Anda di halaman 1dari 29

asuhan keperawatan

MINGGU, 08 APRIL 2018


askep hemiparesis dextra

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.A


DENGAN GANGGUAN SYOK KARDIOGENIK
DIRUANG IGD RSUD SOESILO SLAWI KABUPATEN TEGAL

DI SUSUN OLEH :

RIRIS NUR ARIFAH

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIMAH 02


AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH O2
BENDA, SIRAMPOG, BREBES
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.A
DENGAN GANGGUAN SYOK KARDIOGENIK DIRUANG IGD RSUD SOESILO SLAWI
KABUPATEN TEGAL”. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. KH. Sholahudin M, S.Pd.I selaku pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah 2
2. Dr. H. Zunan Arif Budi Santoso, MM selaku Direktur Akper Al Hikmah 2
3. Hermi Srimanti, S.Kep selaku Kepala Sub Diklat Keperawatan RSUD SOESILO SLAWI
4. Arisnawati, S.Kep., MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik
5. Ny.A selaku pasien
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Brebes , 12 Maret 2018

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.A DENGAN SYOK
KARDIOGENIKDIRUANG IGD RSUD SOESILO SLAWI KAB TEGAL

Nama kelompok :
Riris Nur Arifah

Judul Kasus : Asuhan Keperawatan dengan syok kardiogenik


Kasus tersebut telah disajikan pada tanggal 12 April 2018 guna memenuhi syarat kepaniteraan
komprehensif di RSUD Soesilo Slawi

Brebes, 15 Maret 2018

Kepala Ruang IGD Pembimbing I

( ) (Arisnawati S.Kep.,MPH)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................. 5
A. Definisi...................................................................................................... 5
B. Etiologi...................................................................................................... 7
C. Manifestasi Klinis...................................................................................... 8
D. Patofisiologi.............................................................................................. 9
E. Pathway................................................................................................... 11
F. Konplikasi................................................................................................ 12
G. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 12
H. Penatalaksanaan ..................................................................................... 13
I. Konsep Dasar Pengkajian ........................................................................ 15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 19
A. Biodata.................................................................................................... 19
B. Riwayat Kesehatan.................................................................................. 20
C. Pemeriksaan Fisik.................................................................................... 22
D. Terapi....................................................................................................... 23
E. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 23
F. Laboratorium............................................................................................ 23
G. Analisa Data ........................................................................................... 24
H. Daftar Masalah........................................................................................ 25
I. Rencana Keperawatan.............................................................................. 25
J. Catatan Perkembangan............................................................................. 27
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 28
A. Simpulan.................................................................................................. 28
B. Saran........................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit non infeksi yang berkembang saat ini adalah penyakit atau gangguan
sistem peredaran darah yang menimbulkan kerusakan pada sistem syaraf pusat dan lebih lanjut
mengakibatkan kelumpuhan pada sebagian anggota badan dan wajah sehingga menurunkan
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.
Interfensi fisioterapi dan kerja sama dengan tenaga medis dan paramedis lainya pada kasus-
kasus seperti ini sangat dibutuhkan, baik selama pasien masih dirawat di rumah sakit maupun
setelah kembali ke keluarganya.
Dengan hubunganya dengan penulisan makalah ini, masalah yang timbul adalah
bagaimana proses patologi stroke sehingga dapat menimbulkan hemiparese, penanganan
fisioterapi pada pasien hemiparese pasca stroke dengan berbagai modalitas fisioterapi yang ada.
Hemiparese merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya kelemahan separuh
wajah, lengan dan tungkai berupa gangguan motorik dan gangguan fungsional lainya. Hemiparese
Dextra adalah kelumpuhan pada bagian salah satu sisi tubuh. (sumber: Kamus Keperawatan Sue
Hinchliff). Hemiparese Dextra adalah kelemahan sebelah kanan di tandai dengan adanya tonus
yang abnormal atau cidera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.(sumber:
Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin)
Hemiparese adalah suatu penyakit sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif, cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih langsung
menimbulkan kematian dan disebabkan oleh gangguan perdarahan otak non traumatic. (sumber:
Kapita Selekta Kedokteran jilid II)
Dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas tentang penatalaksanaan
hemiparese, dengan teknik farmakologi dan non farmakologi pada pasien hemiparese dextra. Hal
ini meliputi pada penanganan pada extermitas superior dan inferior serta mencegah kecacatan lebih
lanjut.

B. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, masalah yang ditimbulkan adalah
1. Apakah ada pengaruh pemberian fisioterapi terhadap penurunan spastisitas pasien ?
2. Apakah ada pengaruh pemberian Terapi Latihan ROM terhadap penurunan spastisitas peningkatan
kekuatan otot?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
penatalaksanaan fisioterapi dan ROM pada pasien Hemiparese Dextra.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengaruh pemberian infra red terhadap pasien Hemiparese Dextra di RS Bhakti
Asih Kabupaten Brebes.
b) Untuk mengetahui pengaruh pemberian tindakan ROM terhadap penurunan spastisitas pada pasien
Hemiparese Dextra di RS Bhakti Asih Kabupaten Brebes.

D. Manfaat Penulisan
1. Keilmuan
Sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya
mengenai penyakit Hemiparese Dextra.

2. Bagi Institusi
a) Rumah Sakit
Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di
Rumah sakit
b) Akademik
Diharapkan dapat menjadi wahana pembelajaran dalam institusi pendidikan khususnya di
program study Diploma III keperawatan Akper Al Hikmah 2 Brebes.
c) Penulis
Memberikan pengalaman kepada penulis tentang penatalaksanaan kolaborasi dengan
fisioterapi dan dengan penatalaksanaan secara non farmakologis yaitu dengan teknik ROM pasif
terhadap penderita Hemiparese Dextra
d) Pasien
Untuk membantu pasien mengatasi masalah yang timbul dan agar pasien dapat beraktifitas
seperti sedia kala

BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Hemiparese Dextra adalah kelumpuhan pada bagian salah satu sisi tubuh. (kamus keperawatan
sue hinchliff). Hemiparese Dextra adalah kelemahan sebelah kanan di tandai dengan adanya tonus
yang abnormal atau cidera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.(sumber:
Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin)
2. Etiologi
Biasanya disebabkan oleh:
a. Trombosit (bekuan darah didalam pembuluh darah otak dan leher)
b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh
yang lain)
c. Iskemia (penurunan aliran darah ke otak)
d. Hemoragic cerebral (pecahnya pembuluh darah cerebral dengan perdarahan kedalam jaringan
otak atau ruang sekitar otak)
e. Hipertensi (tekanan darah tinggi) proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau
timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.
f. Usia lanjut (pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh
darah otak)
g. Perokok (pada perokok akan timbul plak pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterisklerosis.
h. Kurang aktivitas fisik (kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk
kelenturan pembuluh darah, pembuluh darah menjadi kaku, salah satunya pembuluh darah otak.
3. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya stroke atau kelemahan anggota gerak ada 2 yaitu:
a. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah:
1) Perokok
2) Tekanan darah tinggi/hipertensi (bukan turunan)
3) Penyakit jantung
b. Faktor resiko yang tidak dapat dicegah:
1) Usia diatas 60 tahun
2) Peningkatan tekanan kortis
3) Diabetes militus
4) Pernah terserang stroke
5) Race (kulit hitam lebih tinggi)
6) Sex (laki-laki lebih 30% dari pada wanita)
7) Hipertensi karena keturunan
4. Manifestasi Klinis
Pada Hemiparesis, gejala utamanya adalah timbulnya deficit neurologist secara
mendadak/subakut, di dahului gejala prodrimal, terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi
dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya terjadi pada
usia >50 tahun.
Hemiparesis akibat PIS (Pendarahan Intra Serebral) mempunyai gejala yang tidak jelas,
kecuali nyeri kepala karena hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau
emosi/marah, sifat nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat pada permulaan
serangan.
Hemiparesis/Hemiplagi biasa terjadi pada permulaan serangan, kesadaran biasanya menurun
dan cepat masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah jam sampai
dengan 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari). Gejala yang sering terjadi yaitu:
a. Nyeri kepala bagian oksipital
b. Vertigo
c. Gangguan motorik dan sensorik
d. Kehilangan komunikasi
1) Disatria (kesulitan berbicara) ditunjukan dengan berbicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otak yang bertanggungjawab untuk menghasilkan suara

2) Disfagia atau Afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara)


a) Afasia sensorik adalah kehilangan kemampuan pemahaman, menulis, menciptakan,
mengucapkan kata-kata pada area werniek
b) Afasia motorik adalah klien dapat memahami kata-kata tetapi tidak dapat menguraikan dengan
kata-kata, kerusakan pada area krocca.
5. Patofisiologi
Infark cerebral adalah kehilangan suplai darah pada bagian tertentu dari jaringan otak.
Luasnya infark tergantung pada faktor lokasi dan pembuluh darah yang mengalami sumbatan
tertentu, serta tidak adekuatnya sirkulasi ke lateral pada area yang disuplai oleh pembuluh darah
yang tersumbat. Gangguan suplai darah ke otak dapat cepat atau lambat:
a. Trombus terjadi akibat plague aterosklerosis atau bekuan darah pada area stenosis dimana
aliran darah akan menjadi lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah atau terlepas dari
dinding pembuluh darah dan dibawa oleh aliran darah trombus. Menyebabkan:
1) Iskemia jaringan otak
2) Edema dapat terjadi menyebabkan disfungsi cerebral dan setelah edema hilang, maka
secara perlahan-lahan akan berfungsi kembali
b. Embolus, orkusi pembuluh darah cerebral oleh embolus menyebabkan nekrosis dan edema
yang diakibatkan sama dengan trombus.
c. Perdarahan dalam otak diakibatkan oleh ruptur dan intersklerosis dan hipertensi pembuluh
darah, sering terjadi setelah usia 60 tahun. Perdarahan intracerebral dapat terjadi total, misalnya
terjadi herniasi otak menyebabkan intracarnial jika sirkulasi cerebral terputus.
d. Anoreksia cerebral akan terjadi dimana kekurangan oksigen pada otak, anoreksia cerebral
dapat refersible bila kekurangan oksigen hanya terjadi dalam 4-6 menut, lebih dari itu menjadi
irreversible,

6. Pathway

perokok, hipertensi, stress, depresi

Nikotin dalam darah meningkat

kegiatan darah meningkat Penumpukan nikotin aterosklerosis

dipembuluh darah
pembekuan darah
Obstruksi trombus di otak

perubahan perfusi jaringan serebral Penurunan aliran darah ke


otak

Hipoksia cerebri

Infark jaringan otak

Kerusakan pusat gerakan motorik di lobus

Frontalis (hemiparesis
ekstermitas dextra)

Kerusakan mobilitas
fisik

Mobilitas menurun

Mobilitas usus menurun


Tirah baring kurangnya

Intake cairan

Gangguan pola
eliminasi/konstipasi hipertermi
Gangguan pola eliminasi
Atau konstripasi
Gangguan pola eliminasi
Atau konstripasi

Evaporasi meningkat

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT- Scan & MRI, mengidentifikasi area hematoma dan infark
b. Laboratorium : Darah, Urine, Cairan serebrospinal
c. Brain Scan, mendeteksi area otak apakah mengalami perdarahan
d. Ecroenhepalography, mengidentifikasi lesi cerebral
e. Ultrasonography doppler, mengidentifikasi ameriovena
f. Sinar X tengkorak.
8. Pengobatan dan penatalaksanaan
a. Tujuan
1) Mempertahankan hidup
2) Meminimalisasi akibat deformitas
3) Menurunkan tekanan intrakarnial
4) Mencegah berulangnya penyakit
b. Klien tirah baring dengan ketinggian kepala 300 untuk menurunkan tekanan intrakarnial
c. Lakukan pemeriksaan intensiv tekanan darah dan tingkat kesadaran
d. Pengobatan anti hipertensi dan diuresis untuk klien yang mengalami hipertensi
e. Pengobatan anti koagulan untuk mencegah terjadinya pembentukan trombus
f. Jika suhu tubuh meningkat berikan antipiuretik
9. Klasifikasi Hemiparesis
a. Stadium akut
Pada stadium ini terjadi penurunan kesadaran yang dinamakan opopletik fit. Serangan ini
dapat didahului dengan sakit kepala, pusing tetapi kadang-kadang tanpa keluhan, maka penderita
menjadi pucat, nafas bersuara berat karena saluran nafas terhalang oleh lidah yang paralisis, pupil
mata yang melebar. Kadang satu pupil lebih lebar dari yang lain disebabkan oleh paralysis dari
iris/otot mata, denyut jantung dan nadi tidak teratur biasanya lambat. Anggota gerak yang terkena
menjadi fleksid paralysis, semua reflek hilang.
b. Stadium Recovery
Stadium ini dimulai dengan tanda pulsa/denyut nadi menjadi cepat, temperatur/suhu tubuh
nail, penderita gelisah, mulai terkejut dan kadang sulit tidur. Sistem reflek kembali seperti semula
pada system sehat, otot yang mengalami fleksid paralysis menjadi spastik. Kebanyakan otot yang
terserang berada dalam keadaan fleksid untuk beberapa hari sampai 2 atau 3 minggu, terutama
pada daerah lengan dan jari tangan.
c. Stadium Spastisitas
Keadaan otot dan reflek sudah mulai kembali, tetapi berlebihan, timbul ankle klonus dan
reflek patologi (babinski sign). Lengan masih dalam keadaan serangan yang lebih berat dibanding
dengan tungkai dan wajah. Biasanya lengan terfiksir melekat pada badan dengan posisi adduksi
shoulder, semi fleksi ini merupakan posisi karakteristik. Tungkai terfiksir pada ibu jari oposisi,
posisi lutut ekstensi, plantar fleksi, eksternal rotasi dan mengalami drop foot. Bila wajah yang
terkena serangan, dampaknya lebih ringan dan yang terkena adalah wajah bagian bawah. Lidah
akan membelok ke samping bagian paraylisis
10. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita Hemiparese antara lain:
a. Odema
Biasanya terjadi pada tangan dan kaki, ini terjadi karena peningkatan volume cairan ekstra cerebral
dan ekstra seluler.
b. Dekubitus
Dapat terjadi karena posisi tidur yang menetap atau daerah yang mengalami nekrosis jaringan kulit
dan bawah kulit.
c. Batu kandung kemih
Imobilisasi yang lama menyebabkan terjadinya gangguan saluran kencing karena naiknya
konsentrasi kadar kalsium urine yang tertinggal pada kandung kemih yang menyebabkan infeksi
saluran kencing dan mudah terjadi batu kandung kemih. Iritasi jaringan dan infeksi merupakan
dua faktor yang mempercepat terbentuknya batu ginjal.
d. Kontraktur
Akibatnya sendi-sendi menjadi kontraktur karena berbaring dalam satu posisi.
e. Pneumonia hipostatik
Karena posisi tidur yang terlentang terus.
11. Diagnosa keperawatan, Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum (karena kelemahan, kehilangan
reflek batuk)
Tujuan: jalan nafas kembali efektif
Kriteria hasil :
1) Bunyi nafas vesikuler
2) TTV normal
3) Tidak ada tanda-tanda sianosis dan pucat
4) Tidak ada sputum
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi nafas
2) Monitor TTV
3) Berikan posisi semifowler sesuai dengan kebutuhan
4) Lakukan penghisapan lendir dan pasang OPA jika kesadaran menurun
5) Bila sudah memungkinkan lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam
b. Mobilitas fisik b.d kerusakan neoromuskuler, kelemahan hemiparesis
Tujuan: klien bisa kembali beraktifitas
Kriteria hasil:
1) Tidak ada kontraktur atau foot drop
2) Kontraksi otot membaik
3) Mobilisasi bertahap
Intervensi:
1) Pantau tingkat kemampuan mobilitas klien
2) Pantau kekuatan otot
3) Rubah posisi tiap dua jam
4) Pasang trochanter rell pada daerah yang lemah
5) Lakukan ROM pasif atau aktif sesuai kemampuan dan jika TTV stabil
6) Libatkan keluarga dalam memobilisasi klien
7) Kolaborasi fisioterapi
c. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara
Tujuan : komunikasi dapat berjalan dengan baik
Kriteria hasil:
1) Klien dapat mengekspresikan perasaan
2) Memahami maksud dan pembicaraan orang lain
3) Pembicaraan klien dapat dipahami
Intervensi:
1) Evaluasi sifat dan beratnya afasia klien, jika berat hindari memberi isyarat non verbal
2) Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana, bila perlu diulang
3) Dengarkan dengan tekun bila klien mulai berbicara
4) Latih otot bicara secara normal
5) Libatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.C
DENGAN GANGGUAN PERSYARAFAN HEMIPARESIS DEXTRA DIRUANG AKASIA
KAMAR C3A RS BHAKTI ASIH KABUPATEN BREBES

Tanggal masuk RS : 18 Februari 2018 / 16.56 WIB


Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2018 / 11.00 WIB
Ruangan RS : Ruang Akasia Kamar C3A
Diagnosa Medis : Hemiparese Dextra
Nama Pengkaji : Riris Nur Arifah

I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama lengkap : Tn.C
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 80 Tahun
Ttl : Brebes, 31 Desember 1937
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD kelas 4
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kemurang kulon, Rt 02 Rw 04
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.K
Usia : 40 Tahun
Alamat : Kemurang kulon Rt 02 Rw 04
Hubungan dengan klien : Anak kandung
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan pada anggota gerak bagian kanan berat untuk digerakan.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga klien mengatakan kemarin pagi tiba-tiba klien tidak bisa bicara, lemas pada anggota
gerak bagian kanan, sehingga keluarga klien membawa klien ke RS, klien datang ke RS dengan
menggunakan mobil klien tiba di RS pukul 16.56 WIB, langsung dilarikan ke IGD saat di kaji di
IGD didapatkan hasil TTV sebagai berikut: TD 170/100 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, S:
36,20C, keluarga klien mengatakan bahwa klien tiba-tiba tidak bisa bicara dan lemas pada anggota
gerak bagian kanan, lalu perawat IGD memasangkan infus ditangan klien dibagian tangan kanan
dengan cairan RL 20 Tpm. Pukul 17.15 WIB klien dipindahkan ke Ruang Akasia dikamar C 3A.
Pada saat pengkajian tanggal 19 Februari 2018 pukul 11.00 WIB, keluarga klien mengatakan klien
tidak bisa bicara, anggota gerak bagian kanan belum bisa digerakan, keluarga klien juga
mengatakan bahwa klien belum BAB dari kemarin, didapatkan hasil TTV: TD 140/90 mmHg, N:
85x/menit, S: 36,40C, RR: 21x/menit karena kondisi ini klien tidak dapat melakukan aktifitasnya
tanpa bantuan dari oranglain, sedangkan hal yang meringankan klien adalah saat klien tirah baring
dan tidak beraktifitas.
C. Riwayat Kesehatan Masalalu
Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah mengalami hal yang seperti ini,
tetapi klien mempunyai riwayat tekanan darah tinggi / hipertensi, klien belum pernah dirawat
diRumahsakit sebelumnya, klien tidak ada alergi, tidak ada ketergantungan obat-obatan maupun
minum-minuman keras, tetapi klien dalamsehari menghabiskan roko 5 batang dalam sehari dan
minum kopi 2 gelas dalam sehari.

D. Genogram
Keterangan:
: laki-laki
: laki-laki (meninggal)
: perempuan
: perempuan (meninggal)
: klien
: garis pernikahan
: garis keturunan
: garis pernikahan

III.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : nampak lemah, tidak bisa bicara
2. Kesadaran : E : 4, M : 6, V : 5 (compos mentis)
3. Tanda-tanda Vital
a) TD : 140/90 mmHg
b) N : 85x/menit
c) S : 36,40C
d) RR : 21x/menit
B. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
a) Wajah dan kulit kepala
ü Inspeksi
Simetris/tidak simetris : simetris
Ekspresi : nampak lemah
Warna : sawo matang
ü Palpasi : tidak nyeri tekan
b) Mata
ü Inspeksi
Palpabrae : tidak oedema,tidak radang
Sclera : an ikhterik
Konjungtiva : an anemis
Adanya benjolan pada mata/tidak: tidak ada
ü Palpasi : tidak ada tekanan bola mata
ü Penglihatan : normal
c) Hidung
ü Inspeksi
Polip : Tidak ada
Keadaan sputum : Kotor
Secret/cairan : Tidak ada
Radang : Tidak ada
ü Palpasi : Tidak ada benjolan
d) Telinga
ü Inspeksi
Canalis : Serumen
Pendengaran : Normal
Pemakaian alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu

e) Mulut
ü Inspeksi
Gigi : gigi berwarna kuning, berkaries, tidak memakai gigi palsu
Gusi : tidak nampak adanya radang,-
Lidah : berwarna putih
Bibir : sianosis, basah
2. Leher
ü Inspeksi
Kelenjar thyroid tidak membesar, simetris, kelenjar getah bening tidak ada kelainan, vena
jugularis tidak ada kelainan
ü Palpasi
Kelenjar thyroid tidak sakit, tidak teraba, tekanan vena jugularis tidak ada, kelenjar limfe tidak
ada.
3. Thorax dan Paru
ü Inspeksi
Bentuk dada simetris, pergerakan dada berirama, payudara simetris
ü Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
ü Auskultasi
Terdapat bunyi vesikuler tidak ada bunyi tambahan
ü Perkusi
Sonor
4. Jantung
ü Inspeksi
Ictus cordis tidak nampak
ü Palpasi
Ictus kordis tidak teraba tidak ada nyeri tekan
ü Perkusi
Pekak
ü Auskultasi : BJ I: Lup , BJ II: Dup
5. Abdomen
ü Inspeksi : tidak ada luka, normal
ü Palpasi : tidak ada nyeri tekan
ü Auskultasi : terdengar bunyi peristaltik 4x/menit
ü Perkusi : redup
6. Ginjal : Tidak ada masalah
7. Genetalia
ü Inspeksi : tidak ada peradangan
ü Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada hemoroid
8. Muskuluskeletal
Tangan dan Kaki : simetris, tidak ada oedema, tidak berkeringat, tidak tremor, tidak ada nyeri
tekan hilang rasa pada tangan sebelah kanan (hemiparesis dextra).
9. Integumen
ü Inspeksi : warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis
ü Palpasi : tidak ada pengerasan kulit, tidak ada nyeri tekan

IV.POLA KEGIATAN SEHARI-HARI


1. Managemen terhadap kesehatan dan persepsi terhadap kesehatan
Keluarga klien mengatakan tidak tau apa penyebab dari penyakit yang diderita oleh klien, dan
menurut keluarga klien, kesehatan itu harus dijaga karena sehat itu mahal.
2. Nutrisi dan Metabolisme
a. Kebiasaan
Keluarga klien mengatakan pola makan teratur, frekuensi makan perhari 3x sehari selalu
habis, nafsu makan baik, tidak ada pantangan makanan, makanan yang paling disukai adalah SOP,
sehari klien minum kurang lebih 8 gelas, jenis minuman yang paling disukai klien adalah kopi dan
yang tidak disukai adalah susu.

b. Perubahan Sebelum dan Selama Sakit


Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan klien makan 3x sehari selalu habis, nafsu makanya
baik, sehari klien dapat minum kurang lebih 8 gelas, setiap pagi dan sore klien minum kopi.
Setelah sakit, keluarga klien mengatakan klien makanya teratur, nafsu makan baik karena
makanan yang dari RS selalu habis, sehari minum kurang lebih 7 gelas, dan pasien tidak meminum
kopi.
3. Eliminasi Urine dan Feses
a. Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan klien buang air kecil kurang lebih 5x dalam sehari,
kencing berwarna kekuning-kuningan, bau yang khas, dan klien BAB sehari sekali, bau yang khas.
b. Setelah sakit, keluarga klien mengatakan klien buang air kecil kurang lebih 5x dalam sehari,
warna nya kekuning-kuningan, bau kencing yang khas, tetapi pada saat pengkajian tanggal 20
februari 2018 keluarga klien mengatakan klien belum BAB dari tanggal 18 februari 2018.
4. Istirahat dan Tidur
a. Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien tidur malam pukul 20.00 WIB, bangun
pukul 05.00 WIB, tidur siang pukul 14.00 WIB, bangun pukul 15.00 WIB, klien tidak mudah
terbangun
b. Setelah sakit, keluarga klien mengatakan bahwa kien tidur malam pukul 20.30 WIB tidurnya
nyenyak, bangun pukul 06.00 WIB, klien juga tidur siang dari pukul 12.00 WIB, bangun pukul
13.30 WIB.
5. Aktifitas dan Latihan
a. Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien melakukan aktifitas seperti biasa seperti
makan, minum, mandi, berpakaian dilakukan sendiri, menonton tv bersama keluarga.
b. Setelah sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien hanya bisa berbaring ditempat tidur,
makan, minum, mandi, memakai baju harus dibantu oleh oranglain, BAK dan BAB menggunakan
pispot dan harus dibantu.
Tabel instrumen pengkajian dengan indeks barthel.
1. Aktivitas Dan Latihan
No Kemampuan 0 1 2 3 4 keterangan
Perawatan Diri
1 Makan / minum √
2 Mandi √
3 Toileting √
4 Berpakaian √
5 Mobilasi di tempat √
tidur
6 Berpindah √
7 Ambulasi / ROM √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : Dengan bantuan alat
2 : Dengan bantuan orang lain
3 : Dengan bantuan alat dan orang lain
4 : ketergantungan total.

6. Persepsi Kognitif
Ds : keluarga klien mengatakan kurang tahu apa penyebab dari penyakit yang diderita oleh klien
Do : klien dan keluarga nampak bingung saat ditanyai mengenai penyakitnya

7. Konsep Diri ( gambaran diri, peran, harga diri )


Keluarga klien mengatakan, klien merupakan orang yang mudah bergaul dengan tetangga,
senang bersosialisasi dengan tetangga, klien merupakan sosok ayah yang baik.
8. Peran dan Hubungan
Keluarga klien mengatakan orang yang paling terpenting dalam hidup klien adalah istri dan
anak-anaknya, klien juga mudah bergaul dan tidak ada masalah dengan tetangga, jika klien
mempunyai masalah klien selalu bermusyawarah dengan keluarganya secara baik-baik, hubungan
klien dan keluarga juga sangat baik.
9. Produksi dan Seksualitas
Klien berjenis kelamin laki-laki
10. Toleransi stress dan koping
a. Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelum mengambil keputusan selalu
dibantu oleh keluarga dan terkadang sendiri.
b. Setelah sakit, klien hanya menurut saja dengan keputusan yang diambil oleh keluarga.
11. Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan klien jarang melakukan sholat dan setelah sakit
klien tidak melakukan sholat.

V. TERAPI
Tanggal 19-22 februari 2018
Program terapi Dosis Cara pemberian
Ceftriaxone 2 x 1 gram IV
Ranitidine 2 x 2 ml IV
Lapibal 2 x 1 ml IV
Citicolin 2 x 1 gram IV
RL 20 tpm IV

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT-Scan
Nama : Tn.C
Umur : 80 Tahun
Alamat : Kaemurang Kulon rt 02 rw 04

THEAD CT TANPA KONTRAS, POTONGAN AXIAL, PADA PASIEN DG KLINIS SUSP


STROKE, HASIL

-LESI HIPODENS KECIL DG PERIFOKAL UDEM DI CENTRUMSEMIOVALE. SISNISTRA


-BATAS GREY-SHITE TEGAS, TAK TAMPAK GAMBARAN UDEMA CEREBRI
-GYRI DAN SULCI TAK PROMINENT
-SISTEMA VERTIKEL DAN SISTERNA TAK MELEBAR/MENYEMPIT
-MEDULLA OBLANGATA, PONS DAN CPA TAMPAK NORMAL
-SISTERNA SINUS, CAVUM NASI, NASOFARING DAN SELULEA MASTOID NORMAL

KESAN:
-INFARK LAKUNAR SENTRUM SEMIOVALE SINISTRA
2. Cek Laboratorium
Nama : Tn.C
Umur : 80 Tahun
Alamat : Kemurang Kulon rt02 rw 04
Tgl periksa : 18 Februari 2018

Nama pemeriksaan Hasil Angka Normal Satuan ket


HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.0 12.0-18.0 g/dL
Eritrosit 5.06 4.0-5.5 10^6/uL
Leukosit 7.600 4.000-11.000 /uL
Trombosit 250.000 150.000-450.000 /uL
Hematokrit 40.9 40-52 %
HCV 80.8 79-99 fL
MCH 27.7 26.5-33.5 Pg
MCHC 34.2 31.5-35.0 g/dL
Hitung jenis
lekosit
Eosinofil 2.5 1-4 %
Basofil 0.7 0-1 %
Netrofil segmen 69.3 50-7- %
Limfosit 21.7 20-40 %
Monosit 5.8 2-6 %
Golongan darah B
Diabetes
Gula darah sewaktu 94 70-180 Mg/dL

Nama : Tn.C
Umur : 80 Tahun
Alamat : kemurang kulon rt 02 rw 04
Tgl periksa : 20 Februari 2018

Nama Angka
hasil Satuan keterangan
pemeriksaan normal
LEMAK
Kolesterol 282* 140-200 mg/dL
Trigiserida 105.4 30-200 mg/dL
HDL Kolesterol 69.7 >= 39 mg/dL
LDL kolesterol 165.89* <= 130 mg/dL
GINJAL
Ureum 34,6 15-40 mg/dL
Kreatinin 1.06 0.7-1.4 mg/dL
Asam urat 6.12 3.6-8.2 mg/dL

ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Problem
1 19/2/18 Ds: keluarga klien Kerusakan GangguanMobilisasi
mengatakan, klien masih muskuluskeletal fisik
belum bisa bicara, tangan dan dan
kaki belum bisa bergerak neuromuskuler
masih lemas

Do: keadaan umum cukup,


pasien terlihat lemah, anggota
gerak bagian kanan belum bisa
digerakan
TD = 140/90 mmHg
N = 85x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,50C
2 19/2/18 Ds: keluarga klien Kurangnya Kurangnya
mengatakan, klien dan informasi pengetahuan
keluarga tidak tahu apa
penyebab dari penyakit yang
diderita oleh klien

Do: klien dan keluarga klien


nampak bingung saat
ditanya tentang penyakit dan
penyebab dari penyakitnya
3 20/2/18 Ds: keluarga klien Penurunan konstipasi
mengatakan, klien dari hari peristaltik usus
minggu sampai sekarang
belum BAB

Do: klien nampak lemas,


keadaan umum cukup
TD = 120/90 mmHg
N = 86x/menit
RR = 20x/menit
S = 36,40C
Peristaltik usus = 4x/menit
DAFTAR MASALAH
No Dx.Kep Tanggal timbul Tanggal teratasi paraf
1 Gangguan Mobilitas 19/02/2018 22/02/2018
fisik berhubungan
dengankerusakan
muskuluskeletal dan
neuromuskuler
2 Konstipasi berhubungan 20/02/2018 21/02/2018
dengan penurunan
peristaltik usus
3 Kurangnya pengetahuan 19/02/2018 19/02/2018
berhubungan dengan
kurangnya informasi

RENCANA KEPERAWATAN
Tgl Dx.Kep Tujuan dan Intervensi Rasional paraf
Kriteria
19 1 Setelah a. kaji a. hemiparese mungkin dapat
feb dilakukan kemampuan terjadi
2018 tindakan mobilitas b. menghindari kerusakan kulit
keperawatan b. Alihkan c. untukmempercepatkesembuhan
selama 3x24 posisi klien d. menghindari kontraktur dan
jam diharapkan setiap 2 jam atropi
mobilitas klien c. Berikan obat
terpenuhi sesuai advis
dengan kriteria dari dokter
hasil: d. kolaborasi
-kekuatan otot fisioterapi
membaik e. lakukan
-klien dapat ROM pasif
melakukan
aktifitas secara
mandiri
-anggota gerak
kanan dapat
digerakan

19 2 Setelah a. kaji pola a. membantu menentukan


feb dilakukan BAB intervensi berikutnya
2018 tindakan b. anjurkan diet b. untuk mem perlancar defekasi
keperawatan tinggi serat dan mengurangi mengejan yang
3x24 jam yang berlebih
diharapkan mengandung
klien dapat buah dan
BAB dengan sayuran
kriteria hasil: c. anjurkan
-klien dapat untuk minum
BAB dengan hangat
lancar
-peristaltik usus
normal
20 3 Setelah a. kaji a. membantu menentukan
feb dilakukan pengetahuan intervensi selanjutnya
2018 tindakan klien b. menghindari hal yang tidak
keperawatan b. lakukan diinginkan
selama 3x24 pendekatan b. informasi yang akurat dapan
jam diharapkan c. bina menambah wawasan klien
pengetahuan hubungan
klien saling percaya
bertambah dan d. jelaskan
mengerti apa tentang
penyebab penyakitnya
sakitnya (penkes)
dengan kriteria e. libatkan
hasil :- Klien keluarga
mampu dalam
menjawab melakukan
pertanyaan penkes
yang
ditanyakan
- Klien mampu
menjelaskan
kembali tentang
penyakit

IMPLEMENTASI
Tgl Jam Dx.Kep Implementasi Respon paraf
19 feb 11.20 1 1. mengkaji DS : keluarga klien
2018 WIB kemampuan tangan dan kaki masih
mobilitas klien belum bisa bergerak
DO : klien nampak
lemah, keadaan umum
cukup, anggota gerak
bagian kanan belum
bisa digerakan
TD = 140/80 mmHg
N = 84x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,40C
11.30 2. mengalihkan DS : klien mengatakan
WIB posisi klien tiap 2 bersedia untuk pindah
jam posisi setiap 2 jam
sekali
DO : klien pindah
posisi setiap 2 jam
sekali

11.40 3. melakukan ROM DS : klien mengatakan


WIB pasif bersedia untuk
melakukan ROM pasif
DO : klien terlihat
melakukan ROM pasif
12.00 4. memberikan obat DS : klien mengatakan
WIB sesuai advis dari Dr bersedia untuk
citicolin 2x1g dilakukan tindakan
ranitidin22x1ml injeksi
ceftriaxon 2x1g DO : klien
lapibal 2x1 ml terlihat masih lemas
19 feb 14.25 3 1. membina DS : klien mengatakan
2018 WIB hubungan saling percaya terhadap apa
percaya dengan yang diucapkan oleh
klien perawat
DO : klien terlihat
sedang menyimak
terhadap apa Yang
disampaikan oleh
Perawat
14.30 2. melakukan DS : klien mengatakan
WIB penkes paham terhadap apa
yang disampaikan oleh
perawat
DO : klien dapat
menjawab pertanyaan
setelah dilakukan
evaluasi penkes

14.30 3. melibatkan DS : keluarga klien


WIB keluarga pada saat mengatakan paham
penkes terhadap apa yang
dijelaskan oleh perawat
DO : keluarga klien
bisa menjawab dengan
benar tentang apa itu
hemiparesis dextra dan
juga apa penyebabnya.
20 feb 14.45 1 1. mengkaji DS : klien mengatakan
2018 WIB kemampuan tangan dan kaki tidak
mobilitas klien bisa digerakan masih
lemes
DO : klien terlihat
hanya berbaring
ditempat tidur saja
14.50 2. mengalihkan DS : klien mengatakan
WIB posisi klien tiap 2 bersedia untuk pindah
jam posisi setiap 2 jam
sekali
DO : klien terlihat
sedang melakukan tirah
baring
14.55 3. melakukan ROM DS : kilen mengatakan
WIB pasif bersedia belajar untuk
melakukan ROM
bersama perawat
DO : klien terlihat
sedang melakukan apa
yang diajarka oleh
perawat
DS : klien mengatakan
15.45 4. kolaborasi bersedia untuk
WIB dengan fisioterapi difisioterapi
DO : klien terlihat
sedang melakukan
fisioterapi dengan
petugas

20 feb 16.00 2 1. mengkaji pola DS : klien mengatakan


2018 WIB BAB klien masih belum bisa BAB
DO : klien nampak
lemah peristaltik usus
4x/menit
16.05 2. menganjurkan DS : klien mengatakan
WIB diet tinggi serat jarang memakan sayur-
sayuran serta bauah-
buahan
DO : klien terlihat
sedang makan buah
16.05 3. menganjurkan DS : klien mengatakan
WIB untuk minum air bersedia untuk minum
hangat air hangat
DO : klien terlihat
menghabiskan 1 gelas
air hangat

21 feb 16.15 1 1. mengkaji DS : klien mengatakan


2018 WIB mobilitas klien sudah membaik, tangan
dan kaki sudah bisa
digerakan
DO : klien terlihat bisa
menggerakan tangan
serta kakinya
16.20 2. mengalihkan DS : klien mengatakan
WIB posisi klien tiap 2 bersedia pindah posisi
jam setiap 2 jam sekali
DO : klien terlihat
pindah posisi setiap 2
jam sekali
16.25 3. melakukan ROM DS : klien mengatakan
WIB pasif bersedia melakukan
ROM pasif
DO : klien terlihat
sedang melakukan
ROM pasif
20.00WIB 4. memberikan obat DS : klien mengatakan
sesuai advis Dr bersedia untuk diberi
-ranitidin 2ml obat
-citicolin 1g DO : keadaan umum
-ceftriaxon 1g baik, anggota gerak
-lapibal 1ml bagian kanan sudah
5. Berkolaborasi bisa digerakan.
dengan fisioterapi DS : klien mengatakan
bersedia untuk
dilakukan fisioterapi
DO : klien terlihat
sedang melakukan
fisioterapi bersama
petugas.
21 feb 16.30 2 1. mengkaji pola DS : klien mengatakan
2018 WIB BAB klien sudah bisa BAB
DO : teraba perut klien
sudah tidak keras lagi,
peristaltic usus
10x/menit
16.35 2. menganjurkan DS : klien mengatakan
WIB diet tinggi serat sudah sering makan
yang mengandung sayur- sayuran serta
buah dan sayuran buah-buahan
DO : terlihat klien
3. menganjurkan makan habis 1
untuk minum air mangkuk sayur
16.35 hangat DS : klien mengatakan
WIB sehari minum air hangat
2 x.
DO : klien terlihat
mengabiskan 1 gelas air
hangat.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl Jam Dx.Kep SOAP Paraf
19 feb 11.20 1 S: keluarga klien mengatakan klien masih
2018 WIB belum bisa bicara, tangan dan kaki masih
belum bisa bergerak

O: klien nampak lemah, keadaan umum


cukup, anggota gerak bagian kanan belum
bisa digerakan
TD = 140/80 mmHg
N = 84x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,40C

A: masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi 1,2,3
19 feb 14.25 3 S: klien mengatakan mengerti dan keluarga
2018 WIB klien mengatakan sudah paham

O: klien sudah bisa berbicara mampu, klien


dan keluarga klien bisa menjawab dengan
benar tentang apa itu hemiparesis dextra dan
juga apa penyebabnya.

A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
20 feb 14.45 1 S: klien mengatakan tangan dan kaki tidak
2018 WIB bisa digerakan masih lemes
O: keadaan umum cukup, klien sudah bisa
berbicara, anggota gerak bagian kanan masih
belum bisa digerakan
TD = 120/90 mmHg
N = 86x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,50C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3
20 feb 16.00 2 S: klien mengatakan masih belum bisa BAB
2018 WIB O: klien nampak lemah peristaltik usus
4x/menit

A: masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi1,2,3
20 feb 20.00 1 S: klien mengatakan tangan dan kaki sudah
2018 WIB bisa digerakan sedikit

O: keadaan umum cukup, masih terlihat


lemah, anggota gerak bagian kanan sudah
mulai bergerak sedikit
TD = 120/90 mmHg
N = 86x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,50C

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi 1,2,3
21 feb 16.15 1 S: klien mengatakan sudah membaik, tangan
2018 WIB dan kaki sudah bisa digerakan

O: keadaan umum baik, anggota gerak bagian


kanan sudah bisa digerakan sedikit
TD = 120/80 mmHg
N = 87x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,60C
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,2,3
21 feb 16.30 2 S: klien mengatakan sudah bisa BAB
2018 WIB O: keadaan umum baik, klien sudah bisa
BAB, peristaltik usus 10x/menit

A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemiparese merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya kelemahan separuh wajah,
lengan dan tungkai berupa gangguan motorik dan gangguan fungsional lainya. Hemiparese Dextra
adalah kelumpuhan pada bagian salah satu sisi tubuh. (sumber: Kamus Keperawatan Sue
Hinchliff). Hemiparese Dextra adalah kelemahan sebelah kanan di tandai dengan adanya tonus
yang abnormal atau cidera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.(sumber:
Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin)
Pengobatan dan penatalaksanaan Klien tirah baring dengan ketinggian kepala 300 untuk
menurunkan tekanan intrakranial lakukan pemeriksaan intensif tekanan darah dan tingkat
kesadaran pengobatan antihipertensi dan diuresis untuk klien yang memngalami hipertensi
Pengobatan antikoagulan untuk mencegah terjadinya pembentukan thrombus Jika suhu tubuh
meningkat berikan antipiretik.
Dari pembahasan bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasien dengan hemiparese
dextra atas nama Tn.C 80 tahun setelah dilakukan tindakan kolaborasi dengan fisioterapi,
kolaborasi dengan dokter serta farmakologi dan dengan teknik non farmakologi yaitu dengan
teknik ROM pasif dapat menggerakan kembali anggota badan bagian kanannya.

B. Saran
1. Bagi Institut kesehatan
Diharapkan mampu memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk lebih memberikan
pengetahuan dan pengertian tentang asfiksia. Dan bisa menambah tingkat pelayanannya supaya
lebih baik lagi.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan memberi kritikan kepada penulis apabila asuhan keperawatan ini terdapat
kekurangan baik langsung atau tidak langsung.
3. Bagi penulis
Diharapkan menerima kritikan dan masukan dari pembaca serta memperbaiki kekurangan-
kekurangan tersebut supaya lebih baik lagi
4. Bagi pasien
Semoga pasien dapat mempraktekan apa yang telah diajarkan yaitu teknik non farmakologi
berupa ROM pasif apabila hemiparese menyerang kembali dan semoga pasien lebih dapat menjaga
kesehatanya lagi supaya bisa terhindar dari penyakit hemiparese

di April 08, 2018


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.
Unknown20 September 2018 09.26

sangat bagus dan membantu


Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
sehat itu mahal : makalah askep syok kardiogenik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syok kardiogenik didefinisikan sebagai


adanya tanda-tanda hipoperfusi jar...

 askep hemiparesis dextra


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.A DENGAN GANGGUAN SYOK KARDIOGENIK
DIRUANG IGD RSUD SOESILO SLAWI KABUPATEN TEGAL DI SUSUN O...
 askep gadar syok kardiogenik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syok kardiogenik didefinisikan sebagai
adanya tanda-tanda hipoperfusi jar...
 makalah askep syok kardiogenik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syok kardiogenik didefinisikan sebagai
adanya tanda-tanda hipoperfusi jar...
MENGENAI SAYA

Riris Nurarifah
Lihat profil lengkapku
ARSIP BLOG
 April 2018 (4)
Laporkan Penyalahgunaan
 Beranda
CARI BLOG INI
Telusuri

Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh Roofoo. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai