Laporan Estuaria
Laporan Estuaria
Menurut Nyabakken menyatakan estuari adalah bentuk teluk di pantai yang sebagian
tertutup di mana air laut dan air tawar bertemu dan bercampur. Estuari juga dapat
diartikan sebagai perairan yang semitertutup yang berhubungan bebas dengan laut
sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Meskipun
demikian, proses percampuran ini adalah sesuatu yang kompleks.Tujuan dari
praktikum ini yaitu untuk mempelajari karakteristik ekosistem estuari(muara) dan
faktor pembatas-pembatasnya, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur
lingkungan dengan populasi biota estuary, dan untuk mempelajari perairan estuari
berdasarkan atas indeks diversitas plankton. Praktikum ekosistem estuari dilaksanakan
di kawasan pesisir Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul pada tanggal 18 Maret 2018
pukul 10.00 WIB sampai selesai. Lokasi pengamatan dibagi menjadi 6 stasiun. Jumlah
stasiun pada praktikum kali ini yaitu 6 stasiun. Parameter yang diamati yaitu parameter
fisik (suhu udara, suhu air, kecerahan, TSS), parameter kimia (DO, CO2 bebas, PH,
salinitas, BOD0, BOD5, BOD, dan bahan organik), dan parameter biologi(plankton).
Hal tersebut digunakan untuk mengukur kualitas air masing-masing stasiun
berdasarkan indeks diversitas plankton. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh
menurut parameter biologi, berdasarkan diversitas plankton yang ada kualitas air yang
paling baik berada di stasiun 6. Sedangkan menurut parameter fisika dan kimia stasiun
yang memiliki kualitas air paling baik berada pada stasiun 3.
PENDAHULUAN
Menurut Nyabakken (1988) menyatakan estuari adalah bentuk teluk di pantai
yang sebagian tertutup di mana air laut dan air tawar bertemu dan bercampur. Estuari
juga dapat diartikan sebagai perairan yang semitertutup yang berhubungan bebas
dengan laut sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.
Meskipun demikian, proses percampuran ini adalah sesuatu yang kompleks. Air tawar
yang berasal dari sungai yang mempunyai densitas lebih kecil daripada air laut yang
cenderung untuk mengambang diatasnya. Di daerah juga terdapat fluktuasi perubahan
salinitas yang berlangsung secara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang.
Massa air yang masuk ke daerah estuari pada waktu terjadi air surut hanya bersumber
dari air tawar, akibatnya salinitas air di daerah estuari pada waktu itu umumnya rendah.
Pada saat air pasang, massa air masuk ke estuari dari air laut bercampur dengan air
estuari sehingga mengakibatkan salinitasnya naik (Kordi, 2008).
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilakan suatu
komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000), antara
lain :
a. Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan
menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air
dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.
b. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun air laut.
c. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas
mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
d. Tingkat kadar garam didaerah estuari tergantung pada pasang-surut air laut,
banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuari
tersebut.
Menurut Hutabarat dan Stewart (1985) ada 4 faktor yang dipercaya yang
menyebaban daerah estuari mempunyai nilai produktivitas tinggi yaitu :
1. Disana tempat suatu penambahan bahan-bahan organik secara terus-
menerus yang berasal dari daerah aliran sungai.
2. Perairan estuari umumnya adalah dangkal, sehingga cukup menerima sinar
matahari untuk menyokong pertumbuhan tumbuh-tumbuhan yang sangat
banyak.
3. Daerah ini merupakan tempat yang relatif kecil menerima aksi gelombang,
akibatnya detritus dapat menumpuk didalamnya dan.
4. Aksi pasang selalu mengaduk bahan-bahan organik yang berbeda disekitar
Perairan estuari mempunyai beberapa sifat fisik yang penting yaitu salinitas,
substrat, sirkulasi air, pasang surut dan penyimpanan zat hara. Estuari memiliki
gradien salinitas yang bervariasi terutama bergantung pada masukan air tawar dari
sungai dan air laut melalui pasang surut. Sebagian besar estuari didominasi oleh
substrat lumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar dan air laut.
Sebagian besar partikel lumpur estuary bersifat organik sehingga substrat ini
kaya akan bahan organik. Bahan organik ini manjadi cadangan makanan yang
penting bagi organisme estuari. Sifat fisik lain dari estuari adalah terjadinya sirkulasi
air dimana selang waktu mengalirnya air tawar kedalam estuaria dan masuknya air
laut melalui air pasang surut menciptakan suatu gerakan dan transportasi air yang
bermanfaat bagi biota estuaria khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.
Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton.
Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan
(menghanyutkan) limbah yang sampai di estuari. Dalam hal penyimpan zat hara
peran serta estuari sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang
lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang
akan digunakan kemudian oleh organisme hewani (Kamal, Eni dan Suardi ML,
2004).
Lingkungan perairan estuari merupakan lingkungan yang sangat kaya akan
nutrient, menjadi unsur terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah
sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuari. Sebagai kawasan yang sangat
kaya akan unsur hara (nutrient) estuari dikenal dengan sebutan daerah pembesaran
(nursery ground) banyak jenis ikan ekonomis penting, invertebrate (Crustacea,
Bivalvia, Echinodermata, Annelida) dan masih banyak lagi kelompok infauna.
Udang memijah di laut lepas pantai membesarkan larvanya di ekosistem estuari
(Kailola, 1987).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari karakteristik ekosistem
estuari(muara) dan faktor pembatas-pembatasnya, mempelajari korelasi antara
beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi biota estuary, dan untuk mempelajari
perairan estuari berdasarkan atas indeks diversitas plankton.
METODE
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 18 Maret 2018 di
kawasan pesisir Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul. Praktikum dilaksanakan pada
pukul 07.00 WIB sampai selesai. Pada praktikum ini dibagi menjadi 6 stasiun.
Parameter yang diamati yaitu parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecerahan),
kimia(DO, CO2 bebas, salinitas, BOD5), biologi(plankton).
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain roll-meter,
termometer, salinometer atau refraktometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur,
pipet ukur atau buret, pipet tetes, mikroburet, ember plastik 10L, jaring plankton,
Sedgwick-Rafter Counting Cell, mikroskop, kertas label, botol cuka yang kosong,
botol 600 ml, kertas alumunium foil, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu ini adalah kertas pH atau pH meter, larutan MnSo4, larutan
reagen oksigen, larutan H₂SO₄ pekat, larutan 1/80 N Na₂S₂O₃, larutan KOH-KI, larutan
1/40 N Na₂S₂O₃, larutan1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H₂SO₄, larutan 1/50 N HCL,
larutan indikator amilum, lartan indikator Phenolphptalein(PP), larutan indikator
Methyl Orange(MO), larutan indikator Bromcresol Green/Methyl Red(BCG/MR), dan
larutan 4% formalin.
Parameter yang digunakan dalam praktikum ekosistem estuari ini yaitu
parameter fisika, parameter kimia, dan parameter biologi. Pada parameter fisika
dilakukan pengukuran suhu air dan suhu udara dengan menggunakan termometer.
Pada pengukuran suhu air, termometer dimasukkan ke dalam air, lalu diukur suhunya
saat termometer masih berada di dalam air. Untuk mengukur kecerahan pada air yaitu
menggunakan Secchi disk yaitu menghitung jarak secchi disk terlihat dan tidak
terlihat. Cara menggunakan Secchi disk yaitu dengan mencelupkan secchi disk
sebanyak 2 kali. Pertama secchi disk dicelupkan sampai warna putih tidak terlihat, lalu
dihitung kedalamannya. Kedua, Secchi disk dicelupkan kembali sampai warna putih
terlihat, lalu dihitung kedalamannya. Pengukuran kandungan padatan tersupsensi total
(TSS) dengan metode gravimetri. TSS (Total Suspended Solid) dihitung menggunkan
rumus TSS (mg/l) = (A-B) X 1000 / V dengan A adalah berat kertas saring + residu
kering (mg), B adalah berat kertas saring (mg), dan V adalah volume (ml).
Pada parameter kimia meliputi pengukuran oksigen terlarut, alkalinitas, BOD5,
salinitas, bahan organik, dan pH. Pada saat pengukuran oksigen terlarut menggunakan
metode Winkler yaitu penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan titrasi yodometri
(Hutagulung dkk, 1985). Pengukuran DO dilakukan dengan metode Winkler
menggunakan rumus DO=1000/50 x A x 0,1 mg/L dengan A adalah volume titrasi
1/80N Na2S2O3. Pengukuran alkalinitas dilakukan dengan metode alkalimetri
menggunakan rumus Alkalinitas = 1000/50 x (X+Y) x 1 mg/L. BOD0 dihitung
langsung pada saat praktikum dengan rumus BOD0 = 1000/volume sampel x A x 0,1
mg/l dengan A adalah hasil analisi kandungan O2 terlarut segera sedangkan BOD5
dihitung 5 hari setelah praktikum dengan menggunakan rumus kandungan BOD5 =
1000/volume sampel x (A-B) x 0,1 mg/l dengan A adalah hasil analisis kandungan O2
terlarut segera dan B adalah hasil analisis kandungan O2 terlarut 5 hari. Pengukuran
BOD dihitung menggunakan rumus BOD = DO0-DO5 dengan DO0 merupakan
oksigen terlarut hari ke-0 dan DO5 merupakan oksigen terlarut hari ke-5. Salinitas
diukur menggunakan alat refraktometer. Pengukuran bahan organik (BO) dihitung
menggunakan rumus kandungan bahan organik = 1000/50 x [ { ( 10+a ) x f }-10 ] x
0, 3163 mg/l dengan a adalah volume titran dan f adalah faktor koreksi Kalium
Permanganat (diperoleh dari standar). Kemudian pengukuran CO2 bebas dilakukan
dengan metode alkalimetri menggunakan rumus CO2 bebas = 1000/50 x Y x 1 mg/L
dengan Y adalah volume titrasi 1/44 N NaOH.
Pada parameter biologi yaitu pengukuran densitas plankton dan diversitas
plankton yang ada di air. Hal pertama yang dilakukan yaitu air diambil sebanyak 20L
dengan menggunakan ember 10L. Kemudian air dimasukkan ke dalam jaring plankton.
Air yang terkumpul pada ujung jaring plankton diambil dan dimasukkan ke dalam
gelas ukur. Apabila air sampel sudah mencapai 45 ml, ditambahkan sebanyak 5 ml
formalin 4%. Lalu air sampel dimasukkan ke dalam botol cuka. Pengukuran diversitas
plankton dihitung menggunakan rumus Shannon – Winner : H = - ∑ 2
log
,dimana H merupakan indeks keanekaragaman, ni merupakan cacah individu
suatu genus, dan N merupakan cacah individu seluruh genera. Sementara densitas atau
kepadatan makrobentos dihitung menggunakan rumus densitas plankton N = (Oi x Vr
x n)/Op x Vo x Vs x P , dengan N merupakan jumlah plankton, Oi merupakan luas
gelas penutup preparat, Op merupakan luas lapangan pandang, Vr merupakan volume
air tersaring, Vo merupakan volume air diamati, Vs merupakan jumlah air yang
disaring, dan n merupakan jumlah plankton pada seluruh bidang pandang.
II. Pembahasan
Kecerahan (cm)
16 14.825
13.45
14
10.4375
Kecerahan (cm)
12
9.25 8.906
10 8.125
8
6
4
2
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
TSS (mg/L)
1 0.907
0.9
0.8
0.7
TSS (mg/L)
0.6
0.452 0.466
0.5 0.42
0.354
0.4
0.266
0.3
0.2
0.1
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
0.8
Salinitas (ppt)
0.6
0.4
0.2
0 0 0 0 0 0
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
pH
8 7.2 7.4
7.1 7 6.9 7.1
7
6
5
pH
4
3
2
1
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
Gambar 5 : pH vs Stasiun
4 3.05
3
2
1
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
Gambar 6 : DO vs Stasiun
Pada grafik diatas yaitu perbedaan nilai DO setiap stasiun. Menurut hasil
pengamatan kadar DO tertinggi berada di stasiun 3 sebesar 7,15 ppm. Sedangkan
kadar DO terendah berada di stasiun yaitu sebesar 3,05 ppm. Berdasarkan hasil
pengamatan, tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin tinggi suhu dan
salinitas, maka kelarutan oksigen makin rendah. Kelarutan oksigen dalam air
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, salinitas, pergerakan air, luas
daerah permukaan yang terbuka, tekanan atmosfir dan persentase oksigen di
sekelilingnya. Oksigen terlarut adalah parameter kimia perairan yang
menunjukkan banyaknya oksigen yang terlarut dalam suatu ekosistem perairan.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan proses metabolisme atau pertukaran zat yang menghasilkan energi.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Salmin, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Kailola, P.J., 1987. The fishes of Papua New Guinea: a revised and annotated
checklist. Vol. II Scorpaenidae to Callionymidae. Research Bulletin No. 41,
Research Section, Dept. of Fisheries and Marine Resources: Papua New
Guinea.
Kamal, Eni dan Suardi ML. 2004. Potensi Estuaria Kabupaten Pasaman Barat
Sumatera Barat. Sumatera. Jurnal Mangrove dan Pesisir Vol. IV, No. 3: 42.
Kordi, M. Ghufran H., 2008. Budi Daya Perairan Buku Kesatu. Citra Aditya Bakti:
Jakarta. halaman 88.
Nyabakken, James W., 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia
Jakarta: Jakarta.
Tarigan, M.S. dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) Di Perairan Raha, MAKARA, SAINS: Sulawesi
Tenggara. VOL. 7, NO. 3. LIPI.
Taqwa A. 2010. Analisis Produktivitas Primer Fitoplankton Dan Struktur Komunitas
Fauna Makrobenthos Berdasarkan Kerapatan Mangrove di Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan Kalimantan Timur (Tesis).
Universitas Diponegoro: Semarang.