasi maka badan
vitreus akan keluar. jika badan vitreus keluar,maka bola mata akan mengerut.badan gelatinosa
mengisi 4/5 bagian dari volume bola mata dan menjalankan sinar serta memberikan bentuk pada
mata posterior. Tidak seperti akueus humor, vitreus humor ini tidak di ganti secara kontinu.
Vitreus berisi 99% air dan 1% komponen kolagen dan asam hialuronat yang memberikan bentuk
dan konsistensi mirip jel pada vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air
b. Struktural Eksternal
1) Orbita
adalah struktur tulang yang mengelilingi mata dan memberikan proteksi paling besaar pada mata
terutama untuk segmen posterior. Orbita di gambarkan sebagai pyramid berdinding empat yang
berkomvergensi kea rah belakang. Dinding medial orbita kiri dan kanan terletak parallel dan
dipisahkan oleh hidung. Volume orbita dewasa kira-kira 30 cc dan bola mata hanya menempati
sekitar seperlima bagian ruanganya. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya.
Satu lapis fasia yang dikenal dengan kapsula tenon mengelilingin bola mata dar lemak orbita.
Otot-otot ekstraokuler menembus fasia tenon ini. Batas anterior rongga orbital adalah septum
orbital yang memisahkan palpebra dan orbital. Orbital berhubungan dengan sinus frontalis di
atas, sinus maksillaris di bawah serta sinus etmoidalis dan sfenoidalis dimedial. Dasar orbita
yang tipis mudah rusak oleh trauma langsung terhadap bola mata, berakibat timbulnya fraktur
dengan herniasis isi ke dalam antrum maksilaris. Tumor pada antrum dapat mengimvasi orbita
dan menyebabkan proptosis mata. Infeksi dalam sinus etmoidalis dan sfenoidalis dapat mengikis
dinding medialnya yang tipis dan mengenai isi orbita. Defek pada atapnya dapat berakibat
terlihatnya pulsasi pada bola mata.
2) Konjungtiva
adalah membran mukosa tipis dan transparan yang melapisi bagian posterior kelopak mata dan
melipat kebola mata untuk melapisi bagian anterior bola mata sampai limbus tempat konjungtiva
berbatasan dengan kornea. Konjungtiva palpebra terbentang pada permukaan posterior masing-
masing kelompak mata sedangkankonjungtiva yang terletak anterior sclera disebut konjungtiva
bulbi. Konjungtiva palpebra lebih tebal daripada konjungtiva bulbi. Tempat bertemunya kedua
konjungtiva ini disebut fornix/sakus konjungtiva. Fornix inferior disebut dengan istilah cul-de-
sac
Konjungtiva palpebra sangat vaskuler dan melalui konjungtiva ini dapat dilihat kelenjar sebasea
pada tepi kelopak. Lipatan konjungtiva bulbi yang tebal, mudah bergerak dean lunak disebut
plika semilunaris yang terletak di kantus internus. Struktur epidermoid kecil semacam daging
yang sebut kaarunkula menempel superficial kebagian dalam plika semilunaris dan merupakan
zona transisi yang mengandung elemen kulit dan membran mukosa.
Konjungtiva memberikan proteksi pda sclera dan pelumasan pada bola mata yang dilakukan oleh
kelenjar mukosa dan serosa. Arteri oftalmika dan fasialis menyediakan darah ke seluruh palpebra
dan konjungtiva. Secara normal pembuluh darah pada konjungtiva mengalami konstriksi dan
sulit dililhat. Dilatasi pembuluh-pembuluh darah dapat terjadi oleh berbagai keadaan.
3) Kelopak Mata
adalah susunan kulit yang halus, tipis dan mudah digerakan yang pada saat menutup melindungi
mata dari masuknya benda asing, melindungi dari cahaya selama tidur dan membantu pergerakan
air mata untuk menjaga kelembaban kornea. Kelopak mata atas lebih besar dari kelopak mata
bawah dan pada saat membuka akan menutupi sebagian iris. Kelopak mata depan disebut dataran
kulit dan dibagian belakang disebut dataran konjungtiva. Permukaan konjungtiva dipisahkan dari
tepi kelopak mata oleh bibir belakang dan dekat dengan bibir belakang ini terdapat glandula
meibom, suatu kelenjar sebasea/minyak yang terisi oleh sekresi lemak yang melumasi tepi
palpebra dan mencegah tumpahnya aliran air mata yang normal dari sakus konjungtiva.
4) Bulu Mata
Adalah rambut tipis yang terbentuk dari 2 atau 3 baris rambut ireguler pada batas kelopak mata.
Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang bawah dan melengkung ke atas, bulu
mata bawah melengkung ke bawah. Bulu mata sangat sensitif terhadap sentuhan dan melindungi
bola mata dari debu atau partikel kecil.
5) Alis Mata
Adalah lipatan kulit yang menebal pada bagian atas orbita yang ditutupi rambut berbentuk garis.
Jaringan dibawahnya mengandung serabut-serabut beberapa otot yang meliputi muskulus
korugator yang dipergunakan untuk mengerutkan alis mata. Muskulus oksipitofrontalis
mengangkat alis mata dan menyebabkan kerut-kerut tranversal pada dahi. Alis mata melindungi
mata dari perspirasi (keringat) dahi dan menangkap partikel organic dan anorganik.
6) Aparatus Lakrimasi
Sistem lakrimasi terdiri atas glandula lakrimasi dengan duktus-duktusnya, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal yang
terletak pada bagian temporal atas masing-masing orbit. Terdapat 8-12 duktus lakrimalis yang
mengalirkan air mata ke bagian atas dan lateral forniks konjungtiva. Dari forniks superior
airmata mengalir ke dalam lakrimal lake pada kantus bawah, kemudian ke punctum (ysng
terdapat pada masing-masing kantus), kanalikuli lakrimalis, ke dalam sakus lakrimalis dan
kemudian masuk hidung melalui duktus nasollakrimalis.
Kelenjar lakrimal yang memproduksi airmata berair terletak dibagian anterior lateral atap orbita
bagian atas. Lokasi ini memungkinkan airmata membasahi mata secara diagonal kearah kantus
medial.
Kelenjar lakrimal asesorius menjaga mata bagian anterior tetap lembab. Terdiri dari kelenjar dari
zeis (sebasea) dan moll (siliaris) yang terletak dalam batas kelopak mata. Kelenjar meibom
tambahan (sebasea) terletak pada satu barisan sepanjang tarsus kelopak mata (kerangka lebar
kelopak mata) dan berperan dalam komponen minyak dalam airmata.
7) Otot
Terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya dapat memutar bola mata pada beberapa
perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata. Empat dari otot-otot ekstraokuler tersebut adalah
otot rektus (lurus) yang meliputi muskulus rektus superior, inferior, lateral dan medial.
Sedangkan dua otot ekstraokuler yang lain adalah otot oblik yang meliputi muskulus oblik
superior dan inferior.
8) Saraf
Otot-otot ekstraokuler dipersarafi oleh saraf kranial okulomotorius (N. III), trokhlearis (N.IV)
dan abducen (N.VI). Saraf mata (N.II) adalah saraf penglihatan yang menghubungkan diskus
optikus ke otak. Bagian oftalmikus dari N. trigeminal menginervasi bagian sensori dari refleks
berkedip, ketika refleks ini terangsang jika kornea disentuh. Nervus fasialis (N.VII)
mempersarafi kelenjar lakrimal dan otot-otot yang terlibat dalam penutupan kelopak mata.
9) Pembuluh
Arteri oftalmikus (cabang arteri karotis interna) adalah arteri utama yang menyuplai struktur
didalam orbit. Arteri sentral retina adalah satu dari yang paling kecil tetapi merupakan cabang
paling penting dari arteri oftalmikus karena bertanggung jawab menyuplai darah ke retina. Arteri
siliaris menyuplai sclera, koroid, badan siliaris dan iris. Drainase vena melalui dua vena
oftalmikus.

2. Pengkajian fisik pada indera penglihatan


Pengkajian sistem sensori persepsi mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata
apakah dalam keadaan normal atau tidak. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan :
a. Inspeksi kelopak mata, bentuk bola mata, konjungtiva, sklera, pupil bandingkan mata kanan dan
kiri
1) Bengkak = penyakit jantung, anemia, hipertiroid
2) Benjol (bengkak dengan batas tegas) : tumor
3) Ekstropion (kelopak mata melipat kearah luar), entropion (kelopak mata melipat kearah dalam) :
tumor kelopak mata
4) Pseudoptosis (kelopak sulit terangkat) : edema
5) Ptosis ( kelopak mata jatuh) : sinilis
6) benjolan merah di kelopak mata : hordeolum
b. Inspeksi iris
1) warna agak putih : atrofi (biasanya pada penderita DM, lansia )
2) warna kemerahan : iridis
c. Inspeksi kornea
1) cincin abu-abu dipinggir luar : arkus sinilis
2) edema kornea/keruh/menebal : infeksi
3) kornea tampak lembek dan menonjol : keratomalasia
d. Inspeksi pupil dan lensa
1) amati pupil : ukuran normal 3-5 mm
2) amati lensa : - jernih: normal
- keruh/warna putih : katarak
e. Inspeksi konjungtiva
1) warna pucat : anemia
2) warna kemerahan/pus : konjungtivitis/alergi
f. Pemeriksaan buta warna
Pemeriksaan ini di lakukan dengan menggunakan buku ishihara
g. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan kartu snellen/kartu E untuk menguji ketajaman mata
pasien

3. Penyakit yang berhubungan dengan kelainan refraksi :


a. MIOPIA
1) Definisi
Miopia disebut juga sebagai rabun jauh, yang disebabkan bayangan dari benda yang jauh
letaknya difokuskan tidak pada retina tetapi jatuh di depan dari retina.
2) Etiologi
Etiologi miopia dipengaruhi berbagai faktor, antara lain :
Ø Genetika (Herediter)
Penelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang biasanya bersifat poligenik,
sedangkan miopia berat bersifat monogenik. Penelitian pada pasangan kembar monozigot
menunjukkan bahwa jika salah satu dari pasangan kembar ini menderita miopia, terdapat risiko
sebesar 74 % pada pasangannya untuk menderita miopia juga dengan perbedaan kekuatan lensa
di bawah 0,5 D.
Ø Nutrisi
Nutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan-kelainan refraksi. Penelitian di Afrika
menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan malnutrisi yang berat terdapat prevalensi kelainan
refraksi (ametropia, astigmatisma, anisometropia) yang tinggi.
Ø Tekanan Intraokuler
Peningkatan tekanan intraokuler atau peningkatan tekanan vena diduga dapat menyebabkan
jaringan sklera teregang. Hal ini ditunjang oleh penelitian pada monyet, yang mana ekornya
digantung sehingga kepalanya terletak di bawah. Pada monyet-monyet tersebut ternyata timbul
miopia.
3) Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan proses yang mendasarinya:
Ø Miopia aksial
Miopia tipe ini disebabkan oleh karena diameter anteroposterior dari bola mata bertambah
panjang. Komponen refraktif lainnya berada dalam batas normal.
Ø Miopia refraksional
Miopia ini disebabkan kelainan pada komponen-komponen refraktif pada mata seperti :
- Lensa terlalu cembung, misalnya akibat cairan mata masuk ke lensa pada katarak intumesen.
- Lengkung kornea terlalu cembung, misalnya pada keratokonus.
- Indek bias lensa yang meninggi, seperti pada diabetes mellitus.
Klasifikasi berdasarkan Onset terjadinya
a) Juvenile-Onset Myopia (JOM)
JOM didefinisikan sebagai miopia dengan onset antara 7-16 tahun yang disebabkan terutama
oleh karena pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata yang fisiologis. Esophoria, astigmatisma,
prematuritas, riwayat keluarga dan kerja berlebihan yang menggunakan penglihatan dekat
merupakan faktor-faktor risiko yang dilaporkan oleh berbagai penelitian. Pada wanita,
peningkatan prevalensi miopia terbesar terjadi pada usia 9-10 tahun, sementara pada laki-laki
terjadi pada usia 11-12 tahun. Semakin dini onset dari miopia, semakin besar progresi dari
miopianya. Miopia yang mulai terjadi pada usia 16 tahun biasanya lebih ringan dan lebih jarang
ditemukan. Progresi dari miopia biasanya berhenti pada usia remaja ( ♂pada usia 16 tahun, ♀
pada usia 15 tahun)
b) Adult-Onset Myopia (AOM)
AOM dimulai pada usia 20 tahun. Kerja mata yang berlebihan pada penglihatan dekat
merupakan faktor risiko dari perkembangan miopia.
Klasifikasi Miopia berdasarkan beratnya
a) Miopia ringan < -3,00 D
b) Miopia sedang -3,00 s/d -6,00 D
c) Miopia berat -6,00 s/d -9,00 D
d) Miopia sangat berat >-9,00 D
4) Gejala
Gejala-gejala dari miopia adalah penglihatan yang buram jika melihat jauh. Banyak penderita,
terutama anak-anak yang tidak sadar akan kelainannya. Kelainan tersebut baru terdeteksi ketika
sekolah mengadakan pemeriksaan mata. Keluhan lain yang sering dirasakan adalah mata lelah
(astenopia). Namun keluhan sakit kepala lebih jarang dibandingkan dengan hipermetropia.
Penderita miopia juga sering memicingkan matanya agar penglihatannya lebih jelas.
Mekanismenya serupa dengan mekanisme Pin Hole Test yaitu mengurangi aberasi cahaya yang
terjadi. Seseorang dengan miopia juga selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang
akan dilihatnya. Penderita miopia biasanya senang membaca, apakah hal ini disebabkan
kemudahan untuk membaca dekat, belum diketahui dengan pasti
5) Diagnosis dan Koreksi
Tes Pin Hole dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan yang buram disebabkan oleh
kelainan refraksi atau bukan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan refraksi untuk menentukan
kelainannya dan juga besar koreksi yang diperlukan, seperti yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya.
Koreksi pada mata dengan miopia dilakukan dengan memberi lensa minus atau negatif yang
ukurannya teringan dengan tajam penglihatan terbaik. Koreksi dapat dilakukan dengan
pemberian kacamata atau lensa kontak. Selain itu bisa juga dilakukan tindakan operasi dengan
metode-metode berikut:
Ø Laser-assisted in-situ keratomileusis (LASIK)
Ø Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)
Ø Photorefractive keratectomy (PRK)
Ø Conductive keratoplasty (CK)

b. HIPEROPIA
Hiperopia atau juga dikenali sebagai rabun dekat (farsightedness dalam Bahasa Ingris) pertama
kali diidentifikasi dan dideskripsikan oleh Kastner pada tahun 1855. Pada tahun 1858, Donders
menyarankan penggunaan terminologi hipermetropia, namun Helmoltz pada tahun 1859 tetap
menyarankan penggunaan kata hiperopia.
1) Definisi
Hiperopia adalah anomali refraksi yang mana tanpa akomodasi, sinar sejajar akan terfokus di
belakang retina. Sinar divergen dari objek dekat, akan difokuskan lebih jauh di belakang retina.
2) Epidemiologi
Hiperopia merupakan anomali perkembangan dan secara praktis semua mata adalah hiperopik
pada saat lahir. 80% hingga 90% mata didapati hiperopia pada 5 tahun pertama kehidupan. Pada
usia 16 tahun, sekitar 48% mata didapati tetap hiperopik. Pada masa remaja, derajat hiperopia
akan berkurang karena panjang axial mata bertambah sehingga periode pertumbuhan berhenti.
Pada masa itu, hiperopia yang menetap akan menjadi relatif konstan sehingga munculnya
presbiopia.
Pada studi yang dilakukan di Amerika, 1 dari 8 anak (12,8%) antara usia 5 hingga 17 tahun
hiperopia, studi yang dilakukan di Polandia mendapati 1 dari 5 anak (21%) antara usia 6 hingga
18 tahun hiperopia, studi di Australi mendapati 4 dari 10 anak (38,4%) antara usia 4 hingga 12
tahun hiperopia, studi di Brazil mendapati 7 dari 10 anak (71%) dalam satu kota hiperopia.
3) Etiologi
a. Panjang axial (diameter bola mata) mata hiperopia lebih kurang dari panjang axial mata normal.
b. Berkurangnya konveksitas dari kornea atau kurvatura lensa
c. Berkurangnya indeks refraktif
d. Perubahan posisi lensa
4) Klasifikasi
Klasifikasi hiperopia berdasarkan gejala klinis, derajat beratnya hiperopia, dan status akomodasi
mata.
Berdasarkan gejala klinis, hiperopia dibagi menjadi tiga yaitu:
- Hiperopia simpleks yang disebabkan oleh variasi biologi normal, etiologinya bisa axial atau
refraktif
- Hiperopia patologik disebabkan oleh anatomi okular yang abnormal karena maldevelopment,
penyakit okular, atau trauma
- Hiperopia fungsional disebabkan oleh paralisis dari proses akomodasi
Berdasarkan derajat beratnya, hiperopia juga dibagi menjadi tiga yaitu:
- Hiperopia ringan, kesalahan refraksi +2.00 D atau kurang
- Hiperopia sedang, kesalahan refraksi antara +2.25 D hingga +5.00 D
- Hiperopia berat, kesalahan refraksi +5.25 D atau lebih tinggi
Berdasarkan status akomodasi mata, hiperopia dibagi menjadi empat yaitu:
- Hiperopia Laten
Ø Sebagian dari keseluruhan dari kelainan refraksi mata hiperopia yang dikoreksi secara lengkap
oleh proses akomodasi mata
Ø Hanya bisa dideteksi dengan menggunakan sikloplegia
Ø Lebih muda seseorang yang hiperopia, lebih laten hiperopia yang dimilikinya
- Hiperopia Manifes
Ø Hiperopia yang dideteksi lewat pemeriksaan refraksi rutin tanpa menggunakan sikloplegia
Ø Bisa diukur derajatnya berdasarkan jumlah dioptri lensa positif yang digunakan dalam
pemeriksaan subjektif
- Hiperopia Fakultatif
Ø Hiperopia yang bisa diukur dan dikoreksi dengan menggunakan lensa positif, tapi bisa juga
dikoreksi oleh proses akomodasi pasien tanpa menggunakan lensa
Ø Semua hiperopia laten adalah hiperopia fakultatif
Ø Akan tetapi, pasien dengan hiperopia laten akan menolak pemakaian lensa positif karena akan
mengaburkan penglihatannya.
Ø Pasien dengan hiperopia fakultatif bisa melihat dengan jelas tanpa lensa positif tapi juga bisa
melihat dengan jelas dengan menggunakan lensa positif
- Hiperopia Absolut
Ø Tidak bisa dikoreksi dengan proses akomodasi
Ø Penglihatan subnormal
Ø Penglihatan jarak jauh juga bisa menjadi kabur terutama pada usia lanjut
Ø Hiperopia Total bisa dideteksi setelah proses akomodasi diparalisis dengan agen sikloplegia.
5) Gejala-gejala dan Tanda-tanda Hiperopia
a) Penglihatan dekat kabur, penglihatan jauh pada usia lanjut juga bisa kabur
b) Asthenopia akomodatif (sakit kepala, lakrimasi, fotofobia, kelelahan mata)
c) Strabismus pada anak-anak yang mengalami hiperopia berat
e) Gejala biasanya berhubungan dengan penggunaan mata untuk penglihatan dekat (cth :
membaca, menulis, melukis), dan biasanya hilang jika kerjaan itu dihindari.
f) Mata dan kelopak mata bisa menjadi merah dan bengkak secara kronis
g) Mata terasa berat bila ingin mulai membaca, dan biasanya tertidur beberapa saat setelah mulai
membaca walaupun tidak lelah.
h) Bisa terjadi ambliopia

6) Diagnosis Hiperopia
a) Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda hiperopia
b) Pemeriksaan Oftalmologi
- Visus – tergantung usia dan proses akomodasi dengan menggunakan Snellen Chart
- Refraksi – retinoskopi merupakan alat yang paling banyak digunakan untuk pengukuran
objektif hiperopia. Prosedurnya termasuk statik retinoskopi, refraksi subjektif, dan autorefraksi
- Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi – termasuk pemeriksaan duksi dan
versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan
steoreopsis
- Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk mendiagnosa penyakit-
penyakit yang bisa menyebabkan hiperopia. Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes
konfrontasi, penglihatan warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang
kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan dengan
ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media dan posterior
7) Penatalaksanaan Hiperopia
a) Sejak usia 5 atau 6 tahun, koreksi tidak dilakukan terutama tidak munculnya gejala-gejala dan
penglihatan normal pada setiap mata.
b) Dari usia 6 atau 7 tahun hingga remaja dan berlanjut hingga waktu presbiopia, hiperopia
dikoreksi dengan lensa positif yang terkuat. Bisa memakai kaca mata atau lensa kontak.
c) Pembedahan refraktif juga bisa dilakukan untuk membaiki hiperopia dengan membentuk semula
kurvatura kornea. Metode pembedahan refraktif termasuk
- Laser-assisted in-situ keratomileusis (LASIK)
- Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)
- Photorefractive keratectomy (PRK)
- Conductive keratoplasty (CK)
8) Komplikasi Hiperopia
a) Strabismus
b) Mengurangi kualitas hidup
c) Kelelahan mata dan sakit kepala

C. ASTIGMATISME
Astigmatisme pertama kali dideskripsi dengan tepat oleh Thomas Young pada tahun 1801.
George Biddle Airy pada tahun 1829 merupakan orang pertama untuk mengkoreksi astigmatisme
dengan menggunakan lensa sferosilinder. Pada tahun 1866, Dr. John Green menghasilkan chart
jarak jauh pertama untuk menilai astigmatisme. Pada tahun yang sama, H. Knapp telah
memperkenalkan metode untuk menentukan lokasi aksis pada astigmatisme yang digunakan
hingga sekarang.
1) Definisi
Terminologi astigmatisme berasal dari Bahasa Yunani yang bermaksud tanpa satu titik.
Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada
semua meridian. Jika mata astigmatism melihat gambaran palang, garis vertikal dan
horizontalnya akan tampak terfokus tajam pada dua jarak pandang yang berbeda. Mata
astigmatisme bisa dianggap berbentuk seperti bola sepak yang tidak memfokuskan sinar pada
satu titik tapi banyak titik.
2) Epidemiologi
Astigmatisme merupakan kelainan refraksi yang sering terjadi. 5% dari pasien yang memakai
kaca mata mempunyai kelainan astigmatisme. Sebanyak 3% dari populasi mempunyai kelainan
astigmatisme yang melebihi 3.00 D. Di Indonesia, diperkirakan sebanyak 40 juta populasinya
mempunyai kelainan astigmatisme. Tidak ada perbedaan frekuensi terjadinya astigmatisme pada
lelaki dan perempuan. Prevalensi astigmatisme meningkat dengan usia.
3) Etiologi
Mata mempunyai 2 bagian untuk memfokuskan bayangan – kornea dan lensa. Pada mata
yang bentuknya sempurna, setiap elemen untuk memfokus mempunyai kurvatura yang rata
seperti permukaan bola karet. Kornea atau lensa dengan permukaan demikian merefraksikan
semua sinar yang masuk dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan yang tajam
terfokus pada retina. 24
Jika permukaan kornea atau lensa tidak rata, sinar tidak direfraksikan dengan cara yang
sama dan menghasilkan bayangan-bayangan kabur yang tidak terfokus pada retina.
Astigmatisme bisa terjadi dengan kombinasi kelainan refraksi yang lain, termasuk:
a) Miopia. Ini terjadi bila kurvatura kornea terlalu melengkung atau jika aksis mata lebih panjang
dari normal. Bayangan terfokus di depan retina dan menyebabkan objek dari jauh terlihat kabur.
b) Hiperopia. Ini terjadi jika kurvatura kornea terlalu sedikit atau aksis mata lebih pendek dari
normal. Bayangan terfokus di belakang retina dan menyebabkan objek dekat terlihat kabur.
Biasanya astigmatisme terjadi sejak lahir. Astigmatisme dipercayai diturunkan dengan cara
autosomal dominan. Astigmatisme juga bisa terjadi setelah trauma atau jaringan parut pada
kornea, penyakit mata yang termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea atau karena
faktor perkembangan. Astigmatisme tidak menjadi lebih parah dengan membaca di tempat yang
kurang pencahayaan, duduk terlalu dekat dengan layar televisi atau menjadi juling.
Jika distorsi terjadi pada kornea, disebut astigmatisme kornea, sedangkan jika distorsi
terjadi pada lensa, disebut astigmatisme lentikular.
Astigmatisme juga bisa terjadi karena traksi pada bola mata oleh otot-otot mata eksternal
yang merubah bentuk sklera menjadi bentuk astigma, perubahan indeks refraksi pada vitreous,
dan permukaan yang tidak rata pada retina.

4) Klasifikasi
Ada banyak tipe astigmatisme, tergantung dari kondisi optik.
a) Simple hyperopic astigmatism – Satu meridian prinsipal adalah emmetropik; yang satu lagi
hiperopik
b) Simple miopic astigmatism – Satu meridian prinsipal adalah emmetropik; yang satu lagi miopik
c) Compound hyperopic astigmatism – Kedua meridian prinsipal hiperopik pada derajat yang
berbeda
d) Compound miopic astigmatism – Kedua meridian prinsipal miopik pada derajat yang berbeda
e) Mixed astigmatism – Satu meridian prinsipal adalah hiperopik, yang satu lagi miopik
5) Gejala-gejala dan Tanda-tanda
a) Distorsi dari bagian-bagian lapang pandang
b) Tampak garis-garis vertikal, horizontal atau miring yang kabur
c) Memegang bahan bacaan dekat dengan mata
d) Sakit kepala
e) Mata berair
f) Kelelahan mata
g) Memiringkan kepala untuk melihat dengan lebih jelas
6) Diagnosis Astigmatisme
a) Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme
b) Pemeriksaan Oftalmologi
- Visus – tergantung usia dan proses akomodasi dengan menggunakan Snellen Chart
- Refraksi – Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta untuk
memperhatikan kartu tes astigmatisme dan menentukan garis yang mana yang tampak lebih
gelap dari yang lain. Contohnya, pasien yang miopia pada meridian vertikal dan emmetropia
pada meridian horizontal akan melihat garis-garis vertikal tampak distorsi, sedangkan garis-garis
horizontal tetap tajam dan tidak berubah. Sebelum pemeriksaan subjektif ini, disarankan
menjadikan penglihatan pasien miopia untuk menghindari bayangan difokuskan lebih jauh ke
belakang retina. Selain itu, untuk pemeriksaan objektif, bisa digunakan keratometer, keratoskop,
dan videokeratoskop
- Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi – termasuk pemeriksaan duksi dan
versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan
steoreopsis
- Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum – untuk mendiagnosa penyakit-
penyakit yang bisa menyebabkan astigmatisme. Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil,
tes konfrontasi, penglihatan warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang
kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan dengan
ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media dan posterio
7) Penatalaksanaan Astigmatisme
a) Astigmatisme bisa dikoreksi dengan menggunakan lensa silinder tergantung gejala dan jumlah
astigmatismenya
b) Untuk astigmatisme yang kecil, tidak perlu dikoreksi dengan silinder
c) Untuk astigmatisme yang gejalanya timbul, pemakaian lensa silender bertujuan untuk
mengurangkan gejalanya walaupun kadang-kadang tidak memperbaiki tajam penglihatan
d) Aturan koreksi dengan lensa silinder adalah dengan meletakkannya pada aksis 90o dari garis
tergelap yang dilihat pasien pada kartu tes astigmatisme. Untuk astigmatisme miopia, digunakan
silinder negatif, untuk astigmatisme hiperopia, digunakan silinder positif
e) Untuk astigmatisme irregular, lensa kontak bisa digunakan untuk meneutralisasi permukaan
kornea yang tidak rata
f) Selain itu, astigmatisme juga bisa dikoreksi dengan pembedahan LASIK, keratektomi
fotorefraktif dan LASEK
D. PRESBIOPIA
1. Definisi
Presbiopia adalah penglihatan di usia lanjut, merupakan perkembangan normal yang
berhubungan erat dengan usia lanjut dimana proses akomodasi yang diperlukan untuk melihat
dekat perlahan-lahan berkurang. Biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, dan setelah umur itu,
umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata baca untuk mengkoreksi presbiopianya.
2. Epidemiologi
Prevalensi presbiopia lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang tinggi. Karena
presbiopia berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan lansung dengan orang-orang
lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena onsetnya yang lambat,
tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun. Studi
di Amerika pada tahun 1955 menunjukkan 106 juta orang di Amerika mempunyai kelainan
presbiopia.
Faktor resiko utama bagi presbiopia adalah usia, walaupun kondisi lain seperti trauma, penyakit
sistemik, penyakit kardiovaskular, dan efek samping obat juga bisa menyebabkan presbiopia
dini.
3. Etiologi
a. Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut
b. Kelemahan otot-otot akomodasi
c. Lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elasitasnya akibat kekakuan (sklerosis) lensa
4. Klasifikasi
a. Presbiopia Insipien – tahap awal perkembangan presbiopia, dari anamnesa didapati pasien
memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes, dan
pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca
b. Presbiopia Fungsional – Amplitud akomodasi yang semakin menurun dan akan didapatkan
kelainan ketika diperiksa
c. Presbiopia Absolut – Peningkatan derajat presbiopia dari presbiopia fungsional, dimana proses
akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali
d. Presbiopia Prematur – Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan biasanya
berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan
e. Presbiopia Nokturnal – Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap disebabkan
oleh peningkatan diameter pupil
5. Gejala-gejala dan Tanda-tanda
a. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. Bisa juga disertai
kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama
b. Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak kabur pada jarak baca
yang biasa
c. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari
d. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
e. Terganggu secara emosional dan fisik
6. Diagnosis Presbiopia
a. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopia
b. 2. Pemeriksaan Oftalmologi
c. a. Visus – Pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopia dengan menggunakan Snellen
Chart
d. b. Refraksi – Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta untuk
memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat terkecil yang bisa dibaca pada kartu.
Target koreksi pada huruf sebesar 20/30.
e. c. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi – termasuk pemeriksaan duksi dan
versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan
steoreopsis
f. d. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum – untuk mendiagnosa penyakit-
penyakit yang bisa menyebabkan presbiopia. Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes
konfrontasi,
g. penglihatan warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen
anterior dan posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan dengan ophthalmoskopi
indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media dan posterior
7. Penatalaksanaan Presbiopia
a. Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopia. Tujuan koreksi adalah untuk mengkompensasi
ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang dekat
b. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positif sesuai usia dan hasil
pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu Jaeger 20/30
c. Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa positif terkuat yang dapat
diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada
jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca terletak pada titik fokus lensa +3.00 D
d. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopia saja, ada beberapa jenis lensa lain yang digunakan
untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada bersamaan dengan presbiopia. Ini
termasuk:
1) Bifokal – untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang mempunyai garis horizontal
atau yang progresif
2) Trifokal – untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yang mempunyai garis
horizontal atau yang progresif
3) Bifokal kontak - untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian bawah adalah untuj
membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya
4) Monovision kontak – lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan lensa kontak untuk
melihat dekat pada mata non-
dominan. Mata yang dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera
untuk mengambil foto
5) Monovision modified – lensa kontak bifokal pada mata non-dominan, dan lensa kontak untuk
melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk melihat jauh dan satu mata
digunakan untuk membaca.
6) Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK, LASEK, dan keratektomi
fotorefrak

4. Mekanisme penglihatan
5. Prognosis
Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan, pengobatan yang diberikan
dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi diberikan sebelum saraf optiknya matang
(biasanya pada umur 8-10 tahun), maka prognosisnya lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai