Anda di halaman 1dari 67

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Untuk menjadi seorang Sarjana Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan harus mampu
menguasai dua aspek penting yaitu aspek teoritis dan aspek praktis dalam pelaksanaannya di
lapangan. Pada hakikatnya, saat seorang Sarjana Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan terjun
dalam dunia kerja, kedua aspek teoritis dan praktis tersebut sama-sama dibutuhkan sebagai bekal
pembelajaran. Oleh sebab itu, Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia memberikan
mahasiswanya bekal pembelajaran baik secara teoritis maupun praktikal melalui metode
pembelajaran yang dipelajari seperti praktikum untuk beberapa mata kuliah dan yang lebih nyata
yaitu melalui kerja praktik.

Kerja Praktik adalah mata kuliah spesial yang berfungsi untuk membekali mahasiswa
Teknik Sipil dalam mengembangkan kemampuan praktikal berdasarkan materi teori yang sudah
didapat pada bangku kuliah. Lokasi kerja praktik yang penulis pilih adalah di daerah Cimanggis
yaitu proyek Pembangunan Apartemen Podomoro Golf View. PT Wijaya Karya Bangunan
Gedung (Persero) Tbk. adalah kontraktor utama dalam proyek besar ini. Aspek teoritis dan praktis
harus berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan mempertimbangkan
keseimbangan manusia dan alam sekitar.

Dalam pelaksanaan kerja praktik, penulis ditempatkan di pembangunan Tower Dahoma


dimana tower ini adalah satu dari 3 tower pada pembangunan tahap 1 proyek kawasan Real Estate
yang dikelola oleh Agung Podomoro Land. Kerja Praktik ini dilaksanakan selama 2 bulan (40
Hari), terhitung dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 12 Agustus 2017.

Tujuan Kerja Praktik


Tujuan khusus dalam pelaksanaan kerja praktik ini adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi mata kulah wajib S1 Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.

Tujuan umum dalam pelaksanaan kerja praktik ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan ilmu praktikal serta gambaran dari pelaksanaan suatu proyek pembangunan
gedung yang berkaitan dengan bidang ilmu Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan.
2. Memahami aspek teknis, manajemen, K3 dan kondisi lingkungan pada suatu proyek
pembangunan gedung.
3. Menerapkan teori-teori yang sudah dipelajari dari kuliah pada keadaan yang dihadapi di
lapangan.
4. Mampu mengidentifikasi masalah yang ada dalam proyek serta dapat melakukan analisa
terhadap masalah tersebut hingga mendapatkan sebuah solusi pemikiran yang konkrit.
5. Sebagai bekal bagi mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup Laporan Kerja Praktik ini didasarkan pada hasil tinjauan dan pengamatan
lapangan selama melakukan kerja praktik yang dimulai pada tanggal 5 Juni 2017 sampai dengan
12 Agustus 2017. Penulis melakukan kerja praktik pada proyek pembangunan Apartemen
Podomoro Golf View, yang berlokasi di Jalan Bojong Nangka, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Developer Agung Podomoro Land mempercayakan proyek pembangunan Real Estate ini pada PT
Wijaya Karya Bangunan Gedung (Persero), Tbk. dengan jangka waktu pengerjaan 28 Bulan
kalender.
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis dalam pekerjaan proyek tersebut hanya
terbatas pada waktu penulis memulai kerja praktik hingga penulis menyelesaikan kerja praktik.
Proses pekerjaan yang dapat diamati oleh penulis selama melakukan kerja praktek adalah :
1. Gambaran Umum Proyek
2. Pekerjaan Teknis
a. Pekerjaan Persiapan dan Pengukuran
b. Pengadaan Material, Peralatan Konstruksi dan Penyimpanan Material
c. Pekerjaan Penyelidikan Tanah
d. Pekerjaan Galian dan Timbunan
e. Pekerjaan Pondasi
f. Pekerjaan Pengukuran Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
g. Pekerjaan Pembesian Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
h. Pekerjaan Bekisting Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
i. Pekerjaan Pengecoran Kolom, Kepala Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
j. Pekerjaan Perawatan Kolom, Kepala Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
k. Sistem Menejemen Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.
l. Tinjauan Aspek Teknik Lingkungan di Lokasi Proyek

3. Manajemen Proyek
a. Struktur dan Fungsi Organisasi Proyek
b. Manajemen Waktu Proyek
c. Manajemen Biaya Proyek
d. Manajemen Sumber Daya Manusia Proyek
e. Manajemen Pengadaan
f. Manajemen Komunikasi Proyek
g. Manajemen Risiko

Metodologi Penelitian
Metode pengamatan yang kami lakukan pada saat pelaksanaan Kerja Praktik ini
diantaranya adalah:
1. Pengamatan langsung di lapangan (Observasi). Kegiatan pengamatan di lapangan
dilakukan dengan mengamati langsung kegiatan pekerjaan yang terjadi di proyek
selama kerja praktik, seperti metode konstruksi, siklus pekerjaan konstruksi,
pengadaan material dan peralatan yang digunakan, serta kendala dan permasalahan
yang terjadi di lapangan.
2. Wawancara langsung dengan tim pelaksana proyek. Penulis juga melakukan diskusi
dengan dosen pembimbing lapangan dan tim proyek baik kepala divisi, staff, pelaksana
proyek dan konsultan mengenai masalah atau kegiatan pekerjaan yang terjadi di dalam
proyek. Kegiatan tanya jawab ini dilakukan untuk memperoleh penjelasan mengenai
pekerjaan di lapangan untuk dibandingkan dengan teori yang diperoleh di bangku
kuliah.
3. Analisis gambar perencanaan (Shop Drawing) dan hasil pelaksanaan proyek. Penulis
mencoba untuk menerjemahkan gambar site plan, gambar kerja, spesifikasi pekerjaan
dan laporan hasil kerja.
4. Analisis laporan pelaksanaan proyek. Penulis pun menganalisa data-data dokumen
hasil laporan pekerjaan konstruksi, baik berupa laporan mingguan atau bulanan
maupun laporan hasil monitoring.
5. Melakukan studi literatur. Selain melakukan hal-hal diatas, penulis juga perlu
melakukan studi literatur agar mendapatkan hasil pengamatan yang maksimal.
penulis mempelajari referensi artikel maupun jurnal yang berhubungan dengan
pekerjaan yang ada di proyek pembangunan gedung yang sekaligus sebagai
pembanding dengan data-data yang diperoleh.

Sistematika Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan laporan berdasarkan urutan pekerjaan yang
dilakukan di lapangan.

BAB 1. PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang penulisan laporan kerja praktik; Tujuan penulisan
laporan keerja praktik; ruang lingkup yang dibahas dalam laporan; metodologi yang digunakan
untuk memperoleh data – data yang tertuang dalam penulisan laporan; dan sistematika penulisan
laporan.

BAB 2. GAMBARAN UMUM PROYEK

Pada bab ini diberikan gambaran umum mengenai pelaksanaan proyek yang meliputi latar
belakang pembangunan Apartemen Podomoro Golf View; maksud dan tujuan dibangunnya
Apartemen Podomoro Golf View; struktur organisasi proyek; data non teknis proyek ; dan data
teknis proyek.

BAB 3. METODE UMUM PENGATURAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI


Pada bab ini dijelaskan mengenai deskripsi umum pelaksanaan pekerjaan konstruksi; pengantar
metode pekerjaan konstruksi; metode pengaturan organisasi proyek; penggunaan material utama;
durasi waktu pelaksanaan proyek; dan rencana penggunaan alat konstruksi

BAB 4. PEKERJAAN PENDAHULUAN


Pada bab ini dijelaskan mengenai pekerjaan survei lokasi dan pembersihan lahan proyek;
penyelidikan tanah; dan fasilitas proyek.

BAB 5. HASIL PENGAMATAN METODE PEKERJAAN DI LAPANGAN


Pada bab ini dijelaskan mengenai metode pekerjaan galian dan timbunan; pekerjaan pondasi tiang
pancang dan pile cap; pengujian tiang pancang; pembobokan tiang pancang; bekisting pile cap;
pembesian dan pengecoran pile cap; pengukuran kolom, shearwall, balok dan pelat; pembesian
kolom, shearwall, balok dan pelat; bekisting kolom, shearwall, balok dan pelat; pengecoran
kolom, shearwall, balok dan pelat; perawatan kolom, shearwall, balok dan pelat.

BAB 6. MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI


Pada bab ini dijelaskan mengenai berbagai material dan peralatan konstruksi yang digunakan pada
proyek konstruksi; dan pengujian material konstruksi.

BAB 7. MANAJEMEN PROYEK


Pada bab ini dijelaskan mengenai total project proses; inisiasi proyek; manajemen sumber daya
manusia; manajemen waktu proyek; manajemen biaya proyek; manajemen pengadaan proyek;
manajemen komunikasi proyek; manajemen resiko.

BAB 8. MANAJEMEN MUTU, KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN


LINGKUNGAN (SMK3L)
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang pelaksanaan K3L; sasaran dan tujuan K3L;
pedoman SMK3L; pelaksanaan SMK3L; program K3L; Pihak penyelenggara SMK3L; sarana dan
prasarana K3L; sanksi pelanggaran; HIRADC; dan Safety Plan.

BAB 9. TINJAUAN ASPEK TEKNIK LINGKUNGAN


Pada bab ini dijelaskan mengenai limbah konstruksi dan manajemen pengolahannya; manajemen
kualitas lingkungan proyek.

BAB 10. HASIL PEMBELAJARAN DALAM KERJA PRAKTIK


Pada bab ini dijelaskan mengenai pengecekan gambar teknis.
BAB 11. PERMASALAHAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI
Pada bab ini dijelaskan mengenai permasalahan K3L; permasalahan as build drawing.

BAB 12. PENUTUP


Pada bab ini berisi tentang ringkasan penjelasan – penjelasan yang telah dipaparkan pada bab –
bab sebelumnya; serta saran yang diberikan oleh penulis terkait proyek Apartemen Podomoro Golf
View.
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Survei Lokasi dan Pembersihan Lahan
Tahap pekerjaan pendahuluan adalah tahap awal yang dilakukan dalam proyek
konstruksi. Pekerjaan pendahuluan meliputi kegiatan survei lokasi, penyelidikan tanah dan
pengadaan fasilitas proyek. Tujuan dari pekerjaan pendahuluan tersubut adalah untuk
mempersiapkan lokasi konstruksi dan fasilitas yang akan digunakan selama konstruksi
berlangsung.
Setelah gambar desain rencana proyek selesai dibuat, maka pekerjaan survei lokasi
proyek dapat dilakukan. Tujuan dilakukan survei lokasi adalah untuk memastikan bahwa gambar
desain rencana sudah sesuai dengan lokasi yang akan dibangun. Survei ini dilakukan oleh tim
surveyor yaitu PT Rekagriya Mitra Buana. Fungsi dari melakukan kegiatan survei lokasi ini adalah
mengetahui kondisi lahan proyek, menghitung luasan lahan secara menyeluruh, mengetahui
kondisi geografis dari lahan proyek, menentukan kontur dan elevasi lokasi proyek dan menentukan
titik-titik referensi yang akan digunakan untuk proses konstruksi.
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan survei antara lain adalah theodolite, tripod,
rambu, waterpass, pita ukur, dan peralatan survei lainnya. Dalam kegiatan survei, surveyor
menentukan titik benchmark yang merupakan posisi koordinat (X, Y) dan elevasi (Z) sebagai titik
referensi serta melakukan setting out atau pematokan. Setting out atau pematokan tersebut
bertujuan untuk menentukan posisi tapak bangunan sebelum memulai pekerjaan konstruksi dengan
Benchmark (BM) sebagai titik referensi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat
Theodolite (alat ukur sudut horizontal dan sudut vertikal).

Gambar 4.1. Benchmark Awal


Sumber : GoogleMap.com
Kegiatan survei lokasi dan pengukuran ini dilaksanakan beriringan dengan
pembersihan lahan yang akan dibangun Apartemen Podomoro Golf View. Pembersihan lokasi
meliputi kegiatan pembersihan semak-semak, rumput dan penebangan pepohonan. Selain itu,
dalam pekerjaan persiapan juga mulai ditentukan dan dibangun akses mobilisasi dan demobilisasi
dari peralatan yang akan digunakan selama proyek berlangsung.

Penyelidikan Tanah
Setelah kegiatan pembersihan lahan dan pengukuran dilaksanakan, selanjutnya dilakukan
kegiatan penyelidikan tanah. Penyelidikan tanah dilakukan oleh CV. Amir Jaya Group. Tujuan
dilakukannya penyelidikan tanah adalah sebagai berikut:
1. Menentukan strata lapisan tanah
2. Mengetahui karakteristik dan perilaku tanah
3. Memperoleh lapisan tanah keras
4. Mengetahui letak muka air tanah

Penyelidikan tanah yang dilakukan pada proyek pembangunan Apartemen Podomoro


Golf View meliputi :
1) Melakukan uji SPT (Standart Penetration Test) pada 25 titik hingga kedalaman
10meter dengan nilai N-SPT mencapai 60.
2) Melakukan uji Sondir (Cone Penetration Test) pada 10 titik dengan
menggunakan ducth sondir apparatus berkapasitas 2,5 ton hingga kedalaman
5,1 meter sampai dengan 14,6 meter. Didapat nilai qc berkisar antara 150 sampai
dengan 240 kg/cm2. Pengujian ini dilakukan berdasarkan spesifikasi ASTM
(American Society for Testing and Material) D-1586. Pengambilan sampel tanah
menggunakan thin wall tube.
3) Uji laboratorium.
4) Pembuatan analisis dan uji laboratorium.
Dalam penyelidikan tanah, pengujian yang dilakukan tidak hanya 1 macam, namun terdiri
dari beberapa pengujian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan
meminimalisasi terjadinya kesalahan akibat data yang tidak cocok.
Berdasarkan uji lapangan, dilakukan perhitungan daya dukung tanah berdasarkan
beberapa metode, berikut adalah hasil perhitungan yang telah dilakukan :
 Data CPT
a) Metode Mayeerhof = 128,54 – 216,61 Ton
b) Metode Price and Wardle = 180,51 – 470,70 Ton

 Data SPT
a) Metode Mayeerhof = 165,15 – 271,16 Ton
b) Metode Luciano de Court = 133,13 – 300,96 Ton

Dari hasil pengujiannya, pihak CV. Amir Jaya Group memberikan laporan kepada owner
dalam bentuk dokumen tertulis. Pada laporan tersebut pihak CV. Amir Jaya Group memberikan
usulan terkait jenis dan spesifikasi dari pondasi yang dapat digunakan berdasarkan jenis tanah dan
daya dukung yang dimiliki tanah di loksai tersebut. Di dalam laporan tersebut diusulkan bahwa
kedalaman pondasi mencapai 12 meter karena kedalaman tanah keras berada pada kedalaman 10
meter.

Fasilitas Proyek
Pada saat pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi terdapat beberapa fasilitas yang harus
tersedia untuk menjamin lancarnya kinerja proyek. Beberapa fasilitas tersebut diantaranya adalah
direksi keet, kantor SHE, pos keamanan, pagar, pintu proyek, gudang, jalan kerja, listrik dan air
kerja, barak pekerja, dan kantin pekerja.

4.3.1 Jalan Akses Proyek


Jalan akses proyek merupakan fasilitas utama yang penting dalam proses mobilisasi
dan demobilisasi material serta pihak – pihak yang beraktifitas di proyek Pembangunan
Apartemen Podomoro Golf View. Jalan Akses Proyek terdiri dari 2 jalur, jalur yang pertama
(Warna Biru) adalah dari pintu exit tol Cimanggis dan jalur kedua (Warna Kuning) adalah
dari Jl. Tapos Raya.

Gambar 4.1. Peta Dua Jalur Jalan Akses Proyek


Sumber : GoogleMap.com

Gambar 4.1. Jembatan Sementara (Kiri) dan Jalan Akses Proyek (Kanan)
Sumber : Dokumentasi Penulis

4.3.2 Pos Keamanan


Terdapat empat lokasi pos keamanan pada proyek pembangunan Apartemen
Podomoro Golf View, yaitu dekat dengan direksi keet, pos keamanan tower Dahoma, pos
keamanan tower Balsa, pos keamanan tower Cordia. Pos keamanan yang dekat dengan direksi
keet berfungsi sebagai pos keamanan utama untuk keluar masuk keperluan administrasi.
Sedangkan pos keamanan untuk setiap tower berfungsi untuk keperluan keluar masuk alat
berat proyek dan pekerja. Selain pos keamanan, lokasi proyek juga dilengkapi dengan pagar
proyek dan pintu proyek untuk meningkatkan keamanan di dalam proyek.

Gambar 4.1. Pos Keamanan


Sumber : Dokumentasi Penulis

4.3.3 Direksi Keet


Pada proyek pembangunan Apartemen Podomoro Golf View, site office atau
direksi keet digabung menjadi satu, yaitu direksi keet bagi pihak kontraktor dan direksi keet
bagi konsultan pengawas. Direksi keet berfungsi sebagai tempat bekerja para engineer dan
pengawas lapangan. Di dalam direksi keet terdapat dokumen – dokumen arsip dan
perencanaan yang telah atau akan dilaksanakan dalam proyek pembangunan Apartemen
Podomoro Golf View. Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan kerja praktik,
direksi keet tidak hanya digunakan untuk bekerja ataupun menyimpan dokumen, namun juga
digunakan sebagai lokasi rapat internal pihak kontraktor atau rapat eksternal antara pihak
kontraktor, owner, serta konsultan pengawas.
Gambar 4.1. Direksi Keet
Sumber : Dokumentasi Penulis

4.3.4 Kantor SHE (Safety, Healthy, Environment)


Kantor ini, seperti halnya dengan direksi keet juga berfungsi untuk pihak SHE officer
bekerja membuat program – program dan mengarsipkan dokumen – dokumen yang terkait
dengan keselamatan kerja dan lingkungan kerja di proyek pembangunan Apartemen
Podomoro Golf View.

.
Gambar 4.1. Kantor SHE
Sumber : Dokumentasi Penulis
4.3.5 Gudang
Gudang merupakan tempat penyimpanan material atau peralatan kerja yang
diperlukan selama proses konstruksi berlangsung. Pada gudang di lokasi proyek
pembangunan Apartemen Podomoro Golf View, gudang digunakan untuk manyimpan
material seperti pipa, semen, multiplex, perancah, hollow, u-head, jack base dan lain
sebagainya. Untuk material seperti bahan aditif yang ditambahkan dalam campuran mortar
akan disimpan di dalam container yang berada di luar gudang. Selain zat aditif, bahan bakar
untuk untuk alat seperti forklift dan oli. Hal ini dikarenakan sifat material yang rentan terhadap
kondisi cuaca tertentu dan mudah terbakar. Sedangkan material – material seperti besi dan
pasir akan langsung ditempatkan pada lokasi pembesian dan lapangan proyek. Selain
digunakan untuk menyimpan material, di gudang juga diarsipkan dokumen – dokumen
penerimaan barang. Kegiatan di gudang dilakukan oleh seorang kepala gudang dengan
dibantu beberapa staf.

Gambar 4.1. Gudang


Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 4.1. Container Zat Aditif dan Bahan Bakar


Sumber : Dokumentasi Penulis

4.3.6 Barak Pekerja


Fasilitas barak pekerja merupakan lokasi tempat tinggal yang diperuntukkan untuk
pekerja proyek dan mandor. Barak pekerja pada proyek pembangunan Apartemen Podomoro
Golf View berada di bagian samping proyek. Barak pekerja juga dilengkapi dengan fasilitas
MCK bagi para pekerja.

Gambar 4.1. Barak Pekerja


Sumber: Dokumentasi Penulis

4.3.7 Listrik dan Air Kerja


Dalam pekerjaan proyek pembangunan Apartemen Podomoro Golf View ini, sumber
listrik yang digunakan berasal dari PLN dan genset. Sumber listrik dari PLN digunakan untuk
keperluan direksi keet dan Tower Crane, sedangkan sumber listrik dari genset hanya bersifat
cadangan jika sumber listrik dari PLN dipadamkan. Sumber listrik dari PLN menggunakan
tegangan menengah dengan kapasitas lebih dari 200 KVA. Kebutuhan sumber listrik
digunakan selama 24 jam. Kebutuhan sumber air untuk proyek ini diperoleh dari 7 buah titik
lokasi sumur bor dangkal. Satu sumur bor tersebut berlokasi di belakang direksi keet, dua
sumur dibelakang Tower Dahoma, dua sumur berlokasi di belakang Tower Balsa dan dua
sumur bor berlokasi di belakang Tower Cordia. Air dari sumur bor tersebut digunakan untuk
keperluan seluruh pekerjaan di lapangan dan kegiatan untuk direksi keet dan kantin pekerja.
4.3.8 Lokasi Fabrikasi dan Stock Yard
Lokasi Fabrikasi dan stock yard merupakan lokasi yang digunakan dalam
proses Fabrikasi , lokasi pekerjaan tulangan dan meletakkan material yang akan digunakan
dalam proyek konstruksi.

Gambar 4.1. Fabrikasi Tulangan (Kiri) dan Fabrikasi Bekisting (Kanan)


Sumber : Dokumentasi Penulis

4.3.9 Kantin Pekerja


Di dalam proyek pembangunan Apartemen Podomoro Golf View terdapat 3 unit
kantin, satu kantin terletak dekat dengan direksi keet dan dua kantin terletak di dekat barak
pekerja. Kantin pekerja diperuntukkan untuk memfasilitasi pekerja dalam memenuhi
kebutuhan sehari – hari. Selain itu, keberadaan kantin ini dimaksudkan pihak penyelenggara
proyek untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan dari sisi keamanan dan kesehatan
pekerja. Dengan adanya fasilitas ini, arus masuk dan keluar pekerja juga dapat terkontrol
dengan baik. Sebelum pihak pengelola unit kantin menjalankan usahanya, terlebih dahulu
mengikuti ketentuan administratif dan tes terhadap makanan yang akan dijual.

Gambar 4.1. Kantin Pekerja


Sumber: Dokumentasi Penulis
HASIL PENGAMATAN METODE PEKERJAAN DI LAPANGAN
Pekerjaan Struktur Bawah
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan struktur bawah. Struktur bawah
terdiri dari pekerjaan galian timbunan, pondasi dan pile cap, sedangkan struktur atas terdiri dari
kolom, balok, pelat dan shear wall.
Selama penulis melaksanakan kerja praktik, pekerjaan struktur bawah tidak termasuk
dalam proses pengamatan karena kegiatan dilakukan pada saat tahap konstruksi struktur atas
dilaksanakan, yaitu pada lantai 4. Adapun informasi serta dokumentasi yang ditampilkan penulis
merupan hasil dari wawancara, analisis serta dokumentasi yang diperoleh selama melaksanakan
kerja praktik.

3.1.1 Pekerjaan Galian dan Timbunan


Pekerjaan galian tanah pada proyek Apartemen Podomoro Golf View ini dilakukan
di area yang akan dijadikan basement. Pekerjaan ini dilakukan oleh sub kontraktor yaitu PT.
Prima Maju Jaya. Penggalian direncanakan dalam dua tahap, yaitu tahap 1 dengan volume
galian ±21.840 m3 dan tahap 2 dengan volume galian ±6.903,5 m3. Tanah hasil galian nantinya
akan digunakan sebagai material timbunan dan sisanya sekitar ±26.743,5 m3 akan dibuang
keluar proyek untuk dijadikan material timbunan di wilayah lain sejauh ±25 km dari lokasi
proyek. Elevasi galian basement yang direncanakan adalah -3 m. Penentuan elevasi ± 0.00
didasarkan pada kondisi eksisting yang ada. Pekerjaan Galian memakai 4 excavator dan 8
dump truck, ditambah 1 dump truck untuk cadangan jika terdapat dump truck yang mengalami
kerusakan.

3.1.2 Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang dan Pile Cap


Pekerjaan pemancangan pada proyek pembangunan Apartemen Podomoro Golf
View dilaksanakan oleh pihak subkontraktor, yaitu PT Pratama Widya Engineering.
Pengadaan tiang pancang yang digunakan dilaksanakan oleh PT. Wijaya Karya Beton.
Peralatan yang digunakan dalam pemancangan tiang pondasi adalah Hydrulic Static Pile
Driver (HSPD) dengan kapasitas 2 x 120 ton. Alat HSPD ini memiliki sistem kerja
memancang pile dengan cara injeksi. Kelebihan dari pemakaian alat ini adalah lebih ramah
lingkungan karena tidak menimbulkan getaran serta kebisingan pada daerah sekitarnya.
Selain itu, pada setiap pemancangan dapat langsung diketahui daya dukung (bearing capacity)
dari setiap tiang.
Selain menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), pekerjaan pemancangan
pondasi dibantu oleh mobile crane yang berfungsi untuk menyiapkan pile yang akan
dipancang agar dapat dijangkau oleh crane dari Hydraulic Static Pile Driver (HSPD). Mobile
crane membawa pile dari stock site ke tempat yang dapat dijangkau oleh crane dari Hydraulic
Static Pile Driver (HSPD) untuk kemudian dilakukan pemancangan.
Spesifikasi tiang pancang yang digunakan dalam sistem pondasi ini adalah ukuran
tiang pancang adalah 450 x 450 mm dengan panjang berkisar antara 8 - 12 meter bergantung
pada kondisi tanah. Mutu beton f’c 30 dan mutu besi menggunakan BJTD 40. Bearing
capacity dari tiang adalah 200 Ton. Penyambungan menggunakan metode sambungan las.
Terdapat 16 tipe pile cap yang digunakan dalam proyek pembangunan Apartemen
Tower Dahoma. Berikut adalah tipe dan dimensi pile cap yang digunakan :

Tipe Pile Cap Dimensi

P1 900x900
P1A 1800x1200
P1B 1500x1100
P1C 1500x1100
P2 2250x1000
P2A 2900x1100
P3 2250x2100
P3A 2250x3500
P3B 2500x2850
P3C 3000x2800
P3D 2900x2100
P4 2250x2250
P4A 2900x2900
P4B 3000x2250
P4C 3000x2500
P5 2800x2800

Jumlah tiang berdasarkan jumlah pile cap di ringkas dalam tabel berikut ini :
Tipe Pile Cap Total Pile Jumlah Titik Total Pile

P1 1 39 39
P1A 1 1 1
P1B 1 3 3
P1C 1 1 1
P2 2 23 46
P2A 2 1 2
P3 3 15 45
P3A 3 2 6
P3B 3 1 3
P3C 3 1 3
P3D 3 1 3
P4 4 56 224
P4A 4 1 4
P4B 4 2 8
P4C 4 1 4
P5 5 6 30

Untuk beberapa tipe pile cap yang cukup besar dengan total tiang dirangkum dalam
tabel dibawah ini :

Tipe Pile Cap Total Pile Jumlah Titik Total Pile

P63 63 1 63
P71 71 1 71
P73 73 1 73
P108 108 1 108
P153 153 2 306

Dalam pemancangan, terlebih dahulu melakukan pengukuran untuk menentukan titik


koordinat pancang berdasarkan gambar teknik dengan menggunakan theodolite dan total
station. Kemudian dilakukan pematokan terhadap titik bantu untuk menandai lokasi
pemancangan. Selanjutnya dilakukan pemancangan dengan menggunakan alat HSDP.

3.1.3 Pengujian Tiang Pancang


Pengujian tiang pancang yang dilakukan pada proyek pembangunan Apartemen
Podomoro Golf View adalah loading test dengan sistem kentledge beban, tarik beban dan tes
lateral beban serta tes PDA. Pengujian dengan sistem kenteledge merupakan pengujian statik
dengan memberikan beban aksial pada pondasi tiang beton dengan dimensi tiang 450 mm x
450 mm. Beban maksimum yang diberikan dalam pengujian ini sebesar 200% dari beban yang
diizinkan sesuai dengan Peraturan Kepala Dinas Penataan dan Pengawasan No. 50 tahun
2007. Jumlah titik pengujian kentledge beban adalah 8 titik dengan beban 2,5 x 200 Ton.
Pembebanan dilakukan dengan menggunakan blok – blok beton. Dari pengujian tersebut
dilakukan pencatatan berdasarkan penurunan yang terbaca dari dial gauge untuk setiap beban
yang diberikan.
Selain itu, pengujian tarik beban memiliki 2 titik pengujian dengan beban 2 x 35 Ton.
Pengujian tarik beban dilakukan untuk menahan gaya Tarik seperti gaya angkat oleh air, gaya
gempa, momen dan lain sebagainya. Pembebanan dilakukan dengan menempatkan dongkrak
diatas blok
Pembebanan lain yang dilakukan adalah tes lateral beban dengan beban 2 x 5 Ton
dan jumlah titik pengujian adalah 12 titik. Uji lateral dilakukan dengan cara mendorong kepala
tiang dengan dongkrak hidrolis yang disandarkan pada suatu sistem reaksi yang dapat berupa
blok beban, pondasi tiang dan blok jangkar. Pada saat pembebanan, pergerakan kepala tiang
dapat diukur dengan dial gauge dan bila dibutuhkan defleksi sepanjang tiang juga dapat diukur
dengan menanam inclinometer ke dalam tiang.
Selain pengujian statik, dilakukan juga pengujian dinamik dengan uji PDA (Pile
Driving Analyzer). Pengujian ini dilakukan sebagai pembanding terhadap hasil dari pengujian
statik. Metode pelaksanaan uji PDA adalah pertama menentukan titik pengujian, lalu
memotong tiang pancang sesuai dengan elevasi yang diinginkan. Kemudian membuat capping
pile pada tiang yang akan diuji dan memasang bantalan di atas capping pile. Selanjutnya
adalah memasang electronic detector pada tiang yang akan diuji dan menghubungkan dengan
perangkat komputer. Hasil dari pengujian akan ditampilkan pada layar komputer.

3.1.4 Pembobokan tiang pancang


Pembobokan ini dilakukan hanya pada bagian betonnya saja sehingga menyisakan
besi tulangannya yang akan digunakan untuk stek pondasi sebagai pengikat dengan pile cap.
Pemotongan dilakukan hanya sampai elevasi bottom of concrete. Alat yang digunakan adalah
gerinda, palu dan pahat.
Terlebih dahulu dilakukan marking sebelum pembobokan dengan pemotongan
menggunakan gerinda. Hal ini bertujuan agar saat tiang dibobok dengan palu, akan didapatkan
hasil yang rapi dan elevasi yang sama. Ketentuan elevasi merupakan ketentuan berdasarkan
gambar kerja yang juga dikontrol oleh surveyor untuk memudahkan pekerja. Selanjutnya
pekerja melakukan pembobokan dengan palu dan pahat. Hasil dari pembobokan sementara
akan di pindahkan oleh alat berat ke titik lain di lokasi proyek untuk dikumpulkan kemudian
dibuang ke lokasi lain di luar proyek. Selain itu, sebagian dari hasil pembobokan juga
digunakan untuk menimbun celah kosong antara galian dengan bekisting.

3.1.5 Bekisting Pile Cap


Metode pemasangan bekisting yang digunakan adalah metode tradisional, dimana
bekisting pile cap menggunakan multipleks bukan batako. Tahapan pekerjaan bekisting pile
cap dimulai dari pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan dipasang
dimana untuk tiap tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung berapa titik pondasi yang
menahannya. Lalu bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing masing, dimana
digunakan kayu multipleks. Selanjutnya bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar
tidak terjadi kesulitan kesulitan pada waktu. pembongkaran bekisting. Terakhir bekisting
dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda kemudian bekisting yang
sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya
agar kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak goyang pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.
Setelah pemasangan rangkaian bekisting selesai dilaksanakan maka pada sisi-sisi
samping rangkaian bekisting tersebut diurug tanah hingga padat untuk memperkuat bekisting
tersebut. Luas dan ketinggian bekisting disesuaikan dengan dimensi pile cap dan tie beam.

3.1.6 Pembesian dan Pengecoran Pile Cap


Pemasangan besi tulangan yang langsung dirangkai di atas lantai kerja sesuai dengan
ukuran dan jumlah yang telah direncanakan. Diameter besi tulangan yang dipasang untuk pile
cap adalah D16, D19, D22, dan D25. Pekerjaan pembesian ini juga meliputi tulangan utama
atas dan bawah, tulangan samping, tulangan stek pondasi, pemasangan kaki ayam,
pemasangan beton decking, dan pemasangan stek pile cap sebagai penghubung menuju
kolom. Tulangan yang digunakan dalam kegiatan pembesian merupakan hasil dari lokasi
pembesian. Tahapan peerjaan penulangan pile cap dimulai dari penentuan daftar lengkungan
bengkok besi dan tinggi pile cap sesuai dengan gambar rencana. Lalu semua besi yang telah
disediakan kemudian dibengkokkan dan dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana.
Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar tulangan. Selanjutnya tulangan pile cap yang
telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang telah ditentukan.
Kemudian tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah
dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap kuat
dan kokoh. Terakhir adalah tulangan diangkut menuju lokasi pekerjaan dengan menggunakan
tower crane.
Sebelum pengecoran terlebih dahulu dilakukan pembersihan dari debu ataupun
kotoran seperti tanah, sisa kawat, maupun plastik pada area yang akan dicor menggunakan
compressor. Alat yang digunakan dalam pengecoran diantaranya adalah concrete bucket,
tremi, tower crane, dan concrete vibrator. Dalam pengecoran sumber daya manusia yang
dibutuhkan minimal adalah 3 orang. Seorang diantaranya mengoperasikan concrete bucket,
seorang pekerja memastikan agar mortar yang keluar melelui tremi tidak tumpah dan seorang
lagi memadatkan mortar dengan menggunakan concrete vibrator. Campuran yang digunakan
merupakan beton dengan mutu K-350 dari PT. Wijaya Karya Beton Tbk. dan Pioner Beton
Tiga Roda.
Tahapan pekerjaan pengecoran pile cap dimulai dari pembersihan lokasi pengecoran
dari segala kotoran dan air yang menggenang dengan menggunakan pompa air. Lalu
pembuatan tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya pengecoran
baik pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam. Selanjutnya dilakukan pengaturan
dan pengarahan penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan. Agar semua adonan
beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam maka digunakan alat vibrator untuk
meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
Kemudian kontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran. Terakhir
adala penghentian pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan
menggunakan alat pertukangan manual/plester.

Pekerjaan Struktur Atas


3.2.1 Pekerjaan Kolom
3.2.1.1 Pengukuran Kolom
Pengkuran kolom dilakukan oleh tim surveyor dimana fungsi dari tim surveyor
pada pengukuran kolom adalah menentukan posisi as kolom agar sesuai dengan
gambar kerja. Alat-alat yang digunakan pada saat melakukan survei adalah tripod,
theodolite, waterpass, meteran, spidol dan leveling stuff atau rambu.
Surveying as kolom tidak langsung pada as kolom melainkan dilakukan proses
pengukuran pinjaman as kolom 1 m, dengan menggunakan theodolite, sehingga
diperoleh titik yang dihubungkan menjadi garis pinjaman as kolom 1 m. Jarak sejauh
1 meter (50 – 100 cm) dari kolom ini harus dipinjam karena apabila tidak ada jarak 1
meter maka akan mengenai kolom yang sudah ada untuk pembuatan dinding. Kegiatan
surveying ini membutuhkan waktu kira-kira 10 menit untuk satu garis as. Selain
itu juga melakukan marking untuk penentuan sepatu kolom, hal tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui jarak antara tulangan kolom dengan bekisting kolom sebelum
dilakukan pekerjaan bekisting.

Gambar 5.1. Pengukuran Kolom dengan Theodolite


Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 5.1. Marking Kolom


Sumber : Dokumentasi Penulis

Tidak hanya pada awal pekerjaan, survei dilakukan juga setelah pekerjaan
bekisting. Survei pengukuran selain untuk menentukan posisi kolom juga untuk
memastikan agar hasil pengecoran sesuai dengan desain yang ada atau yang disebut
dengan verticality. Verticality bertujuan untuk memastikan bahwa kolom sudah ada
dalam posisi benar-benar tegak vertikal.

3.2.1.2 Pembesian Kolom


Setelah menentukan posisi kolom melalui proses survey, langkah selanjutnya
adalah dilakukan pembesian kolom. Dalam proyek ini, pembesian kolom dan shear
wall dilakukan melalui fabrikasi. Tempat fabrikasi penulangan kolom terletak
berdekatan dengan gedung Dahoma yang sedang dibangun. Penulangan kolom harus
sesuai dengan gambar, RKS dan Bill of Quantity (BQ). Produktivitas dari pekerjaan
fabrikasi penulangan kolom adalah 3 kolom/hari/tim. Satu tim terdiri dari 2 orang
dengan durasi pekerjaan per kolom adalah 2 jam 30 menit. Proses fabrikasi adalah
proses perakitan tulangan yang meliputi proses pemotongan, penyambungan dan
pembengkokan. Alat yang digunakan adalah mesin pembengkok besi (Bar Bender)
dan mesin pemotong besi (Bar Cutter). Supplier tulangan besi adalah dari PT The
Master Steel Mfc.

Gambar 5.1. Mesin Bar Bender (Kiri) dan Bar Cutter (Kanan)
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 5.1. Pembesian Kolom
Sumber : Dokumentasi Penulis

Dalam penulangan kolom, diameter besi yang digunakan adalah sebagai berikut
:
 Penulangan utama = D16, D19, D22
 Penulangan sengkang = D10, D13, D16
 Penulangan ties = D10, D13, D16
Berikut adalah rangkuman ukuran dimensi dan ukuran kolom yang ada pada
gedung Dahoma atau gedung W :
Level
Kolom
Gambar Lt. Basement - Lt.1 Lt. 1 - Lt. 3 Lt. 1 - Lt. 3

Tulangan 16D22 Tulangan 16D22 Tulangan 16D22


D16 - D16 - D13 -
Sengkang Sengkang Sengkang
100/150/100 100/150/100 100/150/100
C1 D16 - D13 - D13 -
Ties Ties Ties
100/150/100 100/150/100 100/150/100
1000 x 400 1000 x 400 1000 x 400
Ukuran Ukuran Ukuran
(mm) (mm) (mm)
Tulangan 16D22 Tulangan 16D22 Tulangan 16D22
D16 - D16 - D13 -
Sengkang Sengkang Sengkang
100/150/100 100/150/100 100/150/100
C2
D16 - D13 - D13 -
Ties Ties Ties
100/150/100 100/150/100 100/150/100

1000 x 400 1000 x 400 1000 x 400


Ukuran Ukuran Ukuran
(mm) (mm) (mm)
Tulangan 16D22 Tulangan 8D22 + 8D19 Tulangan 8D22 + 8D19
D16 - D16 - D13 -
Sengkang Sengkang Sengkang
100/150/100 100/150/100 100/150/100
C3
D16 - D13 - D13 -
Ties Ties Ties
100/150/100 100/150/100 100/150/100

900 x 350 900 x 350 900 x 350


Ukuran Ukuran Ukuran
(mm) (mm) (mm)
Level
Kolom
Gambar Lt. Basement - Lt.2
Tulangan 18D22
D13 -
Sengkang
100/150/100
C1A D13 -
Ties
100/150/100
1000 x 500
Ukuran
(mm)
Tulangan 12D19
D10 -
Sengkang
100/150/100
C4 D10 -
Ties
100/150/100
700 x 400
Ukuran
(mm)
Tulangan 12D19
D10 -
Sengkang
100/150/100
C4A D10 -
Ties
100/150/100
700 x 350
Ukuran
(mm)
Level
Kolom
Gambar Lt. 7-Lt. 14 Gambar Lt. 14 - Lt. Atap

Tulangan 8D22+6D19 Tulangan 14D19


D13 - D10 -
Sengkang Sengkang
100/150/100 100/150/100
C1 D10 - D10 -
Ties Ties
100/150/100 100/150/100
900 x 400 800 x 400
Ukuran Ukuran
(mm) (mm)
Tulangan 8D22+6D19 Tulangan 14D19
D13 - D10 -
Sengkang Sengkang
100/150/100 100/150/100
C2
D10 - D10 -
Ties Ties
100/150/100 100/150/100

900 x 400 800 x 400


Ukuran Ukuran
(mm) (mm)
Tulangan 16D19 Tulangan 12D19 + 4D16
D13 - D10 -
Sengkang Sengkang
100/150/100 125/150/125
C3
D10 - D10 -
Ties Ties
100/150/100 125/150/125

900 x 350 900 x 350


Ukuran Ukuran
(mm) (mm)
Tulangan 8D22+8D19 Tulangan 16D19

D13 - D10 -
Sengkang Sengkang
100/150/100 100/150/100
C1S
D10 - D10 -
Ties Ties
100/150/100 100/150/100

1000 x 400 1000 x 400


Ukuran Ukuran
(mm) (mm)

Selain itu, mutu besi yang digunakan adalah BJTD 40. Sebelum pemasangan,
baja tulangan dibersihkan dari karat, sisik, bahan lumpur, minyak atau bahan lain yang
melekat yang dapat merusak atau mengurangi daya lekatannya terhadap beton. Besi
beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasi RKS, harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek setelah menerima
instruksi tertulis dari QC (Quality Control), dalam waktu 2 x 24 jam.

Penulangan kolom dilakukan dengan menyambungkan tulangan overlap (stek


kolom) dari tulangan kolom pada lantai dibawahnya. Standar panjang overlap adalah
50 kali diameter tulangan.

Gambar 5.1. Pengukuran Panjang Tulangan Overlap


Sumber : Dokumentasi Penulis

Transportasi besi tulangan baik secara vertikal dan horizontal dipermudah


dengan bantuan tower crane (TC) yang telah tersedia di lokasi proyek. Tulangan
kolom yang sudah siap pasang dari tempat fabrikasi diangkat dengan bantuan TC
untuk diletakkan pada posisi as kolom. Setelah tulangan kolom sudah diposisikan pada
tempat as kolom namun belum menyentuh permukaan pelat, kemudian dibantu dengan
dua pekerja untuk memanjat tulangan overlap dari lantai sebelumnya dan kemudian
menurunkan tulangan dari TC tersebut. Setelah tulangan kolom sudah menyentuh
permukaan pelat, para pekerja kemudian mengikat sambungan antara tulangan overlap
dengan kolom hasil fabrikasi.
Gambar 5.1. Transportasi Tulangan Kolom dengan Bantuan Tower Crane
Sumber : Dokumentasi Penulis

Sambungan lain dalam fabrikasi tulangan kolom antara lain adalah sambungan
tulangan utama dengan sengkang, tulangan utama dengan ties dan sengkang dengan
ties menggunakan kawat bendrat yang diikat kuat.

Jarak antar sengkang dan ties dikelompokan pada segmen ¼, ½, dan ¼ bentang
kolom. Dimana jarak bersih bentang kolom adalah 2850 mm. Pembengkokan tulangan
pada sengkang harus memenuhi standar yang di tetapkan yaitu sebesar 135 derajat
dengan panjang minimal harus lebih besar dari 6 db. Selain itu, diameter
pembengkokan (R) harus lebih besar dari 6 db. Untuk jarak antar tulangan utama harus
lebih besar dari 1,5 db.

Pada tulangan diikatkan tahu beton atau beton decking serta dipasang sepatu
tulangan dibagian bawah kolom yang berfungsi untuk menjaga jarak antara tulangan
dan bekisiting tidak menempel dan agar terdapat selimut beton. Bilamana perlu
tulangan dapat digeser untuk menghindari pertemuan dengan baja tulangan yang lain,
pipa dan benda-benda lainnya yang tertanam. Jika jarak pergeseran tulangan lebih dari
2 cm, pengaturan tulangan pada bagian tersebut agar mendapat persetujuan pelaksana
dan QC (Quality Control).
Gambar 5.1. Beton Decking atau Tahu Beton
Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 5.1. Sepatuan Kolom


Sumber : Dokumentasi Penulis

Sebelum melakukan bekisting terlebih dahulu konsultan QC (Quality Control)


melakukan pengecekan terhadap tulangan kolom. Hal-hal yang di cek adalah jumlah
tulangan, diameter tulangan, jarak antar sengkang, jarak antar ties, panjang tulangan
overlap, pengikatan, beton decking, angkur dan pembersihan besi dari sisa beton
dengan alat kompresor. Pekerjaan pengecekan diatas harus sesuai dengan gambar
kerja.

Gambar 5.1. Alat Kompresor


Sumber : Dokumentasi Penulis

3.2.1.3 Bekisting Kolom


Setelah memasang tulangan pada kolom, langkah selanjutnya adalah memasang
bekisting. Bekisting kolom terbuat dari baja atau lebih dikenal sebagai sateko. Sateko
memiliki permukaan halus. Permukaan halus dimaksudkan agar hasil cetakan beton
yang di cor memiliki permukaan yang mulus dan tidak memerlukan tambahan
pekerjaan pengacian. Sebelum dipakai, permukaan dalam bekisitng diolesi dengan
minyak bekisting agar tidak ada beton yang menempel saat pelepasan bekisting.
Gambar 5.1. Bekisting Sateko Kolom
Sumber : Dokumentasi Penulis

Pemasangan bekisting pada proyek ini tidak dilakukan secara konvensional


tetapi dengan sistem pemasangan langsung dengan menggunakan Tower Crane. TC
(Tower Crane) melepaskan bekisting dari kolom yang sudah di cor dan
memindahkannya pada posisi kolom yang akan di cor. Ketika bekisting sudah ada di
posisi marking kolom, dua orang pekerja memanjat tulangan dan membantu TC untuk
menurunkan bekisting kolom hingga menyentuh permukaan pelat. Setelah itu satu
pekerja mengencangkan baut bekisting hingga cukup kencang. Untuk pekerjaan
pembongkaran bekisting sateko kolom memerlukan man power 2 orang dengan durasi
10 menit per satu sateko kolom. Sedangkan untuk pekerjaan pemasangan bekisting
sateko kolom memerlukan man power 2 orang dengan durasi rata-rata 12 menit.
Sehingga produktivitas untuk pembongkaran bekisting sateko adalah 42 sateko/hari/2
orang (tim) dan pemasangan bekisting sateko adalah 35 sateko/hari/2 orang (tim).
Gambar 5.1. Pemasangan Bekisting Sateko Kolom dengan Bantuan Tower Crane
Sumber : Dokumentasi Penulis

Setelah pemasangan bekisting selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan surveying


untuk memastikan posisi kolom sudah berada pada posisi yang benar dan sudah
memenuhi syarat vertikal (Verticality).

3.2.1.4 Pengecoran Kolom


Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan kolom adalah f’c 40 MPa. Supplier
beton ready mix adalah dari PT. WIKA Beton, PT. Pionir dan PT. Jayamix. Untuk satu
zona diperuntukan hanya untuk 1 supplier. Hal ini dilakukan agar pengontrolan
kualitas dapat terjaga.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam rangkaian proses pengecoran adalah
melakukan pemesanan ke pabrik batch beton. PT. WIKA Beton memiliki plant yang
sangat dekat dengan lokasi proyek yaitu hanya berjarak sekitar 500 meter dari proyek,
sedangkan supplier lain memiliki plant yang lebih jauh. Pelaksana atau engineer yang
mendapatkan giliran melakukan pengecoran harus bertanggung jawab untuk
melakukan order ke supplier melalui aplikasi pesan whatsapp. Saat Truck Mixer (TM)
sudah datang ke lokasi proyek, satu orang QC (Quality Control) dan satu orang
pelaksana gudang mengecek surat jalan pengiriman barang yang dibawa setiap TM.
Hal -hal yang perlu di cek adalah mutu beton, volume beton dan pengecekan slump.
Pengecoran dilakukan dengan dua metode yaitu menggunakan alat concrete
pump atau kombinasi alat concrete bucket dan tower crane. Concrete pump dipakai
jika jarak kolom yang dicor dapat terjangkau oleh lengan concreate pump. Concrate
pump biasanya dipakai untuk pekerjaan pengecoran horizontal, yaitu pelat dan balok.
Untuk pekerjaan pengecoran kolom, maka digunakan kombinasi alat concrete bucket
dan tower crane. Saat pengecoran berlangsung, harus terdapat orang yang bertugas
untuk mengoprasikan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan beton sehinga
rongga udara pada beton berkurang. Selain itu juga dibutuhkan satu orang untuk
memastikan dan mengarahkan concrete pump agar tepat pada posisi kolom yang akan
di cor. Satu concrete bucket dapat memuat sekitar 0,8-0,9 m3 beton ready mix.

Gambar 5.1. Persiapan Pengecoran Sebelum Concrate Bucket Datang


Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 5.1. Pengecoran Kolom
Sumber : Dokumentasi Penulis

Beton dibiarkan mengeras dan setelah 6 hingga 8 jam, bekisiting kolom dapat
dibuka untuk digunakan pada pekerjaan kolom lain. Hasil dari pengecoran dilakukan
pemeriksaan seperti cek dimensi, verticality, dan cek permukaan beton apakah terdapat
retak atau permukaan yang tidak rata. Jika ada beton yang permukaannya tidak rata,
maka dilakukan tambahan pekerjaan penambalan permukaan dengan pelesteran dari
mortar yang dibuat di lokasi. Jika terdapat retak kecil pada kolom beton, maka
dilakukan penambalan pada kolom. Namun penambalan tersebut tidak dapat
dilakukan apabila keretakan yang terjadi sudah sangat besar.

3.2.1.5 Perawatan Kolom


Setelah tindakan pengecekan dan perbaikan, dilakukan perawatan kolom beton
dengan melakukan proses curing beton. Curing yang dilaksanakan adalah
menggunakan adiktif produk fosroc yaitu curing compound. Zat ini digunakan dengan
metode mengoleskannya pada permukaan kolom. Alat yang digunakan untuk
mengoleskan kolom beton adalah tongkat roll. Curing pada kolom ini cukup
sekali oles saja.
Fungsi dari curing adalah melembabkan permukaan kolom agar pada saat terjadi
penguapan, bukan air yang ada di dalam kolom yang menguap namun cairan yang
berada diluar permukaan kolom yang menguap. Hal tersebut dilakukan agar beton
tidak mengalami retak saat umur beton 28 hari.

3.2.2 Pekerjaan Shear Wall


3.2.2.1 Pengukuran Shear Wall
Pengukuran shearwall dilakukan oleh surveyor dengan menggunakan alat
theodolite untuk meninjau dimensi dan posisi dari shearwall agar sesuai dengan
gambar kerja. Survei posisi shearwall dilakukan dengan menembak dari as yang sudah
diketahui koordinatnya menuju posisi yang ditinjau dengan marking area berupa titik-
titik atau garis yang digunakan sebagai penentuan.

3.2.2.2 Pembesian Shear Wall


Proses fabrikasi tulangan shearwall yaitu memotong, dan membengkokkan
besi tulangan dilakukan di area terpisah dari lokasi pekerjaan. Tulangan utama yang
digunakan adalah D16 dan D19 dengan tulangan sengkang D13 dan tulangan ties D10
yang masing-masing penggunaannya disesuaikan dengan gambar kerja. Standar nilai
dari kait dan tekukan pada sengkang minimal sebesar 6 db atau 60 mm, sudut sebesar
135 derajat, dan jari-jari sebesar 4 db atau 40 mm. Jarak overlap antar shearwall
sebesar 50 db senilai 800 mm dan 950 mm.
Sambungan antar besi diikat dengan kuat menggunakan bendrat. Jarak antar
sengkang pada shearwall dikelompokkan menjadi segmen tumpuan, lapangan, dan
tumpuan dengan jarak ¼, ½, dan ¼ bentang shearwall. Setelah proses perakitan selesai
maka tulangan shearwall diangkut menggunakan tower crane menuju lokasi pekerjaan

3.2.2.3 Bekisting Shear Wall


Pekerjaan bekisting shearwall memegang peranan penting dalam pekerjaan
pengecoran beton karena mempengaruhi kualitas beton baik secara arsitektural
maupun struktural. Tahapan pekerjaan bekisting shearwall mulai dari pelapisan bagian
permukaan panel bekisting dengan minyak pelumas kemudian mengangkutnya ke
lokasi yang telah ditentukan dengan tower crane dan menempatkannya di atas garis
marking. Lalu pembersihan bagian di sekitar tulangan shearwall dari sisa pengecoran
horizontal dengan menggunakan kompressor. Hal tersebut dikarenakan beton sisa
pengecoran horizontal dapat mempengaruhi kekuatan dan kualitas shearwall.
Selanjutnya pengencangan tie rod dengan wing nut. Terakhir adalah check verticality
bekisting pada as shear wall agar tidak terjadi kemiringan bekisting shearwall.

Gambar 5.2. Tie Rod (Kiri) dan Wing Nut (Kanan)


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 5.2. Proses Pengangkutan Bekisting dengan Tower Crane (Kiri)


Dan Proses Pengencangan Tie Rod dengan Wing Nut (Kanan)
Sumber: Dokumentasi Penulis

3.2.2.4 Pengecoran Shear Wall


Pengecoran shearwall dilakukan menggunakan kombinasi alat concrete
bucket dan tower crane. Pengecoran menggunakan beton ready mix dari PT. Wijaya
Karya Beton Tbk, PT. Pionir Beton, dan PT. Jayamix. Mutu beton yang digunakan
beragam, untuk lantai semi basement hingga lantai 7 nilai mutu beton adalah f’c 40,
lantai 7 hingga lantai 14 nilai mutu beton adalah f’c 35, dan lantai 14 hingga atap nilai
mutu beton adalah f’c 30. Terdapat empat pekerja dalam pengecoran shearwall yang
terdiri dari operator vibrator, operator bucket concrete, dan operator tower crane. Satu
concrete bucket berukuran sekitar 0.8-0.9 m3 beton ready mix. Tahapan pengecoran
shearwall dengan kombinasi alat concrete bucket dan tower crane dimulai dari
pemesanan semen ready mix ke batch PT. Wika Beton yang berjarak sekitar 500 m
dari lokasi proyek. Pemesanan dilakukan oleh pelaksana melalui aplikasi pesan
whatsapp. Lalu pengecekan surat jalan pengiriman barang dari truck mixer. Selain itu
mutu beton, volume beton, dan slump juga dicek oleh satu orang Quality Control.
Selanjutnya penuangan beton dari mixer truck ke dalam concrete bucket lalu diangkut
menuju lokasi oleh tower crane. Kemudian penyaluran beton melalui pipa tremie yang
berada di ujung bawah concrete bucket. Terakhir dilakukan pemadatan dengan alat
vibrator agar tidak ada rongga udara yang timbul akibat penuangan beton.
Proses pembongkaran bekisting dilakukan setelah 6-8 jam saat pengecoran
shearwall terakhir. Jika terdapat beton yang retak atau tidak rata permukaannya maka
dilakukan penambalan permukaan yang kurang dengan menggunakan plesteran dari
mortar yang dibuat dilokasi . Jika terdapat retak yang cukup lebar maka penambalan
tersebut tidak dapat dilakukan.

3.2.2.5 Perawatan Shear Wall


Perawatan shearwall atau biasa dikenal sebagai proses curing ini dilakukan
dengan menggunakan curing compound yaitu dengan membasahi sisi shearwall
dengan menggunakan roll dan menggunakan adiktif produk fosroc yang bertujuan
untuk mencegah penguapan air pada permukaan beton yang terbuka, menghindari
beton mengalami kehilangan kadar air yang berlebihan, dan menjaga suhu serta
kelembaban beton itu sendiri sehingga tidak terjadi retak. Selain itu jika terdapat
lubang atau retak harus ditambal dengan persetujuan dan spesifikasi QC.

3.2.3 Pekerjaan Balok


3.2.3.1 Pengukuran Balok
Pengukuran elevasi dan dimensi balok dilakukan oleh surveyor dengan
menggunakan alat theodolite. Penentuan elevasi lantai dilakukan berdasarkan titik
acuan yang elevasi dan koordinatnya sudah ditentukan dan menuju titik tembak dasar
tanah dimana balok akan dibuat.
3.2.3.2 Pembesian Balok
Proses fabrikasi tulangan balok yaitu memotong, dan membengkokkan besi
tulangan dilakukan di area terpisah dari lokasi pekerjaan. Tulangan utama yang
digunakan adalah D19 dengan tulangan sengkang D10 yang masing-masing
penggunaannya disesuaikan dengan gambar kerja. Standar nilai dari kait dan tekukan
pada sengkang minimal sebesar 6 db atau 60 mm, sudut sebesar 135 derajat, dan jari-
jari sebesar 4 db atau 40 mm.Sambungan antar besi diikat dengan kuat menggunakan
bendrat. Jarak antar sengkang pada balok dikelompokkan menjadi segmen tumpuan,
lapangan, dan tumpuan dengan jarak ¼, ½, dan ¼ bentang balok.

Gambar 5.2. Tulangan D19 (Kiri) dan Sengkang D10 (Kanan)


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 5.2. Bar Bender (Kiri) dan Bar Cutter (Kanan)


Sumber: Dokumentasi Penulis

Produktivitas dari pekerjaan pemasangan balok G34A sebesar 158.256


kg/hari/orang dan dengan berat tulangan pada satu balok G34A 101.736 kg. Jumlah
SDM pada pemasangan tiap baloknya berjumlah 2 orang. Setelah proses perakitan
selesai maka tulangan balok diangkut menggunakan tower crane menuju lokasi
pekerjaan.

Gambar 5.2. Pemasangan Sengkang Balok


Sumber: Dokumentasi Penulis

3.2.3.3 Bekisting Balok


Pekerjaan bekisting balok berfungsi sebagai wadah atau cetakan untuk beton.
Alat maupun bahan yang digunakan terdiri dari jack base, perancah, cross brace, u-
head, suri-suri, gelagar, hollow, tembereng, dan playwood. Tahapan pekerjaan
bekisting balok mulai dari pemasangan jack base yang berfungsi sebagai penyangga
utama untuk tetap menjaga mainframe berdiri dengan kokoh menahan beban yang
dipikul. Penggunaan jack base sebagai pengatur ketinggian/ elevasi perancah sesuai
ketinggian yang telah direncanakan. Lalu pemasangan mainframe sebagai struktur
utama dari perancah itu sendiri. Selanjutnya ada pemasangan cross brace sebagai
pengaku dan pengikat antar mainframe untuk menjaga struktur perancah tetap kokoh
dan berdiri tegak. Kemudian dilakukan pemasangan u-head sebagai penyangga balok
suri-suri. Selain itu u-head juga berfungsi untuk mengatur ketinggian struktur balok
yang akan direncanakan. Setelah itu pemasangan gelagar, suri-suri, dan hollow
diatasnya. Terakhir adalah pemasangan playwood sebagai cetakan untuk beton.
Gambar 5.3. Jack Base dan U Head
Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 5.4. Mainframe (Kiri) dan Cross Brace (Kanan)


Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 5.5. Suri-suri (Kiri) dan Gelagar (Kanan)


Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 5.6. Tembereng (Kiri) dan Siku (Kanan)
Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 5.7. Multiplex Balok (Kiri) dan Multiplex Pelat (Kanan)


Sumber: Dokumentasi Penulis

Nilai produktivitas dari pekerjaan pemasangan jack base sebesar 67 pcs


jackbase/hari/orang, pekerjaan pemasangan perancah sebesar 34 pcs
perancah/hari/orang, pekerjaan pemasangan u head sebesar 67 pcs/hari/orang,
pekerjaan pemasangan gelagar 5/10 sebesar 32 unt/hari/orang, pekerjaan pemasangan
suri suri sebesar 79 unt/hari/orang, pekerjaan pemasangan siku sebesar 34
unt/hari/orang, pekerjaan pemasangan bodeman sebesar 16 unt/hari/orang, pekerjaan
pemasangan hollow 4/4 sebesar 60 btg/hari/orang, pekerjaan pemasangan tembereng
sebesar 70 pcs/hari/orang, dan pekerjaan pemasangan multiplex sebesar 63
lbr/hari/orang. Jumlah SDM dari pekerjaan pemasangan jack base hingga pemasangan
hollow berjumlah 4 orang. Multipleks yang diperlukan dalam pekerjaan bekisting
balok berjumlah sekitar 608 lembar.

3.2.3.4 Pengecoran Balok


Pengecoran balok menggunakan beton ready mix dari PT. Wijaya Karya
Beton Tbk, PT. Pionir Beton, dan PT. Jayamix. Mutu beton untuk balok lantai semi
basement hingga lantai 7 adalah f’c 30 dan lantai 15 hingga atap adalah f’c 25.
Terdapat 7 SDM dalam pekerjaan pengecoran balok yang terdiri dari operator concrete
pump, operator vibrator, dan pekerja ruskam kayu.
Tahapan pekerjaan pengecoran balok mulai dari pembersihan area yang akan
dicor dengan alat kompressor. Lalu uji test slump yang bertujuan untuk mengetahui
nilai kelecakan suatu beton. Selanjutnya penuangan beton dari mixer truck ke dalam
concrete pump lalu dipompa menuju lokasi kemudian dilakukan pemadatan dengan
alat vibrator agar tidak ada rongga udara yang timbul akibat penuangan beton.
Terakhir adalah perataan permukaan beton sesuai dengan ketebalan yang telah
direncanakan dengan menggunakan ruskam kayu

Gambar 5.2. Beton Ready Mix Dipompa Concrete Pump (Kiri)


dan Beton Ready Mix Keluar dari Pipa Concrete Pump (Kanan)
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 5.2. Pekerja Mengoprasikan Ruskam Kayu (Kiri)
dan Mesin Vibrator (Kanan
Sumber: Dokumentasi Penulis

3.2.3.5 Perawatan Balok


Perawatan balok dilakukan dengan melakukan curing beton yaitu dengan
membasahi balok menggunakan air biasa, sama dengan proses curing pada pelat.
Proses curing ini bertujuan untuk mencegah penguapan air pada permukaan beton yang
terbuka, menghindari beton mengalami kehilangan kadar air yang berlebihan, dan
menjaga suhu serta kelembaban beton itu sendiri sehingga tidak terjadi retak pada saat
umur beton 28 hari.

3.2.4 Pekerjaan Pelat


3.2.4.1 Pengukuran Pelat
Pengukuran pelat dilakukan oleh tim surveyor dengan melakukan survei elevasi
dan dimensi dari pelat. Survei yang dilakukan menggunakan alat theodolite, meteran,
spidol dan leveling stuff atau rambu. Penentuan elevasi lantai dilakukan dari titik yang
sudah diketahui elevasi dan koordinatnya menuju titik tembak elevasi yang akan dibuat
pelat. Sedangkan penentuan dimensi pelat dilakukan bersamaan saat pekerjaan
pengukuran kolom dan balok.
Tidak hanya pada awal pekerjaan, survey dilakukan juga setelah pekerjaan
pengecoran, yaitu menentukan apakah ketebalan pelat sudah sesuai dengan gambar
kerja.
3.2.4.2 Bekisting Pelat
Hal pertama yang dilakukan setelah memasang perancah, jack base, u-head,
gelagar, suri-suri, bodeman dan hollow, langkah selanjutnya adalah memasang
bekisting pelat yang terbuat dari lembaran multiplex ukuran 2,44 x 1,22 meter.
Multiplex memiliki permukaan halus, permukaan halus dimaksudkan agar hasil
cetakan beton yang di cor memiliki permukaan yang mulus dan tidak memerlukan
tambahan pekerjaan pengacian.

Gambar 5.1. Lembaran Multiplex


Sumber : Dokumentasi Penulis

Dibutuhkan sekitar 1046 lembar multiplex untuk zona D1 hingga D8 dan untuk
zona D9 dan D10 (podium) dibutuhkan sekitar 834 lembar multiplex. Sisa dari
pemakaian multiplex atau multiplex yang terbuang adalah sekitar 1% dari total
keseluruhan multiplex. Pekerjaan pemasangan multiplex membutuhkan man power
sebanyak 2 orang dengan durasi pemasangan 1 jam untuk 18 lembar multiplex.
Sehingga didapat produktivitas pekerjaan pemasangan bekisting pelat adalah 126
pcs/hari/2 orang atau 63 pcs/hari/orang. Transportasi vertikal dan horizontal multiplex
dibantu dengan bantuan Tower Crane.
Gambar 5.1. Bekisting Pelat dengan Multiplex
Sumber : Dokumentasi Penulis

3.2.4.3 Pembesian Pelat


Setelah melakukan bekisting pelat, langkah selanjutnya adalah melakukan
pembesian pelat. Dalam proyek ini, pembesian pelat dilakukan secara langsung di
lapangan. Penulangan pelat harus sesuai dengan gambar, RKS dan Bill of Quantity
(BQ). Produktivitas dari pekerjaan penulangan pelat adalah 664,757 kg/hari/5 orang
atau 132,951 kg/hari/orang untuk semua tipe pelat yaitu S11, S20, S12C, S13, S12,
S12A, S12B, RS12, RS13A, RS13 dan RS14. Durasi pekerjaan penulangan pelat
sekitar 2 jam 40 menit sampei 3 jam dan jumlah man power adalah 5 orang.

Gambar 5.1. Pembesian Pelat


Sumber : Dokumentasi Penulis
Dalam penulangan pelat, diameter besi yang digunakan adalah D10 dan D13.
Tulangan D13 hanya digunakan untuk tipe pelat S20. Berikut adalah detail
penulangan pelat untuk berbagai tipe yang ada pada gedung Dahoma atau
gedung W :

 Pembesian Pelat Lantai 3 – atap


 Pembesian Pelat Lantai Basement – Lantai 2
Mutu besi yang digunakan adalah BJTD 30. Sebelum pemasangan, baja tulangan
dibersihkan dari karat, sisik, bahan lumpur, minyak atau bahan lain yang melekat yang
dapat merusak atau mengurangi daya lekatannya terhadap beton. Besi beton yang tidak
memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan spesifikasi RKS, harus
segera dikeluarkan dari site setelah menerima instruksi tertulis dari QC (Quality
Control), dalam waktu 2 x 24 jam.
Penulangan pelat dilakukan dengan menyambungkan tulangan overlap dari
tulangan pelat sebelumnya, tulangan yang digunakan adalah sepanjang 12 meter.
Transportasi besi tulangan baik secara vertikal dan horizontal dipermudah dengan
bantuan tower crane yang telah tersedia di lokasi proyek.

Gambar 5.1. Transportasi Tulangan dengan Bantuan Tower Crane


Sumber : Dokumentasi Penulis

Pertama, para pekerja menyusun tulangan pelat sesuai gambar kerja, kemudian
pekerja lainnya mulai mengikat tulangan tersebut dengan kawat bendrat. Selain itu
juga dipasang kaki ayam yang berfungsi untuk menjaga agar elevasi tulangan tiap
lapisan tetap ada dalam posisinya, untuk pelat yang cukup besar dipasang 30 kaki ayam
dan untuk pelat yang kecil dipasang 15 kaki ayam.
Gambar 5.1. Kaki Ayam
Sumber : Dokumentasi Penulis

Jarak antar tulangan dikelompokan pada segmen ¼, ½, dan ¼ bentang pelat.


Untuk beberapa pelat dipasang tulangan ekstra, tulangan ekstra adalah tulangan yang
memiliki panjang hanya ¼ bentang atau tulangan yang pendek.
Pada tulangan juga diikatkan tahu beton atau beton decking yang berfungsi untuk
menjaga jarak antara tulangan dan bekisiting tidak menempel dan agar terdapat
selimut beton. Bilamana perlu tulangan dapat digeser untuk menghindari pertemuan
dengan baja tulangan yang lain, pipa dan benda-benda lainnya yang tertanam. Jika
jarak pergeseran tulangan lebih dari satu kali diameter tulangan atau melebihi
persyaratan toleransi di atas, pengaturan tulangan pada bagian tersebut agar mendapat
persetujuan pelaksana dan QC (Quality Control). Panjang overlap maksimal adalah 50
kali diameter tulangan.
Sebelum melakukan pengecoran, terlebih dahulu konsultan QC (Quality
Control) melakukan pengecekan terhadap tulangan pelat. Hal-hal yang di cek adalah
jumlah tulangan, diameter tulangan, jarak antar tulangan, panjang tulangan,
pengikatan, jumlah kaki ayam, beton decking, stek-stek dan pembersihan besi dari sisa
beton dengan alat kompresor.

3.2.4.4 Pengecoran Pelat


Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan kolom adalah f’c 30 MPa. Supplier
beton ready mix adalah dari PT. WIKA Beton, PT. Pionir dan PT. Jayamix. Untuk satu
zona diperuntukan hanya untuk 1 supplier. Hal ini dilakukan agar pengontrolan
kualitas dapat terjaga.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam rangkaian proses pengecoran adalah
melakukan pemesanan ke pabrik batch beton. Pelaksana atau engineer yang
mendapatkan giliran melakukan pengecoran harus bertanggung jawab untuk
melakukan order ke supplier melalui aplikasi pesan whatsapp. Saat Truck Mixer (TM)
sudah datang ke lokasi proyek, satu orang QC (Quality Control) dan satu orang
pelaksana gudang mengecek surat jalan pengiriman barang yang dibawa setiap TM.
Hal -hal yang perlu di cek adalah mutu beton, volume beton dan pengecekan slump.
Pengecoran untuk pelat menggunakan alat concrete pump dari PT. Berkat Jaya
Beton. Langkah selanjutnya adalah melakukan setting pipa dengan menyambungkan
pipa-pipa dari alat concrete pump agar sampai di lokasi yang akan di cor. Kemudian
adalah melakukan pengecoran.

Gambar 5.1. Concrate Pump dan Truck Mixer


Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 5.1. Melakukan Penyambungan Pipa Concrate Pump
Sumber : Dokumentasi Penulis

Pengecoran dilakukan dengan sistem mundur, sehingga lokasi yang terletak


paling jauh dari concrete pump di cor terlebih dahulu dan yang terletak paling dekat di
cor paling akhir. Jika Truck mixer lain belum sampai di lokai, beton dari TM yang ada
di lokasi tidak boleh dihabiskan terlebih dahulu, karena nantinya beton akan
mengering dalam pipa concrete pump. Dalam melakukan pengecoran, dibutuhkan
sekitar 7 orang pekerja. Pekerja tersebut bertugas meratakan permukaan beton yang
sedang di cor dengan bekerja sama dengan tim surveyor dalam melakukan levelling.
Hal tersebut dilakukan agar permukaan pelat menjadi rata.

Gambar 5.1. Pengecoran Pelat


Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 5.1. Meratakan Permukaan Beton
Sumber : Dokumentasi Penulis

Beton dibiarkan mengeras hingga 7 hari, bekisiting pelat dapat dibuka setetelah
7 hari. Setelah bekisting dibuka, pelat tersebut diberi reproofing atau support agar tetap
berada pada elevasi yang diinginkan. Hasil dari pengecoran dilakukan pemeriksaan
seperti cek permukaan beton apakah terdapat retak atau permukaan yang tidak rata.
Jika ada beton yang permukaannya tidak rata, maka dilakukan tambahan pekerjaan
penambalan permukaan dengan pelesteran dari mortar yang dibuat di lokasi. Jika
terdapat retak kecil pada beton, maka dilakukan penambalan pada pelat. Namun
penambalan tersebut tidak dapat dilakukan apabila keretakan yang terjadi sudah sangat
besar. Setelah 21 hari, reproofing atau support dibuka dan ditempatkan pada pelat
lainnya yang sedang berumur 7 hari.

3.2.4.5 Perawatan Pelat


Setelah tindakan pengecekan dan perbaikan, dilakukan perawatan pelat beton
dengan melakukan proses curing beton. Curing yang dilaksanakan adalah tidak
menggunakan adiktif produk fosroc seperti yang dilakukan pada kolom dan shearwall,
namun cukup menggunakan air biasa. Fungsi dari curing adalah melembabkan
permukaan pelat agar pada saat terjadi penguapan, bukan air yang ada di dalam pelat
yang menguap namun air yang berada diluar pelat. Hal tersebut dilakukan agar beton
tidak mengalami retak saat umur beton 28 hari.
Gambar 5.1. Curing Pelat
Sumber : Dokumentasi Penulis
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA, DAN LINGKUNGAN (SMK3L)
Gambaran umum
4.1.1 Latar Belakang Pelaksanaan K3L
Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah menjamin keutuhan
dan kesempurnaan melalui perlindungan atas keselamatan dan kesehatan pekerja dalam
menjalankan pekerjaanya. Hal ini dilakukan melalui upaya-upaya pengendalian semua
bentuk potensi bahaya yang ada dilingkungan tempat kerja. Apabila semua potensi bahaya
yang telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan
konstribusi tercapainya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan proses konstruksi
akan menjadi lancer dan menekan resiko kerugian dan berdampak pada peningkatan
produktivitas. Oleh karena itu, upaya-upaya K3 harus terus ditingkatakan melalui berbagai
pendekatan, baik secara teknis dan kesisteman.
Perkembangan lain yang perlu dicermati oleh semua pihak dengan adanya
persyaratan baru dalam bentuk kepuasan pelanggan. Beberapa persyaratan tersebut kini
sudah dikenal secara meluas yaitu persyaratan terhadap penerapan Sistem Manajemen
Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dan sistem manajemen lainnya.
Jasa konstruksi yang dilakukan dalam proyek terdiri atas pekerjaan struktur,
arsitektur, mekanikal serta elektrikal. Keseluruhan jenis pekerjaan tersebutmemiliki
potensi kecelakaan yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan para pekerja
dan/atau tim proyk yang berada di ruangan atau lapangan dari sebuah proyek konstruksi.
Oleh Karena itu, dibutuhkan sebuah perundang-undangan sebagai syarat-syarat
keselamatan kerja.
Menurut UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, secara umum tujuan
penetapan syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan atau bahaya lainnya yang mungkin terjadi dari suatu pelaksanaan pekerjaan.
Untuk melengkapi UU tersebut maka dibuatlah suatu kebijakan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja di bidang konstruksi, yaitu Peraturan Menteri PU No. 8 Tahun 2008
tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Dalam proyek ini SMK3L
merupakan sistem manajemen keselamatan kerja yang memuat aturan regulasi, struktur
organiasi, serta dasar hukum yang digunakan sebagai acuan dalam kegiatan kosntruksi
bangunan.

4.1.2 Sasaran Penerapan Sistem K3L


Sasaran dari penerapan Sistem Manajemen K3 pada proyek konstruksi Podomoro Golf
View Cimanggis, Depok ini adalah :
a. Tidak terjadi kecelakaan yang menyebabkan adanya korban meninggal (zero accident)
b. Memberikan pemahaman mengenai SMK3L kepada para pekerja dan/atau tim proyek
yang berada di ruang kerja atau lapangan dari proyek pembangunan Podomoro Golf
View Cimanggis, Depok.
c. Meminimalkan angka kejadian kecelakaan kerja
d. Tersosialisasikannya parameter Safety Integrity Level.

4.1.3 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Menurut peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.5 Tahun 1996, tujuan SMK3L adalah
menciptakan suatu Sistem Manajemen Kselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat kerja
serta terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif.

4.1.4 Sasaran Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan


Sasaran dari penerapan Sistem Manajemen Lingkungan pada proyek konstruksi
Apartemen Podomoro Golf View Cimanggis, Depok antra lain adalah:
a. Tersosialisasikan SML dan ISO 14001 tahun 2004
b. Tersosialisasikan Parameter SIL
c. Para pekerja dan/atau tim proyek yang berada di ruangan atau lapangan dari proyek
pembangunan Apartemen Podomoro Golf View Cimanggis, Depok dapat
mengklasifikasikan limbah proyek berdasarkan jenisnya selama berada dalam lingkungan
proyek.
d. Memastikan Sub kontraktor dan Mandor mengenal Sistem Manajemen Lingkungan dan
dapat mengidentifikasikan dampak lingkungan yang mungkin timbul dari scope pekerjaan
yang dilakukan.
e. Adanya penghematan energi
Adanya simulasi keadaan darurat lingkungan
f. Tercapainya penerapan 5R yang baik. Berikut adalah total skor 5R dengan kriteria baik
sekali.

Pedoman SMK3L
Pedoman SMK3L yang digunakan proyek dan disusun sebagai pedoman dan penjelasan
bagaimana ketentuan-ketentuan tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50
Tahun 2012, maupun ketentuan OHSAS 18001 dan ISO 14001: 2004 / SNI 19 – 14001 : 2005.
Pedoman SMK3L ini memuat Kebijakan Sistem Manajemen PT. Wijaya Karya Bangunan
Gedung yang mencakup kebijakan K3L, daftar dokumen berupa Prosedur Kerja yang terkait
dengan K3L dan instruksi kerja, serta bagian organisasi K3L. Pedoman ini dapat digunakan
sebagai informasi kepada pihak pelanggan dan berbagai pihak yang berkepentingan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung
pada proyek Podomoro Golf View di Bojong Nangka, Cimanggis, Depok. Pedoman ini juga
dapat digunakan sebagai bahan pelatihan pegawai untuk memahami komitmen perusahaan dan
peranan mereka di SMK3L.

Program Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)


Pada laporan ini terlampir program Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan
(K3L) yang diberlakukan di lokasi Proyek Podomoro Golf View Bojong Nangka,
Cimanggis Depok. Adapun beberapa program yang diamati oleh tim kerja praktek adalah
sebagai berikut :
a. Safety Morning Talk

Program ini dilaksanakan untuk memberikan arah dari pihak SHE kepada setiap pekerja di
proyek. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan kerja praktik,
program Safety Morning Talk dilakukan setiap hari Jum’at (seminggu sekali). Aadapun
pembicara yang menyampaikan materi untuk setiap kegiatan ini dirotasi baik dari bidang
SHE dan K35L (Safety Officer) untuk meberikan arah kepada pekerja dan seluruh pihak
di dalam proyek sebelum pekerjaan dimulai.
Gambar 4.1. Safety Morning Talk di Lokasi Proyek.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

b. Tool Box Meeting


Tool Box Meeting adalah pengarahan secara berkelompok menurut area kerja atau
discipline pekerjaan dilakukan. Pengarahan ini dilakukan mirip dengan safety morning
talk, namun dilakukan oleh pihak produksi.

Gambar 4.2. Toolbox Meeting di Lokasi Proyek.


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

c. Safety Induction
Safety Induction adalah pengenalan dasar-dasar Keselamatan kerja dan Kesehatan Kerja
(K3) kepada karyawan, pekerja baru atau visitor (tamu) dan dilakukan oleh karyawan
dengan jabatan setingkat supervisor (dari divisi SO (Safety Officer) / Safety) dan bisa
juga dilakukan oleh yang paham tentang K3. Safety Induction di lokasi proyek
Konstruksi Bangunan Apartemen Podomoro Golf View Cimnggis, Depok dilakukan
pada seluruh pihak terkait dalam proyek termasuk karyawan, pekerja, visitor, satpam,
dll.

Gambar 4.3. Safety Induction di Lokasi Proyek.


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

d. Rambu-rambu, spanduk.
Rambu-rambu dan spanduk digunakan sebangai pemberi informasi dan peringatan
akan suatu hal (seperti bahaya, petunjuk arah, pemberi keterangan, dll). Pada proyek
pembangunan apartemen ini, rambu – rambu diletakkan pada lokasi kerja sesuai
dengan kebutuhan dan tahap pekerjaan proyek.

Pihak penyelenggaraan sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan


Lingkungan.
Untuk proyek pembangunan Podomoro Golf View Bojong Nangka, Cimanggis Depok ini,
pihak yang merencanakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan
Lingkungan (SMK3L) adalah Wijaya Karya Gedung selaku kontraktor utama. Dalam
proyek ini pihak SHE bertanggung jawab untuk membuat perencanaan K3L dari awal
hingga akhir proyek selesai (seperti identifikasi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
pada proyek, menyediakan alat pelindung diri dan alat keselamatan, melakukan safety
induction untuk seluruh pekerja proyek), membuat program K3L dan melaksanakannya,
hingga melakukan pengawasan terkait kebijakan yang sudah dilaksanakan dengan baik
atau tidak. Berikut ini struktur organisasi SHE yang dibentuk di proyek Pembagunan
Gedung Apartemen Podomoro Golf View Cimanggis, Depok:
Sarana dan Prasarana K3L
4.5.1 Alat Pelindung Diri

No. APD Tim Proyek Tamu Pekerja


1. Standard Helmet Putih Putih Biru
2. Safety Shoe √ - -
3. Safety Boot (karet) - - √
4. Rompi √ √ √
5. Masker √ √ √
6. Sarung Tangan Las - - √
7. Sarung Tangan - - √

Proyek ini berjalan sejak September 2016, maka jumlah pekerja yang sudah
menggunakan Alat Pelindung Diri sudah banyak mengingat pekerjaan beresiko besar. Selain itu,
terdapat pula administrasi K3L untuk subkontraktor yang sudah dibuat dan cukup rinsi sesuai
dengan spesifikasi kerja. Pihak SHE proyek sendiri telah menetapkan kelengkapan minimal yang
harus dimiliki oleh pekerja dari subkontraktor. Pekerja dan subkontraktor diwajibkan mengantongi
surat izin kerja dan surat izin operator untuk pemakaian alat yang masih berlaku, serta memiliki
Identity Card (1D) yang sesuai dengan pekerjaannya. Untuk mendapatkan ID, pekerja harus
memiliki identitas yng dibawa seperti KTP/SIM/Surat Keterangan terkait identitas dari pekerja.
Pekerja yang tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak akan menerima surat perintah kerja dan
akan dipulangkan karena dinilai tidak layat untuk bekerja karena resiko kerja yang tinggi.

4.5.2 Alat Pengaman Kerja (APD)


Selain Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pihak Wijaya Karya Bangunan Gedung.
Alat pengaman kerja yang disediakan sebagai alat pelindung ketika pekerja berada di tempat-
tempat yang membahayakan keselamatan dan untuk menunjang tercapainya manajemen K3
Proyek. Proyek memberikan 3 – 4 Body Harness sebagai Alat Pengaman Kerja tambahan untuk
pekerja dan dipasang ketikan pekerja di lokasi proyek khususnya di daerah ketinggian. Body
Harness adalah perlengkapan yang berguna untuk menjaga pekerja yang sedang melakukan
pekerjaan di ketinggian agar menghindari kemungkinan terjatuh dari tempat ketinggian.
Alat Pengaman Kerja yang tersedia sejauh pengamatan yang dilakukan adalah tali railing
pengaman. Pihak SHE juga sudah melakukan pemasangan sarana perlindungan terhadap
bahayaseperti safety deck, safety net, pengaman lubang, dll. Alat Pengaman Kerja ini dipasang
pada ketiga tower di lokasi proyek. Setiap kenaikan lantai dan tangga scaffolding, maka
pemasangan safety deck, safety net juga dipasang untk menghindari kecelakaan kerja oleh pekerja
di lokasi proyek.

4.5.3 Rambu-Rambu Peringatan


Rambu-rambu telah dipasang di lokasi proyek, seperti di pintu masuk proyek, fabrikasi
bekisting, fabrikasi pembesian, di aera berbahaya di proyek seperti lubang, aliran listrik dll.
Rambu-rambu tersebut sebenarnya telah memenuhi standar dengan lokasi penempatan disesuaikan
dengan kondisi lapangan (lokasi yang kuat, kokoh, dan tidak mudah longsor, sehingga rambu tidak
mudah jatuh) sejauh ini sudah banyak rambu-rambu peringatan yang ada di lokasi proyekn.

4.5.4 Fasilitas K3
Pada proyek konstruksi Podomoro Golf View Cimanggis, Depok telah disediakan
beberapa fasilitas terkait K3 yaitu penangana kecelakaan, penangana kebakaran, penanganan
keamanan, dan penanganan dan penanganan kesehatan.
No. Uraian Penjelasan
A Penangana Kecelakaan
1 Kantor K3L / SHE Office Berdampingan dengan pos security di dekat
pintu masuk proyek
Pos P3K Menjadi satu dengan kantor K3L/SHE office
dengan dilengkapi dengan tandu & kotak P3K
Alat Transportasi Mobil Proyek
Alat Komunikasi HT, TOA
B Penanganan Kebakaran
Alat Pemadan Kebakara APAR terletak di 15 lokasi proyek (3 tower)
dan bedeng (tempat tinggal pekerja)
C Penangana Keamanan
Pos Keamanan 3 Pos (di pintu masuk bangunan, dimana
terdapat 3 bangunan di lokasi proyek)
D Lain-lain
Kantin Pekerja Ada di deket barak pekerja
Toilet Kerja Berada didalam area proyek, toilt untuk tim
proyek, konsultan, dan pekerja yang berbeda
Barak Pekerja /Bedeng Dekat dengan proyek
Rest Area / Dapur Di dekat Kantor Wijaya Karya Bangunan
Gedung

Sanksi Pelanggaran
Setiap pelanggaran pasti memiliki sanksinya masing-masing. Apabila pelanggaran
terjadap manajemen K3L dilakukan oleh sub-kontraktor, maka sanksi yang diberikan tergantung
pada jenis pelanggaran yang dilakukan dan juga kontrak kerja yang sudah disepakati. Sanksi ini
dapat berupa denda hinga pencabutan kontrak. Apabila pelanggaan terhadap manajemen K3L
dilakukan pencabutan kontrak. Apabila pelanggaran terhadap manajemen K3L dilakukan oleh
perorangan, maka diberikan sanksi berupa pemotongan gaji. Jika pelanggran yang dilakukan
adalah pelanggaran keras, maka akan diberhentikan dari pekerjaan.

HIRADC
Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) atau yang
biasa dikenal dengan Identifikasi Faktor Bahaya Penilaian dan Pengendalian Resiko pada proses
produksi/konstruksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. HIRADC merupakan metode yang berfungsi untuk
mengidentifikasi bahaya, menentukan tingkat resiku serta melakukan pengendalian sesuai dengan
resiko yang telah dikelompokkan sesuai ketentuan dari perusahaan khususnya untuk pekerjaan
yang baru dimulai atau sebelum proses konstruksi Bangunan Apartemen Podomoro Golf View
Cimanggis, Depok. Untuk itu, harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Tujuan HIRADC
untuk pekerjaan baru adalah sebagai upaya untuk menurunkan potensi bahaya yang akan terjadi
dan dapat menentukan tindakan pencegahan serta pengendaliannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut pelaksanaan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
menentukan pengendaliannya dapat berupa:
a. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di
lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakterisitk bahaya, maka dapat lebih
berhati-hati dan waspada. Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian resiko sebaiknya
mempertimbangkan:
1) Aktivitas rutin dan non rutin
2) Aktivitas semua individu yang memiliki akses ke tempat kerja
3) Perilaku, kemampuan dan faktor manusia
4) Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang berdampak pada
keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja
5) Bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas pekerjaan
6) Tersedianya infrastruktu, peralatan dan material oleh perusahaan Wijaya Karya
Bangunan Gedung
7) Perubahan atau rencana perubahan baik kegiatan maupun materialnya.
8) Perubahan pada sistem manajemen K3 yang berdampak terhadap operasi, aktivitas
maupun prosesnya

b. Penilaian Risiko
Resiko merupakan manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang
mengakibatkan kemungkina kerugian menjadi lebih besar, tergantung dari cara
pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampah
tahap yang paling berat atau tinggi. Penilaian resiko merupakan proses evaluasi, resiko-
resiko yangdiakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan
pengendalian yang dimiliki dan menentukan apakah resiko dapat diterima atau tidak.

c. Pengendalian Bahaya
Dalam menentukan pengedalian harus mempertimbangkan hirarki pengendalian mulai dari
eliminasi, substitusi, rekayasa teknis, administrasi dan penyediaan alat keselamatan yang
disesuaikan dengan kondisi organisasi, ketersediaan biaya, biaya personil, faktor manusi dan
lingkungan.
Pengendalian resiko merupakan langkah menentukan dalam keseluruhan manajemen
resiko. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi resiko dapat ditentukan apakah suatu resiko
dapat diterima atau tidak. Jika resiko

d. Review secara berkala


Proses pelaksanaan sistem manajemen K3 harus dipantau secara berkala dari waktu ke waktu
untuk memastikan bahwa sistem berjalan sesua dengan rencana. Pemantauan dan tinjauan
ulang dapat dilakukan melalui observasi, laporan, atau rapat pelaksanaan yang diadakan
secara berkala untuk melihat prograas report kemajuan pelaksanaan K3.

e. Resiko yang Dapat Diterima


Evaluasi resiko dilakukan untuk mengetahui resiko dari bahaya yang dapat diterima atau
tidak, hal ini merujuk pada kriteria resiko yang berlaku atau ditetapkan oleh manajemen
organisasi. Resiko yang dapat diterima sering diistilahkan sebagai ALARP – As Low As
Reasonably Practicable, yaitu tingkat resiko terendah yang masuk akal dan dapat dijalankan.
Kriteria resiko diperlukan sebagai landasan memerlukan pengendalian bahaya dan
mengambil keputusan untuk menentukan sistem pengaman yang akan digunakan.
Pengendalian lebih jauh tidak membutuhkan biaya untuk menekan resiko sangat besar
sehingga tidak sebanding dengan manfaatnya.
Contoh HIRADC untuk Proyek ini pada Lampiran.

Anda mungkin juga menyukai