Anda di halaman 1dari 40

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.

02
RUMAH SAKIT TK. IV dr. BRATANATA

PANDUAN
PELAYANAN PASIEN

RUMAH SAKIT TK. IV


Dr. BRATANATA JAMBI
TAHUN 2014

1
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.02
RUMAH SAKIT TK. IV Dr. BRATANATA
Jln. Raden Mattaher No. 33 Telp. 0741 23164 Jambi
e-mail : rs_dr_bratanata@yahoo.co.id

SURAT KEPUTUSAN
NOMOR : Skep/ / XII /2017

TENTANG

Kebijakan Pelayanan Pasien Yang Seragam

Menimbang :
1. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak tergantung atas kemampuan
pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
2. Akses untuk asuhan pengobatan serta yang memadai, yang diberikan oleh praktisi yang
kompeten tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu tertentu.
3. Ketepatan (acuity) mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
4. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan anastesi) sama
diseluruh rumah sakit.
5. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setingkat diseluruh rumah sakit

Mengingat :

1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan


2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
4. Permenkes No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Permenkes No. 1231 tahun 2007 tentang SDM kesehatan

Memperhatikan :

Penyusunan panduan pelayanan pasien di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi harus
seragam dan sesuai dengan undang-undang
2
MEMUTUSKAN

1. Rumah Sakit harus mempunyai panduan pelayanan pasien yang seragam


2. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di J a m b i
Pada tanggal, 04 Desember 2017

Kepala Rumah Sakit TK IV Dr. Bratanata Jambi

dr. Arwansyah Wanri,Sp.THT,-KL


Mayor Ckm NRP 11010008160973

3
Lampiran
Peraturan Kepala Rumah Sakit
Nomor : Skep/ /XII /2017
Tanggal : 04/12/2017

KEBIJAKAN PROSES PELAYANAN YANG SERAGAM


RUMKIT TK IV Dr BRATANATA JAMBI

Kebijakan Umum
1. Proses Pelayanan Medis dan keperawatan di RS. TK. IV. Dr. Bratanata harus
selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien serta seragam tanpa
membeda-bedakan status sosial / finansial pasien.
2. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama
berhak mendapat kualitas asuhan yang sama
3. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, yang diberikan oleh
praktisi yang kompeten tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu
tertentu.
4. Setiap pasien harus dapat ditentukan diagnosisnya secara tepat berdasarkan
standar yang dimiliki RS Dr Bratanata, bila dalam waktu tertentu belum dapat
ditegakkan harus dilakukan assessment yang melibatkan berbagai disiplin
ilmu terkait.
5. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien seperti pelayaan anestesi,
pembedahan, nutrisi, penanganan nyeri, dll harus sama di seluruh rumah
sakit.
6. Pasien dengan kebutuhan asuhan medis dan keperawatan yang sama
menerima asuhan medis dan kepeawatan yang sama di seluruh rumah sakit.
7. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
opersinal yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien
diseluruh rumah sakit.

Kebijakan Khusus
1. Setiap Instalasi RS Dr Bratanata mengaplikasikan kebijakan ini sesuai dengan
situasi dan kondisi serta kemampuannya.Kebijakan keseragaman
diterjemahkan kedalam SPO keseragaman di:
4
a. Pelayanan Pasien Instalasi Gawat Darurat
b. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan
c. Pelayanan Pasien Rawat Inap
2. Kooordinasi pelayanan kesehatan diintegrasikan dalam berbagai kegiatan dan
dibicarakan dalam Laporan terpadu setiap hari sesuai dengan SOP
LaporanTerpadu.
3. Pasien yang bermasalah dalam prosedur pelayanan maupun Setiap pasien
yang pulang rawat inap dibuatkan Ringkasan Perawatan Pasien (Resume).
4. Kegiatan pelayanan medis dilaksanakan dengan membuat sensus harian.

Ditetapkan di J a m b i
Pada tanggal, 04 Desember 2017

Kepala Rumah Sakit TK IV Dr. Bratanata Jambi

dr. Arwansyah Wanri,Sp.THT,-KL


Mayor Ckm NRP 11010008160973

DAFTAR ISI

Halaman
Surat Keputusan..........................................................................................................2
Lampiran .....................................................................................................................4
5
Daftar Isi.......................................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................7
A. Latar Belakang....................................................................................7
B. Tujuan Umum dan Khusus..................................................................7
C. Sasaran...............................................................................................8

BAB II PELAYANAN PASIEN YANG SERAGAM ...............................................9


A. Definisi.................................................................................................9
B. Prosedur Pelayanan Pasien................................................................9

BAB III UNIT YANG TERKAIT DALAM PELAYANAN..........................................12


A. Pelayanan Unit Farmasi......................................................................12
B. Pelayanan Unit Laboratorium ............................................................13
C. Pelayanan Unit Radiologi....................................................................16
D. Pelayanan Unit Gizi.............................................................................17
E. Pelayanan Unit Anastesi Bedah .........................................................18
F. Pelayanan Unit Fisitherapy.................................................................23
G. Pelayanan Unit Haemodialisa.............................................................33
H. Pelayanan Unit Endoscopy.................................................................35

BAB IV PENUTUP.................................................................................................38
Kesimpulan ..............................................................................................38
SPO ..................................................................................................................40

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

6
Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan
pasien sebagai pelanggan dan menjadi fokus pelayanan, yang berarti kepuasan,
keselamatan dan kenyamanan merupakan hal utama bagi pasien. Harapan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mencakup pelayanan yang indikatif dan
bermutu, diberikan oleh dokter dengan sikap dan perilaku yang profesional dan
bertanggung jawab. Pola hubungan dokter-pasien juga mengalami perubahan. Dokter
sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus menghargai hak-hak pasien, transparan,
akuntable, dan memperhatikan aspek-aspek hukum.
Profesi seorang dokter dan paramedis merupakan tugasmulia bagi kehidupan
manusia dalam bidang kesehatan khususnya,
Dengan demikian, seorang dokter dan paramedis harus mempunyai kompetensi
akademik, sehingga setelah selesai pendidikannya akan memiliki kemampuan
melaksanakan praktek sesuai keahliannya, sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional
kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang tersedia
b. Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada
masyarakat dengan tidak membedakan status sosial, suku, agama, ras, etnis,
warna kulit, cacat mental atau fisik, jenis kelamin, dan orientasi seksual.

2. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya karyawan yang produktif, berkomitmen dan mempunyai etos kerja
tinggi
b. Terwujudnya standar pelayanan yang tinggi, dengan menjadikan kedekatan
kepada pasien sebagai prioritas utama

C. SASARAN
Seluruh pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap RS. Dr. Bratanata Jambi

7
8
BAB II
PELAYANAN PASIEN YANG SERAGAM

A. Definisi

Pelayan pasien adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi langsung dari petugas kesehatan pada pasien atau mesin secara fisik, dan
menyediakan kepuasan pasien.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan langsung dari
petugas kesehatan pada pasien atau mesin secara fisik, dan memberikan kepuasan
kepada pasien.
Pelayanan adalah sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan
melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan.

B. Maksud dan Tujuan Asuhan Pasien yang Seragam

Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak
mendapat kualitas asuhan yang sama dirumah sakit. Untuk melaksanakan prinsip-
prinsip kualitas asuhan yang setingkat mengharuskan pimpinan merencanakan dan
mengkoordinasikan pelayanan pasien yang seragam.
Kebijakan dan prosedur tersebut harus sesuai dengan undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
Asuhan pasien yang seragam terefleksi sebagai berikut :
a. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak tergantung atas
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
b. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai yang diberikan oleh praktisi
yang kompeten tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu tertentu.
c. Ketepatan (acuity) mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
d. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan anastesi)
sama diseluruh rumah sakit
e. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setingkat diseluruh rumah sakit
9
C. Penjelasan Asuhan Pasien yang Seragam

Asuhan pasien yang seragam terefleksi sebagai berikut dalam :


a. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak tergantung atas
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
RS. TK. IV. Dr. Bratanata mempunyai kamar perawatan mulai dari paviliun, kelas I,
kelas II, kelas III, ICU, HDU, Intermedite, dan Stroke Center.
Pada setiap bagian perawatan mempunyai prosedur pelayanan yang sama seperti
dalam pemakaian obat, sistim pelaporan pasien (CPPT), pelaksanaan asuhan
keperawatan, pemberian tindakan perawatan, pelaksanaan panduan praktik klinik
(PPK), Clinical Pathway, dsb.
Untuk pelayanan pasien yang menggunakan BPJS disesuaikan dengan peraturan
yang berlaku dari pihak BPJS.

b. Akses unuk asuhan dan pengobatan serta yang memadai yang diberikan oleh
praktisi yang kompeten tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu tertentu.
RS. TK. IV. Dr. Bratanata mempunyai tenaga medis yang terdiri dari dokter
spesialis, dokter sub spesialis, dan dokter umum.
Pelayanan pasien yang diberikan oleh tenaga medis tidak tergantung atas hari-hari
tertentu atau waktu tertentu (hari libur), artinya dokter spesialis/sub spesialis tetap
dapat memberikan pelayanan dan pengobatan pasien.
Untuk tenaga paramedis di RS. TK. IV. Dr. Bratanata mempunyai sistim kerja shift.
Sistim shift terdiri dari 3 – 24 – 7, artinya 3 shift dalam 24 jam selama 7 hari. Dalam
setiap shift diketuai oleh ketua tim.
Tenaga paramedis pada kamar perawatan Paviliun, Kelas I, Kelas II, HDU, Stroke
Center, intermedite terdiri dari 1 orang perawat berkopeten (ketua tim) dan 3 orang
perawat pelaksana.
Sedangkan untuk tenaga paramedis untuk kamar perawatan ICU, dan kelas III,
terdiri dari 2 orang perawat berkompeten (ketua tim dan wakil), dan 4 orang
perawat pelaksana.
Semua tenaga paramedis RS. Dr. Bratanata ada umumnya berijazah DIII
Keperawatan.

10
c. Ketepatan (acuity) mengenali kondisi psien menentukan alokasi sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
RS.TK. IV. Dr. Bratanata mempunyai panduan praktik linik yang seragam kepada
pasien sesuai dengan kebutuhan pasien.
Panduan praktik klinik pada pasien yang dirawat diruang Paviliun, Kelas I, kelas II,
Kelas III, ICU, HDU, Intermedite, Stroke Center seragam sesuai prosedur yang
telah ditetapkan.
Setiap tindakan atau pemeriksaan penunjang yang diberikan kepada pasien harus
sama sesuai dengan kondisi pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Untuk pelayanan yang menggunakan BPJS disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku dari pihak BPJS.

d. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan anastesia)


sama diseluruh Rumah Sakit.

e. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan


keperawatan yang setingkat diseluruh Rumah Sakit.
RS. Dr. Bratanata merupakan rumah sakit yang mengacu kepada undang-undang
1945 dan peraturan menteri kesehatan.
Setiap pasien memiliki kebutuhan asuhan keperawatan yang berbeda sesuai
dengan diagnosa penyakitnya.
RS. Dr. Bratanata memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, yang sudah ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.

11
BAB III
UNIT YANG TERKAIT DALAM PELAYANAN

1. Pelayanan Unit Farmasi


Pada pelayanan unit farmasi RS. Dr. Bratanata Jambi diberikan sesuai dengan
protap dan formularium yang berlaku.

Untuk perawatan pasien umum dapat diberikan obat-obat sesuai dengan


therapy dan instruksi dokter yang merawat, sedangkan pada pasien yang
menggunakan BPJS diberikan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dari BPJS.

Pelayanan kefarmasian sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan


mempunyai peran penting dalam mewujudkan palayanan kefarmasian yang
berkualitas.

Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan dan memberikan sediaan


farmasi dan alat kesehatan serta informasi terkait, agar masyarakat mendapatkan
manfaatnya yang terbaik.

Pelayanan kefarmasian yang menyeluruh meliputi aktivitas promotif, preventif,


kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat. Untuk memperoleh manfaat terapi obat
yang maksimal dan mencegah efek yang tidak diinginkan, maka diperlukan
penjaminan mutu proses penggunaan obat. Hal ini menjadikan apoteker harus ikut
bertanggung jawab bersama-sama dengan profesi kesehatan lainnya dan pasien,
untuk tercapainya tujuan terapi yaitu penggunaan obat yang rasional.
Dalam rangka mencapai tujuan pelayanan kefarmasian tersebut maka diperlukan
pedoman bagi apoteker dan pihak lain yang terkait.

Tujuan
a. Sebagai pedoman bagi tenaga farmasi dalam melaksanakan praktek kefarmasian
b. Melindungi masyarakat/pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional

12
Manfaat
Tujuan akhir dari pelayanan kefarmasian yang bermutu adalah meningkatkan mutu
hidup pasien.

Syarat-syarat pelayanan kefarmasian yang baik adalah:


a. Apoteker mengutamakan aktivitas yang ditujukan bagi
kesejahteraan pasien
b. Inti aktivitaas apoteker adalah penyediaan obat dan produk
kesehatan
c. Sasaran setiap unsur pelayanan tedefenisi dengan jelas,
cocok, terkomunikasi dengan efektif bagi semua pihak yang terlibat

Cara pelayanan kefarmasian yang baik dilaksankan melalui penataan:


a. Sistim manajemen mutu
b. Sumber daya manusia
c. Sarana dan prasarana
d. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
e. Pelayanan farmasi klinik
f. Dokumentasi
g. Standar operasional prosedur

2. Pelayanan Unit Laboratorium


Pelayanan pemeriksaan Laboratorium di RS. Dr. Bratanata Jambi dilakukan
sesuai dengan protap yang berlaku dibagian laboratorium RS. Dr. Bratanata Jambi.
Cara penyelenggaraan laboratorium yang baik adalah pelaksanaan kegiatan
untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium. Setiap laboratorium klinik
harus diselenggarakan secara baik dengan memenuhi kriteria organisasi, ruang dan
fasilitas, peralatan, bahan specimen, metode pemeriksaan mutu, keamanan,
pencatatan dan pelaporan.

Tujuan
Instalasi laboratorium Rumkit Dr Bratanata Jambi bertujuan:

13
1. Memberikan pelayanan laboratorium secara prima
yang bermutu, professional dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
2. Membantu dokter dalam menegakan diagnosa
penyakit pasien rawat jalan dan rawat inap.

Pelayanan laboratorium RS. Dr. Bratanata meliputi:


1. Pemeriksaan Hematologi dan Haemostasis
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
3. Pemeriksaan Serologi dan Imunologi
4. Pemeriksaan Mikrobiologi
5. Pemeriksaan Urine
6. Pemeriksaan Faeces

Instalasi laboratorium Rumkit Dr. Bratanata memberikan pelayanan 24 jam


untuk pasien instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, maupun rujukan dari
praktek dokter luar rumah sakit.

Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia yang bekerja di dalam pelayanan laboratorium
kesehatan cukup beragam, baik profesi maupun tingkat pendidikannya. Jenis
ketenagaan yang diperlukan dalam pelayanan laboratorium kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Staf Medis yang terdiri dari Dokter spesialis Patologi Klinik dan Anatomi
2. Tenaga teknis laboratorium yang terdiri dari analisa kesehatan, perawatan
kesehatan.
3. Tenaga Administrasi
4. Pekarya

Sistem Kerja
Unit laboratorium mempunyai 3 shif, antara lain:
1. Shif pagi : pukul 07.00 Wib s/d 14.00 Wib
2. Shif sore : pukul 14.00 Wib s/d 21.00 Wib
3. Shif malam : pukul 21.00 Wib s/d 07. 00 Wib

Landsan Hukum
14
1. Permenkes RI No 43 tahun 2013tentangcara penyelenggaraan laboratorium
klinik yang baik.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No 432 tahun 2007 tentang pedoman
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 370 tentang standar ahli teknologi
laboratorium.

3. Pelayanan Unit Radiologi


Pelayanan pemeriksaan radiologi di RS. Dr. Bratanata Jambi dilakukan sesuai
dengan protap yang berlaku dibagian Radiologi RS. Dr. Bratanata Jambi
Instalasi radiologi rumah sakit Dr Bratanata menyelenggarakan pelayanan
penunjang diagnostik dengan berbagai modalitas, baik pencitraan diagnostik
dengan sinar X maupun diagnostik imaging dengan gelombang suara frekuensi
tinggi (USG, CT-SCAN , dan MRI) guna membantu menegakkan diagnosa medis.

Tujuan umum :
Instalasi radiologi Rumkit Dr Bratanata jambi bertujuan :
1. Memberikan pelayanan radiologi secara prima yang bermutu, profesional dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
2. Membantu dokter dalam menegakan diagnosis penyakit pada pasien

Pelayanan radiologi RS. Dr Bratanata meliputi:


1. Sistem musculoskeletal
2. Traktus gastrointestinal
3. Straktus urogenital.
4. Straktus respiratori.
5. Sistim saraf dan organ-organ lain

Sitim pemeriksaan radiologi terdiri dari


1. Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana Pemeriksaan
radiodiagnostik sedang
2. Pemeriksaan radidiagnostik canggih dengan menggunakan kontras

15
3. Pemeriksaan radiodiagnostik imaging berupa, USG, CT SCAN, dan
MRI

Instalasi radiologi Rumkit Dr Bratananta memberikan pelayanan 24 jam


untuk pasien instalasi gawat darurat , rawat jalan , maupun rujukan dari praktek
dokter luar rumah sakit.

Sistem Kerja
Unit radiologi mempunyai 3 shif, antara lain :
1. Shif pagi : pukul 07.00 Wib s/d 14.00 Wib
2. Shif sore : pukul 14.00 Wib s/d 21.00 Wib
3. Shif malam : pukul 21.00 Wib s/d 07. 00 Wib

Dokumen pendukung
1. Jadwal piket / jaga radiografer dan staf instalasi radiologi.
2. Daftar hadir atau absen radiografer dan staf instalasi radiologi .

4. Pelayanan Unit Gizi


Pelaksanaan pelayanan Gizi di RS. Dr. Bratanata Jambi memerlukan sebuah
pedoman sebagai acuan untuk pelayanan mutu yang dapat mempercepat proses
penyembuhan.

Tujuan Umum :
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan RS. Dr. Bratanata Jambi.

Tujuan Khusus :
1. Menegakan asuhan Gizi berstandar pada pelayanan gizi rawat inap dan rawat
jalan.
2. Memberikan makanan sesuai dengan standar kebutuhan gizi dan aman
dikonsumsi.
3. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya.

16
Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan gizi RS. Dr. Bratanata Jambi meliputi :
1. Pelayanan gizi rawat jalan
2. Pelayanan gizi rawat inap
3. Penyelenggaraan makanan
4. Penelitian dan pengembangan gizi

Landasan Hukum
SK Menkes No. 983 tahun 1998

5. Pelayanan Unit Anastesi Bedah


a. Tujuan:
Menerangkan pedoman dalam pemberian pelayanan anastesi bedah di RS. TK.
IV Dr. Bratanata Jambi

b. Ruang Lingkup:
Pelayanan medis dan opersional anastesi dan terapi interensif di RS. TK. IV Dr.
Bratanta Jambi

c. Kebijakan:
Mengatur pedoman pelayanan medis dan prosedur operasional berikut
penanggung jawab masing-masing kegiatan pelayanan anastesi.

d. Uraian Umum:
Pedoman pelayanan anastesi dan terapi intensif meliputi:
1) Pedoman Pelayanan Medis
a) Pelayanan dasar Anastesi
 Persiapan prabedah
 Penatalaksanaan selama pembedahan
 Penatalaksanaan pasca bedah

17
 Terapi cairan dan tranfusi darah
 Penatalaksaan Nyeri
 Resusitasi

b) Pelyanan Anastesi pada :


 Obstetrik
 Pediatrik
 Geriatik
 Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT)
 Trauma dan Luka bakar
 Bedah Jantung
 Bedah Toraks dan Vaskuler
 Bedah Ortopedi
 Bedah Onkologi
 Bedah Digestif
 Bedah Syaraf
 Bedah Rawat Jalan
 Tindakan anastesi diluar kamar bedah
 ICU
 Bedah Urologi
 Laparaskopi

c) Pelayanan Anastesi pada pasien dengan penyakit penyerta


 Hipertensi
 Diabetes Melitus
 CKD
 Penyakit Jantung Koroner
 Kelainan jantung bawaan
 PPDK
 Kelainan Endoktrin

2) Prosedur Operasional :

18
 Tatacara konsul pasien swasta dan pasien reguler (kelas 1 s/d
kelas 3)
 Prosedur Pelayanan Anastesi
 Penanggung jawab dari masing-masing kegiatan pelayanan
 Tatalaksana penentuan hari pembedahan
 Tatalaksana pembatalan pembedahan
 Tatalaksana konsultasi dengan bagian lain
 Tatacara serah terima pasien dari setiap peralihan tanggung jawab

Persiapan Pra-bedah Elektif : Kunjungan Preoperatif H-2


1. Tujuan: mempersiapkan pasien pada kondisi Fisiologi dan mental
yang optimal untuk menurunkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas
yang dapat diakibatkan oleh tindakan bedah dan anestesi

2. Ruang lingkup:
 Konsul dilakukan H-2
 Indikasi kunjungan pre-operatif H-2 dan H-1
 Melakukan kunjungan pre-operatif H-2 untuk mengevaluasi kelayakan
operasi pada pasien

3. Kebijakan : Penjadwalan operasi hanya dilakukan pada pasien yang pada


kunjungan pre-operatif H-2 dinilai sudah optimal untuk dilakukan tindakan
anastesi.

4. Indikasi : Semua pasien yang direncanakan untuk dilakukan tindakan


pembedahan dengan anestesi melalui konsul H-2 dan H-1.

5. Prosedur :
a. Semua pasien yang direncanaka untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan anestesi harus melalui konsul H-2
b. Saat menerima konsul H-2, dokter anestesi harus mempelajari rekam
medis pasien terlebih dahulu
c. Kunjungan pre-operatif dimulai dengan memperkenalkan diri
pemeriksa pada pasien
d. Evaluasi rutin pada saat kunjungan pre-operatif adalah sebagai
berikut:
 Idntifikasi penderita
 Konfirmasi tindakan bedah yang akan dilakukan
19
 Anamnesa:
 Masalah medis saat ini
 Penyakit penyerta lainnya
 Riwayat pengobatan : obat-obatan yang diminum saat ini,
intoleransi/alergi obat
 Kebiasaan/minum alkohol, adiksi obat-obatan
 Riwayat operasi dan anestesi sebelumnya
 Riwayat penyakit dalam keluarga
 Tinjauan sistim organ
- Keseluruhan (termaasuk level aktifitas fisik)
- Sistem respirasi
- Kardiovaskuler
- Gastrointestinal
- Renal
- Hematologi
- Endokrin
- Muskuloskeletal
- Psikiatrik
- Dematologi

 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Tanda vital : Tekanan Darah, Laju Nadi, Laju Nafas, SpO2, Suhu
 Jalan nafas (look, listen, feel)
 Kardiovaskuler (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
 Paru-paru (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
 Sistem digestif (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
 Ekstremitas
 Pemeriksaan Neurologis

20
 Pemeriksaan laboratorium / penunjang
Pedoman untuk pemeriksaan rutin penunjang pre-anestesi adalah
sebagai berikut:
ANAK 0-18 TAHUN
Pemeriksaan Rekomendasi Penjelasan
Pemerikasaan darah tepi lengkap
Rutin (Hb, Ht, Leukosit, Hitung
Jenis, Trombosit) dilakukan pada
anak usia <5 tahun, sedangkan
pada anak usia >5 tahun dilakukan
Darah Tepi Ya
atas indikasi, yaitu: pada pasien
dengan peyakit jantung, ginjal,
saluran nafas atau infeksi, serta
tergantung jenis dan derajat
prosedur operasi
Pemeriksaan kimia darah dilakukan
bila terdapat resiko kelainan ginjal,
Kimia Darah Tidak
hati, endokrin, terapi perioperatif dan
pemakaian obat alternatif
Kadar Ureum dan elektrolit tidak
dibutuhkan rutin pada pasien < 50
tahun, akan tetapi harus diambil
pada keadaan berikut:
1. Jika terdapat diare, muntah, atau
Kadar Ureum penyakit metabolic
Tidak
dan Elektrolit 2. Ada penyakit ginjal atau hepar,
diabetes atau status nutrisi
abnormal
3. Pada pasien yang mendapat
terapi diuretic, anti hipertensi,
steroid atau obat hipoglikemik
Tes Fungsi Tidak Hanya digunakan pada:
Hepar 1. Penyakit hepar
2. Status nutrisi abnormal atau

21
penyakit metabolik
3. Riwayat konsumsi alkohol dalam
jumlah banyak ( > 80 gram/hari)
Diperlukan pada pasien dengan
Konsentrasi penyakit diabetes atau penyakit
Tidak
Gula Darah vaskular atau sedang mendapat
terapi kortikosteroid
AGD diperlukan pada semua pasien
Analisa Gas dengan dispneu saat istirahat dan
Tidak
Darah pada pasien dengan rencana
torakotomi elektif
Pemeriksaan hemostasis dilakukan
pada pasien dengan riwayat atau
kondisi klinis, mengarah pada
kelainan koagulasi, akan menjalani
operasi yang dapat menimbulkan
Hemostasis Ya
gangguan koagulasi, ketika
dibutuhkan hemostasis yang
adekuat (seperti tonsilektomi) dan
kemungkinan perdarahan pasca
bedah
Pemeriksaan urin rutin dilakukan
pada operasi yang melibatkan
Urinalisis Tidak manipulasi saluran kemih dan
pasien dengan gejala infeksi saluran
kemih
Foto Toraks Tidak Hanya dilakukan atas indikasi
EKG Tidak Hanya dilakukan atas indikasi
Fungsi Paru Tidak Hanya dilakukan atas indikasi

DEWASA > 18 TAHUN


Pemeriksaan Rekomendasi Pejelasan
Darah Tepi Ya Pemeriksaan darah tepi lengkap
delakukan pada pasien dengan
penyakit hati, pasien dalam
22
kemoterapi, diduga menderita
anemia oleh karena sebab apapun
(perdarahan, defisiensi, dll) dan
kelainan darah lainnya, serta
tergantung jenis dan derajat
prosedur operasi.
Pemeriksaan kimia darah dilakukan
bila terdapat resiko kelainan ginjal,
Kimia Darah Tidak
hati, endokrin, terapi perioperatif an
pemakaina obat alternatif
Kadar ureum dan elektrolit tidak
dibutuhkan rutin pada pasien < 50
tahun, akan tetapi harus diambil
pada keadaan berikut :
1. Jika terdapat diare, muntah, atau
Kadar Ureum penyakit metabolik
Tidak
dan Elektrolit 2. Ada penyakit ginjal atau hepar,
diabetes atau status nutrisi
abnormal
3. Pada pasien yang mendapat
terapi diuretic, antihipertensi,
steroid atau obat hipoglikemik
Hanya diperlakukan pada:
1. Penyakit hepar
2. Status nutrisi abnormal atau
Tes fungsi penyakit metabolik
Tidak
hepar 3. Riwayat konsumsi alkohol dalam
jumlah banyak ( > 80 gram/hari )
4. Tumor dengan kemungkinan
metastase ke hepar
Diperlakukan pada pasien dengan
Kkonsentrasi penyakit diabetes atau penyakit
Tidak
Gula Darah vaskular atau sedang mendapat
terapi kortikosteroid
Analisa Gas Tidak AGD diperlukan pada semua pasien
Darah dengan dispneu saat istirahat dan

23
pada pasien dengan rencana
torakotomi elektif
Pemeriksaan hemostasis dilakukan
pada pasien dengan riwayat
kelainan koagulasi, atau riwayat
terbaru yang mengarah pada
Hemostasis Ya
kelainan koagulasi, atau sedang
memakai obat antikoagulan
paskabedah, pasien yang memiliki
kelainan hati dan ginjal
Pemeriksaan urin rutin dilakukan
pada operasi yang melibatkan
Urinalisis Tidak
saluran kemih dan pasien dengan
gejala infeksi saluran kemih
Pemeriksaan foto toraks hanya
dilakukan pada usia > 60 tahun,
Foto toraks Tidak pasien dengan kondisi penyakit
jantung dan atau paru, indikasi
saluran nafas
Pemeriksaan EKG dilakukan pada
pasien dengan Dibetes Melitus,
EKG Tidak
Hipertensi, riwayat nyeri dada, gagal
jantung, riwayat merokok
Dilakukan pada pasien dengan
penyakit jantung dengan kelainan
Echocardografi Tidak
EKG yang bermakna

Pasien dengan penyakit paru


Fungsi Paru Tidak sedang sampai berat, seperti
PPOK, dll

 Mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi dari bagian lain yang


diperlukan untuk melakukan tindakan anestesi
 Klasifikasi ASA
 Apabila dari hasil pemeriksaan H-2 didapatkan keadaan pasien yang
belum optimal atau pemeriksaan laboratorium/penunjang yang belum
lengkap yang akan mempengaruhi tindakan anestesi yang akan
24
dilakukan maka pemeriksaan harus terlebih dahulu diperlukan dilakukan
konsultasi ke bagian lain untuk mengoptimalkan keadaan pasien
 Untuk kasus-kasus tertentu bagian anestesi dapat meminta untuk
dilakukan joint conference terlebih dahulu
 Pasien yang memerlukan optimalisasi atau pemeriksaan lainnya
disarankan untuk konsul ulang H-2
 Penanggung jawab konsul H-2 harus selalu mengikuti perkembangan
pasien selama periode optimalisasi dan harus menyerahterimakan
pasiennya bila ia tidak lagi bertugas H-2 di bagian tersebut.
 Pasien yang dinilai sudah optimal disetujui untuk dijadwalkan untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan ulang H-1
 Semua hasil pemeriksaan pre-operatif harus dibuat kedalam status
anestesi pre-operatif

e. Unit terkait :
Dokter spesialis Anestesi, residen anestesi, dan bagian lain yang terkait
dilingkungan RS. TK. IV. Dr. Bratanata

f. Dokumen Terkait :
Status Pasien, status anestesi pre-operatif, surat izin operasi, surat izin
anestesi.

Persiapan Pra-Bedah Elektif : Kunjungan Pre-Operatif


H-1
1. Tujuan :
Mempersiapkan pasien pada kondisi fisiologi dan mental yang optimal untuk
menurunkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas yang dapat
diakibatkan oleh tindakan bedah dan anestesi.

2. Ruang Lingkup :
Melakukan kunjungan Pre-operatif H-1 untuk mengevaluasi ulang kelayakan
operasi pada pasien.
25
3. Kebijakan :
Persetujuan operasi hanya dilakukan pada pasien yang pada kunjungan
pre-operatif H-1 dinilai sudah untuk dilakukan tindakan anestesi.

4. Prosedur
a. Semua pasien yang telah dijadwalkan untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan anestesi harus melalui konsul H-1
b. Saat menerima konsul H-1, dokter anestesi harus mempelajari rekam
medis pasien terlebih dahulu dan melihat hasil konsul H-2 yang telah
dilakukan.
c. Evaluasi rutin pada saat kunjungan pre-operatif adalah sebagai berikut :
 Identifikasi penderita
 Konfirmasi tindakan yang akan dilakukan
 Anamnesa :
- Masalah medis saat ini
- Penyakit penyerta lainnya
- Riwayat pengobatan : obat-obatan yang diminum saat
intoleransi/alergi obat
- Kebiasaan/habituasi, seperti : merokok/minum alkohol
- Riwayat operasi dan anestesi sebelumnya
- Riwayat penyakit dalam keluarga
- Tinjauan sistem organ

Prosedur Tata Laksana dan Alur Konsul Pre-Operatif Pasien


Emergency
1. Tujuan :
Menerangkan langkah-langkah tatalaksana dan alur konsultasi pada pasien
calon operasi emergensi di bagian anestesiologi dan terapi intensif RS. TK.
IV. Dr. Bratanata Jambi agar dapat dilakukan tindakan pembedahan tepat
waktu.

2. Ruang Lingkup :
Pelayanan anestesi/persiapan pre-operasi untuk pasien emergensi
26
3. Uraian umum :
pelayanan medis terhadap pasien calon operasi yang meliputi diagnostik
dan indikasi, penjelasan operasi dan informed consent, penilaian kelayakan
operasi dan anestesi, konsultasi antara bagian.

4. Prosedur
Penerimaan Konsul
a. Permintaan konsul pre-operatif harus dilakukan secara tertulis dengan
menyertakan dokumen pasien secara lengkap

Alur Konsultasi
a. Penerima konsul melaporkan permintaan konsul kepada leader jaga
b. Leader jaga menunjuk salah satu anggota tim jaga untuk melakukan
visite pre-operatif
c. Residen melakukan visite pre-operatif dengan melakukan pemeriksaan
secara menyeluruh dan lengkap
d. Hasil pemeriksaan harus dilaporkan kepada leader jaga, apabila dari
laporan didapatkan suatu masalah yang berat sehingga berpotensi
menimbulkan morbiditas dan mortalitas, maka leader jaga harus
melakukan konsultasi pasien ulang ntuk konfirmasi
e. Apabila leader jaga tidak dapat menangani permasalahan pada pasien,
maka leader jaga harus melakukan konsultasi kepada CR jaga
f. CR jaga harus melakukan pemeriksaan ulang apabila dari laporan
didapatkan keraguan tentang kondisi pasien. Konsultasi ke bagian lain
dapat dilakukan apabila masalah yang dikonsultasikan dapat
mempengaruhi pertimbangan rencana anestesi yang akan dilakukan.
g. Leader CR jaga dapat melakukan konsultasi atas tindakan anestesi yang
akan dilakukan
h. Leader CR jaga dapat meminta pemeriksaan laboratorium atau
penunjang lainnya sesuai indikasi apabila pemriksaan yang akan
dilakukan dapat mempengaruhi pertimbangan dan tindakan anetesi yang
dilakukan.
i. Permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh CR jaga
dikonsultasikan kepada konsulen jaga dengan melaporkan secara
27
singkat, lengkap dan jelas tentang kondisi pasien dan rencan yang akan
dilakukan. Konsultasi kepada konsulen jaga harus dilakukan oleh CR
jaga.
j. Untuk kasus-kasus yang berisiko untuk menimbulkan morbiditas dan
atau mortalitas ( gagal organ > 1, gangguan keseimbangan asam basa,
gangguan elektrolit ) harus dikonsultasikan kepada konsulen konsultan
yang berkaitan dengan sepengetahuan konsulen jaga.

Optimalisasi :
a. Untuk kasus-kasus yang tidak memenuhi kriteria true emergency (kasus
yang apabila di tunda untuk dilakukan tindakan akan menyebabkan
terjadinya mortalitas/morbiditas, seperti : syok karena perdarahan yang
tidak tertangani, gawat jalan, penurunan kesadaran akibat
EDHSDH/ICH) harus dilakukan optimalisasi terlebih dahulu terhadap
masalah yang masih mungkin diperbaiki dalam waktu cepat dan
mempengaruhi merbiditas dan mortalitas pasien.
b. Saran untuk perbaikan keadaan harus ditulis secara rinci dan jelas
dengan target yang diharapkan
c. Perbaikan keadaan harus dilakukan sendiri oleh residen anestesi
d. Leader jaga resusitasi harus menjalankan instruksi leader jaga dengan
pengawasan dan bimbingan senior jaganya diruang resusitasi
e. Leader jaga harus terus memantau kondisi pasien yang sedang
dilakukan perbaikan dan segera mengerjakan pasien tersebut.

5. Unit Terkait
Konsulen jaga anestesi, residen jaga OK emergensi, residen jaga ruang
resusitasi, konsulen/residen jaga bedah, obgin, THT dan unit-unit terkait
lainnya.

6. Dokumen Terkait :
Status pasien, lembar konsul, buku pencatatan konsul.

6. Pelayanan Unit fisiotherapi


Definisi

28
Fisiotherapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis
dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi.
Unit Fisiotherapi adalah salah satu unit yang didirikan oleh Rumah Sakit Dr.
Bratanata. Fisiotherapi merupakan salah satu profesi kesehatan yang dituntut untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional, efektif dan efisien. Hal ini
disebabkan oleh karena pasien/klien fisiotherapi secara penuh mempercayakan
problematik atau permasalahan gangguan gerak dan fungsi yang dialaminya untuk
mendapatkan pelayanan fisiotherapi yang bermutu dan bertanggung jawab.
Fisiotherapi sebagai profesi mempunyai wewenang dan bertanggung jawab untuk
menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan lingkup kegiatan profesi fisiotherapi.

Tujuan
Tujuan dari unit Pelayanan Fisioterapi
1. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu dan masyarakat
dengan menekankan pentingnya melakukan aktivitas fisik dan olahraga.
2. Mencegah kelemahan, keterbatasan aktivitas, keterbatasan partisipasi dan
disabilitas pada individu yang berisiko mengalami perubahan pola gerak.
3. Memberikan intervensi/penanganan untuk mengembalikan intergritas sistem
tubuh yang penting untuk bergerak, memaksimalkan fungsi dan memulihkan
kesehatan, meminimalkan ketidakmampuan dan meningkatkan kualitas
hidup, kehidupan yang mandiri dan kemampuan kerja pada individu dan
kelompok yang mengalami perubahab pola gerak akibat kelemahan,
keterbatasan aktivitas, keterbatasan partisipasi dan disablitas.
4. Menyesuaikan akses lingkungan, rumah dan lingkungan kerja serta
meminimalisir hambatan untuk menjamin partisipasi penuh seseorang
dalam menjalankan peran sosialnya sebagaimana biasa sesuai yang
diharapkan.

Tata Laksana
Dalam hal tata laksana ini unit pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit Dr.
Bratanata menggunakan alat dalam menangani beberapa kasus penyakit.
29
Alat – alat yang digunakan antara lain yaitu:

1. SWD (Shortwave Diarthermy)


SWD adalah terapi panas penetrasi dalam dengan menggunakan
gelombang elektromagnetik frekuensi 27,12MHz, panjang gelombang 11m.
Tujuan pemberian SWD untuk mempelancar peredaran darah, mengurangi
rasa sakit, mengurangi spasme otot, membantu meninggkatan kelenturan
jaringan lunak, mempercepat penyembuhan radang.

Indikasi SWD
a. Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pada
musculoskeletal)
b. Adanya keluhan nyeri pada sistem musculoskeletal (kondisi ketegangan,
pemendekan, perlenketan otot jaringan lunak)
c. Persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem peredaran
darah)

Kontra Indikasi SWD


a. Keganasan
b. Kehamilan
c. Kecenderungan terjadinya pendarahan
d. Gangguan sensabilitas
e. Adanya logam didalam tubuh
f. Lokasi yang terserang pembuluh darah arteri

Teknik aplikasi SWD yaitu Pre pemanasan alat 5 – 10 menit, jarak antara
elektroda dengan pasien 5 – 10 cm/sejengkal, durasi 15 – 30 menit,
intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan pasien senyaman
mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensabilitas, pasang
elektroda, pasien tidak boleh bergerak, intensitas dipertahankan sesuai
toleransi pasien.

2. US (Ultrasound)

30
Ultrasound adalah terapi dengan menggunakan suara tinggi dengan
frekuensi 1 atau 3 MHz (>20.000Hz). Tujuan pemberian US untuk
mengurangi ketegangan otot, mengurangi rasa nyeri.

Indikasi
a. Kondisi peradangan dan traumatik sub akut dan kronik
b. Adanya jaringan parut (scar tissue) pada kulit
c. Kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot,
tendon, ligament)
d. Kondisi inflamasi kronis

Kontra Indikasi
a. Jaringan yang lembut(mata, ovarium,testis,otak)
b. Jaringan yang baru sembuh
c. Jaringan/granulasi baru
d. Kehamilan
e. Pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat
f. Tanda – tanda keganasan
g. Infeksi bakteri spesifik

3. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)


TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna
merangsang sistem saraf melalui sistem saraf melalui permukaan kulit dan
terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri, tujuan pemberian
TENS yaitu untuk memelihara fisiologi otot dan mencegah atrofi otot, re-
edukasi funsi otot, modulasi nyeri tingkat ensorik, spial dan supraspinal,
menambahan Range Of Motion (ROM)/mengulur tendon memperlancar
peredaran darah dan memperlancar resorbsi oedema

Indikasi
a. Kondisi LMNL (Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih disertai
nyeri
b. Kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum
membaik

31
c. Kondisi LMNL kronik yang sudah terjadi partial/total dan enervated
muscle
d. Kondisi pasca operasi tendon transverse
e. Kondisi keluhan nyeri pada otot
f. Kondisi peradangan sendi(osteoarthrosis, rheimathoid, arthritis, dan
tennis elbow)
g. Kondisi pembengkaan setempat yang belum 10 hari

Kontra Indikasi
a. Sehabis operasi endon transverse sebelum 3 minggu
b. Ruptur tendon/otot sebelum terjadinya penyambungan
c. Kondisi peradangan akut/penderita dalam keadaan panas

4. IRR ( Infrared)
IRR adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombangn 7.700 – 4 juta A.

Indikasi
a. Kondisi peradangan setelah sub – acute: kontusio, muscle strain, muscle
sprain, trauma sinovitis.
b. Arthritis : rheumathoid
c. Gangguan sirkulasi darah
d. Penyakit kulit
e. Persiapan exercise dan massage

Kontra Indikasi
a. Daerah dengan insufisiensi pada darah
b. Gangguan sensabilita kulit
c. Adanya kecendrungan terjadinya perdarahan.

Unit Terkait
32
Seluruh unit yang ada di RS Dr. Bratanata

7. Pelayanan Unit Hemodialisa

Unit Hemodialisa adalah tempat pelayanan hemodialisa yang terdiri dari


minimal 4 mesin dialysis, didukung dengan unit pemurnian air (water treatment) dan
peralatan pendukung serta mempunyai tenaga medis minimal terdiri dari 2 perawat
yang mahir HD, 1 dokter bersertifikat HD dan di supervisi oleh satu orang dokter
penyakit dalam

Tujuan
Tujuan umum yaitu:
Meningkatkan kualitas pelayanan pasien gagal ginjal melalui pedoman
pelayanan hemodialisa yang berorientasi ada keselamatan dan keamanan pasien.

Tujuan khusus terdiri dari:


1. Memberi acuan regulasi pelayanan hemodialisis.
2. Memberi acuan manajemen pelayanan hemodialisis.
3. Memberi acuan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing-masing
tenaga yang terlibat dalam pelayanan hemodialisis.
4. Memberi acuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan
hemodialisis.

Ketenagaan
Ketenagaan pelayanan hemodialsisa terdiri dari :
1. Tenaga medis yaitu: Supervisor, Dokter Sp. PD yang bersertifikat HD, Dokter
umum yang bersertifikat HD.
2. Perawat terdiri dari: perawat mahir dan perawat biasa
3. Teknisi
4. Tenaga Administrasi

Konsep pelayanan hemodialisi:


1. Dilakukan secara komprehensif.

33
2. Pelayanan dilakukan sesuai standar
3. Peralatan yang tersedia harus memenuhi ketentuan
4. Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik
5. Harus ada system monitor dan evaluasi

Prosedur pelayanan hemodialisis


1. Tindakan inisiasi hemodialisis atau HD pertama dialkukan setelah melalui
pemeriksaan/konsultasi dengan Konsultan atau Dokter Sp. PD yangtelah
bersertifikat HD
2. Setiap tindakan hemodialisis terdiri dari:
a. Persiapan pelaksanaan hemodialisis : 30 menit
b. Pelaksanaan hemodialisis : 5 jam.
c. Evaluasi pasca hemodialisi : 30 menit
Sehingga untuk setiap pelaksanaan hemodialisis diprlukan waktu minimal 6
jam
d. Harus memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan memperhatikan
hak pasien termasukmembuat informed consent.
Alur pasien dalam Pelayanan Hemodialisi
Pasien hemodialisis RS dapat berasal dari:
1. Instala si Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Rujukan dari Rumah Sakit/Institusi kesehatan lainnya.

Landasan Hukum:
1. UU No. 23 tahun1992 tentang kesehatan
2. UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
3. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran

8. Pelayanan Unit Endoscopy


Latar belakang
Keperawatan endoscopy merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan, dimana perawat berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam memenuhi kebutuhan dan membantu induvidu dan keluarga
34
beradaptasi terhadap masalah yang mungkin timbul selama periode pre, intra dan
pasca endoscopy yang dijalani.
Masalah kesehatan dewasa ini semakin kompleks menuntut penyelesaian
yang komperensif dan membutuhkan penatalaksaan perawat yang kompeten
dibidangnya.
Mengingat kompleksnya permasalahan ini, maka perlu sumber daya manusia
yang profesional dan mempunyai pendidikan yang memadai sehingga mampu
berespon dengan tepat terhadap permasalahan kesehatan yang ada.
Perawat spesialis endoscopy harus mempunyai kompetensi-kompetensi khusus
agar mampu melaksanakannya secara optimal sesuai dengan standar kompetensi
yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat spesialis endoscopy merupakan
suatu dasar untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan dapat
dipertanggung jawabkan di masyarakat dan sebagai acuan dalam melakukan
praktek pelayanan keperawatan.

Definisi
Unit Endoscopy adalah ruang pelayanan khusus di Rumah Sakit tempat
melakukan tindakan/pemeriksaan ke dalam tubuh dengan menggunakan
endoscope.

Landasan Hukum
Undang-undang No. 1 Tahun 1970

Kriteria Unit Endosopy yang sesuai dengan ketetapan :


a. Kebersihan ruangan endoscopy
b. Kerapian ruangan endoscopy harus dijaga
c. Pemeliharaan alat yang baik
d. Penerangan ruangan yang cukup
e. Suhu ruangan yang stabil dan cukup

Persiapan pelaksanan tindakan endoskopi :


1. Pasien

35
 Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan oleh dokter dengan jelas dan rinci
 Menerangkan persiapan yang harus pasien jalankan sebelum tindakan
dilakukan
 Memberikan rasa nyaman dan aman kepada pasien
 Menyapa pasien dengan memanggil nama pasien
 Petugas memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama
 Pastikan pasien tidak memakai aksesoris/gigi palsu, lensa kontak
 Tidak mengenakan bahan yang mengandung logam khusus saat
tindakan operatif

2. Administrsi
 Surat izin tindakan yang sudah ditanda tangani oleh pasien dan keluarga
 Membuat ceklis persiapan pasien kemudian menandatanganinya
 Membacakan “time out” sebelum tindakan dilaksanakan, didepan pasien
dan dokter lalu menandatanganinya

3. Petugas
 Memakai pakaian khusus untuk tindakan
 Memakai alat pelindung diri
- Menutup kepala dengan topi saat tindakan
- Memakai masker saat tindakan
- Memakai sarung tangan
- Kuku petugas tidak boleh panjang

4. Alat-alat
 Persiapkan alat-alat yang akan dipakai, pastikan alat tidak bermasalah
(Leakage Tester)
 Taruh alat-alat yang rapi, jangan terkesan menakutkan
 Susun aksesoris yang akan digunakan, tata rapi diatas meja khusus
tindakan, dan mudah dijangkau saat diperlukan/akan digunakan
 Sebaiknya TV monitor ada dua agar memudahkan perawat dan dokter
bekerja

36
Faktor yang harus diperhatikan saat pelaksaan Endosccopy :
1. Mengatur posisi pasien sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan
2. Memasang oxymetry untuk melihat kadar oxigen dalam darah
3. Memasang O2 sebelum tindakan dimulai
4. Memasang pengaman pada sisi tempat tidur
5. Pastikan pasien aman saat tindakan berlangsung

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja endoscopy


1. Faktor fisika
2. Faktor kimia
3. Faktor Biologi
4. Faktor Fisiologi
5. Faktor Psikologis

37
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi pelajaran bagi semua pihak
untuk diperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya peranan dokter ataupun paramedis
dalam perwujudan hidup sehat melainkan partisipasi semua masyarakat. Harus ada
perubahan dalam upaya untuk hidup sehat. Dokter dan semua elemen dalam dunia
kesehatan harus lebih perduli terhadap masyarakat.
Aspek-apsek sosial haruslah dijunjung tinggi bukan hanya aspek financial yang
mendapatkan porsi perhatian secara lebih. Begitu juga dengan masyarakat harus
bersinergi dengan pelayanan kesehatan tersebut dengan menghargai dan melakukan
respon yang positif terhadap posisi mereka sebagai pelayan mesyarakat. Memang
solusi initerkesan teroris, akan tetapi perlu disadari bahwa perubahan itu tidak bias
dilakukan secara tiba-tiba. Perubahan membutuhkan proses yang panjang dan
melelahkan.
Dengan demikian, generalisasi akan kemampuan dokter dan rumah sakit kurang
memadai dapat dihilangkan. Ketika kepercayaan masyarakat akan kapasitas dokter
yang ada di Indonesia dapat dijawab dengan baik oleh dokter itu sendiri maka akan
terjalin kerjasama yang sangat baik antara kedua belah pihak.

B. SARAN
Untuk memberikan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada kebutuhan dan
citra RS. Dr. Bratanata Jambi yang baik di masyarakat maka pihak rumah sakit perlu
melakukan upaya perbaikan yang berkesinambungan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan palayanan kepada pasien dengan sikap yang ramah dan juga bisa
mengerti dan memahami keadaan pasien.
2. Meningkatkan kedisiplinan dan komitmen dalam bekerja pada seluruh petugas RS.
Dr. Bratanata Jambi agar bisa memberikan pelayanan yang cepat, tepat, akurat,
dan dapat melaksanakan tugas, fungsi serta peranannya dengan baik sesuai
dengan visi dan misi.

38
3. Untuk meningkatkan kualitas teknis, perlu dilaksanakan program pendidikan dan
pelatihan yang sesuai dengan standar pelayanan prima sehingga mampu
memberikan pelayanan yang dapat memnuhi kebutuhan dan kepuasan bagi
pasien.
4. Pihak RS. Dr. Bratanata Jambi diharapkan terus meningkatkan sarana, prasarana
dan kesehatan lingkungan Rumah Sakit serta memlihara dan memperbaiki fasilitas
yang telah ada, seperti pengadaan alat-alat medis dan penunjang medis, perbaikan
fasilitas di ruang rawat inap dan kebersihan lingkunga Rumah Sakit .

39
PELAYANAN PASIEN YANG SERAGAM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


Rumah Sakit TK. IV
/ XII / 2017 02 1 dari 1
dr. Bratanata

Ditetapkan,
Kepala Rumah Sakit TK. IV dr. Bratanata
SPO Jambi
Tanggal Terbit
( STANDAR
07/12/2017
PROSEDUR
OPERASIONAL )
dr. Arwansyah Wanri,Sp.THT,-KL
Mayor Ckm NRP 11010008160973
Pelayanan pasien adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang
PENGERTIAN terjadi dalam interaksi langsung dari pertugas kesehatan pada pasien
atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pasien.
Memberikan pelayanan kesehatan secara seragam sesuai dengan
TUJUAN
ketentuan dan Undang-undang yang berlaku.
Pentingnya RS. Dr. Bratanata mempunyai panduan pelayanan pasien
KEBIJAKAN
yang seragam.
1. Setiap pasien berhak mendapatkan pelayanan yang sama di RS.
Dr. Bratanata,
2. Tidak adanya perbedaan dalam bidang pelayanan kesehatan
antara Kelas I,II dan Kelas III
PROSEDUR
3. Pelayanan pasien dilaksanakan oleh petugas kesehatan sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
4. Pelayanan kesehatan pada pasien mengacu pada peraturan dan
undang-undang yang berlaku
Seluruh bagian pelayanan pasien RS. Dr. Bratanata baik rawat jalan
UNIT TERKAIT
maupun rawat inap

40

Anda mungkin juga menyukai