Anda di halaman 1dari 4

DCP 3 (1) (2014)

Developmental and Clinical Psychology


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp

POSTPARTUM BLUES SYNDROME


PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

Allades Monalisa Jayasima  , Sri Maryati Deliana, Moh Iqbal Mabruri

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini berusaha menggambarkan secara lebih jelas dan mendalam tentang bagaimana
Diterima Agustus 2014 postpartum blues syndrome pada kelahiran anak pertama. Penelitian ini menggunakan metode
Disetujui September 2014 wawancara (interview) dan observasi. Subjek pada penelitian ini yaitu dua orang ibu postpartum
Dipublikasikan Oktober anak pertama. Penelitian ini penting karena postpartum blues syndrome dapat berkembang menjadi
2014 depresi postpartum bila tidak tertangani dengan baik, sedangkan postpartum blues syndrome biasanya
________________ dianggap sebagai hal wajar karena aktivitas hormon sementara. Hasil penelitian ini menunjukkan
Keywords: bahwa kedua subjek mengalami postpartum blues yang kemunculannya disebabkan oleh beberapa
Postpartum Blues; Birth; faktor. Faktor yang cenderung berperan dari kedua subjek adalah faktor latar belakang psikososial,
First Child. dimana kedua subjek kurang mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat. Faktor lain yang
____________________ juga mencolok, pada subjek pertama adalah faktor pengalaman dalam proses kehamilan dan
persalinan, dan pada subjek kedua merupakan faktor fisik.

Abstract
___________________________________________________________________
This study attempted to describe more clearly and deeply about how the postpartum blues syndrome at birth of
the first child. This study uses interviews and observation method. Subjects in this study are two mothers after
bearing first child. This study is important because postpartum blues syndrome can be postpartum depression if
it is not good handled, and postpartum blues syndrome usually believed as a natural condition because of
several horon activity. The results of this study indicate that the two mothers experiencing postpartum
syndrome its apparition because of some factor. Factors that give an impact from the two subject are the
psychosocial factor, where both subjek getting less of support from closest people. The other factor which also
strike, at the first subject is the experience of bearing and pregnancy process, and at the second subject are
physical factor.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6358
Gedung A1 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: alupdashop@ymail.com

1
Allades Monalisa Jayasima / Developmental and Clinical Psychology 3 (1) (2014)

PENDAHULUAN yang berlangsung selama 3-6 hari dalam 14 hari


pertama pasca melahirkan, di mana perasaan ini
Kehamilan, persalinan dan menjadi berkaitan dengan bayinya (Mansur, 2009 : 156).
seorang ibu merupakan peristiwa dan Postpartum blues ini dikategorikan sebagai
pengalaman penting dalam kehidupan seorang sindrom gangguan mental yang ringan. Oleh
wanita. Persalinan selalu menyertai proses sebab itu, gangguan ini sering tidak dipedulikan
kehamilan seorang ibu. Memulihkan kondisi bahkan sering dianggap sebagai efek samping
fisik setelah melahirkan dan merawat anak dari keletihan, sehingga tidak terdiagnosis dan
menjadi bagian tantangan yang harus dihadapi. tidak tertangani sebagaimana harusnya. Data
Begitu pula dengan kondisi kejiwaan dari penelitian di seluruh dunia secara tegas
(psikologis) ibu, juga akan mengalami menunjukkan bahwa sekitar 50-75% wanita
perubahan. Dari yang semula belum punya mengalami postpartum blues (Mansur, 2009 :
momongan kini ia telah menjadi ibu, orang tua 152).
bagi bayi mungilnya. Menjadi ornag tua adalah Penyebab postpartum blues pada ibu
masa krisis tersendiri dan ibu harus mampu menurut Mansur (2009 : 156-157) : (1) faktor
untuk melewati masa transisi. hormonal, berupa perubahan kadar estrogen,
Secara psikologis, seorang ibu akan progesteron, prolaktin, dan estrol yang terlalu
merasakan gejala-gejala psikiatik setelah rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun
melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan secara bermakna setelah melahirkan. Ternyata
oleh wanita yang tengah mengalami masa estrogen memiliki efek supresi terhadap aktivasi
melahirkan baik secara fisik maupun psikis. enzim monoamine oksidase, yaitu suatu enzim
Sebagian wanita ada yang berhasil menghadapi otak yang bekerja menginaktivasi, baik
hal tersebut, dan sebagian pula ada yang tidak noradrenalin maupun serotonin yang berperan
bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka dalam suasana hati dan kejadian depresi. (2)
yang tidak dapat menyesuaikan diri, mereka faktor demografik, yaitu umur dan paritas. (3)
mengalami gangguan-gangguan psikologis pengalaman dalam proses kehamilan dan
dengan berbagai macam sindrom atau gejala persalinan, kesulitan-kesulitan yang dialami ibu
yang oleh para peneliti disebut dengan selama kehamilannya akan turut memperburuk
postpartum blues (Nirwana, 2011 : 87). Khusus di kondisi ibu pasca melahirkan.
Indonesia kurangnya perhatian terhadap Sedangkan pada persalinan, hal-hal yang
masalah postpartum blues syndrome. tidak menyenangkan bagi ibu mencakup
Tidak sedikit orang yang lamanya persalinan serta intervensi medis yang
menganggap postpartum blues syndrome hanya digunakan selama proses persalinan, seperti ibu
dialami orang wanita-wanita di luar Indonesia. yang melahirkan dengan cara operasi caesar
Serta masih kentalnya tradisi membantu kerabat (sectio caesarea) akan dapat menimbulkan
yang baru melahirkan, semakin memperkuat perasaan takut terhadap peralatan operasi dan
keyakinan kalau wanita Indonesia ‘kebal’ jarum. (4) Latar belakang psikososial wanita
terhadap postpartum blues syndrome. Padahal, yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan,
apabila sang ibu mengalami ketakutan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
ketegangan bathin kebingungan, kecemasan, diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan
kerisauan dan kesusahan-kesusahan tertentu, sebelumnya, status sosial ekonomi, serta
maka interaksi antara ibu dengan anak bayinya keadekuatan dukungan sosial dari
itu bisa terganggu. Interaksi yang terganggu ini lingkungannya (suami, keluarga, dan teman). (5)
biasanya ditandai oleh tangis bayi yang kelelahan fisik, kelelahan fisik karena aktivitas
berlangsung lama, atau tangis yang sangat mengasuh bayi, menyusui, memandikan,
menyayat hati. mengganti popok, dan menimang sepanjang hari
“Postpartum blues” adalah suasana hati bahkan tak jarang di malam buta sangatlah
yang dirasakan oleh wanita setelah melahirkan menguras tenaga. Apalagi jika tidak ada

2
Allades Monalisa Jayasima / Developmental and Clinical Psychology 3 (1) (2014)

bantuan dari suami atau anggota keluarga yang diantaranya kendala keluarnya ASI pada awal-
lain. awal setelah proses persalinan. Perluasan
keluarga juga menyebabkan subjek mulai
METODE memikirkan untuk membina rumah tangga
sendiri bersama suami dan anaknya di rumah
Wawancara yang mereka tinggali sendiri. Konsekuensi dari
Teknik pengambilan data dalam kehamilan berupa berat badan yang berlebih
penelitian ini menggunakan wawancara sebagai setelah melahirkan menjadi stresor tersendiri
metode pengambilan data utama. Menurut Iin bagi subjek. Faktor lingkungan fisik, khususnya
Rahayu dan Tristiadi (2004: 63), wawancara di rumah sakit, juga berpengaruh terhadap
adalah percakapan langsung dan tatap muka kestabilan emosi subjek.
(face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan Subjek dua, menunjukkan gejala
ini dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu postpartum blues karena dipicu penambahan
pewawancara (interviewer) dan yang beban perekonomian keluarga setelah
diwawancarai (interviewee) yang memberikan melahirkan, proses persalinan lama yang tidak
jawaban atas pertanyaan itu. pernah dialami sebelumnya, dan kelelahan fisik.
Sama halnya dengan subjek satu, munculnya
Observasi gejala pada subjek dua juga dipicu karena
Selain melakukan wawancara, adanya penambahan peran dan tanggung jawab
pengambilan data penelitian ini juga dilakukan baru sebagai ibu dalam hal perawatan bayi.
melalui observasi. Observasi ini digunakan Perluasan keluarga juga menyebabkan mertua
untuk melengkapi instrumen utama subjek memiliki harapan agar subjek dan
pengambilan data. Karena menurut penjelasan bayinya bersedia tinggal di rumahnya, sama
Iin dan Tristiadi (2004: 1), observasi adalah seperti ketika sebelum melahirkan. Pemicu lain
pengamatan yang betujuan untuk mendapatkan datang karena adanya pilihan karir setelah
data tentang suatu masalah, sehingga akan melahirkan.
diperoleh suatu pemahaman atau sebagai alat re- Gejala postpartum blues juga muncul
checking atau pembuktian terhadap informasi sebagai reaksi yang dipicu oleh situasi stres.
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Atau peristiwa-peristiwa lain yang dinilai
sebagai potensial stres bagi seorang ibu setelah
HASIL DAN PEMBAHASAN melahirkan. Situasi stres tersebut diantaranya
berkaitan dengan (a) proses persalinan, (b) fisik
Subjek satu, menunjukkan gejala atau cenderung mengarah kepada citra tubuh,
postpartum blues karena dipicu proses persalinan (c) penambahan peran dan tanggung jawab baru
secara sectio caesarea dengan alasan medis yang sebagai ibu, (d) konsekuensi perluasan keluarga,
menimbulkan konsekuensi beban finansial (e) kelelahan fisik, (f) kurang merasakan
proses persalinan yang belum terfikir dukungan sosial, dan (g) tekanan lingkungan
sebelumnya, munculnya pandangan negatif dari fisik
tetangga karena seharusnya bisa bersalin
normal, luka operasi membekas, perasaan tidak SIMPULAN DAN SARAN
bisa benar-benar menjadi perempuan, terganggu
aktivitas keseharian karena luka operasi, luka Simpulan
operasi membuat subjek tidak bisa melakukan Proses persalinan akan menimbulkan
upaya-upaya langsung untuk mengecilkan berat kerentanan baru, yaitu kerentanan biologis dan
badannya. munculnya situasi stressfull baru. Kerentanan
Faktor pemicu juga berkaitan dengan biologis yang dimaksud adalah proses persalinan
penambahan peran dan tanggung jawab baru yang mungkin tidak sesuai dengan harapan,
sebagai ibu dalam hal perawatan bayi, termasuk mengalami penurunan ketahanan fisik, dan

3
Allades Monalisa Jayasima / Developmental and Clinical Psychology 3 (1) (2014)

ketidakseimbangan hormonal. Sejumlah DAFTAR PUSTAKA


konsekuensi yang muncul akibat proses
persalinan dan penambahan anggota keluarga Ardani, Tristiadi dan IIn Tri Rahayu. 2004. Observasi
baru, peristiwa-peristiwa setelah melahirkan, dan Wawancara. Malang : Bayumedia
tekanan dari luar (tekanan sosial, pengalaman Publishing.
Brown, Walter Armin. 1980. Psychological Care During
perubahan kehidupan, stres yang diperpanjang,
Pregnancy and the Postpartum Period. New York
status ekonomi, dan tekanan lingkungan fisik),
: Raven Press.
merupakan situasi stressfull yang harus dihadapi Dina, Sulaeman., Mamiek. 2007. Oh, Baby Blues.
oleh subjek. Situasi stressfull tersebut dapat Jakarta : Femmeline.
mempengaruhi timbulnya postpartum blues Elvira, Sylvia D. 2006. Depresi Pasca Persalinan.
syndrome. Jakarta : Balai Penerbit fakultas kedokteran
Adanya kerentanan biologis, kerentanan Universitas Indonesia.
psikologis, situasi stresfull, dukungan sosial Gutira, Tia. 2011. Hubungan Antara Dukungan
kurang, dan strategi yang maladaptif, bersama- Keluarga Dengan Kejaadian Baby Blues Syndrome
pada Ibu Post Sectio Caesaria. Skripsi UMS.
sama memberi kontribusi bagi berkembangnya
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk
postpartum blues, yaitu kumpulan gejala yang
Kebidanan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
terdiri dari kognisi yang terdistorsi, perubahan Manurung, Suryani dan kawan-kawan. 2011.
mood yang tidak pasti, gejala perilaku, dan Efektivitas Terapi Music Terhadap Pencegahan
gejala psikosomatis. Postpartum Blues Pada Ibu Primipara Di Ruang
Saran Kebidanan RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian dan urgensi Pusat. Bulletin Penelitian Sistem Kesehaan –
penelitian, maka dapat dijelaskan beberapa Vol 14 No. 1 Januari.
implikasi untuk pihak yang terkait sebagai Modul. 2004. Asuhan Kebidanan. Semarang : Sister
School Program, Dinas Kesehatan Propinsi
berikut (1) subjek, diharapkan menunjukkan
Jawa Tengah.
keterbukaan dengan menerima situasi stressfull,
Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
menerima keadaan diri, merasakan adanya Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
jaminan rasa aman dari lingkungan sekitar, Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Kesehatan
berkeluh kesah atau mencari informasi, percaya Wanita. Yogyakarta : Muha Medika.
terhadap kemampuan diri dan terhadap anggota Nonacs, Ruta M., Cohen, Lee S. (editors). 2005.
keluarga, dan menjalani proses belajar secara Mood and Anxiety Disorders During Pregnancy
bertahap. (2) Ibu postpartum anak pertama, and Postpartum (Review of Psychiatry Series,
diharapkan dapat mengetahui mengenai apa itu Volume 24, Number 4; Oldham JM and Riba
MB, series editors). Washington, DC,
postpartum blues, meningkatkan pengetahuan
American Psychiatric Publishing.
mengenai postpartum blues. (3) Suami dan
S, Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas.
keluarga, perlu menyadari bahwa dukungan Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
sosial sangat bermanfaat bagi pencegahan atau Suryati. 2008. The Baby Blues and Postnatal Depression
penanganan postpartum blues. (4) masyarakat, (Jurnal Kesehatan Masyarakat). Bulletin
memahami bahwa postpartum blues wajar terjadi Penelitian Sistem Kesehatan.
pada ibu-ibu setelah melahirkan tanpa Reiss, Uzzi dan Yfat Reiss. 2004. Menjadi Ibu Bahagia
mengesampingkan resiko yang ditimbulkan Pasca-Persalinan. Jogjakarta : Luna Publisher.
sehingga dapat memberikan dukungan Wolman, Benjamin B. 1977. International Encyclopedia
of Psychiatry, Psychology, Psychoanalysis, &
penghargaan. (5) Peneliti lain, dapat
Neurology. New York : Aesculapius Publisher,
menggunakan hasil penelitian ini sebagai
Inc.
sumber referensi dan kerangka fikir dengan Postpartum Blues, diunduh 10 Agustus 2014.
mempertimbangkan kesesuaian konteks http://bidansepritamaharani.wordpress.com
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai