Anda di halaman 1dari 10

REFLEKSI KASUS NOVEMBER 2018

HIPERPIGMENTASI POST INFLAMASI

Disusun Oleh:

Fitria Amanda
N 111 18 024

PEMBIMBING KLINIK
dr. Diany Nurdin, Sp.KK, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Ny. N
2) Umur : 43 Tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Alamat : Desa Lempu, Toli-Toli
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7) Tanggal Pemeriksaan : 24 November 2018

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama :
Kulit yang menghitam pada bagian leher
2) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien perempuan berumur 43 tahun datang ke poliklinik
kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan kulit yang
menghitam pada bekas luka di bagian leher.
1 minggu sebelumnya, pasien pernah datang ke poliklinik
kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan tampak luka
seperti melepuh di tangan, di dada, di punggung dan di lehernya,
selain itu tampak adanya gelembung berisi cairan, pasien juga
mengeluh apa bila gelembung itu pecah, tercium bau yang tidak
sedap. Pasien tidak merasakan gatal, tetapi rasa panas seperti
terbakar pada bagian lukanya. Pasien di diagnosis dengan pemfigus
vulgaris, lalu pasien dirawat di RSUD Undata selama 5 hari,
kemudian pasien datang kembali 3 hari setelah keluar dari rumah
sakit untuk kontrol dan mengeluhkan mengenai warna kehitaman
yang muncul di bekas luka pada bagian lehernya.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien pernah dirawat di RS dengan Pemfigus Vulgaris.
Riwayat asma (-), alergi makanan (-), riwayat hipertensi (-),
riwayat kolesterol (-), riwayat diabetes (-), riwayat hipertiroid (+).

4) Riwayat penyakit keluarga:


Pasien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang
mengeluhkan hal serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Kompos mentis

Tanda-tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36,80 C

Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tampak makula hiperpigmentasi dengan
ukuran numural sampai plakat dengan batas
sirkumskipta
Ketiak : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Punggung : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Perut : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit

IV. GAMBAR

ed

Tampak makula hiperpigmentasi dengan ukuran numural sampai plakat


dengan batas sirkumskipta

V. RESUME
Pasien perempuan berumur 43 tahun datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan kulit yang menghitam
pada bekas luka di bagian leher.
1 minggu sebelumnya, pasien pernah datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan tampak luka seperti
melepuh di tangan, di dada, di punggung dan di lehernya, selain itu
tampak adanya bulla, disertai krusta dan mousy odor. Pasien tidak
merasakan gatal, tetapi rasa panas seperti terbakar pada bagian
lukanya. Pasien di diagnosis dengan pemfigus vulgaris, lalu pasien
dirawat di RSUD Undata selama 5 hari, kemudian pasien datang
kembali 3 hari setelah keluar dari rumah sakit untuk kontrol dan
mengeluhkan mengenai warna kehitaman yang muncul di bekas luka
pada bagian lehernya.
Hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan tampak makula
hiperpigmentasi dengan ukuran numural sampai plakat dengan batas
sirkumskipta.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Hiperpigmentasi Post Inflamasi

VII. DIAGNOSIS BANDING


a. Melasma
b. Lentigo

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


a. Pemeriksaan lampu wood

IX. PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
a. Menggunakan sunscreen apabila keluar dari rumah
b. Menghindari matahari dan menggunakan topi atau pakaian
protektif
2. Medikamentosa
a) Topikal :
- Krim Hidroquinon 2-4%

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad comesticam : dubia ad bonam
XI. PEMBAHASAN
Pasien perempuan berumur 43 tahun datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan kulit yang menghitam
pada bekas luka di bagian leher.
1 minggu sebelumnya, pasien pernah datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan tampak luka seperti
melepuh di tangan, di dada, di punggung dan di lehernya, selain itu
tampak adanya bulla, disertai krusta dan mousy odor. Pasien tidak
merasakan gatal, tetapi rasa panas seperti terbakar pada bagian
lukanya. Pasien di diagnosis dengan pemfigus vulgaris, lalu pasien
dirawat di RSUD Undata selama 5 hari, kemudian pasien datang
kembali 3 hari setelah keluar dari rumah sakit untuk kontrol dan
mengeluhkan mengenai warna kehitaman yang muncul di bekas luka
pada bagian lehernya.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah Hasil
pemeriksaan dermatologis didapatkan tampak makula hiperpigmentasi
dengan ukuran numural sampai plakat dengan batas sirkumskipta.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien di
diagnosis dengan hiperpigmentasi post nflamasi pasca Pemfigus
vulgaris. Pada anamnesis didapatkan pasien pernah berkunjung ke
poliklinik dengan keluhan adanya bulla, krusta, dan mousy odor, dan
adanya rasa terbakar.
Manifestasi klinis ditandai oleh erosi lapisan mukosa dan bulla
di kulit dan mukosa dengan dasar dapat berupa kulit normal atau
eritema, dapat mengenai kulit seluruh tubuh. Bulla berdinding tipis dan
mudah pecah. Awalnya dapat berisi cairan jernih, jika bertambah berat
dapat berisi cairan mukopurulen atau darah. Pada sekitar 60% kasus
lesi pertama kali muncul di mulut, sisanya muncul pertama kali di kulit
kepala, wajah, leher, ketiak atau genital. Lesi tidak gatal tetapi nyeri.1
Bulla yang pecah akan membentuk erosi kemudian krusta,
merupakan jalan untuk infeksi sekunder yang dapat meningkatkan
mortalitas. Krusta sulit sembuh; jika sembuh akan membentuk lesi
hiperpigmentasi tanpa scar, karena lapisan dermis tidak terlibat. 1
Hiperpigmentasi post inflamasi ( HPI ) adalah kelainan pigmen
yang terjadi akibat akumulasi pigmen setelah terjadinya proses
peradangan akut atau kronik. Keadaan ini disebabkan oleh
meningkatnya sintesis melanin sebagai respon peradangan dan
inkontinensia pigmen yaitu terperangkapnya pigmen melanin di dalam
makrofag di bagian atas dermis. 2
Setiap proses inflamasi kulit berpotensi untuk menjadi
hiperpigmentasi. Kelainan hiperpigmentasi yang terjadi diakibatkan
oleh suatu inflamasi yang nyata atapun akibat suatu proses inflamasi
subklinis, misalnya pajanan sinar matahari terus menerus. Selain itu,
kerusakan sel epidermis dapat menyebabkan pelepasan hormon
pemicu pigmentasi, contohnya Melanocyte Stimulating Hormone
(MSH). Lesi ini ditandai dengan adanya infiltrat sel radang yang
merusak lapisan basal. Pigmentasi dapat disebabkan oleh
meningkatnya pigmen melanin di epidermis atau dermis.2
Terdapat banyak jenis peradangan pada kulit yang dapat
menyebabkan perubahan pigmen Namun beberapa penyakit
menunjukkan kecenderungan untuk menyebabkan HPI daripada
hipopigmentasi.3
Proses inflamasi awal pada HPI biasanya bermanifestasi
sebagai macula atau bercak yang tersebar merata. Tempat kelebihan
pigmen pada lapisan kulit akan menentukan warnanya.
Hipermelanosis pada epidermis memberikan warna coklat dan dapat
hilang berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tanpa pengobatan.
Sedangkan hipermelanosis pada dermis memberikan warna abu-abu
dan biru permanen atau hilang selama periode waktu yang
berkepanjangan jika dibiarkan tidak diobati.4
Distribusi lesi hipermelanosit tergantung pada lokasi inflamasi.
Warna lesi berkisar antara warna coklat muda sampai hitam dengan
penampakan warna coklat lebih ringan jika pigmen dalam epidermis
dan penampakan warna abu-abu gelap jika pigmen dalam dermis.
Pada hiperpigmentasi dermal membutuhkan waktu 6-12 bulan untuk
memudar, sedangkan hiperpigmentasi epidermal mungkin butuh
waktu bertahun-tahun.4
Diagnosis HPI berdasarkan anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis yang akurat. Anamnesis yang cermat
dapat membantu menegakkan diagnosis. Anamnesis yang dapat
mendukung penegakan diagnosis HPI adalah riwayat penyakit
sebelumnya yang mempengaruhi kulit seperti infeksi, reaksi alergi,
luka mekanis, reaksi obat, trauma (misalnya luka bakar), dan penyakit
inflamasi seperti akne vulgaris, liken planus, dan dermatitis atopi.5
Terapi hiperpigmentasi post inflamasi (HPI) cenderung
menjadi proses yang sulit dan sering memakan waktu 6-12 bulan
untuk mencapai hasil yang diinginkan masing-masing pilihan
pengobatan berpotensi meningkatkan hipermelanosis epidermis.
Tetapi tidak ada yang terbukti efektif untuk hipermelanosis dermal.
Terapi HPI harus dimulai dengan mengatasi peradangan pada kulit
yang mendasarinya. Memulai pengobatan dini untuk HPI dapat
membantu mempercepat resolusi dan mencegah hiperpigmentasi lebih
lanjut.3
a. Hidrokuinon
Komponen fenol hidrokuinon dipakai secara luas untuk
hiperpigmentasi pasca inflamasi, dan kelainan hiperpigmentasi lain-
nya. Hidrokuinon didapatkan secara alamiah pada kopi, teh, bir, dan
anggur. Mekanisme kerja hidrokuinon adalah dengan menghambat
aktivitas tirosinase sehingga mengganggu konversi tirosin menjadi
melanin. Besarnya aktivitas penghambatan tirosinase sampai 90%. Di
samping itu hidrokuinon ini juga menghambat sintesa DNA dan RNA
serta mempercepat degradasi melanosom. Secara umum hidrokuinon
terggolong relatif aman, labil mudah berubah warna terutama apabila
terpapar UV dan merupakan baku emas sebagai bahan pemutih kulit.
Beberapa efek samping yang sering terjadi adalah iritasi kulit dan
dermatitis kontak. Walaupun demikian, kadang dijumpai efek
samping berupa okronosis yang terutama muncul apabila diberikan
dalam konsentrasi tinggi dan jangka waktu lama pada pasien berkulit
gelap. Untuk mengurangi efek yang tidak diinginkan, hidrokuinon
dianjurkan pemakaiannya selama 4 bulan kemudian diganti dengan
bahan pemutih lainnya, begitu seterusnya secara periodik.3
Pemeriksaan lampu Wood dapat digunakan untuk
membedakan HPI pada epidermis dan HPI pada dermis. Lesi pada
epidermis cenderung memberikan batas tegas di bawah pemeriksaan
lampu Wood. Sedangkan lesi pada dermis tidak menonjol pada
pemeriksaan lampu Wood. Jika sebelum inflamasi, dermatosis tidak
jelas atau tidak ada, biopsy kulit dapat dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab lain hiperpigmentasi. Pewarnaan pada spesimen biopsy
dengan menggunakan perak Fontana-Masson memudahkan penentuan
lokasi melanin pada epidermis atau dermis.5
DAFTAR PUSTAKA

1. William, Vincencius. Pemfigus Vulgaris: Diagnosis dan Tatalaksana. 2016;


43(12)
2. Rahmadewi & Wardhani P,. Pilihan terapi hiperpigmentasi Pasca Inflamasi
Pada Kulit Berwarna. 2012; 1(2)
3. Davis C and Callender VD. Postinflammatory Hyperpigmentation. The
Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. 2010;3(7)
4. Desai R. Hyperpigmentation Therapy: A Review. The Journal of Clinical
and Aesthetic Dermatology. 2014;7(8)
5. Melyawati, Nilasari, H., Sitrait, P., Korelasi Klinik Patologis Pada Kelainan
Kulit Hiperpigmentasi. 2014; 41(4)

Anda mungkin juga menyukai