Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
Untuk menjadi seorang Sarjana Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan harus mampu
menguasai dua aspek penting yaitu aspek teoritis dan aspek praktis dalam pelaksanaannya di
lapangan. Pada hakikatnya, saat seorang Sarjana Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan terjun
dalam dunia kerja, kedua aspek teoritis dan praktis tersebut sama-sama dibutuhkan sebagai bekal
pembelajaran. Oleh sebab itu, Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia memberikan
mahasiswanya bekal pembelajaran baik secara teoritis maupun praktikal melalui metode
pembelajaran yang dipelajari seperti praktikum untuk beberapa mata kuliah dan yang lebih nyata
yaitu melalui kerja praktik.
Kerja Praktik adalah mata kuliah spesial yang berfungsi untuk membekali mahasiswa
Teknik Sipil dalam mengembangkan kemampuan praktikal berdasarkan materi teori yang sudah
didapat pada bangku kuliah. Lokasi kerja praktik yang penulis pilih adalah di daerah Cimanggis
yaitu proyek Pembangunan Apartemen Podomoro Golf View. PT Wijaya Karya Bangunan
Gedung (Persero) Tbk. adalah kontraktor utama dalam proyek besar ini. Aspek teoritis dan praktis
harus berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan mempertimbangkan
keseimbangan manusia dan alam sekitar.
Tujuan umum dalam pelaksanaan kerja praktik ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan ilmu praktikal serta gambaran dari pelaksanaan suatu proyek pembangunan
gedung yang berkaitan dengan bidang ilmu Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan.
2. Memahami aspek teknis, manajemen, K3 dan kondisi lingkungan pada suatu proyek
pembangunan gedung.
3. Menerapkan teori-teori yang sudah dipelajari dari kuliah pada keadaan yang dihadapi di
lapangan.
4. Mampu mengidentifikasi masalah yang ada dalam proyek serta dapat melakukan analisa
terhadap masalah tersebut hingga mendapatkan sebuah solusi pemikiran yang konkrit.
5. Sebagai bekal bagi mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup Laporan Kerja Praktik ini didasarkan pada hasil tinjauan dan pengamatan
lapangan selama melakukan kerja praktik yang dimulai pada tanggal 5 Juni 2017 sampai dengan
12 Agustus 2017. Penulis melakukan kerja praktik pada proyek pembangunan Apartemen
Podomoro Golf View, yang berlokasi di Jalan Bojong Nangka, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Developer Agung Podomoro Land mempercayakan proyek pembangunan Real Estate ini pada PT
Wijaya Karya Bangunan Gedung (Persero), Tbk. dengan jangka waktu pengerjaan 28 Bulan
kalender.
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis dalam pekerjaan proyek tersebut hanya
terbatas pada waktu penulis memulai kerja praktik hingga penulis menyelesaikan kerja praktik.
Proses pekerjaan yang dapat diamati oleh penulis selama melakukan kerja praktek adalah :
1. Gambaran Umum Proyek
2. Pekerjaan Teknis
a. Pekerjaan Persiapan dan Pengukuran
b. Pengadaan Material, Peralatan Konstruksi dan Penyimpanan Material
c. Pekerjaan Penyelidikan Tanah
d. Pekerjaan Galian dan Timbunan
e. Pekerjaan Pondasi
f. Pekerjaan Pengukuran Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
g. Pekerjaan Pembesian Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
h. Pekerjaan Bekisting Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
i. Pekerjaan Pengecoran Kolom, Kepala Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
j. Pekerjaan Perawatan Kolom, Kepala Kolom, Shear Wall, Pelat dan Balok
k. Sistem Menejemen Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.
l. Tinjauan Aspek Teknik Lingkungan di Lokasi Proyek
3. Manajemen Proyek
a. Struktur dan Fungsi Organisasi Proyek
b. Manajemen Waktu Proyek
c. Manajemen Biaya Proyek
d. Manajemen Sumber Daya Manusia Proyek
e. Manajemen Pengadaan
f. Manajemen Komunikasi Proyek
g. Manajemen Risiko
Metodologi Penelitian
Metode pengamatan yang kami lakukan pada saat pelaksanaan Kerja Praktik ini
diantaranya adalah:
1. Pengamatan langsung di lapangan (Observasi). Kegiatan pengamatan di lapangan
dilakukan dengan mengamati langsung kegiatan pekerjaan yang terjadi di proyek
selama kerja praktik, seperti metode konstruksi, siklus pekerjaan konstruksi,
pengadaan material dan peralatan yang digunakan, serta kendala dan permasalahan
yang terjadi di lapangan.
2. Wawancara langsung dengan tim pelaksana proyek. Penulis juga melakukan diskusi
dengan dosen pembimbing lapangan dan tim proyek baik kepala divisi, staff, pelaksana
proyek dan konsultan mengenai masalah atau kegiatan pekerjaan yang terjadi di dalam
proyek. Kegiatan tanya jawab ini dilakukan untuk memperoleh penjelasan mengenai
pekerjaan di lapangan untuk dibandingkan dengan teori yang diperoleh di bangku
kuliah.
3. Analisis gambar perencanaan (Shop Drawing) dan hasil pelaksanaan proyek. Penulis
mencoba untuk menerjemahkan gambar site plan, gambar kerja, spesifikasi pekerjaan
dan laporan hasil kerja.
4. Analisis laporan pelaksanaan proyek. Penulis pun menganalisa data-data dokumen
hasil laporan pekerjaan konstruksi, baik berupa laporan mingguan atau bulanan
maupun laporan hasil monitoring.
5. Melakukan studi literatur. Selain melakukan hal-hal diatas, penulis juga perlu
melakukan studi literatur agar mendapatkan hasil pengamatan yang maksimal.
penulis mempelajari referensi artikel maupun jurnal yang berhubungan dengan
pekerjaan yang ada di proyek pembangunan gedung yang sekaligus sebagai
pembanding dengan data-data yang diperoleh.
Sistematika Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan laporan berdasarkan urutan pekerjaan yang
dilakukan di lapangan.
BAB 1. PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang penulisan laporan kerja praktik; Tujuan penulisan
laporan keerja praktik; ruang lingkup yang dibahas dalam laporan; metodologi yang digunakan
untuk memperoleh data – data yang tertuang dalam penulisan laporan; dan sistematika penulisan
laporan.
Pada bab ini diberikan gambaran umum mengenai pelaksanaan proyek yang meliputi latar
belakang pembangunan Apartemen Podomoro Golf View; maksud dan tujuan dibangunnya
Apartemen Podomoro Golf View; struktur organisasi proyek; data non teknis proyek ; dan data
teknis proyek.
Penyelidikan Tanah
Setelah kegiatan pembersihan lahan dan pengukuran dilaksanakan, selanjutnya dilakukan
kegiatan penyelidikan tanah. Penyelidikan tanah dilakukan oleh CV. Amir Jaya Group. Tujuan
dilakukannya penyelidikan tanah adalah sebagai berikut:
1. Menentukan strata lapisan tanah
2. Mengetahui karakteristik dan perilaku tanah
3. Memperoleh lapisan tanah keras
4. Mengetahui letak muka air tanah
Data SPT
a) Metode Mayeerhof = 165,15 – 271,16 Ton
b) Metode Luciano de Court = 133,13 – 300,96 Ton
Dari hasil pengujiannya, pihak CV. Amir Jaya Group memberikan laporan kepada owner
dalam bentuk dokumen tertulis. Pada laporan tersebut pihak CV. Amir Jaya Group memberikan
usulan terkait jenis dan spesifikasi dari pondasi yang dapat digunakan berdasarkan jenis tanah dan
daya dukung yang dimiliki tanah di loksai tersebut. Di dalam laporan tersebut diusulkan bahwa
kedalaman pondasi mencapai 12 meter karena kedalaman tanah keras berada pada kedalaman 10
meter.
Fasilitas Proyek
Pada saat pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi terdapat beberapa fasilitas yang harus
tersedia untuk menjamin lancarnya kinerja proyek. Beberapa fasilitas tersebut diantaranya adalah
direksi keet, kantor SHE, pos keamanan, pagar, pintu proyek, gudang, jalan kerja, listrik dan air
kerja, barak pekerja, dan kantin pekerja.
Gambar 4.1. Jembatan Sementara (Kiri) dan Jalan Akses Proyek (Kanan)
Sumber : Dokumentasi Penulis
.
Gambar 4.1. Kantor SHE
Sumber : Dokumentasi Penulis
4.3.5 Gudang
Gudang merupakan tempat penyimpanan material atau peralatan kerja yang
diperlukan selama proses konstruksi berlangsung. Pada gudang di lokasi proyek
pembangunan Apartemen Podomoro Golf View, gudang digunakan untuk manyimpan
material seperti pipa, semen, multiplex, perancah, hollow, u-head, jack base dan lain
sebagainya. Untuk material seperti bahan aditif yang ditambahkan dalam campuran mortar
akan disimpan di dalam container yang berada di luar gudang. Selain zat aditif, bahan bakar
untuk untuk alat seperti forklift dan oli. Hal ini dikarenakan sifat material yang rentan terhadap
kondisi cuaca tertentu dan mudah terbakar. Sedangkan material – material seperti besi dan
pasir akan langsung ditempatkan pada lokasi pembesian dan lapangan proyek. Selain
digunakan untuk menyimpan material, di gudang juga diarsipkan dokumen – dokumen
penerimaan barang. Kegiatan di gudang dilakukan oleh seorang kepala gudang dengan
dibantu beberapa staf.
P1 900x900
P1A 1800x1200
P1B 1500x1100
P1C 1500x1100
P2 2250x1000
P2A 2900x1100
P3 2250x2100
P3A 2250x3500
P3B 2500x2850
P3C 3000x2800
P3D 2900x2100
P4 2250x2250
P4A 2900x2900
P4B 3000x2250
P4C 3000x2500
P5 2800x2800
Jumlah tiang berdasarkan jumlah pile cap di ringkas dalam tabel berikut ini :
Tipe Pile Cap Total Pile Jumlah Titik Total Pile
P1 1 39 39
P1A 1 1 1
P1B 1 3 3
P1C 1 1 1
P2 2 23 46
P2A 2 1 2
P3 3 15 45
P3A 3 2 6
P3B 3 1 3
P3C 3 1 3
P3D 3 1 3
P4 4 56 224
P4A 4 1 4
P4B 4 2 8
P4C 4 1 4
P5 5 6 30
Untuk beberapa tipe pile cap yang cukup besar dengan total tiang dirangkum dalam
tabel dibawah ini :
P63 63 1 63
P71 71 1 71
P73 73 1 73
P108 108 1 108
P153 153 2 306
Tidak hanya pada awal pekerjaan, survei dilakukan juga setelah pekerjaan
bekisting. Survei pengukuran selain untuk menentukan posisi kolom juga untuk
memastikan agar hasil pengecoran sesuai dengan desain yang ada atau yang disebut
dengan verticality. Verticality bertujuan untuk memastikan bahwa kolom sudah ada
dalam posisi benar-benar tegak vertikal.
Gambar 5.1. Mesin Bar Bender (Kiri) dan Bar Cutter (Kanan)
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 5.1. Pembesian Kolom
Sumber : Dokumentasi Penulis
Dalam penulangan kolom, diameter besi yang digunakan adalah sebagai berikut
:
Penulangan utama = D16, D19, D22
Penulangan sengkang = D10, D13, D16
Penulangan ties = D10, D13, D16
Berikut adalah rangkuman ukuran dimensi dan ukuran kolom yang ada pada
gedung Dahoma atau gedung W :
Level
Kolom
Gambar Lt. Basement - Lt.1 Lt. 1 - Lt. 3 Lt. 1 - Lt. 3
D13 - D10 -
Sengkang Sengkang
100/150/100 100/150/100
C1S
D10 - D10 -
Ties Ties
100/150/100 100/150/100
Selain itu, mutu besi yang digunakan adalah BJTD 40. Sebelum pemasangan,
baja tulangan dibersihkan dari karat, sisik, bahan lumpur, minyak atau bahan lain yang
melekat yang dapat merusak atau mengurangi daya lekatannya terhadap beton. Besi
beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasi RKS, harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek setelah menerima
instruksi tertulis dari QC (Quality Control), dalam waktu 2 x 24 jam.
Sambungan lain dalam fabrikasi tulangan kolom antara lain adalah sambungan
tulangan utama dengan sengkang, tulangan utama dengan ties dan sengkang dengan
ties menggunakan kawat bendrat yang diikat kuat.
Jarak antar sengkang dan ties dikelompokan pada segmen ¼, ½, dan ¼ bentang
kolom. Dimana jarak bersih bentang kolom adalah 2850 mm. Pembengkokan tulangan
pada sengkang harus memenuhi standar yang di tetapkan yaitu sebesar 135 derajat
dengan panjang minimal harus lebih besar dari 6 db. Selain itu, diameter
pembengkokan (R) harus lebih besar dari 6 db. Untuk jarak antar tulangan utama harus
lebih besar dari 1,5 db.
Pada tulangan diikatkan tahu beton atau beton decking serta dipasang sepatu
tulangan dibagian bawah kolom yang berfungsi untuk menjaga jarak antara tulangan
dan bekisiting tidak menempel dan agar terdapat selimut beton. Bilamana perlu
tulangan dapat digeser untuk menghindari pertemuan dengan baja tulangan yang lain,
pipa dan benda-benda lainnya yang tertanam. Jika jarak pergeseran tulangan lebih dari
2 cm, pengaturan tulangan pada bagian tersebut agar mendapat persetujuan pelaksana
dan QC (Quality Control).
Gambar 5.1. Beton Decking atau Tahu Beton
Sumber : Dokumentasi Penulis
Beton dibiarkan mengeras dan setelah 6 hingga 8 jam, bekisiting kolom dapat
dibuka untuk digunakan pada pekerjaan kolom lain. Hasil dari pengecoran dilakukan
pemeriksaan seperti cek dimensi, verticality, dan cek permukaan beton apakah terdapat
retak atau permukaan yang tidak rata. Jika ada beton yang permukaannya tidak rata,
maka dilakukan tambahan pekerjaan penambalan permukaan dengan pelesteran dari
mortar yang dibuat di lokasi. Jika terdapat retak kecil pada kolom beton, maka
dilakukan penambalan pada kolom. Namun penambalan tersebut tidak dapat
dilakukan apabila keretakan yang terjadi sudah sangat besar.
Dibutuhkan sekitar 1046 lembar multiplex untuk zona D1 hingga D8 dan untuk
zona D9 dan D10 (podium) dibutuhkan sekitar 834 lembar multiplex. Sisa dari
pemakaian multiplex atau multiplex yang terbuang adalah sekitar 1% dari total
keseluruhan multiplex. Pekerjaan pemasangan multiplex membutuhkan man power
sebanyak 2 orang dengan durasi pemasangan 1 jam untuk 18 lembar multiplex.
Sehingga didapat produktivitas pekerjaan pemasangan bekisting pelat adalah 126
pcs/hari/2 orang atau 63 pcs/hari/orang. Transportasi vertikal dan horizontal multiplex
dibantu dengan bantuan Tower Crane.
Gambar 5.1. Bekisting Pelat dengan Multiplex
Sumber : Dokumentasi Penulis
Pertama, para pekerja menyusun tulangan pelat sesuai gambar kerja, kemudian
pekerja lainnya mulai mengikat tulangan tersebut dengan kawat bendrat. Selain itu
juga dipasang kaki ayam yang berfungsi untuk menjaga agar elevasi tulangan tiap
lapisan tetap ada dalam posisinya, untuk pelat yang cukup besar dipasang 30 kaki ayam
dan untuk pelat yang kecil dipasang 15 kaki ayam.
Gambar 5.1. Kaki Ayam
Sumber : Dokumentasi Penulis
Beton dibiarkan mengeras hingga 7 hari, bekisiting pelat dapat dibuka setetelah
7 hari. Setelah bekisting dibuka, pelat tersebut diberi reproofing atau support agar tetap
berada pada elevasi yang diinginkan. Hasil dari pengecoran dilakukan pemeriksaan
seperti cek permukaan beton apakah terdapat retak atau permukaan yang tidak rata.
Jika ada beton yang permukaannya tidak rata, maka dilakukan tambahan pekerjaan
penambalan permukaan dengan pelesteran dari mortar yang dibuat di lokasi. Jika
terdapat retak kecil pada beton, maka dilakukan penambalan pada pelat. Namun
penambalan tersebut tidak dapat dilakukan apabila keretakan yang terjadi sudah sangat
besar. Setelah 21 hari, reproofing atau support dibuka dan ditempatkan pada pelat
lainnya yang sedang berumur 7 hari.
4.1.3 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Menurut peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.5 Tahun 1996, tujuan SMK3L adalah
menciptakan suatu Sistem Manajemen Kselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat kerja
serta terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif.
Pedoman SMK3L
Pedoman SMK3L yang digunakan proyek dan disusun sebagai pedoman dan penjelasan
bagaimana ketentuan-ketentuan tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50
Tahun 2012, maupun ketentuan OHSAS 18001 dan ISO 14001: 2004 / SNI 19 – 14001 : 2005.
Pedoman SMK3L ini memuat Kebijakan Sistem Manajemen PT. Wijaya Karya Bangunan
Gedung yang mencakup kebijakan K3L, daftar dokumen berupa Prosedur Kerja yang terkait
dengan K3L dan instruksi kerja, serta bagian organisasi K3L. Pedoman ini dapat digunakan
sebagai informasi kepada pihak pelanggan dan berbagai pihak yang berkepentingan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung
pada proyek Podomoro Golf View di Bojong Nangka, Cimanggis, Depok. Pedoman ini juga
dapat digunakan sebagai bahan pelatihan pegawai untuk memahami komitmen perusahaan dan
peranan mereka di SMK3L.
Program ini dilaksanakan untuk memberikan arah dari pihak SHE kepada setiap pekerja di
proyek. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan kerja praktik,
program Safety Morning Talk dilakukan setiap hari Jum’at (seminggu sekali). Aadapun
pembicara yang menyampaikan materi untuk setiap kegiatan ini dirotasi baik dari bidang
SHE dan K35L (Safety Officer) untuk meberikan arah kepada pekerja dan seluruh pihak
di dalam proyek sebelum pekerjaan dimulai.
Gambar 4.1. Safety Morning Talk di Lokasi Proyek.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
c. Safety Induction
Safety Induction adalah pengenalan dasar-dasar Keselamatan kerja dan Kesehatan Kerja
(K3) kepada karyawan, pekerja baru atau visitor (tamu) dan dilakukan oleh karyawan
dengan jabatan setingkat supervisor (dari divisi SO (Safety Officer) / Safety) dan bisa
juga dilakukan oleh yang paham tentang K3. Safety Induction di lokasi proyek
Konstruksi Bangunan Apartemen Podomoro Golf View Cimnggis, Depok dilakukan
pada seluruh pihak terkait dalam proyek termasuk karyawan, pekerja, visitor, satpam,
dll.
d. Rambu-rambu, spanduk.
Rambu-rambu dan spanduk digunakan sebangai pemberi informasi dan peringatan
akan suatu hal (seperti bahaya, petunjuk arah, pemberi keterangan, dll). Pada proyek
pembangunan apartemen ini, rambu – rambu diletakkan pada lokasi kerja sesuai
dengan kebutuhan dan tahap pekerjaan proyek.
Proyek ini berjalan sejak September 2016, maka jumlah pekerja yang sudah
menggunakan Alat Pelindung Diri sudah banyak mengingat pekerjaan beresiko besar. Selain itu,
terdapat pula administrasi K3L untuk subkontraktor yang sudah dibuat dan cukup rinsi sesuai
dengan spesifikasi kerja. Pihak SHE proyek sendiri telah menetapkan kelengkapan minimal yang
harus dimiliki oleh pekerja dari subkontraktor. Pekerja dan subkontraktor diwajibkan mengantongi
surat izin kerja dan surat izin operator untuk pemakaian alat yang masih berlaku, serta memiliki
Identity Card (1D) yang sesuai dengan pekerjaannya. Untuk mendapatkan ID, pekerja harus
memiliki identitas yng dibawa seperti KTP/SIM/Surat Keterangan terkait identitas dari pekerja.
Pekerja yang tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak akan menerima surat perintah kerja dan
akan dipulangkan karena dinilai tidak layat untuk bekerja karena resiko kerja yang tinggi.
4.5.4 Fasilitas K3
Pada proyek konstruksi Podomoro Golf View Cimanggis, Depok telah disediakan
beberapa fasilitas terkait K3 yaitu penangana kecelakaan, penangana kebakaran, penanganan
keamanan, dan penanganan dan penanganan kesehatan.
No. Uraian Penjelasan
A Penangana Kecelakaan
1 Kantor K3L / SHE Office Berdampingan dengan pos security di dekat
pintu masuk proyek
Pos P3K Menjadi satu dengan kantor K3L/SHE office
dengan dilengkapi dengan tandu & kotak P3K
Alat Transportasi Mobil Proyek
Alat Komunikasi HT, TOA
B Penanganan Kebakaran
Alat Pemadan Kebakara APAR terletak di 15 lokasi proyek (3 tower)
dan bedeng (tempat tinggal pekerja)
C Penangana Keamanan
Pos Keamanan 3 Pos (di pintu masuk bangunan, dimana
terdapat 3 bangunan di lokasi proyek)
D Lain-lain
Kantin Pekerja Ada di deket barak pekerja
Toilet Kerja Berada didalam area proyek, toilt untuk tim
proyek, konsultan, dan pekerja yang berbeda
Barak Pekerja /Bedeng Dekat dengan proyek
Rest Area / Dapur Di dekat Kantor Wijaya Karya Bangunan
Gedung
Sanksi Pelanggaran
Setiap pelanggaran pasti memiliki sanksinya masing-masing. Apabila pelanggaran
terjadap manajemen K3L dilakukan oleh sub-kontraktor, maka sanksi yang diberikan tergantung
pada jenis pelanggaran yang dilakukan dan juga kontrak kerja yang sudah disepakati. Sanksi ini
dapat berupa denda hinga pencabutan kontrak. Apabila pelanggaan terhadap manajemen K3L
dilakukan pencabutan kontrak. Apabila pelanggaran terhadap manajemen K3L dilakukan oleh
perorangan, maka diberikan sanksi berupa pemotongan gaji. Jika pelanggran yang dilakukan
adalah pelanggaran keras, maka akan diberhentikan dari pekerjaan.
HIRADC
Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) atau yang
biasa dikenal dengan Identifikasi Faktor Bahaya Penilaian dan Pengendalian Resiko pada proses
produksi/konstruksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. HIRADC merupakan metode yang berfungsi untuk
mengidentifikasi bahaya, menentukan tingkat resiku serta melakukan pengendalian sesuai dengan
resiko yang telah dikelompokkan sesuai ketentuan dari perusahaan khususnya untuk pekerjaan
yang baru dimulai atau sebelum proses konstruksi Bangunan Apartemen Podomoro Golf View
Cimanggis, Depok. Untuk itu, harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Tujuan HIRADC
untuk pekerjaan baru adalah sebagai upaya untuk menurunkan potensi bahaya yang akan terjadi
dan dapat menentukan tindakan pencegahan serta pengendaliannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut pelaksanaan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
menentukan pengendaliannya dapat berupa:
a. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di
lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakterisitk bahaya, maka dapat lebih
berhati-hati dan waspada. Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian resiko sebaiknya
mempertimbangkan:
1) Aktivitas rutin dan non rutin
2) Aktivitas semua individu yang memiliki akses ke tempat kerja
3) Perilaku, kemampuan dan faktor manusia
4) Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang berdampak pada
keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja
5) Bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas pekerjaan
6) Tersedianya infrastruktu, peralatan dan material oleh perusahaan Wijaya Karya
Bangunan Gedung
7) Perubahan atau rencana perubahan baik kegiatan maupun materialnya.
8) Perubahan pada sistem manajemen K3 yang berdampak terhadap operasi, aktivitas
maupun prosesnya
b. Penilaian Risiko
Resiko merupakan manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang
mengakibatkan kemungkina kerugian menjadi lebih besar, tergantung dari cara
pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampah
tahap yang paling berat atau tinggi. Penilaian resiko merupakan proses evaluasi, resiko-
resiko yangdiakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan
pengendalian yang dimiliki dan menentukan apakah resiko dapat diterima atau tidak.
c. Pengendalian Bahaya
Dalam menentukan pengedalian harus mempertimbangkan hirarki pengendalian mulai dari
eliminasi, substitusi, rekayasa teknis, administrasi dan penyediaan alat keselamatan yang
disesuaikan dengan kondisi organisasi, ketersediaan biaya, biaya personil, faktor manusi dan
lingkungan.
Pengendalian resiko merupakan langkah menentukan dalam keseluruhan manajemen
resiko. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi resiko dapat ditentukan apakah suatu resiko
dapat diterima atau tidak. Jika resiko