Anda di halaman 1dari 16

EKOSISTEM ESTUARI

Channia Noor Aisyah


17/409660/PN/15048
Teknologi Hasil Perikanan
Intisari

Menurut Nyabakken menyatakan estuari adalah bentuk teluk di pantai yang sebagian
tertutup di mana air laut dan air tawar bertemu dan bercampur. Estuari juga dapat
diartikan sebagai perairan yang semitertutup yang berhubungan bebas dengan laut
sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Meskipun
demikian, proses percampuran ini adalah sesuatu yang kompleks.Tujuan dari
praktikum ini yaitu untuk mempelajari karakteristik ekosistem estuari(muara) dan
faktor pembatas-pembatasnya, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur
lingkungan dengan populasi biota estuary, dan untuk mempelajari perairan estuari
berdasarkan atas indeks diversitas plankton. Praktikum ekosistem estuari dilaksanakan
di kawasan pesisir Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul pada tanggal 18 Maret 2018
pukul 10.00 WIB sampai selesai. Lokasi pengamatan dibagi menjadi 6 stasiun. Jumlah
stasiun pada praktikum kali ini yaitu 6 stasiun. Parameter yang diamati yaitu parameter
fisik (suhu udara, suhu air, kecerahan, TSS), parameter kimia (DO, CO2 bebas, PH,
salinitas, BOD0, BOD5, BOD, dan bahan organik), dan parameter biologi(plankton).
Hal tersebut digunakan untuk mengukur kualitas air masing-masing stasiun
berdasarkan indeks diversitas plankton. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh
menurut parameter biologi, berdasarkan diversitas plankton yang ada kualitas air yang
paling baik berada di stasiun 6. Sedangkan menurut parameter fisika dan kimia stasiun
yang memiliki kualitas air paling baik berada pada stasiun 3.

Kata kunci : Estuari, plankton, kualitas air, parameter, pesisir Baros.

PENDAHULUAN
Menurut Nyabakken (1988) menyatakan estuari adalah bentuk teluk di pantai
yang sebagian tertutup di mana air laut dan air tawar bertemu dan bercampur. Estuari
juga dapat diartikan sebagai perairan yang semitertutup yang berhubungan bebas
dengan laut sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.
Meskipun demikian, proses percampuran ini adalah sesuatu yang kompleks. Air tawar
yang berasal dari sungai yang mempunyai densitas lebih kecil daripada air laut yang
cenderung untuk mengambang diatasnya. Di daerah juga terdapat fluktuasi perubahan
salinitas yang berlangsung secara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang.
Massa air yang masuk ke daerah estuari pada waktu terjadi air surut hanya bersumber
dari air tawar, akibatnya salinitas air di daerah estuari pada waktu itu umumnya rendah.
Pada saat air pasang, massa air masuk ke estuari dari air laut bercampur dengan air
estuari sehingga mengakibatkan salinitasnya naik (Kordi, 2008).
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilakan suatu
komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000), antara
lain :
a. Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan
menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air
dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.
b. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun air laut.
c. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas
mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
d. Tingkat kadar garam didaerah estuari tergantung pada pasang-surut air laut,
banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuari
tersebut.
Menurut Hutabarat dan Stewart (1985) ada 4 faktor yang dipercaya yang
menyebaban daerah estuari mempunyai nilai produktivitas tinggi yaitu :
1. Disana tempat suatu penambahan bahan-bahan organik secara terus-
menerus yang berasal dari daerah aliran sungai.
2. Perairan estuari umumnya adalah dangkal, sehingga cukup menerima sinar
matahari untuk menyokong pertumbuhan tumbuh-tumbuhan yang sangat
banyak.
3. Daerah ini merupakan tempat yang relatif kecil menerima aksi gelombang,
akibatnya detritus dapat menumpuk didalamnya dan.
4. Aksi pasang selalu mengaduk bahan-bahan organik yang berbeda disekitar
Perairan estuari mempunyai beberapa sifat fisik yang penting yaitu salinitas,
substrat, sirkulasi air, pasang surut dan penyimpanan zat hara. Estuari memiliki
gradien salinitas yang bervariasi terutama bergantung pada masukan air tawar dari
sungai dan air laut melalui pasang surut. Sebagian besar estuari didominasi oleh
substrat lumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar dan air laut.
Sebagian besar partikel lumpur estuary bersifat organik sehingga substrat ini
kaya akan bahan organik. Bahan organik ini manjadi cadangan makanan yang
penting bagi organisme estuari. Sifat fisik lain dari estuari adalah terjadinya sirkulasi
air dimana selang waktu mengalirnya air tawar kedalam estuaria dan masuknya air
laut melalui air pasang surut menciptakan suatu gerakan dan transportasi air yang
bermanfaat bagi biota estuaria khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.
Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton.
Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan
(menghanyutkan) limbah yang sampai di estuari. Dalam hal penyimpan zat hara
peran serta estuari sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang
lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang
akan digunakan kemudian oleh organisme hewani (Kamal, Eni dan Suardi ML,
2004).
Lingkungan perairan estuari merupakan lingkungan yang sangat kaya akan
nutrient, menjadi unsur terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah
sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuari. Sebagai kawasan yang sangat
kaya akan unsur hara (nutrient) estuari dikenal dengan sebutan daerah pembesaran
(nursery ground) banyak jenis ikan ekonomis penting, invertebrate (Crustacea,
Bivalvia, Echinodermata, Annelida) dan masih banyak lagi kelompok infauna.
Udang memijah di laut lepas pantai membesarkan larvanya di ekosistem estuari
(Kailola, 1987).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari karakteristik ekosistem
estuari(muara) dan faktor pembatas-pembatasnya, mempelajari korelasi antara
beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi biota estuary, dan untuk mempelajari
perairan estuari berdasarkan atas indeks diversitas plankton.
METODE
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 18 Maret 2018 di
kawasan pesisir Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul. Praktikum dilaksanakan pada
pukul 07.00 WIB sampai selesai. Pada praktikum ini dibagi menjadi 6 stasiun.
Parameter yang diamati yaitu parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecerahan),
kimia(DO, CO2 bebas, salinitas, BOD5), biologi(plankton).
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain roll-meter,
termometer, salinometer atau refraktometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur,
pipet ukur atau buret, pipet tetes, mikroburet, ember plastik 10L, jaring plankton,
Sedgwick-Rafter Counting Cell, mikroskop, kertas label, botol cuka yang kosong,
botol 600 ml, kertas alumunium foil, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu ini adalah kertas pH atau pH meter, larutan MnSo4, larutan
reagen oksigen, larutan H₂SO₄ pekat, larutan 1/80 N Na₂S₂O₃, larutan KOH-KI, larutan
1/40 N Na₂S₂O₃, larutan1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H₂SO₄, larutan 1/50 N HCL,
larutan indikator amilum, lartan indikator Phenolphptalein(PP), larutan indikator
Methyl Orange(MO), larutan indikator Bromcresol Green/Methyl Red(BCG/MR), dan
larutan 4% formalin.
Parameter yang digunakan dalam praktikum ekosistem estuari ini yaitu
parameter fisika, parameter kimia, dan parameter biologi. Pada parameter fisika
dilakukan pengukuran suhu air dan suhu udara dengan menggunakan termometer.
Pada pengukuran suhu air, termometer dimasukkan ke dalam air, lalu diukur suhunya
saat termometer masih berada di dalam air. Untuk mengukur kecerahan pada air yaitu
menggunakan Secchi disk yaitu menghitung jarak secchi disk terlihat dan tidak
terlihat. Cara menggunakan Secchi disk yaitu dengan mencelupkan secchi disk
sebanyak 2 kali. Pertama secchi disk dicelupkan sampai warna putih tidak terlihat, lalu
dihitung kedalamannya. Kedua, Secchi disk dicelupkan kembali sampai warna putih
terlihat, lalu dihitung kedalamannya. Pengukuran kandungan padatan tersupsensi total
(TSS) dengan metode gravimetri. TSS (Total Suspended Solid) dihitung menggunkan
rumus TSS (mg/l) = (A-B) X 1000 / V dengan A adalah berat kertas saring + residu
kering (mg), B adalah berat kertas saring (mg), dan V adalah volume (ml).
Pada parameter kimia meliputi pengukuran oksigen terlarut, alkalinitas, BOD5,
salinitas, bahan organik, dan pH. Pada saat pengukuran oksigen terlarut menggunakan
metode Winkler yaitu penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan titrasi yodometri
(Hutagulung dkk, 1985). Pengukuran DO dilakukan dengan metode Winkler
menggunakan rumus DO=1000/50 x A x 0,1 mg/L dengan A adalah volume titrasi
1/80N Na2S2O3. Pengukuran alkalinitas dilakukan dengan metode alkalimetri
menggunakan rumus Alkalinitas = 1000/50 x (X+Y) x 1 mg/L. BOD0 dihitung
langsung pada saat praktikum dengan rumus BOD0 = 1000/volume sampel x A x 0,1
mg/l dengan A adalah hasil analisi kandungan O2 terlarut segera sedangkan BOD5
dihitung 5 hari setelah praktikum dengan menggunakan rumus kandungan BOD5 =
1000/volume sampel x (A-B) x 0,1 mg/l dengan A adalah hasil analisis kandungan O2
terlarut segera dan B adalah hasil analisis kandungan O2 terlarut 5 hari. Pengukuran
BOD dihitung menggunakan rumus BOD = DO0-DO5 dengan DO0 merupakan
oksigen terlarut hari ke-0 dan DO5 merupakan oksigen terlarut hari ke-5. Salinitas
diukur menggunakan alat refraktometer. Pengukuran bahan organik (BO) dihitung
menggunakan rumus kandungan bahan organik = 1000/50 x [ { ( 10+a ) x f }-10 ] x
0, 3163 mg/l dengan a adalah volume titran dan f adalah faktor koreksi Kalium
Permanganat (diperoleh dari standar). Kemudian pengukuran CO2 bebas dilakukan
dengan metode alkalimetri menggunakan rumus CO2 bebas = 1000/50 x Y x 1 mg/L
dengan Y adalah volume titrasi 1/44 N NaOH.
Pada parameter biologi yaitu pengukuran densitas plankton dan diversitas
plankton yang ada di air. Hal pertama yang dilakukan yaitu air diambil sebanyak 20L
dengan menggunakan ember 10L. Kemudian air dimasukkan ke dalam jaring plankton.
Air yang terkumpul pada ujung jaring plankton diambil dan dimasukkan ke dalam
gelas ukur. Apabila air sampel sudah mencapai 45 ml, ditambahkan sebanyak 5 ml
formalin 4%. Lalu air sampel dimasukkan ke dalam botol cuka. Pengukuran diversitas
plankton dihitung menggunakan rumus Shannon – Winner : H = - ∑ 2
log
,dimana H merupakan indeks keanekaragaman, ni merupakan cacah individu
suatu genus, dan N merupakan cacah individu seluruh genera. Sementara densitas atau
kepadatan makrobentos dihitung menggunakan rumus densitas plankton N = (Oi x Vr
x n)/Op x Vo x Vs x P , dengan N merupakan jumlah plankton, Oi merupakan luas
gelas penutup preparat, Op merupakan luas lapangan pandang, Vr merupakan volume
air tersaring, Vo merupakan volume air diamati, Vs merupakan jumlah air yang
disaring, dan n merupakan jumlah plankton pada seluruh bidang pandang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


I. Hasil

Tabel Pengamatan Ekosistem Estuari Kloter 1 & Kloter 2


Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
Suhu Udara (oC) 30.875 29.25 30.75 29.5 28.75 28.125
Suhu Air (oC) 30 29.25 28.5 31.75 28 27.875
Kecerahan (cm) 9.25 13.45 8.125 14.825 10.4375 8.906
TSS (mg/L) 0.452 0.354 0.266 0.42 0.466 0.907
Salinitas (ppt) 0 0 0 0 0 0
pH 7.1 7.2 7 6.9 7.1 7.4
DO (ppm) 6.11 3.05 7.15 4.7 6.55 4.775
CO2 bebas (ppm) 9.85 23.15 9.05 9.4 15.1 29.575
Alkalinitas (ppm) 118 103 62.5 128 102.5 117.5
BOD0 (mg/L) 8.45 7.05 3.7 6.75 8.66 7.975
BOD5 (mg/L) 0.8 1.6 0.6 0.65 1 0.95
BOD (mg/L) 7.65 5.45 3.1 6.1 7.66 7.025
Bahan Organik 238.837 262.837 246.837 236.837 226.74 228.837
Densitas Plankton (idv/L) 1687 3615 2892 2651 3374 3856
Diversitas Plankton 0.356 0.256 0.297 0.274 0.361 0.732

II. Pembahasan

Praktikum ekosistem estuari dilakukan di kawasan pesisir Baros,


Tirtohargo, Kretek, Bantul. Keadaan disekitar ekosistem estuari di kawasan
pesisir Baros pada stasiun 1 yaitu memiliki substrat yang berpasir dan berbatu
tetapi substrat berpasir lebih dominan dibanding substrat berbatu, itulah sebabnya
air lebih dominan berwarna coklat keruh. Kawasan disini digunakan juga untuk
konservasi maka tidak heran jika banyak tumbuhan mangrove. Di kawasan estuari
juga terdapat beberapa tumbuhan seperti pohon pisang, semak, dan rumput liar.
Bahkan warga disekitar kawasan ini juga memanfaatkan area sekitar estuari
sebagai lahan untuk menanam padi. Adapula warga yang memanfaatkan area
estuari untuk mencari kayu dan mencari rumput. Di Baros juga digunakan untuk
pariwisata, hal ini dapat dibuktikan banyaknya pengunjung yang hanya sekedar
melihat – lihat tumbuhan mangrove, melihat area estuari dan adapula kapal untuk
mengangkut pengunjung menikmati pantai Baros. Meskipun begitu, masih ada
sampah plastik yang ada di area estuari.
Berdasarkan tabel diatas terdapat perbedaan hasil pengamatan di tiap tiap
stasiun, mulai dari suhu air dan udara, kecerahan, TSS, salinitas, pH, DO, CO₂
bebas, alkalinitas, BOD0, BOD5, BOD, bahan organik, densitas plankton dan
diversitas plankton. Perbedaan hasil antara stasiun 1 sampai 6 dimuat dalam grafik
berikut ini.
Suhu (oC)
33 31.75
32 30.875 30.75
31 30
Suhu (OC) 29.25 29.5
30 28.75
28.5
29 28 28.125
27.875 Suhu Udara
28
Suhu Air
27
26
25
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
1 2 3 4 5 6

Gambar 1 : Grafik suhu vs Stasiun


Parameter fisika yang dilakukan yaitu perhitungan suhu udara, suhu air,
dan kecerahan pada air. Data grafik di atas menunjukkan bahwa suhu udara
tertinggi berada di stasiun 1 yaitu sebesar 30,875˚C, sedangkan suhu udara yang
paling rendah berada di stasiun 6 yaitu 28,125˚C. Pada suhu air yang ada pada
grafik, menunjukkan bahwa suhu air yang tertinggi berada di stasiun 4 sebesar
31,75˚C, dan suhu air terendah berada di stasiun 5 sebesar 28 ˚C. Rata-rata dari
grafik diatas bahwa suhu air lebih rendah daripada suhu udara yang ada. Hasil dari
pengamatan berbanding terbalik dengan teori yang ada. Teori menyebutkan
bahwa suhu air lebih tinggi dari suhu udara, disebabkan karena air memiliki
kerapatan molekul yang lebih tinggi sehingga mampu menyimpan panas lebih
lama dibandingkan molekul udara (Effendi,2003).

Kecerahan (cm)
16 14.825
13.45
14
10.4375
Kecerahan (cm)

12
9.25 8.906
10 8.125
8
6
4
2
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Gambar 2 : Grafik Kecerahan vs Stasiun


Grafik diatas menununjukkan bahwa pada tiap – tiap stasiun memiliki
tingkat kecerahan yang berbeda-beda. Tingkat kecerahan tertinggi berada di
stasiun 4 sebesar 14, 825 cm. Sedangkan tingkat kecerahan yang paling rendah
berada di stasiun 3 yaitu sebesar 8,125 cm. Kecerahan air berkisar antara 40-85
cm. Dalam teori nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh adanya cuaca, kekeruhan
padatan yang tersuspensi dan terlarut (lumpur dan pasir halus) (Effendi, 2003).
Perbedaan kecerahan dapat berbeda – beda tergantung substrat yang ada pada tiap
– tiap stasiun. Apabila substrat berlumpur maka tingkat perairan menjadi keruh
dan tingkat kecerahan menurun. Dapat disimpulkan bahwa kecerahan pada
pengamatan tidak sama dengan kisaran rata - rata pada kecerahan air bersih.

TSS (mg/L)
1 0.907
0.9
0.8
0.7
TSS (mg/L)

0.6
0.452 0.466
0.5 0.42
0.354
0.4
0.266
0.3
0.2
0.1
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Gambar 3 : TSS vs Stasiun


Pada grafik diatas menunjukkan bahwa TSS pada stasiun 1 sampai stasiun
6. TSS tertinggi berada pada stasiun 6 yaitu sebesar 0,907 dan TSS paling rendah
terdapat pada stasiun 3 yaitu 0,266. Menurut Prescod (1973), kandungan padatan
tersuspensi dalam perairan tidak boleh lebih dari 1000 mg/l. Tingginya kandungan
TSS dalam perairan akan mengurangi kedalaman penetrasi cahaya matahari ke
dalam air sehingga berpengaruh langsung terhadap fotosintesis oleh fitoplankton
dan pengaruh tidak langsung terhadap keberadaan zooplankton dalam perairan
(Fardiaz, 1992). TSS yang tinggi dapat menghalangi masuknya sinar matahari ke
dalam air, sehingga akan mengganggu proses fotosintesis dan menyebabkan
turunnya oksigen terlarut yang dilepas ke dalam air oleh tanaman. Dapat
dikatakan bahwa TSS yang ada pada pantai Baros terbilang rendah sehingga air
memiliki kualitas yang baik.
Salinitas (ppt)
1

0.8
Salinitas (ppt)

0.6

0.4

0.2
0 0 0 0 0 0
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Gambar 4 : Salinitas vs Stasiun


Pada gambar grafik diatas menyatakan bahwa salinitas di tiap tiap stasiun
sama yaitu sebesar 0 (ppt). Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam
terlarut air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat
kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air
dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai
5%. Lebih dari 5%, disebut brine (Djoko, 2004). Berdasarkan data didapatkan
nilai salinitas sebesr 0. Hal ini sesuai dengan teori jika kandungan air dibawah
0,05% maka termasuk payau. Dan lingkungan estuari merupakan lingkungan
dengan air payau.

pH
8 7.2 7.4
7.1 7 6.9 7.1
7
6
5
pH

4
3
2
1
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Gambar 5 : pH vs Stasiun

Derajat keasaman (pH) suatu perairan sering digunakan sebagai petunjuk


untuk menyatakan kualitas air sebagai media hidup. Derajat keasaman yang
dianjurkan adalah sebesar 7 (netral). Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh
fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tingkat pH lebih kecil dari 4, 8 dan lebih
besar dari 9, 2 sudah dapat dianggap tercemar (Sary, 2006). Pada grafik diatas pH
tertinggi berada di stasiun 6 sebesar 7,4 sedangkan pH terendah berada di stasiun
4. Hasil pengamatan rata rata pH pada tiap stasiun sudah mendekati nilai 7. Ini
berarti bahwa ekosistem estuari yang ada di pantai Baros bersifat netral sehingga
disebut perairan yang baik.
DO (ppm)
8 7.15
6.55
7 6.11
6
4.7 4.775
5
DO (ppm)

4 3.05
3
2
1
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Gambar 6 : DO vs Stasiun
Pada grafik diatas yaitu perbedaan nilai DO setiap stasiun. Menurut hasil
pengamatan kadar DO tertinggi berada di stasiun 3 sebesar 7,15 ppm. Sedangkan
kadar DO terendah berada di stasiun yaitu sebesar 3,05 ppm. Berdasarkan hasil
pengamatan, tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin tinggi suhu dan
salinitas, maka kelarutan oksigen makin rendah. Kelarutan oksigen dalam air
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, salinitas, pergerakan air, luas
daerah permukaan yang terbuka, tekanan atmosfir dan persentase oksigen di
sekelilingnya. Oksigen terlarut adalah parameter kimia perairan yang
menunjukkan banyaknya oksigen yang terlarut dalam suatu ekosistem perairan.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan proses metabolisme atau pertukaran zat yang menghasilkan energi.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Salmin, 2000).

Gambar 7 : CO₂ bebas vs Stasiun


Kadar CO₂ bebas yang tertinggi sesuai dengan grafik diatas yaitu
terletak di stasiun 6 sebesar 29,575 ppm sedangkan kadar CO₂ bebas terendah
berada pada stasiun 3 sebesar 9,05 ppm. CO₂ yang bernilai nol menunjukkan
keberlimpahan fitoplankton tinggi karena semua CO₂ digunakan untuk
melakukan fotosintesis dan menghasilkan O₂ yang banyak (Salmin, 2000).

Gambar 8 : Grafik Alkalinitas vs Stasiun


Alkalinitas pada stasiun 4 merupakan alkalinitas paling tinggi yaitu
sebesar 128 ppm, sedangkan alkalinitas terendah berada di stasiun 3 yaitu
sebesar 62,5. Hal ini berkaitan dengan teori (Effendi, 2003) yang menyatakan
bahwa perairan dengan nilai alkalinitas tinggi lebih produktif dari pada
perairannya dengan nilai alkalinitasnya rendah.

Gambar 9 : Grafik BOD vs Stasiun


Pada grafik diatas BOD yang paling tinggi berada pada stasiun 5
dengan BOD sebesar 7,66 mg/L. Sedangkan BOD yang paling rendah berada
pada stasiun 3 sebesar 3,1 mg/L. Kadar BOD dipengaruhi oleh bahan organik
yang diuraikan. BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
organisme untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan dalam air.
Gambar 10 : Grafik Bahan Organik vs Stasiun
Pada grafik diatas menunjukkan bahan organik pada tiap stasiun.
Stasiun 2 merupakan stasiun yang memiliki bahan organik paling tinggi
diantara stasiun lain. Pada stasiun 2 sebesar 262, 837. Sedangkan pada stasiun
5 merupakan stasiun yang memiliki bahan organik yang paling rendah yaitu
226,74. BO berpengaruh pada dekomposisi materi dalam perairan yang akan
diuraikan oleh plankton. Semakin banyak bahan organik dalam air, maka
semakin besar BOD yang diperoleh, sedangkan DO akan makin rendah. BO
berkebalikan dengan TSS (Agusnar, 2008).

Gambar 11 : Grafik Densitas Plankton vs Stasiun


Grafik di atas menunjukkan densitas plankton yang ada pada estuari di
pantai Baros. Densitas tertinggi terdapat pada stasiun 6 sebesar 3856.
Sedangkan stasiun yang memiliki densitas plankton paling rendah berada di
stasiun 1 sebesar 1678. Hubungan grafik TSS dan densitas plankton adalah
berbanding lurus, yaitu jika TSS tinggi, maka densitas plankton juga tinggi.
Namun jika TSS dan densitas plankton itu tinggi, maka kecerahan akan rendah.
Hal ini dikarenakan TSS dan plankton akan menghalangi sinar matahari untuk
masuk ke dalam air. Hal ini sesuai dengan teori, karena nilai TSS juga tinggi.

Gambar 12 : Grafik Diversitas Plankton vs Stasiun


Berdasarkan grafik diatas diversitas plankton terbesar berada pada
stasiun 6 yaitu sebesar 0,732 sedangkan pada diversitas plankton terkecil
berada pada stasiun 2 yaitu sebesar 0,256. Berdasarkan teori (Taqwa, 2010)
suatu perairan estuari yang tercemar karena ulah manusia akan berakibat
rendahnya nilai keanekaragaman jenis organisme air. Sehingga, perairan pantai
Baros termasuk dalam kategori tercemar berat.
Suhu vs DO vs CO2
CO2 berkaitan dengan fitoplankton yang ada dalam perairan karena
fitoplankton dapat melakukan fotosintesis. Fotosintesis pada fitoplankton
membutuhkan CO2 untuk sumber karbon dan akan menghasilkan O2. CO2 yang
bernilai nol menunjukkan kelimpahan fitoplankton tinggi karena semua CO2
digunakan untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan O2 yang banyak. Nilai
CO2 berbanding terbalik dengan DO. Kelarutan oksigen dalam air akan meningkat
apabila temperatur air menurun dan sebaliknya. Dengan demikian kenaikan suhu akan
mendorong organisme menggunakan oksigen untuk metabolismenya dan
meningkatkan kandungan CO2 diperairan akibat respirasinya.
CO2 vs PH
CO2 berpengaruh pada pH suatu lingkungan. Apabila kandungan CO2 tinggi
maka kandungan pH akan menurun. pH yang baik adalah pada saat parameter
menunjukkan nilai 7. Pada malam hari, jumlah CO2 aka naik sebagai proses dari
respirasi. CO2 akan naik dan bereaksi dengan air membuat temperatur dan ph menjadi
lebih rendah.
BOD vs BOD5
Nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
aerob dalam proses oksidasi secara biologis membutuhkan waktu lebih lama
dibandingkan proses oksidasi secara kimia. Mikroorganisme membutuhkan waktu 20
hari untuk menguraikan senyawa organik dengan sempurna karena hal ini terlalu lama
maka pengukuran yang dilakukan yaitu hanya 5 hari (BOD5). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengukuran BOD adalah jumlah senyawa organik tersebut dan
tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian itu (Barus,
2002). Dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara oksigen, BOD5, dan BO sangat
berkaitan erat. Dalam stasiun pengamatan yang mempunyai kandungan bahan organik
cukup tinggi maka mempunyai nilai BOD5 yang tinggi pula sementara oksigen terlarut
akan turun.
TSS vs BO
Menurut Tarigan (2003), Zat padat tersuspensi merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan
pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi
zat organik di suatu perairan. TSS berkebalikan dengan bahan organik.
TSS vs densisitas plankton
Densitas dan diversitas plankton dapat menunjukkan tingkat kesuburan suatu
perairan. Keberadaan plankton dalam ekosistem perairan dipengaruhi oleh suhu,
cahaya matahari, DO, CO2, pH, TSS, dan BO. Semakin tinggi TSS maka densisitas
plankton akan rendah.TSS berkebalikan dengan densisitas plankton.
Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan stasiun yang memiliki
kualitas paling baik berdasarkan parameter diversitas plankton berada di stasiun 6,
sedangkan menurut parameter kimia dan fisika stasiun yang memiliki kualitas air yang
paling baik berada pada stasiun 3. Perbedaan ini terjadi karena adanya faktor lain,
misal pada saat pengujian praktikan melakukan kesalahan sehingga hasil yang didapat
tidak sesuai. Hasil pengamatan juga berbeda dengan teori yang ada.
Pada praktikum ini memiliki manfaat bagi tiap program studi baik Budidaya
Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perikanan, dan Teknologi Hasil Perikanan.
Melalui praktikum ini bertujuan agar mahasiswa Budidaya Perikanan tahu bagaimana
kualitas air yang dibutuhkan oleh biota laut, untuk pertumbuhan dan perkembangan
ikan dengan baik. Praktikum ini juga memiliki manfaat bagi mahasiswa Manajemen
Sumberdaya Perikanan yaitu agar mahasiswa bisa paham cara mengatur tempat
penangkapan ikan, perkembangan ikan serta manfaat perairan bagi masyarakat
setempat. Manfaat yang lain bagi mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perikanan yaitu
agar mahasiswa dapat mengelola perairan dengan baik. Bagi Teknologi Hasil
Perikanan praktikum estuari ini memiliki manfaat yaitu agar mahasiswa lebih
mengenal kandungan dari ikan berdasarkan habitat nya. Misal jika ikan tinggal di area
yang memiliki diversitas plankton yang banyak otomatis ikan akan memiliki banyak
makanan, dan apabila perairan yang memiliki tingkat diversitas yang tinggi maka
termasuk jenis perairan yang baik sehingga ikan yang tinggal di perairan tersebut
memiliki kualitas yang baik juga.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa ekosistem estuari memiliki
karakterristik tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan
menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan ciri-
ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. Pencampuran kedua
macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama
dengan sifat air sungai maupun air laut. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-
surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan
lingkungan sekelilingnya. Tingkat kadar garam didaerah estuaria tergantung pada
pasang-surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi
daerah estuaria tersebut. Serta memiliki faktor pembatas berupa suhu, kecerahan, TSS,
DO, CO2, salinitas, PH, bahan orgaik, BOD0, BOD5, BOD, densisitas plankton dan
diversitas plankton. Parameter yang ada sangat berpengaruh terhadap komunitas biota
perairan. Contohnya tingginya kandungan TSS dalam perairan akan mengurangi
kedalaman penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga berpengaruh langsung
terhadap fotosintesis oleh fitoplankton dan pengaruh tidak langsung terhadap
keberadaan zooplankton dalam perairan. Semakin rendah kandungan CO2 di perairan
maka tingkat deversitas plankton akan tinggi. Berdasarkan klasifikasi perairan dengan
acuan indeks diversitas plankton Shannon-Wiener, stasiun terbaik dengan kualitas
perairan paling baik adalah stasiun enam.

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar H. 2008. Pencemaran Air Limbah. Universitas Sumatera Utara: Medan.


Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Djoko, Ridwan. 2004. Laut Nusantara. Djambatan: Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Fardias , S. 1992. Populasi Air dan Udara. Kanisius: Yogyakarta.
Hutabarat Sahala dan Stewart. 1985. Pengantar Oceanografi. Jakarta: UI-Press.

Kailola, P.J., 1987. The fishes of Papua New Guinea: a revised and annotated
checklist. Vol. II Scorpaenidae to Callionymidae. Research Bulletin No. 41,
Research Section, Dept. of Fisheries and Marine Resources: Papua New
Guinea.

Kamal, Eni dan Suardi ML. 2004. Potensi Estuaria Kabupaten Pasaman Barat
Sumatera Barat. Sumatera. Jurnal Mangrove dan Pesisir Vol. IV, No. 3: 42.

Kordi, M. Ghufran H., 2008. Budi Daya Perairan Buku Kesatu. Citra Aditya Bakti:
Jakarta. halaman 88.
Nyabakken, James W., 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia
Jakarta: Jakarta.

Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for


Tropical Countries. AIT: London.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap. Muara Karang
dan Teluk: Goba.
Sary, 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Politehnik vedca: Cianjur.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolahan Sumberdaya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. GramediaPustaka Utama: Jakarta.

Tarigan, M.S. dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) Di Perairan Raha, MAKARA, SAINS: Sulawesi
Tenggara. VOL. 7, NO. 3. LIPI.
Taqwa A. 2010. Analisis Produktivitas Primer Fitoplankton Dan Struktur Komunitas
Fauna Makrobenthos Berdasarkan Kerapatan Mangrove di Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan Kalimantan Timur (Tesis).
Universitas Diponegoro: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai