Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KEPRIBADIAN ISLAMI

Disusun Oleh:
Anisa Hardianingrum/F3415008
D3 Akuntansi Perpajakan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017/2018
KEPRIBADIAN ISLAMI

A. Kepribadian Secara Umum


Kepribadian berasal dari kata “pribadi” yang berarti diri sendiri, atau perseorangan.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kepribadian adalah sifat hakiki yang
tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau
bangsa lain. Kepribadian menurut GW. Allport adalah suatu organisasi yang dinamis dari
sistem psikofisis individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara
khas (Hasanah, 2014:21). Kepribadian menurut tinjauan buku psikologis, kepribadian
berasal dari kata” personality” (bahasa inggris), dari kata person (bahasa yunani) yang
berarti “topeng”, yang maksudnya menggambarkan prilaku melalui watak atau pribadi
seseorang. Untuk “person” (bahasa inggris) meyakinkan dengan otot yang selanjutnya
dipindahkan kedalam bahasa inggris menjadi personality yang berarti kepribadian.
Berdasarkan pengertian diatas kepribadian adalah sifat dan sikap seseorang yang
menentukan tingkah laku dan pemikiran seseorang secara khas. Kepribadian sesorang
muncul karna ada pembentukan dan binaan dalam hidup sesorang sehingga kepribadian
seseorang (baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap) sepenuhnya ditentukan oleh
faktor yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup seseorang tersebut.
Kepribadian terdapat 2 unsur. Unsur-unsur kepribadian, diantaranya yaitu:
1. Pengetahuan
Pengetahuan individu berisi tentang pemahaman, dan konsep-konsep yang
lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai berbagai macam hal yang berbeda-
beda di dalam lingkungan individu tersebut. Semua hal tersebut di rekam ke dalam
otak dan sedikit-demi sedikit diwujudkan oleh individu kedalam bentuk perilaku.
2. Perasaan
Perasaaan ialah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang sebab
pengetahuannya dinilai sebagai keadaan yang positif atau negatif. Sehingga perasaan
selalu mempunyai sifat yang subjektif dengan adanya unsur penilaian sebelummnya
yang bisa jadi berbeda dengan penilaian orang lain.

B. Kepribadian dalam Perspektif Islam


Kepribadian dalam bahasa arab yaitu Syakhshiyah. Syakhsiyah berasal dari kata
syakhshun yang berarti pribadi. Syakhshiyah dalam psikologi berkaitan dengan tingkah
laku yang didevaluasi. Secara istilah kepribadian dalam psikologi islam adalah integrasi
sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku (Tim UPT MKU
PAI UNS,2015:89).
Kalbu adalah aspek suprakesadaran manusia yang memiliki daya emosi (rasa) dan
mampu mengendalikan hal yang benar dari yang salah dan yang baik dari yang buruk
sehingga menjadi sumber kepribadian baik seseorang yang didalam islam berlandaskan
pada Al-Qur’an dan As-Sunah. Hati manusia seringkali berubah-ubah. Perubahan ini
membuat perilaku terkadang kearah positif dan terkadang bisa kearah negatif. Inilah
yang membuat orang sering terjadi khilaf.
Akal adalah aspek kesadaran manusia yang memiliki daya cipta yang berguna untuk
memahami sesuatu yang realistis dan rasionalistik. Jika mampu menahan nafsu maka
akal menghasilkan pikiran yang jernih.
Nafsu adalah aspek pra atau bawah kesadaran manusia yang memiliki daya karsa.
Prinsip nafsu hanya untuk mencapai kenikmatan dan kesenangan duniawi. Apabila
sistem kendali kalbu dan akal melemah sedangkan nafsu menguat maka akan timbul
perilaku negatif.
Kepribadian dalam perseptif islam, menurut yusuf & Nurihsan (2007:2014),
kepribadian manusia dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu kepribadian mukmin,
kepribadian kafir dan kepribadian munafik. Tipe pertama adalah kepribadian mukmin.
Orang memiliki kepribadian mukmin memiliki ciri-ciri setiap kegiatannya berlandaskan
Al-Qur’an dan Hadist (As-sunah) yaitu berakhidah lurus, berakhak baik dan terpuji,
beribadah sesuai tuntunan islam dan selalu bersyukur kepada Allah saat mendapat
kenikmatan dan bersabar dalam menerima cobaan. Tipe yang kedua adalah kepribadian
kafir yang mempunyai karakteristis tidak beriman kepada Allah SWT dan rukun iman
yang lain serta menolak kebeneran dari Allah. Tipe ketiga adalah kepribadian munafik.
Kepribadian munafik merupakan orang yang meragukan kebenaran yang mana tingkah
laku dan hati tidak sejalan.

C. Membentuk Kepribadian Islami


Kepibadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan,
khususnya pendidikan. Sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian islam
adalah kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia. Batin adalah implikasi dari konsep
itu yang tampilanya tercermin dalam sikap perilaku sehari-hari.Pembentukan kepribadian
muslim pada dasarnya merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi
dengan nilai-nilai akhlak al-karimah. Untuk itu setiap Muslim diajurkan untuk belajar
seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang baik) hingga diakhir hayat.
Pembentukan kepribadian Muslim secara menyeluruh adalah pembentukan yang
meliputi berbagai aspek. Aspek yang membentuk kepribadian yaitu:
 Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari ajaran wahyu.
 Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran yang terangkum
dalam materi bagi pembentukan akhlak al-karimah.
 Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama makhluk,
khususnya sesama manusia.
 Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada pembentukan
nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemam puan diri sebagai
pengabdi Allah yang setia.
 Aspek teologis (tujuan), pembentukan kepribadian Muslim mempunyai tujuan
yang jelas.
 Aspek duratife (waktu), pembentukan kepribadian Muslim dilakukan sejak lahir
hingga meninggal dunia.
 Aspek dimensional, pembentukan kepribadian Muslim yang didasarkan atas
penghargaan terhadap factor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan individu).
 Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian Muslim meliputi
bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani, rohani
dan ruh.
Kepribadian muslim dalam pendidikan islam dibentuk melalui keluarga, sekolah dan
masyarakat.

1. Pembentukan Kepribadian Islam melalui Keluarga


Keluarga merupakan pembentuk utama kepribadian seseorang. Orang tua adalah
Pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap
dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak lansung yang
dengan sendirinya yang akan membentuk pribadi anak yang sedang tumbuh.
Seorang anak akan meniru perilaku orang tuanya karena meraka menganggap orang
tua lah yang menjadi panutan dirumah. Selain orang tua, orang-orang yang sering
berada dirumah juga mempengaruhi kepribadian seseorang. Lingkungan keluarga
yang baik maka akan membentuk kepribadian yang baik pula. Misalnya, ayah dan
ibu selalu bangun tepat waktu saat adzan subuh, dan pada saat itu ayah dan ibu
membangunkan anak-anak mereka. Apabila salah satu dari mereka susah untuk
dibangunkan dan dibiarkan saja oleh orangtuanya maka anak-anak yang lain
dikemudian hari akan ikut-ikutan susah untuk dibangunkan, sebaliknya apabila
anak-anaknya bisa bangun semua dan apabila ada yang susah untuk bangun namun
orang tua tetap berupaya membangunkan sampai anaknya bangun maka anak-anak
yang lain akan patuh pada orang tuanya dan lama kelamaan akan menjadi sebuah
kebiasaan yang mana tidak perlu dibangunkan lagi untuk sholat subuh tepat waktu.
2. Pembentukan Kepribadian Islam melalui Sekolah
Penanaman dan pembinaan dalam rangka pembentukan kepribadian anak telah
dilakukan oleh orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga. Pengetahuan anak
yang diperoleh dari orang tua dan teman–teman sepermainan yang secara tidak
lansung ikut andil dalam memberikan pengaruh dan pengalaman, sebagai dasar
pengetahuan pribadi anak di sekolah.
Orientasi dan tujuan pendidikan islam disimpul dengan ungkapan sederhana
”Membentuk Manusia Yang Berkepribadian Muslim” artinya proses dalam upaya
pembinaan dan pengajaran agar mampu merealisasikan segenap potensi atau daya
(bersumber dari fitrah) yang dimiliki manusia secara totalitas (kaffah). Hal ini
memberikan pengertian bahwa dalam usaha pembinaan dan pengajaran pendidikan
di sekolah terhadap anak didik harus internalistik, artinya pengembangannya harus
totalitas yakni aspek jasmani, akal dan jiwa.(Abdurrahman An-Nabbawi,1995:146).
Jadi bukan hanya faktor akal saja, atau jasmani saja tetapi menyeluruh termasuk
yang didalamnya adalah penanaman rasa percaya pada tuhan.
Pendidikan dalam keluarga dan sekolah harus sepaham, sehingga kepribadian
anak akan tumbuh tergantung dari pengalamannya baik itu dilingkungan keluarga
maupun dilingkungan sekolah. Misalnya ajaran agama yang diajarkan disekolah
tidak diterapkan didalam sebuah keluarga maka anak yang belajar agama hanya di
sekolah dengan waktu belajar yang singkat, kemungkinan besar pelajaran tersebut
tidak terpengaruh dengan ilmu agama yang telah dipelajari. Contoh lainnya, anak
yang bersekolah di pesantren akan berbeda kepribadiannya dengan anak yang tidak
sekolah di pesantren dan kurangnya pelajaran tentang agama. Hal ini disebabkan
dalam pesantren ditamankan nilai agama yang kuat dan peraturan yang ketat
sehingga bisa membentuk kepribadian anak menjadi kepribadian islam sejati.
3. Pembentukan Kepribadian Islam melalui Masyarakat
Dalam suatu masyarakat akan terkumpul (terakomondasi) berbagai macam
tujuan yang lebih besar dan menyeluruh yakni terbinanya hubungan yang harmonis,
persaudaraan sejati, memepertahankan kebenaran, menetapkan dasar keadilan dalam
hak dan tanggung jawab antara sesama manusia tidak mengutamakan sesiapa kecuali
atas dasar taqwa dan shaleh, dan nilai akhlak luhur dan utama yang menjadi asas
pembinaan sosial yang baik menurut Islam (manusia menyeluruh).(Omar Muhamad
Al-Taumy AsSayabany, 1997:165-166). Hal ini sesuai dengan tujuan yang
diturunkan ajaran Islam yaitu menyusun hubungan baik antara manusia dengan
tuhannya juga mengatur aspek-aspek kehidupan sosial.
Tanggung jawab masyarakat dalam pendidikan adalah kelanjutan dari
pendidikan keluarga dan bersama-sama pendidikan sekolah.Tanggung jawab
pendidikan dimasyarakat perlu suatu pembinaan dan pembimbingan terhadap anak
agar tetap terjaga fitrahnya yaitu tetap dalam kesucian dan terhindar dari berbagai
penyelewengan atau kehinaan. Selain itu pembimbingnya juga dituntut untuk
menenamkan konsep-konsep keimanan kedalam hati anak, pada berbagai
kesempatan dengan cara mengarahkan pandangan mereka pada berbagai gejala alam
yang menunjukkan kekuasaan, kebebasan dan keesaan Allah SWT serta
membiasakan mereka untuk berprilaku secara Islam.(Abdurahman An-
Nahlawi,1995:176-177).

D. Berkepribadian Islami dalam Surat Al Fatihah


Secara terminologi kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku normatif
manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang normanya
diturunkan dari ajaran islam dan bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah (Jurnal
reflektika,2016:41).
Surah al-Fatihah sangat diperlukan untuk membangun, mempertajam dan
memperkokoh keimanan sebagai sumber pembentukan visi dan misi dalam
menyelamatkan kehidupan . Surah ini adalah “The Grand Design”, rancangan dan pola
besar, untuk membangun sebuah peradaban manusia yang baru. Pada surat Al-fatihah
ayat 1-5 diajarkan tentang tauhid. Pada ayat-ayat tersebut terdapat tiga tauhid yang
diperintahkan; tauhid rububiyyah (dari ayat "rabbil 'aalmiin"), tauhid uluhiyyah (dari
ayat "iyyaaka na'budu") dan tauhid asmaa' wash shifat dengan menetapkan semua sifat
sempurna bagi Allah yang telah ditetapkan oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh ayat "Al Hamdulillah", karena
nama-nama dan sifat-sifat Allah semuanya terpuji dan merupakan pujian bagi Allah
Ta'ala.
Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah satu-satunya pencipta, penguasa,
dan pengatur alam semesta. Keyakinan ini merupakan salah satu perkara penting dalam
iman seorang muslim. Dalam keyakinan ini, seorang muslim harus yakin bahwa Allah
semata yang menciptakan alam semesta ini dan yakin bahwa Allah semata yang
mengatur dan menguasainya. Inilah yang dikenal dalam istilah para ulama dengan
nama tauhid rububiyah. tauhid jenis ini terkandung di dalam beberapa ayat. Diantaranya
adalah pada ucapan hamdalah yang artinya, “Segala puji bagi Allah Rabb yang
menguasai seluruh alam”. Di dalamnya terdapat penegasan bahwa Allah adalah Rabb,
yaitu penguasa dan pemelihara alam semesta. Hali ini juga terdapat dalam ayat “Maaliki
yaumid diin” yang artinya, “Yang merajai pada hari pembalasan”. Di dalamnya juga
terkandung pengakuan bahwa Allah yang menguasai hari kiamat, sebagaimana Allah
adalah penguasa jagad raya sebelum terjadinya kiamat.
Tauhid asma’ wa shifat adalah keyakinan tentang kesempurnaan nama-nama dan sifat-
sifat Allah. Kita mengimani bahwa Allah Maha Pengasih lagi Penyayang, sebagaimana
dalam ayat “Ar Rahmaanir Rahiim”. Allah memiliki nama-nama yang maha indah, dan
biasa dikenal dengan istilah asma’ul husna. Selain itu, Allah juga memiliki sifat-sifat
yang mulia. Pada keyakinan ini dalamnya terkandung sanjungan kepada Allah, dan salah
satu sebabnya adalah karena kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah adalah perbuatan hamba dalam bentuk
mengesakan Allah dalam beribadah. Artinya dia menyembah hanya kepada Allah dan
tidak kepada selain-Nya. Inilah intisari dan hakikat tauhid yang sebenarnya. Tidaklah
seorang dikatakan bertauhid apabila belum melaksanakan tauhid jenis ini. Tauhid ini
terkandung dalam surat al fatihah ayat 5 yang berbunyi “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka
nasta’iin” yang artinya, “Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami
meminta pertolongan”. Pada ayat ini juga terkandung di dalam nama “Allah”, karena
nama ini bermakna “pemilik sifat ketuhanan/uluhiyah yang wajib disembah oleh seluruh
makhluk”.
Makna tauhid ini adalah segala macam ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah,
tidak kepada selain-Nya. Inilah tujuan diciptakannya jin dan manusia. Inilah misi utama
dakwah para rasul dan kandungan pokok kitab-kitab suci yang Allah turunkan. Inilah
cabang keimanan yang paling utama dan pondasi keislaman yang paling mendasar. Tidak
sah keislaman seorang hamba tanpa mewujudkan tauhid ini di dalam hidupnya. Dengan
tauhid inilah seorang hamba akan bisa masuk surga dan terbebas dari neraka.
Pada ayat-ayat ini diajarkan cara orang muslim berdo’a yaitu dengan menyebut asma
Allah. Tauhid yang terkandung dalam surat al fatihah ini mencerminkan kepribadian
islami, karena dengan tauhid kita perilaku islam kita bisa terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/USER/Downloads/332-1092-1-PB.pdf diakses pada tanggal 14 September


2017 pukul 15.05

file:///C:/Users/USER/Downloads/36-144-1-PB%20(1).pdf diakses pada tanggal 14


September 2017 pukul 15.01
https://buletin.muslim.or.id/aqidah/kandungan-tauhid-dalam-surat-al-fatihah diakses pada
tanggal 14 September 2017 pukul 20.27

http://definisipengertian.net/pengertian-kepribadian-ciri-ciri-dan-jenis-kepribadian/ diakses
pada tanggal 14 September 2017 pukul 15.25

http://www.tafsir.id/2015/06/tafsir-surat-al-fatihah-ayat-1-7.html diakses pada tanggal 14


September 2017 pukul 20.02

Taufik,Ahmad&dkk. 2015. Pendidikan Agama Islam.Surakarta:Cakrawala Media

Anda mungkin juga menyukai