Anda di halaman 1dari 48

Cetakan Pertama

Pustaka al-Himmah
MUKADIMAH

Mukadimah

Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam untuk Rasulullah;


anggota keluarga, para sahabat, dan siapa saja yang membela
beliau. Amma ba’ du:

Sesungguhnya buku yang berada di tangan kita adalah


buku keenam dari silsilah (rangkaian) Rasa`il At-Tauhid Al-
Khalish (Risalah-Risalah Tauhid Murni) yang dimudahkan
oleh Allah untuk diteliti, dicetak, dan diterbitkan.

Di dalam buku ini memuat tiga risalah penting, yaitu:

1. Tiga Landasan Utama


2. Enam Perkara Pokok
3. Empat Prinsip Dasar

Ketiganya merupakan karya Syaikh Muhammad bin Abdul


Wahhab 1, dan ketiganya sudah sangat terkenal dan
tak perlu dijelaskan lagi. Ketiga risalah ini mengandung
pokok-pokok tauhid dan keimanan yang sangat penting.
Oleh karenanya, para pencari ilmu bersungguh-sungguh
untuk menghafalnya, dan para ulama berupaya untuk
mengajarkannya. Para asy-syurrah (pensyarah) menyelami
kedalaman makna-maknanya, sehingga risalah-risalah
ini menyebarluas dan dicetak dengan berbagai cetakan.
Melalui risalah-risalah ini, Allah menjaga banyak kaum dari
kesyirikan dan berbagai kesesatan, sehingga manfaatnya
sangat meluas, cahayanya bersinar terang, dan harumnya
pun semerbak. Semoga Allah merahmati penyusunnya dan
mengganjarnya dengan pahala dan balasan baik.
1 Dialah Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali At-
Tamimi An-Najdi, dilahirkan pada 1115 Hijriyah di kota ‘Uyainah yang sekarang terletak
di sebelah utara Riyadh. Beliau wafat pada 1206 Hijriyah, semoga Allah merahmatinya dan
menempatkannya di dalam surga-Nya.

4
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
MUKADIMAH

Ketika kami menasehati untuk membaca risalah-


risalah bernilai ini, kami juga mengajak pembaca untuk
menghafalnya, merenungkan penjelasan-penjelasannya,
mengamalkan hukum-hukumnya, dan mengajak manusia
kepadanya. Sebagaimana kami juga mengajak pembaca
untuk berkontribusi dalam mencetak dan menyebarluaskan
risalah-risalah ini juga risalah-risalah lainnya di tengah-
tengah kaum muslimin. Sehingga pembaca termasuk
sebagai orang yang mempelajari, mengamalkan, dan
mengajarkannya, agar beruntung dengan keberuntungan
besar.

Seruan terakhir kami adalah segala puji bagi Allah Rabb


Semesta Alam, shalawat serta salam untuk Nabi Muhammad;
anggota keluarga dan para sahabat beliau seluruhnya.

Daulah Islam
Dzulhijjah 1438

5
TIGA LANDASAN UTAMA
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab  berkata:


Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu— sesungguhnya
wajib bagi kita untuk mempelajari empat persoalan:

Pertama: Ilmu, yaitu mengenal Allah (makrifatullah),


mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama Islam berdasarkan
dalil-dalilnya.
Kedua: Amal, yaitu mengamalkan ilmu ini.
Ketiga: Dakwah, yaitu mengajak orang lain kepada ilmu
ini.
Keempat: Sabar, yaitu bersabar menghadapi segala
gangguan di dalamnya.

Dalilnya, firman Allah Ta’ala:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam


kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-
‘Ashr: 1-3).

Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Seandainya Allah tidak


menurunkan hujah kepada makhluk-Nya selain surat ini,
niscaya surat ini telah cukup (sebagai hujjah) bagi mereka.”

Dan Imam Al-Bukhari mengatakan, “Bab: Ilmu Sebelum


Ucapan dan Perbuatan”. Dalilnya firman Allah Ta’ala:

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah


(sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan
bagi dosamu.” (Muhammad: 19)

Dalam ayat tadi, Allah memerintahkan terlebih dulu untuk


berilmu sebelum ucapan dan perbuatan.

9
TIGA LANDASAN UTAMA

Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu— sesungguhnya


wajib bagi setiap muslim dan muslimat untuk mempelajari
dan mengamalkan ketiga perkara ini:

Pertama: Sesungguhnya Allah-lah yang menciptakan kita


dan memberi rezeki kepada kita. Allah tidak membiarkan
kita begitu saja dalam kebingungan, akan tetapi Dia
mengutus kepada kita seorang rasul. Maka barangsiapa
menaati rasul tersebut, dia pasti akan masuk surga, dan
barangsiapa menentangnya dia pasti akan masuk neraka.
Dalilnya firman Allah Ta’ala

“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang


kafir Makkah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu,
sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul
kepada Firaun. Maka Firaun mendurhakai Rasul itu, lalu
Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (Al-Muzammil:
15-16)

Kedua: Sesungguhnya Allah tidak rela dipersekutukan


dengan sesuatu apapun di dalam beribadah kepada-Nya,
baik dengan seorang malaikat yang terdekat atau dengan
seorang Nabi yang diutus menjadi Rasul.

Dalilnya firman Allah Ta’ala:

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan


Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di
dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Al-Jinn: 18)

Ketiga: Barangsiapa mentaati Rasulullah serta


mentauhidkan Allah, maka dia tidak boleh ber-muwalah
(mencintai) orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-
Nya, sekalipun mereka itu keluarga terdekat.

10
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

Dalilnya firman Allah Ta’ala:

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah


dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-
orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-
saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-
orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka
dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun
merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah
golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan
Allah itu adalah golongan yang beruntung.” (Al-Mujadilah:
22)

Ketahuilah –semoga Allah membimbingmu untuk mentaati-


Nya— sesungguhnya agama hanif ajaran Nabi Ibrahim
 adalah engkau beribadah kepada Allah secara ikhlas
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Inilah yang
diperintahkan Allah kepada seluruh manusia dan hanya
untuk itulah sebenarnya mereka diciptakan, sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”
(Adz-Dzariyat: 56)

Makna “mereka beribadah kepada-Ku” adalah “mereka


mentauhidkan-Ku”.

Dan perintah Allah yang paling agung adalah tauhid, yaitu


memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata. Sedangkan
larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu
menyembah selain Allah di samping menyembah-Nya.

11
TIGA LANDASAN UTAMA

Dalilnya firman Allah Ta’ala:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-


Nya dengan sesuatu apapun.” (An-Nisaa`: 36)

Kemudian apabila engkau ditanya, “Apakah tiga landasan


utama yang wajib diketahui oleh manusia?” Maka jawablah,
“Yaitu mengenal Rabb, mengenal agama-Nya, dan mengenal
Nabi Muhammad .”

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Apabila engkau ditanya, “Siapakah Rabbmu?” Maka


jawablah, “Rabbku adalah Allah yang telah memelihara
diriku dan memelihara seluruh alam semesta ini dengan
segala kenikmatan-Nya. Dan Allah-lah sesembahanku, aku
tidak memiliki sesembahan (yang haqq) selain-Nya.”

Dalilnya firman Allah Ta’ala:

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” (Al-fatihah: 2).


Segala sesuatu selain Allah disebut “alam”, dan aku adalah
bagian dari alam semesta ini.

Selanjutnya, jika engkau ditanya, “Melalui apakah engkau


mengenal Rabbmu?” Maka jawablah, “Melalui tanda-tanda
kekuasaan-Nya dan melalui segenap ciptaan-Nya. Di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari,
dan bulan. Sedangkan di antara ciptaan-Nya adalah tujuh
langit dan tujuh bumi beserta segala makhluk di dalam
keduanya serta yang ada di antara keduanya.”

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

12
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam,


siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari
maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya,
Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (Fushshsilat: 37)

Dan juga firman-Nya:

“Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah yang telah menciptakan


langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia ber-istiwa di atas
Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-
Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.” (Al-A’raaf: 54)

Rabb adalah yang haqq untuk disembah (al-ma’bud).

Dalilnya, firman Allah Ta’ala:

“Hai manusia, sembahlah Rabbmu yang telah menciptakanmu


dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu
dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala
buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)

Ibnu Katsir  mengatakan, “Sang Pencipta segala sesuatu


inilah yang berhak untuk diibadahi.”

Dan macam-macam ibadah yang diperintahkan Allah,


antara lain: Islam, iman, ihsan, doa, rasa takut, pengharapan
(ar-rajaa`), tawakal, minat (ar-raghbah), kecemasan (ar-
rahbah), khusyuk, al-khasyyah (takut), al-inabah (kembali

13
TIGA LANDASAN UTAMA

kepada Allah), al-isti’anah (memohon pertolongan), al-


isti’adzah (memohon perlindungan), penyembelihan, nazar,
dan macam-macam ibadah lainnya yang diperintahkan
oleh Allah, dan seluruhnya hanya untuk Allah.

Dalilnya firman Allah Ta’ala

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan


Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di
dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Al-Jinn: 18)

Karena itu, barangsiapa memalingkan satu saja dari ibadah-


ibadah tersebut untuk selain Allah, maka dia adalah musyrik
dan kafir.

Dalilnya firman Allah Ta’ala

“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping


Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang
itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.”
(Al-Mukminun: 117)

Dan di dalam hadits: “Doa adalah dasar ibadah.”

Dalil doa adalah firman Allah Ta’ala:

“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya


akan Kuperkenankan bagimu.’ Sesungguhnya orang-orang
yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Ghafir: 60)

Dalil al-khauf (takut) adalah firman Allah Ta’ala:

“…karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi

14
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang


beriman.” (Ali ‘Imran: 175)

Dalil ar-rajaa` (pengharapan) adalah firman Allah Ta’ala:

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,


maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110).

Dalil tawakal (berserah diri) adalah firman Allah Ta’ala:

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika


kamu benar-benar orang yang beriman.” (Al-Maa`idah: 23)

Dan juga firman-Nya:

“…Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya


Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath-Thalaq: 3)

Dalil ar-raghbah (penuh minat), ar-rahbah (cemas), dan


khusyuk (ketundukan) adalah firman Allah Ta’ala:

“…Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu


bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan
cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu´ kepada
Kami.” (Al-Anbiyaa`: 90)

Dalil al-khasyyah (rasa takut) adalah firman Allah Ta’ala:

“… Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah


kepada-Ku (saja)…” (Al-Baqarah: 150)

Dalil al-inabah (kembali kepada Allah) adalah firman

15
TIGA LANDASAN UTAMA

Allah Ta’ala:

“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah


kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu
tidak dapat ditolong (lagi).” (Az-Zumar: 54)

Dalil al-isti’anah (memohon pertolongan) adalah firman


Allah Ta’ala:

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada


Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)

Dan diriwayatkan di dalam hadits: “Apabila kamu memohon


pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah.”

Dalil al-isti’adzah (memohon perlindungan) adalah firman


Allah Ta’ala:

“Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai


subuh.’” (Al-Falaq: 1)

Dan firman-Nya:

“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara


dan menguasai) manusia. Raja manusia.’” (An-Naas: 1-2)

Dalil istigasah adalah firman Allah Ta’ala:

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada


Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya
Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan
seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (Al-Anfal: 9)

Dalil penyembelihan adalah firman Allah:

16
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada
sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah).” (Al-An’am: 162-163)

Dan dalil dari As-Sunnah: “Allah melaknat orang yang


menyembelih (binatang) bukan karena Allah.”

Dalil nazar adalah firman Allah Ta’ala:

“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang


azabnya merata di mana-mana.” (Al- Insan: 7)

Landasan Kedua: Mengenal Islam Berdasarkan Dalil-


Dalil

Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan


tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan serta berlepas
diri dari syirik dan orang-orang musyrik. Islam mempunyai
tiga tingkatan, yaitu: Islam, Iman, dan Ihsan. Masing-
masing tingkatan memiliki rukun-rukunnya.

Tingkatan Pertama: Islam

Islam memiliki lima rukun: Syahadat bahwa tiada ilah


selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan
Allah; Mendirikan shalat; Menunaikan zakat; Puasa pada
bulan Ramadhan; dan haji ke Baitullah Al-Haram.

Dalil syahadat adalah firman Allah Ta’ala:

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan


Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para

17
TIGA LANDASAN UTAMA

Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan


yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Ali ‘Imran: 18)

Makna “La Ilaha Illallah”: tiada sesembahan (al-ma’bud)


yang haqq selain Allah.

“La Ilaha”, menafikan segala bentuk sesembahan selain


Allah.

“Illallah”, adalah menetapkan bahwa ibadah (penghambaan)


hanya untuk Allah semata, tiada sekutu di dalam ibadah
kepada-Nya, sebagaimana tiada sekutu di dalam kekuasaan-
Nya.

Tafsir makna syahadat tersebut dijelaskan oleh firman Allah


Ta’ala:

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya


dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah)
Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan
memberi hidayah kepadaku”. Dan (lbrahim) menjadikan
kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya
supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (Az-
Zukhruf: 26-28)

Dan firman Allah Ta’ala:

“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada


suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu apapun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai

18
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah


kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-
orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Ali ‘Imran: 64)

Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad itu Rasulullah


(utusan Allah) adalah firman Allah Ta’ala:

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari


kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
(At-Taubah: 128)

Makna syahadat bahwa Muhammad Rasulullah adalah


mematuhi apa yang diperintahkan beliau, membenarkan
apa yang diberitakan beliau, menjauhi apa yang dilarang
serta dicegah oleh beliau, dan beribadah kepada Allah
dengan apa yang disyariatkan.

Dalil shalat, zakat, dan tafsir kalimat tauhid adalah firman


Allah Ta’ala:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah


Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5)

Dalil shaum (puasa) adalah firman Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” (Al- Baqarah: 183)

Dalil haji, firman Allah Ta’ala:

19
TIGA LANDASAN UTAMA

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)


maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu)
menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali Imran: 97)

Tingkatan kedua: Iman

Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang


paling tinggi adalah syahadat “La Ilaha Illallah”, sedang
cabang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan. Dan sifat malu adalah salah satu cabang iman.

Rukun iman ada enam yaitu:


1. Iman kepada Allah;
2. Iman kepada para malaikat-Nya;
3. Iman kepada kitab-kitabNya;
4. Iman kepada para rasul-Nya;
5. Iman kepada Hari Akhir;
6. Iman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk.

Dalil keenam rukun ini, firman Allah Ta’ala:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat


itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi...” (Al-Baqarah: 177)

Dan firman Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut


ukuran.” (Al-Qamar: 49)

20
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

Tingkatan ketiga: Ihsan

Ihsan, rukunnya hanya satu, yaitu “Beribadahlah kepada


Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Dalilnya, firman Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan


orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl: 128)

Juga firman Allah Ta’ala:

“Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi


Maha Penyayang, yang melihat kamu ketika kamu berdiri
(untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak
badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya
Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Asy-Syu’araa`: 217-220)

Juga firman Alla Ta’ala:

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca


suatu ayat dari Al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu
pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu
kamu melakukannya…” (Yunus: 61)

Adapun dalil dari As-Sunnah adalah hadits Malaikat


Jibril yang masyhur, yang diriwayatkan dari Umar bin Al-
Khattab , dia menceritakan, “Ketika kami sedang duduk
di sisi Nabi tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-
laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya tidak
nampak padanya tanda-tanda bekas bepergian jauh dan
tiada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Lalu
orang itu duduk di hadapan Nabi dengan menyandarkan

21
TIGA LANDASAN UTAMA

kedua lututnya ke kedua lutut beliau serta meletakkan kedua


telapak tangannya di atas kedua paha beliau, seraya bertanya,
‘Wahai Muhammad, beritahu aku tentang Islam!’ Maka
Nabi menjawab, ‘Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada
ilah yang haqq selain Allah dan sesungguhnya Muhammad
adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
mengerjakan shaum di bulan Ramadhan, dan melaksanakan
haji ke Baitullah jika mampu untuk mengadakan perjalanan
ke sana.’ Lelaki itu pun berkata, ‘Engkau benar.’

Umar mengomentari, ‘Kami merasa heran kepadanya, dia


bertanya kepada beliau, namun dia juga membenarkan
beliau.’ Lalu dia berkata lagi, ‘Beritahu aku tentang iman!’
Beliau menjawab, ‘Engkau beriman kepada Allah, para
malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, Hari Akhir,
serta beriman kepada qadar yang baik dan yang buruk.’

Orang itu pun berkata lagi, ‘Engkau benar.’ Kemudian


dia berkata, ‘Beritahu aku tentang Ihsan!’ Beliau mejawab,
‘Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya. Namun jika engkau tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu.’ Dia berkata lagi, ‘Beritahulah
aku tentang Hari Kiamat!’ Beliau menjawab, ‘Orang yang
ditanya tentang hal tersebut tidak lebih tahu daripada orang
yang bertanya.’

Maka orang itu pun berkata, ‘Beritahulah aku (sebagian


dari) tanda-tanda Hari Kiamat!’ Beliau mejawab, ‘Yaitu
apabila ada budak wanita melahirkan tuannya dan apabila
engkau melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian,
melarat lagi menggembala domba, namun saling berlomba-
lomba membangun bangunan yang tinggi.’

Umar berkata, ‘Laki-laki itu kemudian pergi, sementara


kami berdiam diri dalam waktu yang lama, sehingga Nabi

22
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

bertanya, ‘Wahai Umar! tahukah engkau, siapa orang yang


bertanya itu?’ Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui.’ Beliau pun bersabda, ‘Dia adalah Jibril, telah
datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama
kalian.’”

Landasan Ketiga: Mengenal Nabi Muhammad 

Beliau adalah Muhammad putra Abdullah putra Abdul


Muthalib putra Hasyim. Hasyim termasuk suku Quraisy,
suku Quraisy termasuk bangsa Arab, sedang bangsa Arab
termasuk keturunan Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim Al-
Khalil. Semoga Allah melimpahkan sebaik-baik shalawat
dan salam kepadanya dan kepada Nabi kita.

Beliau berumur 63 tahun; di antaranya 40 tahun sebelum


beliau menjadi nabi dan 23 tahun sebagai nabi serta rasul.

Beliau diangkat sebagai Nabi dengan “iqra” (bacalah) dan


diangkat sebagai Rasul dengan surat “Al- Muddatstsir”.
Negeri asal beliau adalah Makkah, dan berhijrah ke
Madinah. Allah mengutus beliau untuk menyampaikan
peringatan agar menjauhi syirik dan mengajak kepada
tauhid.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

“Wahai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu


sampaikanlah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan
pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah
berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (Al-
Muddatstsir: 1-7)

23
TIGA LANDASAN UTAMA

Makna “sampaikanlah peringatan”, adalah menyampaikan


peringatan untuk menjauhi syirik dan mengajak kepada
tauhid. “Tuhanmu agungkanlah”, yaitu agungkanlah Dia
dengan tauhid. “Dan pakaianmu bersihkanlah”, artinya
adalah bersihkanlah amalan-amalanmu dari syirik. “Dan
perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah”, artinya
adalah jauhkanlah dari berhala dan orang-orang yang
menyembahnya serta berlepas diri dari berhala itu dan dari
orang-orang yang menyembahnya.

Beliau pun melaksanakan perintah ini selama sepuluh


tahun, mengajak manusia kepada tauhid. Setelah sepuluh
tahun itu, beliau di-mi’raj-kan (diangkat naik) ke atas
langit dan diwajibkan shalat lima waktu kepada beliau.
Beliau melaksanakan shalat di Makkah selama tiga tahun.
Kemudian, sesudah itu, beliau diperintahkan untuk
berhijrah ke Madinah.

Hijrah adalah berpindah dari negeri syirik ke negeri


Islam. Hijrah merupakan kewajiban umat ini, berpindah
dari negeri syirik ke negeri Islam. Dan kewajiban tersebut
hukumnya tetap berlaku hingga Hari Kiamat.

Dalil yaitu firman Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam


keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat
bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka
menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri
(Makkah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah
itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Orang-
orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu
seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas
baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak
mampu berdaya-upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk

24
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

hijrah), mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya.


Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.”
(An-Nisaa`: 97-99)

Dan firman Allah Ta’ala:

“Hai hamba-hambaKu yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku


luas, maka sembahlah Aku saja.” (Al-’Ankabut: 56)

Al-Baghawi menjelaskan, “Sebab turun ayat ini adalah


ia ditujukan kepada kaum muslimin yang masih berada di
Makkah, dan mereka itu belum juga berhijrah. Karena itu,
Allah menyeru kepada mereka dengan panggilan ‘orang-
orang beriman’.”

Adapun dalil tentang hijrah dari As-Sunnah adalah sabda


Rasulullah : “Hijrah tetap akan terhenti selama pintu
taubat belum ditutup, sedang pintu taubat tidak akan ditutup
hingga matahari terbit dari arah Barat.”

Setelah Nabi Muhammad  menetap di Madinah, beliau


diperintahkan menjalankan syariat-syariat Islam lainnya,
semisal zakat, puasa, haji, jihad, azan, amar makruf dan
nahi mungkar, serta syariat-syariat Islam lainnya.

Beliau pun melaksanakan perintah untuk menyampaikan


hal tersebut selama sepuluh tahun. Sesudah itu, beliau
wafat, dan agama tetap dalam keadaan lestari. Inilah agama
yang beliau bawa. Tiada suatu kebaikan melainkan beliau
tunjukkan kepada umatnya. Dan tiada suatu keburukan
melainkan beliau memperingatkan umat agar menjauhinya.

Kebaikan yang beliau tunjukkan adalah tauhid serta segala


sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah. Sedangkan keburukan
yang beliau peringatkan agar dijauhi adalah kesyirikan serta

25
TIGA LANDASAN UTAMA

segala sesuatu yang dibenci dan dimurkai Allah.

Allah mengutus Nabi Muhammad untuk seluruh umat


manusia, dan Allah mewajibkan kepada seluruh jin dan
manusia untuk mentaati beliau.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan


Allah kepadamu semua…” (Al-A’raf: 158)

Juga firman Allah Ta’ala:

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu,


dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Aku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Al-Maa`idah: 3)

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Nabi  telah wafat


adalah firman Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka


akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada Hari
Kiamat akan berbantah-bantah di hadapan Tuhanmu.” (Az-
Zumar: 30-31)

Dan manusia sesudah mati akan dibangkitkan kembali.


Dalilnya, firman Allah Ta’ala:

“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan


kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya
Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (Thaha:
55)

26
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

Dan firman Allah Ta’ala:

“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-


baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah
dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada Hari Kiamat)
dengan sebenar-benarnya.” (Nuh: 17-18)

Setelah manusia dibangkitkan, mereka akan dihisab


(dihitung) dan diberi balasan sesuai dengan perbuatan
mereka.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan


apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah
mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).”
(An-Najm: 31)

Barangsiapa yang tidak mendustakan Hari Kebangkitan


ini, maka dia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-


kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi
Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian
akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (At-Taghabun:
7)

Allah telah mengutus semua rasul sebagai pemberi kabar


gembira dan pemberi peringatan. Dalilnya firman Allah
Ta’ala:

“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita

27
TIGA LANDASAN UTAMA

gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan


bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul
itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(An-Nisaa`: 165)

Rasul pertama adalah Nabi Nuh  dan rasul terakhir


adalah Nabi Muhammad . Dalil yang menunjukkan
bahwa rasul pertama adalah Nabi Nuh, firman Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu


sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan
nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan
wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya´qub dan anak
cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami
berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisaa`: 163)

Dan Allah telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat,


mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad. Allah
memerintahkan mereka untuk beribadah kepada Allah
semata dan melarang mereka beribadah kepada thaghut.
Dalilnya firman Allah Ta’ala:

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap


umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu…” (An-Nahl: 36)

Dengan demikian, Allah telah mewajibkan kepada seluruh


hamba-Nya untuk kafir kepada thaghut dan hanya beriman
kepada-Nya saja. Ibnul Qayyim menjelaskan, “Thaghut
adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba
melebihi batasannya, baik itu sesuatu yang diibadahi,
diikuti, atau ditaati.”

Thaghut itu ada banyak macamnya, tokoh-tokohnya

28
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
TIGA LANDASAN UTAMA

ada lima:
1. Iblis yang telah dilaknat oleh Allah;
2. Orang yang disembah, sedang dia sendiri rela;
3. Orang yang mengajak manusia untuk beribadah kepada
dirinya;
4. Orang yang mengklaim mengetahui sesuatu hal gaib;
5. Orang yang memutuskan sesuatu dengan selain yang
telah diturunkan Allah.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);


sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-
Baqarah: 256)

Inilah makna (hakikat) dari “La Ilaha Ilallah”. Dan


diriwayatkan di dalam hadits, Rasulullah  bersabda,
“Pokok perkara adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat,
sedang ujung tulang punggungnya (puncaknya) adalah jihad
fi sabilillah.”

Hanya Allah-lah yang Maha Tahu. Semoga shalawat


dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi
Muhammad, kepada keluarga, dan para sahabat beliau.

***

29
ENAM PERKARA POKOK
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
ENAM PERKARA
POKOK

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:

Di antara perkara-perkara paling menakjubkan dan di


antara tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Sang
Raja Yang Maha Mengalahkan adalah enam perkara pokok
yang dijelaskan Allah Ta’ala dengan penjelasan gamblang
kepada orang-orang awam, melebihi prasangka orang-orang
yang berprasangka. Kemudian setelahnya, banyak dari para
cendekiawan dan kaum cerdik pandai dari golongan Bani
Adam yang keliru di dalamnya, kecuali hanya sedikit sekali
dari mereka yang benar!

Pokok Pertama: Purifikasi (mengikhlaskan/pemurnian)


agama hanya untuk Allah Ta’ala semata, tiada sekutu bagi-
Nya, dan penjelasan tentang lawannya, yaitu syirik kepada
Allah. Sebagian besar isi Al-Quran menjelaskan pokok ini
dari berbagai sisinya, dengan ungkapan yang dapat dipahami
oleh orang awam bodoh sekalipun. Kemudian ketika terjadi
pada sebagian besar umat apa yang telah terjadi, setan
memperlihatkan keikhlasan kepada mereka dalam bentuk
merendahkan orang-orang shalih dan mengabaikan hak-hak
mereka, serta memperlihatkan kepada mereka kesyirikan
kepada Allah dalam bentuk mencintai orang-orang shalih
dan mengikuti mereka.

Pokok Kedua: Allah memerintahkan untuk bersatu dalam


agama dan melarang berpecah-belah di dalamnya. Allah
menjelaskan hal ini dengan penjelasan memuaskan yang
dapat dipahami oleh orang-orang awam. Dia melarang
kita agar tidak menjadi seperti orang-orang sebelum kita
yang bercerai-berai dan berselisih sehingga mereka binasa.
Allah menyebutkan (di dalam Al-Quran) bahwa Dia
memerintahkan kaum muslimin agar bersatu dalam agama
dan melarang mereka dari bercerai-berai di dalamnya. Dan
hal ini semakin diperjelas oleh hal-hal sangat mengagumkan

33
ENAM PERKARA
POKOK

yang disebutkan As-Sunnah terkait hal itu. Kemudian


perkara ini berubah, sehingga perpecahan dalam pokok-
pokok agama dan cabang-cabangnya menjadi ilmu dan
fikih dalam agama, dan perintah untuk bersatu dalam
agama tidaklah didengungkan kecuali oleh orang zindik
(ateis) atau orang gila!

Pokok Ketiga: Di antara kesempurnaan persatuan adalah


sikap mendengar dan taat kepada orang yang memimpin
kita, meskipun dia adalah seorang budak Habasyah. Allah
menjelaskan ini secara panjang lebar dan mencukupi, dengan
berbagai macam penjelasan dalam bentuk pensyariatan
dan ketetapan. Kemudian pokok ini menjadi tidak dikenal
oleh mayoritas orang-orang yang mengklaim ilmu! Maka
bagaimana ia dapat diamalkan?

Pokok Keempat: Penjelasan tentang ilmu, ulama, fikih


dan fukaha, serta penjelasan tentang orang yang serupa
mereka, tetapi bukan bagian dari mereka. Allah Ta’ala telah
menjelaskan pokok ini di awal surat Al-Baqarah, melalui
firman-Nya: “Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang
telah Aku limpahkan kepada kalian,” (Al-Baqarah: 40)
sampai firman-Nya: “Wahai Bani Israil!” (Al-Baqarah: 122)
sebelum penyebutan Ibrahim AS. Dan ini diperjelas oleh
penjelasan dari As-Sunnah terkait hal in, dari penjelasan
panjang, jelas, dan terang, bagi orang awam yang bodoh.

Kemudian ini menjadi perkara yang paling asing! Ilmu


dan fikih menjadi hal bidah dan sesat! Sebaik-baik apa
yang mereka miliki adalah mencampuradukkan kebenaran
dengan kebatilan.

Jadilah ilmu yang diwajibkan oleh Allah kepada makhluk


dan dipuji-Nya hanya didengungkan oleh orang zindik atau
orang gila! Dan orang yang mengingkarinya, memusuhinya,

34
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
ENAM PERKARA
POKOK

serta menyusun karya untuk memperingatkan dan melarang


darinya adalah ulama yang fakih!

Pokok Kelima: Penjelasan Allah kepada para wali-Nya dan


diferensiasi-Nya (pembedaan) antara mereka dengan orang-
orang yang serupa mereka dari kalangan kaum munafikin
dan orang-orang durhaka para musuh Allah.

Cukuplah dalam hal ini penjelasan dari satu ayat dalam


surat Ali ‘Imran, yaitu firman-Nya: “Katakanlah, Jika
kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah
akan mencintai kalian.” (Ali ‘Imran: 31)

Satu ayat dalam surat Al-Maa`idah, yaitu firman-Nya:


“Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara
kalian yang murtad dari agamanya, niscaya Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan mencintai-
Nya.” (Al-Maa`idah: 54)

Dan satu ayat dalam surat Yunus, yaitu firman-Nya:


“Ingatlah wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada
mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang
yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (Yunus: 62)

Kemudian persoalan tersebut sampai pada tingkatan bahwa


mayoritas orang yang mengaku ulama, pemberi petunjuk
kepada makhluk, dan pengawal syariat meyakini bahwa
para wali haruslah meninggalkan sikap mengikuti para
rasul, dan barangsiapa mengikuti para rasul itu, maka
bukanlah bagian dari mereka!

Menurut mereka, para wali mesti meninggalkan jihad, dan


barangsiapa berjihad, maka bukanlah bagian dari mereka.

Menurut mereka lagi, para wali haruslah meninggalkan

35
ENAM PERKARA
POKOK

iman dan takwa, sehingga orang yang menjaga iman dan


takwa bukanlah bagian dari mereka!

Ya Rabb kami! Kami memohon kepada-Mu pemaafan dan


ampunan. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar segala
doa.

Pokok Keenam: Bantahan terhadap syubhat (kerancuan/


penyimpangan) yang dibuat setan untuk meninggalkan Al-
Quran dan As-Sunnah serta mengikuti pendapat dan hawa
nafsu yang berbeda-beda.

Yaitu syubhat bahwa Al-Qur-an dan As-Sunnah tidak dapat


diketahui kecuali oleh mujtahid mutlak (absolut).2 Dan
seorang mujtahid adalah orang yang memiliki sifat demikian
dan demikian; sifat-sifat yang barangkali tidak ditemukan
secara sempurna pada sosok Abu Bakar dan Umar! Jika
seseorang tidak memiliki sifat-sifat ini, maka hendaklah
dia menjauh dari Al-Quran dan As-Sunnah, sebagai suatu
keharusan yang pasti, tanpa ada keraguan dan permasalahan
di dalamnya. Dan barangsiapa mencoba mencari petunjuk
dari keduanya, maka bisa jadi dia adalah zindik atau orang
gila, karena sangatlah sulit untuk memahami keduanya.

Subhanallah wa bi hamdihi. Betapa banyak Allah Ta’ala


menjelaskan dalam bentuk pensyariatan, ketetapan, etika,
dan perintah dalam membantah syubhat terkutuk ini, dari
berbagai aspek, sehingga sampai ke tingkat perkara-perkara
umum genting. Tetapi sebagian besar manusia tidak
mengetahui.

2 Mujtahid mutlak adalah ulama yang mencetuskan suatu hukum-hukum yang bersumber
langsung dari Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka menguasai berbagai bidang ilmu
pengetahuan terkait Al-Quran dan As-Sunnah, dan mempunyai metodologi ijtihad sendiri
sehingga mereka bisa mengeluarkan hukum fikih secara mandiri. Di antara mereka adalah
empat imam mazhab; Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Hambali, dan Imam Asy-Syafi’i
(Edt.)

36
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
ENAM PERKARA
POKOK

“Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap


kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka,
lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka
tertengadah. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat
(dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup
(mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Dan
sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan
kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada
mereka, mereka tidak akan beriman juga. Sesungguhnya
engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang
mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan
Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya.
Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan
pahala yang mulia.” (Yasin: 7-11)

Terakhir, segala puji bagi Allah, Rabb Semesta Alam. Semoga


Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad
Saw, juga kepada keluarga dan para sahabat beliau, serta
melimpahkan salam yang sebanyak-banyaknya hingga Hari
Kiamat.

***

37
EMPAT KAIDAH DASAR
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
EMPAT KAIDAH DASAR

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab  berkata:

Aku memohon kepada Allah Yang Mulia Rabb pemilik


Arasy yang agung, semoga Dia melindungimu di dunia
dan di akhirat, serta menjadikan dirimu diberkahi di
mana pun engkau berada. Aku juga memohon kepada-Nya
supaya menjadikan dirimu termasuk di antara orang-orang
yang bersyukur apabila diberi kenikmatan, bersabar ketika
tertimpa cobaan, dan meminta ampunan tatkala terjerumus
dalam perbuatan dosa, karena ketiga hal itulah tonggak
kebahagiaan.

Ketahuilah –semoga Allah membimbingmu untuk


menaati-Nya— sesungguhnya al-hanifiyyah (ajaran lurus)
yaitu agama yang diajarkan Nabi Ibrahim adalah engkau
beribadah kepada Allah semata dengan mengikhlaskan
agama (amal) untuk-Nya.

Sebagaimana Allah berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan


jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-
Ku.” (Adz Dzariyat: 56).

Apabila engkau telah mengetahui bahwa Allah


menciptakanmu untuk beribadah kepada-Nya, maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya ibadah tidaklah disebut
bernilai ibadah kecuali apabila disertai dengan tauhid.
Sebagaimana halnya shalat yang tidak bisa disebut shalat
apabila tidak disertai dengan at-thaharah (kondisi suci).
Maka apabila syirik menyusupi suatu ibadah, niscaya
ibadah itu menjadi rusak. Sebagaimana najis menghinggapi
orang yang sudah bersuci.

Apabila engkau sudah mengetahui bahwa apabila syirik


menyusupi ibadah, maka ia akan menghancurkan ibadah
tersebut dan menghapuskan amal, bahkan si pelakunya

41
EMPAT KAIDAH DASAR

menjadi tergolong penghuni kekal di neraka, maka kini


engkau telah mengetahui bahwa perkara terpenting
bagimu adalah mengetahui hal itu. Mudah-mudahan Allah
menyelamatkan dirimu dari perangkap ini; yaitu kesyirikan
terhadap Allah. Allah Ta’ala berfirman tentang syirik,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia akan mengampuni dosa di bawah tingkatan syirik yaitu
bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya.” (An Nisaa`: 48)

Dan hal itu akan mudah engkau pahami dengan mempelajari


empat kaidah dasar yang disebutkan Allah Ta’ala di dalam
Kitab-Nya:

Kaidah Pertama: Hendaknya engkau mengerti bahwa


orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah Saw,
mereka mengakui bahwa Allah Ta’ala adalah Sang Pencipta
(Al-Khaliq) dan Pengatur segala urusan (Al-Mudabbir).
Namun pengakuan mereka ini tidaklah membuat mereka
tergolong sebagai orang Islam. Dalilnya adalah firman
Allah Ta’ala: “Katakanlah, Siapakah yang memberikan rezeki
kepada kalian dari langit dan bumi. Atau siapakah yang kuasa
menciptakan pendengaran dan penglihatan. Dan siapakah
yang mampu mengeluarkan yang hidup dari yang mati serta
mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dan siapakah yang
mengatur segala urusan, maka pasti mereka akan menjawab,
‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Lantas mengapa kalian tidak mau
bertakwa?’” (Yunus: 31)

Kaidah Kedua: Orang-orang musyrik itu mengatakan,


“Kami tidaklah berdoa kepada mereka (sesembahan selain
Allah, Edt.) dan menggantungkan harapan kepada mereka
melainkan hanya dalam rangka mencari kedekatan diri
(kepada Allah) dan untuk mendapatkan syafaat.”

Dalil yang menunjukkan bahwa mereka mencari kedekatan

42
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
EMPAT KAIDAH DASAR

diri adalah firman Allah Ta’ala: “Dan orang-orang yang


mengangkat selain-Nya sebagai penolong (sesembahan, pen)
beralasan, ‘Kami tidaklah beribadah kepada mereka kecuali
karena bermaksud agar mereka bisa mendekatkan diri kami
kepada Allah sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah pasti
akan memberikan keputusan di antara mereka terhadap
perkara yang mereka perselisihkan itu. Sesungguhnya Allah
tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang gemar
berdusta dan suka berbuat kekafiran.” (Az-Zumar: 3)

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa mereka juga


mengharapkan syafaat adalah firman Allah Ta’ala: “Dan
mereka beribadah kepada selain Allah; sesuatu yang sama sekali
tidak mendatangkan bahaya untuk mereka dan tidak pula
menguasai manfaat bagi mereka. Orang-orang itu beralasan,
‘Mereka adalah para pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah
kelak.’.” (Yunus: 18)

Syafaat ada dua macam:

Syafaat yang ditolak dan syafaat yang ditetapkan.

Syafaat yang ditolak adalah syafaat yang diminta kepada


selain Allah dalam urusan yang hanya dikuasai oleh Allah.
Dalil tentang hal ini adalah firman Allah Ta’ala: “Wahai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah sebagian rezeki
yang Kami berikan kepada kalian sebelum tiba suatu hari
yang pada saat itu tidak ada lagi jual beli, persahabatan, dan
syafa’at. Sedangkan orang-orang kafir, mereka itulah orang-
orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 254)

Syafaat yang ditetapkan adalah syafaat yang diminta kepada


Allah. Orang yang diperkenankan memberikan syafaat
berarti mendapatkan kemuliaan dari Allah dengan syafaat
tersebut. Adapun orang yang akan diberi syafaat adalah

43
EMPAT KAIDAH DASAR

orang yang ucapan dan perbuatannya diridhai Allah, dan


hal itu akan terjadi setelah mendapatkan izin (dari Allah).
Hal ini sebagaimana Allah berfirman, “Lalu siapakah yang
bisa memberikan syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya?”
(Al-Baqarah: 255)

Kaidah Ketiga: Nabi Muhammad  muncul di tengah-


tengah masyarakat yang memiliki peribadatan beraneka
ragam. Di antara mereka ada yang beribadah kepada
malaikat. Ada pula yang beribadah kepada para nabi dan
orang-orang saleh. Ada juga di antara mereka yang beribadah
kepada pohon dan batu. Dan ada pula yang beribadah
kepada matahari dan bulan. Dan mereka semua sama-sama
diperangi oleh Rasulullah Saw tanpa sedikitpun membeda-
bedakan di antara mereka. Dalil tentang hal ini adalah
firman Allah Ta’ala: “Dan perangilah mereka semua hingga
tidak ada lagi fitnah (syirik) dan agama (amal) semuanya
hanya diperuntukkan kepada Allah.” (Al-Anfaal: 39)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada


matahari dan bulan adalah firman-Nya: “Di antara tanda-
tanda kebesaran-Nya adalah malam dan siang, matahari
dan bulan, maka janganlah kamu sujud kepada matahari
ataupun bulan. Akan tetapi sujudlah kamu kepada Allah yang
menciptakan itu semua, jika kamu benar-benar beribadah
hanya kepada-Nya.” (Fushshilat: 37)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para


malaikat adalah firman Allah Ta’ala: “Dan Allah tidak
menyuruh kamu untuk mengangkat para malaikat dan nabi-
nabi sebagai sesembahan.” (Ali ‘Imran: 80)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para


nabi adalah firman-Nya: “Ingatlah ketika Allah berfirman,
‘Wahai Isa putera Maryam, apakah kamu mengatakan

44
LIBRAIRIE AL-HIMMAH
EMPAT KAIDAH DASAR

kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua


sosok sesembahan selain Allah’? Maka Isa berkata, ‘Maha Suci
Engkau ya Allah, tidak pantas bagiku untuk berucap sesuatu
yang bukan menjadi hakku. Apabila aku mengucapkannya
tentunya Engkau pasti mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada dalam diriku, dan aku sama sekali tidak mengetahui
apa yang ada di dalam diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha
Mengetahui hal-hal yang gaib’.” (Al-Maa’idah: 116)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada orang-


orang saleh adalah firman-Nya: “Sosok-sosok yang mereka
seru justru mencari wasilah kepada Rabb mereka; siapakah
di antara mereka yang lebih dekat, dan mereka juga sangat
mengharapkan curahan rahmat-Nya dan merasa takut dari
azab-Nya.” (Al-Israa`: 57)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada pohon


dan batu adalah firman-Nya: “Kabarkanlah kepada-Ku
tentang Latta, ‘Uzza, dan juga Manat yaitu sesembahan lain
yang ketiga.” (An-Najm: 19-20)

Demikian juga ditunjukkan oleh hadits Abu Waqid Al-


Laitsi , dia menuturkan, “Ketika kami berangkat bersama
Rasulullah Saw menuju Hunain. Ketika itu kami masih
dalam keadaan baru keluar dari agama kekafiran. Orang-
orang musyrik ketika itu memiliki sebatang pohon yang
mereka jadikan sebagai tempat itikaf dan tempat khusus
untuk menggantungkan senjata-senjata mereka. Pohon itu
disebut Dzatu Anwath. Ketika itu, kami melewati pohon
tersebut. Lalu kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, buatkanlah
untuk kami Dzatu Anwath seperti Dzatu Anwath yang
mereka miliki.’ Rasulullah Saw bersabda, ‘Demi Allah
yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian telah mengatakan
sesuatu sebagaimana yang dikatakan oleh Bani Israil kepada
Musa: ‘Jadikanlah untuk kami sesembahan sebagaimana

45
EMPAT KAIDAH DASAR

mereka memiliki sesembahan-sesembahan. Musa berkata:


Sesungguhnya kalian adalah kaum yang bertindak bodoh.’”
(Al-A’raaf: 138)

Kaidah Keempat: Orang-orang musyrik pada masa kita


justru lebih parah kesyirikannya daripada orang-orang
musyrik zaman dulu. Sebab orang-orang musyrik masa
lampau hanya berbuat syirik di kala lapang, dan mereka
beribadah (berdoa) dengan ikhlas di kala sempit. Adapun
orang-orang musyrik di masa kita melakukan syirik secara
terus-menerus, baik dalam kondisi lapang maupun sempit.

Dalil adalah firman Allah Ta’ala: “Apabila mereka sudah


naik di atas kapal (dan diterpa ombak yang hebat) maka
mereka pun menyeru (berdoa) kepada Allah dengan penuh
ikhlas mempersembahkan amalnya. Namun setelah Allah
selamatkan mereka ke daratan, tiba-tiba mereka kembali
berbuat kesyirikan.” (Al-‘Ankabuut: 65)

***
Selesai perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab,
semoga Allah merahmatinya dan memberi balasan dengan
sebaik-baik balasan.

Selesai, segala puji bagi Allah.

46

Anda mungkin juga menyukai