Anda di halaman 1dari 1

Kasus dan Pembahasan

Hasil penelitiandi sentra kerajinan tembaga Desa Cepogo Kabupaten Boyolali pada workstation
kuningan menghasilkan 90,6 μg/m3 pada proses pembentukan dan pada workstation baja pada
proses gerindra menghasilkan debu tembaga 6,7 μg/m3 dan debu besi 286 μg/m.
Penelitian pendahuluan tanggal 22 Desember 2015 pada 11 orang pengrajin diperoleh hasil
kapasitas vital paru (KVP) pengrajin menunjukkan 4 (36%) responden normal, 5 (45%)
responden restriktif ringan dan 2 (18%) responden restriktif berat.

Studi pendahuluan di tempat kerja dari 11 pengrajin sebanyak 9 orang (82%) tidak memakai
masker dan 2 orang (18%) memakai masker dari kain. Indeks massa tubuh pengrajin 2 (18%)
menunjukan kategori kurus, 8 (73%) kategori normal, dan 1 (9%) kategori gemuk. Umur
pengrajin yang bekerja dari rentang 23 tahun sampai dengan 65 tahun. Rentang massa kerja
pengrajin yang bekerja dari 2 tahun sampai dengan 25 tahun. Kebiasan merokok pengrajin yang
merokok sebanyak 10 orang (91%) dan 1orang (9%) tidak merokok.

Pengukuran debu di ruang kerja tanggal 29 Januari 2016 diperoleh hasil pengukuran 1,08 mg/m3
pada salah satu lokasi bagian penggerinda dan nilai ambang batas (NAB) untuk debu tembaga
sebesar 1 mg/m3 sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Kadar debu ruangan kerja
menunjukkan nilai di atas nilai ambang batas (NAB).

Proses pembentukan kerajinan tembaga melalui beberapa tahapan yaitu: pembuatan pola desain
dan pemotongan bahan, pembetukan kerajinan, dan tahapan finishing. Bahan kimia HCl, HNO3,
dan H2SO4. Pada proses penghalusan berpotensi menghasilkan debu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan yaitu pada sistem pernafasan. Pembersihan kerajinan dengan bahan kimia
dapat memberikan efek warna dan proses ini berpotensi mengakibatkan dermatitis kontak iritan.

Anda mungkin juga menyukai