Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Ergonomi

Ergonomi berasal dari dua kata Yunani yaitu ”Ergon” dan ”nomos” yang berarti kerja
dan aturan. Ergonomi adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari interaksi antara
manusia dan objek yang digunakan serta kondisi lingkungan. Ergonomi juga
mempelajari penyesuaian antara desain peralatan dan pekerjaan dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia (Mechanical Engineering/Institute of
Production Engineering Work Science/ Ergonomics, 2005). Ergonomi adalah ilmu,
teknologi dan seni untuk menserasikan alat-alat, cara kerja dan lingkungan, pada
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia, sehingga diperoleh kondisi kerja dan
lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas
yang setinggi-tingginya (Manuaba, 1998).
Tujuan Ergonomi
Sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner, mengintegrasikan berbagai elemen
keilmuan, seperti misalnya fisiologi, anatomi, kesehatan, teknologi, desain dan ilmu
lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Tujuan ergonomi adalah (Manuaba, 1998)
(a) meningkatkan kesejahtetaan fisik dan mental; (b) meningkatkan kesejahteraan
sosial; (c) keseimbangan rasional antara sistim manusia atau manusia-mesin
dengan aspek teknis, ekonomi, antropologi, budaya. Untuk mengimplementasikan
tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh satu aspek saja, ke tiga hal tersebut harus
diintegrasikan secara menyeluruh. Untuk mengimplementasikan tujuan yang ingin
dicapai perlu berpijak kepada kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia.
Dengan tujuan yang ideal adalah mengatur pekerjaan tersebut berada dalam batas-
batas di mana manusia bisa mentolerirnya, tanpa menimbulkan kelainan (Manuaba,
1998). Di sisi lain perlu pula diperhatikan aspek task, organisasi dan lingkungan,
serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap tubuh. Akibat pengaruh dari ketiga aspek
tersebut, dari masing-masing aspek atau secara bersamaan dapat menimbulkan
beban tambahan di luar beban dari pekerjaan yang sesungguhnya. The Joy
Institute (1998) mengungkapkan tujuan akhir dari ergonomi adalah meningkatkan
produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan kualitas hidup. Chavalitsakulchai dan
Shahnavaz (1993) mengemukakan bahwa, ergonomi dapat menurunkan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Manuaba (1998), lebih terperinci mengatakan manfaat
penerapan ergonomi antara lain pekerjaan lebih cepat selesai; resiko penyakit akibat
kerja kecil; kelelahan berkurang; rasa sakit berkurang atau tidak ada. Ergonomi juga
diperlukankarena adanya berbagai dampak pembangunan seperti adanya
kecelakaan; adanya penyakit akibat kerja; adanya polusi; adanya ketidak puasan
kerja, dan banjir dan bencana lainnya. Ergonomi dikatakan sebagai management itu
sendiri, karena keberhasilan ergonomi, jika dimanfaatkan sejak perencanaan dan
memperhatikan bagaimana memilih dan mengalihkan teknologi, menyusun
organisasi kerja yang tepat sehingga pada akhirnya akan terjadi hubungan dan
kepuasan kerja yang baik. Lebih jauh Manuaba (2001) mengungkapkan dari aspek
definisi, ergonomi dan Total Quality Management (TQM) punya tujuan yang sama
yaitu berorientasi kepada dipenuhinya keinginan atau kebutuhan para pelanggan.
Dalam rangka kompetisi globalisasi, setiap produk yang dihasilkan hendaknya
benar-benar harus kompetitif, dengan kata lain harus memiliki nilai tambah. Serta
produk yang sudah diproses melalui pendekatan ergonomi akan memiliki berbagai
kelebihan, misalnya lebih aman dioperasikan, lebih nyaman digunakan, lebih sehat
karena tidak memiliki sumber penyakit, lebih produktif, karena tidak cepat
menimbulkan kelelahan. Walaupun tujuannya sudah jelas terkadang ergonomi
masih diragukan dalam operasionalnya, yang disebabkan oleh karena tidak adanya
pencatatan yang baik serta tidak proaktifnya mempresentasikan keberhasilan yang
telah dicapai (Hendrick, 1997). Grob dan Dong (2006) melaporkan sebagian besar
penelitian yang mengungkapkan ekonomi di dalam ergonomi hanya
mengungkapkan intervensi ergonomi hanya menguntungkan dalam meningkatkan
keselamatan dan produktivitas atau keduannya, dan tidak melaksanakan pencatatan
lain dari intervensi ergonomi yang dilaksanakan. Ada delapan aspek yang perlu
diperhatikan dalam memecahkan masalah dalam ergonomi yaitu nutrisi,
pemanfaatan tenaga otot, sikap kerja, kondisi lingkungan, kondisi waktu, kondisi
sosial, kondisi informasi, interaksi manusia mesin (Manuaba, 2003).
Teknologi Tepat Guna
Teknologi Tepat Guna (TTG) terdiri dari kata Teknologi dan Tepat Guna. Teknologi
diartikan sebagai segala usaha, cara, teknik, alat atau hasil budi daya manusia pada
umumnya untuk memeperoleh cara dan hasil kerja yang lebih berhasil dan berdaya
guna. Tepat Guna artinya adalah tepat dan berguna dilihat dari segala aspek
kehidupan. Sehingga TTG adalah hasil budi daya manusia yang tepat dan berguna
dilihat dari segala aspek kehidupan (Manuaba, 1983). Agar hasil budi daya manusia
mampu tepat dan berguna dilihat dari segala aspek kehidupan, maka harus
dianalisis dari aspek-aspek: Secara teknik memang lebih efisien di dalam
pemakaian dan kemungkinan perawatannaya; Secara ekonomis memang
menguntungkan;Dari segi kesehatan/ergonomi dapat dipertanggungjawabkan;Dapat
diterima dan ditolerir dari sosio-budaya;Tidak merusak lingkungan, danHemat
energi.
Pada tahun 1977, ketika tokoh ergonomi Prof. Adnyana Manuaba bertugas di ILO
Geneve, pendekatan Tekonologi Tepat Guna telah mulai di tumbuh kembangkan
(Manuaba, 2004) dan pengungkapan dalam suatu seminar ”The Phillippine PIAC
Seminar” lebih mengukuhkan istilah Teknologi Tepat Guna dalam rangka memilih
dan alih teknologi (Manuaba, 1977). Di era tahun 80 GBHN telah memuat tentang
Teknologi Tepat Guna yang antara lain dirumuskan dengan ”Di dalam pemanfaatan
ilmu dan teknologi, hendaknya berorientasi pada Teknologi Tepat Guna, lebih
bersifat padat karya, tidak merusak lingkungan hidup dan hemat akan penggunaan
sumber energi (Manuaba, 1983). Pada Tahun 1980 Balai Higene Perusahan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bali, mengadakan Lokakarya dengan tema
Integrasi Ergonomi/Hiperkes dalam Pembangunan pada saat itu telah diungkapkan
dalam rangka pemilihan teknologi harus dikaji secara Teknologi tepat Guna yang
terdiri dari aspek-aspek: Secara teknik memang lebih efisien di dalam pemakaian
dan kemungkinan perawatannaya; Dilihat dari aspek ekonomis memang
menguntungkan;Dari segi kesehatan/ergonomi dapat dipertanggungjawabkan;Dapat
diterima dan ditolerir dari sosio-budaya, dalam hal ini tidak bertentangan dengan
nilai-nilai budaya yang ada dan tidak menyebabkan problem sosial; Di samping itu
teknologi baru tersebut jangan sampai merusak lingkungan hidup dan memboroskan
sumber alam.
Pada saat ini TTG hanya diperkenalkan dengan empat aspek sedangkan dua aspek
lain sebagai persyaratan pelengkap saja. Demikian pula pada tahun 1982 diadakan
kursus ”Orientasi Ergonomi, Hiperkes dan Keselamatan Kerja bagi Konsultan Sektor
Bangunan”, Teknologi Tepat Guna diungkapkan dengan empat aspek dan dua
tambahan yang lain.
Di dalam melaksanakan TTG tersebut agar berasil, berkelanjutan dan lestari harus
pula dikaji dengan pendekatan holistik, sistemik dan interdisipliner. Pada akhir-akhir
ini tiga komponen sebagai persyaratan pelaksanaan TTG agar berhasil, telah
ditambahkan satu kata lagi yaitu partisipasi. TTG ini dikenal juga sebagai suatu
pendekatan ergonomi holistik, yang aspek-aspeknya sama dengan kriteria Teknologi
Tepat Guna dalam menangani suatu masalah atau dalam rangka alih dan pilih
teknologi (Manuaba, 2003).
Penjelasan dari komponen pendekatan TTG atau ergonomi holistik tersebut adalah
sebagai berikut; Secara teknis harus bisa dipertanggung-jawabkan, artinya bahwa
teknik yang digunakan tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku, sesuai dengan standard, bahan yang biasa dipakai, komponen yang biasa
dipergunakan, metode pembuatan, masukan para spesialis, mudah dirawat, mudah
didaur ulang, interfacedengan lingkungan dan siklus hidup yang optimal. Secara
ekonomis harus dikaji melalui pendekatan holistik, sehingga keputusan akhir sesuai
dengan kebutuhan dan prioritas yang ada. Faktor yang diperhitungkan harus ada
kaitannya dengan pasar, finansial, pengeluaran, waktu, keuntungan
bagi stakeholder, kompetitis, besarnya atau tipe pasar, trend masa depan, kebijakan
pelayanan, dan perhitungan akan beban dan penyimpangan. Secara ergonomis
prinsip-prinsipnya harus bisa bulit-in masuk di dalam proses desain atau
perencanaan, seperti memenuhi kebutuhan pengguna dan bukan pengguna, profil,
prilaku, kenyamanan, kemudahan, tuntutan fisik dan mental, intruksi, umpan balik,
kepuasan pengguna, pemeliharaan dan keamanan produk, produk dan pengguna
serasi.Secara sosiokultural teknologi yang diterapkan harus dapat meliputi norma,
nilai, kebiasaan, keinginan, impian, agama, kepercayaan, kebutuhan
pemakai, taboo, estetika, fashion, gaya serta kualitas dari produk harus menjadi
pertimbangan.Hemat akan energi berarti bahwa produk yang dihasilkan harus
mempunyai kontribusi yang bermakna terhadap prinsip pembangunan yang berlanjut
dan tidak justru menghancurkan keberadaannya.Tidak merusak lingkungan artinya
agar produk tidak memberikan sesuatu kepada lingkungan, seperti kantong plastik,
polusi ke segala sasaran seperti lahan, sungai, air dan udara, setiap keluaran dari
produk agar tidak menyebabkan polusi sebagai polutan.
SHIP (Sistemik, Holistik, Interdisipliner dan Partisipasi)
Penerapan ergonomi di segala sektor selalu mengikuti perkembangan jaman, ketika
jaman globalisasi, maka partisipasi pemakai produk ergonomi, yang dalam hal ini
biasanya tenaga kerja, di dalam setiap keputusan mutlak harus didengarkan.
Pendekatan semacam ini dikenal dengan sebutan pendekatan ergonomi partisipasi,
pendekatan ini akan lebih berhasil jika dilakukan dengan cara bersistem (systemic),
menyeluruh (holistic), interdisipliner (interdisciplinary) (Manuaba, 1999).
Dalam suatu kesimpulan makalah yang disampaikan dalam seminar Nasional
Ergonomi di Surabaya tahun 1999, oleh pakar ergonomi Manuaba, pendekatan
dalam ergonomi yang mengandung unsur: bersistem (systemic), menyeluruh
(holistic), interdisipliner (interdisciplinary) serta partisipasi dikemas dalam suatu
bentuk yang disebut dengan sebutan SHIP.
Pada tahun ini juga pada suatu pertemuan International antara pengusaha,
akademisi dan pemerintah di Manila konsep ini telah diterima secara aklamasi
sebagai suatu konsep dalam ergonomi untuk melengkapi konsep-konsep yang telah
ada sebalumnya.
Pengujian konsep ini telah dilaksanakan untuk pertama kali di dalam suatu workshop
”Pembangunan Berlanjut Bali” dengan hasil yang sangat memuaskan (Manuaba,
2004). Unsur-unsur SHIP ini terdiri dari: sistemik, holistik, interdisipliner dan
partisipasi, penjelasan unsur-unsur adalah sebagai berikut:
Sistemik diartikan sebagai pendekatan bersistem, di mana semua usaha perbaikan
atau pemecahan masalah yang ada akan mempengaruhi pekerja, pekerjaan,
tempat, waktu pelaksanaan pekerjaan serta akan mempengaruhi sektor
pembiayaan. Sehingga segala sesuatu yang berkaitan harus diperhitungkan dengan
seksama. Hal ini dapat diupayakan dengan cara mempertimbangkan prisip-prinsip
ergonomi, dalam penggalian, proses, pemecahan, serta dalam pelaksanaan dari
pemecahan masalah yang ada.
Holistik adalah intervensi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah harus
dikaji lagi dari beberapa sistem yang punya hubungan signifikan dan relevan. Di
mana intervensi yang dilakukan harus dipertimbangkan secara teknis, ekonomis,
ergonomis dan sosiobudaya bisa dipertanggungjawabkan, hemat energi dan tidak
merusak lingkungan, serta intervensi yang diterapkan tidak sampai menimbulkan
masalah baru setelah program dilaksanakan.
Interdisipliner berarti dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh para pekerja
memanfaatkan secara maksimal analisis dari disiplin yang terkait. Dalam penelitian
ini akan dibentuk tim kerja yang terdiri dari: pekerja sebagai pemakai teknologi yang
akan digunakan; ergonom, desainer serta disiplin lain yang terkait dengan
permasalahan yang ada. Tugas dari tim kerja adalah menggali permasalahan yang
ada, merencankan, melaksanakan, mengevaluasi serta melaksanakan hasil evaluasi
yang dihasilkan.
Partisipasi artinya keterlibatan setiap individu atau tim, diharapkan tidak hanya fisik
saja tetapi juga pikiran dan perasaan. Sehingga akan didapatkan suatu hasil
pemecahan masalah yang optimal, sistem kerja dan produk yang manusiawi,
berkualitas, kompetitif dan lestari sesuai dengan keinginan semua pihak. Pekerja
dilibatkan secara aktif dalam memecahkan masalah serta mendiskusikan waktu,
jenis, cara terbaik dalam penerapan, jumlah serta biaya intervensi yang
dilaksanakan.
Nagamachi (1993) mengungkapkan ergonomi partisipasi adalah pekerja
berpartisipasi aktif dengan semua pihak termasuk manajer untuk menerapkan
prinsip-prinsip dan pengetahuan ergonomi di tempat kerja untuk meningkatkan
kondisi kerja. Michele (2006) menjelaskan ergonomi partisipasi adalah keterlibatan
pengguna dan penyelenggara dalam mengidentifikasi dan menganalisis
permasalahan. Ergonomi partisipasi merupakan salah satu dari komponen
pendekatan ergonomi makro yang mampu meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja (Imada, 1993).
Menurut Manuaba (1999; 2000) ergonomi partisipasi adalah keterlibatan mental dan
emosi setiap orang dari suatu kelompok yang mendorong mereka untuk
berkontribusi dan bertanggung-jawab untuk mencapai tujuan bersama. Ada tiga ide
penting dalam hal ini yaitu: keterlibatan (involvement), kontribusi (contribution) dan
tanggung jawab (resposibility).
Menurut Well (2002) ergonomi partisipasi adalah suatu proses dan sistem yang
melibatkan semua pihak dalam perencanaan dan kontrol dengan seluruh
kemampuan kerja, dan pengetahuan untuk meningkatkan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang ingin dicapai memiliki beberapa keuntungan yaitu: meningkatkan
efektivitas, gampang dalam penerapan, meningkatkan komunikasi antar pekerja,
menurunkan resiko faktor psikis.
Sedangkan menurut pemahaman total quality mangement yang dimaksud dengan
partisipasi total adalah mengusahakan partisipasi total dari seluruh pimpinan
puncak, staf dan karyawan pada semua tingkat hirarki perusahaan dan seluruh
kemampuan dari setiap karyawan perusahaan harus dimanfaatkan secara optimal
apabila menghendaki perbaikan terus menerus untuk memenuhi kepuasan
konsumen (Ibrahim,1997).
Oleh karena itu, partisipasi dari semua pihak sangat menentukan dalam pemecahan
masalah, serta pembentukan tim untuk mendukung pelaksanaannya sangat
diperlukan. Jika dipandang dari sudut manajemen mutu terpadu tugas tim ini adalah
membuat rencana (plan), mengerjakan atau melaksanakan (do), mengevaluasi
(check), serta menindaklanjuti hasil dari evaluasi yang dilaksanakan (act)
(Ibrahim,1997).
Sehingga jika dikombinasikan dengan bagan dari Louis (1993), tentang tugas tim
memecahkan masalah dengan pendekatan ergonomi partisipasi, diharapkan
masalah yang ada dapat dipecahkan dengan baik.
Ergonomi Total
Dari tahun 1977, dalam ergonomi telah diperkenalkan konsep Teknologi Tetap Guna
dalam memilih dan alih teknologi. Dalam perjalanan waktu konsep tersebut dalam
penerapannya mendapatkan hambatan-hambatan, sehingga masih terdapat
kecelakaan, penyakit akibat dari pekerjaan yang dilaksanakan. Oleh karenanya itu
dipandang perlu untuk mengkaji lebih mendalam agar konsep tersebut dapat
diterapkan dengan berhasil, berkesinambungan, aman, lestari dan dipertanggung-
jawabkan. Sehingga konsep TTG tersebut dalam penerapannya harus dikaji lagi
dengan sistemik, holistik, ineterdisipliner dan partisipasi. Konsep tambahan ini telah
diperkenalkan sejak tahun 1999, yang dikenal denga istilah SHIP.
Penggabungan kedua konsep ini oleh konseptor yaitu Prof. Adnyana Manuaba,
kemudian disebutkan dengan istilah Pendekatan Ergonomi Total. Dan konsep ini
telah memiliki aspek legal dengan masuknya di dalam GBHN era tahun 80 dan
kemudian dalam GBHN 1999-2000 atau TAP MPR RI No. 4/1999, khususnya sektor
pariwisata dan budaya, yang jiwanya dapat diterapkan di semua sektor
pembangunan (Manuaba, 2004). Aspek Ergonomi Total ini terdiri dari 6 kriteria dari
Teknologi Tepat Guna yaitu: Secara teknik memang lebih efisien di dalam
pemakaian dan kemungkinan perawatannaya, Secara ekonomis memang
menguntungkan, Dari segi kesehatan/ergonomi dapat dipertanggungjawabkan,
Dapat diterima dan ditolerir dari sosio-budaya, Tidak merusak lingkungan, dan
Hemat energi. Serta empat dari aspek SHIP yaitu: sistemik, holistik, interdisipliner
dan partisipasi. Pendekatan inilah yang dikembangkan sampai saat ini, agar
pembanguna berhasil, berkesinambungan, aman, lestari dan dapat dipertanggung-
jawabkan.
Konsep ini telah diterapkan melalui lebih dari 29 lokakarya dalam rangka
memberdayakan sumber daya manusia, yang terkait dengan pembangunan. Dalam
dunia pendidikan dan penelitian telah pula diperkenalkan melalui mahasiswa
pascasarjana Ergonomi, di mana para mahasiswa dilatih selama pendidikan untuk
bisa melihat, menganalisis, membuat kebijakan dan mengambil keputusan secara
ergonomi total. Demikian pula dalam tesis dan disertasi para mahasiswa terlihat
dengan jelas bagaimana pendekatan Ergonomi Total ini benar-benar diusahakan
implementasinya.
Dalam dunia pengabdian pada masyarakat telah pula diperkenalkan dan
disosialisasikan di dalam setiap aktivitas yang melibatkan stakeholder, demikian pula
melalui artikel dalam surat kabar, ataupun dalam kesempatan sebagai pembahas
atau pembawa makalah di berbagai seminar.
Daftar Pustaka
Chavalitsakulchai, P. dan H. Shahnavaz 1993. Ergonomics method for prevention of
the muskuloskeletal discomfort among female industrial workers: Physical
characteristics and work factor. Journal of Human Ergology, 22: 95-113.
Grob, H and Dong, X. 2006. Ergonomics and the Economic Payoff in
the Construction Sector. [cited 2006 February 02]. Available at:
URL: http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm
Hendrick, H.W.1997. Good Ergonomics is good Economics. Proceeding Asean
Ergonomics 97. 5th SEAES Conference. Ed. Halimahtun M. Khalid. Kuala Lumpur:
IEA Press.
Hendrick, H.W.1997. Good Ergonomics is good Economics. Proceeding Asean
Ergonomics 97. 5th SEAES Conference. Ed. Halimahtun M. Khalid. Kuala Lumpur:
IEA Press.
Manuaba, A. 1977. Choice of Technology and Working Conditions in Rural Area.
The Philippine PIAC Seminar. Manila.
Manuaba, A. 1983. Ergonomi/Hiperkes dan Produktivitas. Kumpulan Naskah
Ceramah Kursus Orientasi Ergonomi, Hiperkes dan Keselamatan Kerja bagi
Konsultan Sektor Bangunan. Denpasar: Balai Higene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Bali. Dirjen Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Manuaba, A. 1983. Teknologi Tepat Guna. Kumpulan Naskah Ceramah Kursus
Orientasi Ergonomi, Hiperkes dan Keselamatan Kerja bagi Konsultan Sektor
Bangunan. Denpasar: Balai Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bali. Dirjen Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Manuaba, A. 1987. Menggali Potensi Ergonomi untuk Pembangunan. Proceedings
Pertemuan Nasional Ergonomi. Bandung: Gedung Laboratorium Teknik III, ITB. 9-10
Oktober.
Manuaba, A. 1999. Penerapan Pendekatan Ergonomi Partisipasi dalam
Meningkatkan Kinerja Industri. ”Makalah’ Disampaikan dalam Seminar Nasional
Ergonomi Reevaluasi Penerapan Ergonomi dalam Meningkatkan Kinerja industri.
Surabaya: 23 November 1999.
Manuaba, A. 1998. Bunga Rampai Ergonomi: Vol I. Program Pascasarjana
Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas Udayana, Denpasar.
Manuaba, A. 2001. Persamaan Tujuan Ergonomi dan Total Quality Management.
Disampaikan pada Tutorial Ergonomi. 9-10 Juli 2001. Denpasar: Bagian Faal,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Manuaba, A. 2003. Holistic Ergonomic Design as a Strategy To Integrate
Occupational Health – Safety System Managemant into The Enterprise Management
System. Presented at 2nd NIEC (National Industrial Conference). Surabaya
Indonesia.
Manuaba, A. 2004. Pendekatan Total Perlu untuk adanya Proses Produksi dan
Produk yang Manusiawi, Kompetitif dan Lestari.Makalah. Disampaikan pada
Seminar Teknik Industri Universitas Atmajaya. Yogyakarta.
Nagamachi, M. 1993, Participatory ergonomics; A unique technology science, The
Ergonomics of Manual Work, Proceedings of the International Ergonomics
Association World Conference on Ergonomics of Materials Handling and Infomation
Processing at Work, Warsaw, Poland, 14-17 june 1993. 41-48.
Michelle M. Robertson. 2006. Macroergonomics: A Work SystemDesign Perspective.
[cited 2006 January 24]. Available from: URL: http://www.ergonomie-self.org.
Mechanical Engineering/Institute of Production Engineering Work Science/
Ergonomics, 2005, Work Science / Ergonomics – What Is It?. [cited 2006 February
01]. Available at: URL: http://141.99.140.157/d/aws/index.htm.
The Joyce Institute. 1998. Workplace Ergonomics. [cited 2006 November 26].
Available at: URL: http://www.ergonomi/joyce-workergs.html.
Imada.A.S.1993. Macroergonomic Approaches for Improving Safety and Health in
Flexible, Self Organizing Systems. The Ergonomics of Manual Work, Proceedings of
the International Ergonomics Association World Conference on Ergonomics of
Materials Handling and Infomation Processing at Work, Warsaw, Poland, 14-17 june
1993. 477-480.
Manuaba, A. 2000. Participatory ergonomics Improvement at The workplace. Jurnal
Ergonomi Indonesia Vol. I No.1. Juni 2000: 6-10.
Well, R. 2002. Participatory Ergonomics Process Design Change. [cited 2006
February 16]. Available from: URL: http://www.waterloo.ca/~well/exposure-
consepts.htm.
Ibrahim, B. 1997. TQM. Panduan untuk menghadapi Persaingan Global. Jakarta:
Djambatan.

Anda mungkin juga menyukai