Anda di halaman 1dari 20

Telaah Jurnal

PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP PRODUKSI


ASI PADA IBU MENYUSUI TAHUN 2019

DISUSUN OLEH :

AFNI YUNIZAR
AYMULYATI
EMMA SUMASNI
DARA MISJULITA

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES ACEH
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 4
A. Asi ............................................................................................... 4
1. Definisi Asi ................................................................................. 5
2. Fisiologi Laktasi Asi ................................................................... 5
3. Produksi Asi ................................................................................ 7
4. Volume Asi ................................................................................. 8
5. Komposisi Asi ............................................................................. 9
6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi ................... 10

B. Jantung Pisang .......................................................................... 14


1. Definisi Jantung Pisang ............................................................... 14

C. Pengaruh Jantung Pisang Dengan Produksi Asi ................... 15


BAB III PENUTUP ............................................................................... 17
Kesimpulan ............................................................................................. 17
Saran ........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan


alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengadung zat gizi yang
yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuha, kekebalan dan mencegah
penyakit serta untuk kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena
langsung diberikan kepada bayi agar terhindar dari gangguan pencernaan seperti
diare, muntah dan sebagainya (Nurlaini, 2012).
Proses keluarnya Air Susu Ibu (ASI) yang sangat berpengaruh dalam
produksi ASI adalah hormonal yaitu prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin
berperan dalam proses produksi ASI. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar
pituitari, berada didalam otak yang berpengaruh terhadap berbagai fungsi
fisiologis tubuh. Prosesnya saat bayi menyusu, rangsangan sensorik akan dikirim
ke otak, lalu direspon otak dengan mengeluarkan hormon prolaktin yang akan
kembali menuju payudara melalui aliran darah serta merangsang sel-sel pembuat
ASI untuk memproduksi ASI (Hubaya,2015).
ASI Ekslusif merupakan pemberian ASI secara ekslusif selama 6 bulan
tanpa diberi makanan lainkecuali vitamin, mineral dan oabt dalam bentuk oralit,
tetes dan sirup. WHO merekomendasikan pemberian ASI selama 6 bulan dan
dilanjutkan pemberian ASI sampai dua tahun pertama kehidupan. ASI memiliki
keseimbangan zat-zat gizi yang tepat dalam bentuk mudah di cerna dan
Manfaat lain yang tidak kalah penting dari ASI ekslusif seperti yang telah
disebutkan di atas karena ASI bergizi tinggi, terjangkau dan dapat melindungi
bayi dari sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death
Syndrome) (Nurliani, 2012).
Dukungan pemberian ASI ini sangat dibutuhkan karena cakupan pemberian
ASI yang masih rendah. Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI eksslusif di
dunia yaitu 38% Menurut WHO, cakupan ASI ekslusif di beberapa negara
ASEAN juga masih cukup rendah antara lain India (46%), Philipina (34%),
Vietnam (27%), Myanmar (24%), dan Indonesia (54,3%) (Kemenkes, 2014).
Menurut Depkes (2015) capaian ASI ekslusif di Indonesia belum mencapai
angka yang diharapkan yakni sebesar 80% pada tahun 2012, capaian pemberian
ASI ekslusif sebesar 54,3%.
Cakupan pemberian ASI Ekslusif secara nasional di Indonesia berfluktuasi
selama 3 tahun terakhir, cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-5 bulan
turun dari 62,2% tahun 2012 menjadi 56,2% pada tahun 2013, namun meningkat
lagi pada tahun 2014 menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan pemberian ASI ekslusif
pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2012 menjadi 24,3 % pada
tahun 2013 dan naik lagi menjadi 34,4% pada tahun 2014 (Haris DW,2015).
Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Provinsi Aceh, bahwa cakupan
pemberian ASI ekslusif Tahun 2013 mencapai 41,70% atau 17.494 bayi, Tahun
2015 mencapai 75,72 % atau 6.248 bayi, Tahun 2016 mencapai 59,11 % atau
4.877 bayi, dan Tahun 2017 mencapai 52,59% (Dinas Kesehatan Aceh, 2017).
Menurunnya angka pemberian ASI ekslusif ini disebabkan oleh rendahnya
pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,
kurangnya pelayanan konseling laktasi, Masalah lain yang ditimbulkan dari ibu
menyusui adalah tidak maksialnya produksi ASI, sehingga kebutuhan nutrisi bayi
ikut tidak maksimal. Beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu yang sedang
memberikan ASI pada bayi, yaitu menkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
yang dapat meningkatkan volume ASI. Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu dengan
mengkonsumsi daun pepaya, kacang panjang dan jantumg pisang ( Tjahjani,
2014).
Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara ekslusif, makaibu yang
sedang menyusui bayinya harus dapat tambahan makanan untuk menghindari
kemunduran dalam perbuatan dan produksi ASI. Jika makanan ibu terus-menerus
tidak memenuhi asupan gizi yang cukup, tentu kelenjar-kelenjar pembuat air susu
dalam payudara ibu tidak akan bekerja dengan sempurna dan pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap reproduksi ASI. Ibu menyusui harus memperhatikan
beberappa hal untuk meningkatkan kualitas dan jumlah volume ASI yang
dimilikinya. Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu dengan mengkonsumsi labu siam
dan kacang panjang, daun katuk dan jantung pisang Sayur-sayuran tersebut
terbukti mampu.
Jantung pisang memiliki khasiat terhadap peningkatan sekresi air susu
(Laktogogum) mempunyai kandungan bahan aktif yang bekerja seperti prolactin
releasing hormon (PRH), mengandung bahan aktif senyawa steroid, mengandung
bahan aktif yang berkhasiat seperti oksitosin (Saadatullah, 2009).
Secara teknis kelancaran ASI dipengaruhi oleh makanan, salah satunya
adalah jantung pisang yang bermanfaat untuk peningkatan produksi ASI pada ibu
nifas karena jantung pisang mengandung laktogogum yang berfungsi untuk
merangsang hormon oksitosin untuk pengeluaran ASI. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Wahyuni (2012) dengan judul pengaruh konsumsi jantung
pisang batu terhadap peningkatan produksi ASI.
Pemanfaatan jantung pisang pada masyarakat sudah banyak ditemui, serta
dimakan untuk memperlancar dan memperbanyak produksi ASI. Pengolahan
jantung pisang pada masyarakat biasa dilakukan dengan cara
direbus,diurap,dikukus dan oseng-oseng. Jantung pisang menjadi bahan makanan
yang memiliki banyak mafaat dan mudah didapatkan oleh masyarakat karena bisa
dengan mudah ditananam di perkarangan rumah. Dengan pemanfaatan jantung
pisang batu yang dapat meningkatkan produksi ASI, dapat membantu
keberhasilan program pemerintah (Kementerian Kesehatan) dalam upaya
pemberian ASI Ekslusif.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian, yaitu apakah ada pengaruh


Konsumsi Jantung Pisang terhadap produksi ASI pada ibu menyusui.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Konsumsi Jantung Pisang terhadap produksi ASI pada
Ibu Menyusui.

2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik Ibu Menyusui.
2. Mengetahui faktor penyebab kegagalan ASI Ekslusif.
3. Mengetahui Volume ASI Ibu Menyusui.

D. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi


kepada semua pihak terutama kepada para penyelenggara pendidikan dalan
mengelola proses pembelajaran.

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan


Menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam memberikan informasi tantang
salah satu metode meningkatkan volume ASI yang dapat digunakan sebagai
masukan pada ilmu pengetehuan dan acuan pengembangan penelitian dalam ilmu
pengetahuan dan acuan pengetahuan penelitian dalam ilmu praktek kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu

1. Defenisi

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar susu oleh
karena aktivitas menyusui bayi kepada ibunya, melalui mekanisme hormonal dan
refleks (endokrinoneurologik) berupa refleks prolaktin (pembentukan ASI) dan
Oksitosin (let down refleks) (Pengaliran ASI). Air susu Ibu adalah makanan ideal
yang tiada bandingannya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena
mengandung nutrient yang dibutuhkan untuk membangun dan penyediaan energi,
pengaruh biologis dan emosional antara ibu dan bayi, serta meningkatkan sistem
kekebalan pada bayi (Hanson dalam Rustam, 2010). Menurut Roesli (2001)
menyebutkan bahwa ASI merupakan makanan tunggal yang dapat mencukupi
kebutuhan tumbuh bayi sampai usia enam bulan.
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung zat gizi yang
paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan
btumbuh kembang, terutama pada 2 tahun pertama. ASI memberikan seperangkat
zat perlindungan terhadap berbagai penyakit akut dan kronis (IDAI, 2008).
ASI adalah makanan alami partama untuk bayi dan menyediakan semua
Vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan
pertama, tidak ada cairan atau makanan lain yang diperlukan. ASI terus tersedia
hingga setengah atau lebih dari kebutuhan gizi anak pada tahhun pertama dan
sampai tahun kedua kehidupan. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu
yang membantu memerangi penyakit (Khrist, 2011).
ASI merupakan cairan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi
dalam ASI berada pada tingkat terbaik dan ASI memiliki bentuk yang paling baik
bagi tubuh bayi. ASI juga sangat kaya akan sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan untuk bayi
yang dibuat menggunakan teknologi masa kini tidak mampu menandingi
keunggulan dari ASI (Saleha, 2009).
ASI diberikkan kepada bayi karena mengandumg manfaat dan kelebihan.
Diantaranya menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi pada bayi, ASI juga
bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit non infeksi seperti penyakit
obesitas, kurang gizi, asma dan meningkatkan IQ dan EQ anak serta menciptakan
ikatan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindungi dalam
dekapan ibu, mendengar langsung suara detak jantung ibu dan merasakan
sentuhan ibu pada saat menyusui (Prasetyono, 2012).
2. Fisiologi Laktasi

Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui


bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti
proses kerja menyusui sehingga dapat menyusui secara ekslusif ( Roesli, 2007).
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi
mulai menghisap ASI, akan terjadi dua reflejs yang akan menyebabkan ASI
keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang
dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau juga “let
down”reflexs (Roesli dalam Anita 2015).
ASI diproduksi atau dibuat oleh jaringan kelenjar susu atau pabrik ASI pada
payudara wanita dewasa. Payudara (selanjutnya disebut mamae) terbentuk atas
berjuta-juta kelenjar air susu (mammary gland) yang masing-masing dihubungkan
oleh saluran air susu sehingga membentuk seperti pohon. Sistem kelenjar yang
ada diselimuti oleh pembuluh darah, pembuluh limfe dan system persyarafan yang
berhubungan dengan syaraf pusat (Lawrence, 2005). ASI yang dihasilkan oleh
jaringan kelenjar susu ini sangat penting artinya, karena merupakan tempat
penampungan ASI. Puting ASI mengandung banyak sekali saraf sensoris sehingga
sangat peka (Roesli, 2000 dalam Anita 2015).
Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin.
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjarhipofise naterior yang ada berada di dasar
otak. Bila bayi menghisap ASI maka ASI akan keluar dari gudang ASI yang
disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar
payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hipofise anterior untuk memproduksi
hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk
merangsang pembuatan ASI. Hal ini diseebut engan refleksi prolaktin (Novak &
Broom, 1999 dalam Afifah 2017).
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon
tersebut dihasilkan bila menuju payudara yang akan merangsang kontraksi otot di
sekelilingi alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang
ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi atau
hanya ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini
menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah
mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika
reflaks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami kesulitan
untuk mendapatkaN ASI namun tidak mengalir keluar. Efek oksitosin lainnya
adalah menyebabkan uterus perdarahan walaupun kadang menyababkan nyeri
(Badriul, 2008).
Suharyono (1994 dalam Afifah 2017) mengungkapkan bahwa proses laktasi
mempengaruhi pertumbuhan bayi dan hal ini akan sangaat tergantung pada faktor-
faktor : kesehatan bio psiko sosial ibu,proses mammogenesis (persiapan
payudara) yang adekuat, proses laktasi yang memungkinkan, keberhasilan
produksi air susu dan proses galactopoesis (pengeluaran ASI dari puting), efektifitas
proses transfer air susu yang berkualita, cukup jumlah dan frekuensinya. Selain
iyu juga dipengaruhi oleh faktor jumlah kelahiran, stimulasi pengosongan
payudara, aliran susu dan teknik menyusui.

Tabel2.1
Produksi ASI pada payudara

1 2 3 4
Hormon Progesteron, Pengisapan Diteruskannya
kewanitaan estrogen payudara oleh bayi pengisapan
yaitu hormon berkurang,prolaktin merangsang oleh bayi,
prolaktin,untuk dan hormon lainnya keluarnya prolaktin memelihara
pertumbuhan merangsang dan oksitosin. tingginya
dan produksi ASI dalam Produksi ASI tingkat
menigkatkan kelenjar payudara. meningkat, dan prolaktin
perkembangan dikeluarkan dalam daerah
kelenjar melalui puting. dan ASI terus
penghasil ASI dikeluarkan.
selama
kehamilan.
Sumber Ramaiah, 2006 dalam Ruslam 2010.

Menurut Ramaiah (2006) proses pembentukan ASI dapat dibagi menjadi


empat tahap, yaitu :

1) Mammogenesis atau persiapan payudara: selama kehamilan jumlah unit


penghasil ASI dalam payudara dan saluranyya mengalami pertumbuhan yang
cepat. Hal ini terjadi karena pengaruh campuran dari hormon estrogen,
progesterone yang dikeluarkan oleh indung telur, prolaktin yang dikeluarkan
oleh kelenjar pituitary di dalam otak dan hormon pertumbuhan, prolaktin
adalah hormon palimg penting dalam produksi ASI.

2) Laktogenesis atau sintesis dan produksi dari alveolus dalam


payudara,merupakan jumlah kecil produksi payudara mulai terkumpul selama
kehamilan, namun pengeluaran ASI yang sesungguhnya akan dimuali dalam
waktu tiga hari setelah persalinan. Hal ini terjadi karena selama kehamilan
hormon progesterone danestrogen membuat payudara tidak responsif terhadap
prolaktin. Setelah persalinan ketika hormon estrogen dan progesterone
berkurang, payudara yang telah berkembang sepenuhnya mengeluarkan ASI
sebagai akibat dari tindakan prolaktin.

3) Galaktopoesis atau pemeliharaan ASI : prolaktin adalah hormon terpenting


untuk kelangsungan dan kecukupan pengeluaran ASI. Karena keluarnya
prlaktin tergantung pada bayi yang menghisap payudara, penting bagi ibu
untuk memperaktikkanmenyusui setidaknya 6 bulan setelah bayi lahir.

3. Produksi ASI

Berdasarkan Amina (2015) waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1) ASI stadium I (kolostrum)


Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara
dari hari pertama sampai hari ke empat yang berbeda karakteristik fisik dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300 ml/hari. Kolostrum
berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-
sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi baru lahir segera bersih dan
siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu
pertama sering defekasi dan feses berwarna hitam.

2) ASI stadium II (ASI peralihan)


ASI ini diproduksi pada hari keempat sampai hari kesepuluh. Komposisi
protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan
jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap
aktifitas bayi yang aktif karna bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan.

3) ASI stadium III (ASI matur)


ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh sampai seterusnya. ASI matur
merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan
bayi sampai berumur 6 bulan, bayi mulai dikenlkan dengan makanan lain selain
ASI. Dimulai dengan makanan yang lunak, kemudian padat, dan makanan biasa
yang sesuai makanan biasa.
4. Volume ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir
akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dan jumlah akan terus bertambah
sehingga mencapai 400-450 ml pada waktu mencapai usia minggu kedua. Dalam
keadaan produksi ASI telah normal volume susu terbanyak yang dapat diperoleh
adalah 5 menit pertama pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25
menit (Hubertin, 2004 dalam Afifah 2017)
Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI beberapa kriteria sebagai patokan
untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak yaitu :

1) ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.


2) Sebelum disusukan payudara terasa tegang.
3) Jika ASI cukup,setelah bayi menyusu bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam.
4) Bayi BAK 6-8 kali dalam satu hari.
5) Bayi BAB 3-4 kali sehari.
6) Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.
7) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.
8) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu.
9) Urine bayi biasanya berwarna kuning pucat.

Pengukuran volume ASI dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu :

1) Memerah ASI dengan pompa


Cara menabung atau mengukur ASI yang paling baik dan efektif dengan
menggunakan alat pmpa ASI elektrik. Harganya relatif mahal. Ada cara lain yang
lebih terjangkau yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini
memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan
pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur.
Pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang berbentuk suntikan, lebih banyak
berbentuk squeeze and bulb tidak dianjurkan banyak ahli ASI. Karena pompa seperti
ini sulit dibersihkan dari bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya
menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain
itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/ rata (Rahayu, 2008).

2) Memerah ASI dengan tangan


Memerah ASI dengan tangan disebut juga dengan teknik Marmet. Dengan
pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu sekitar
masing-masing payudara 15 menit. Cara ini sering disebut juga dengan back to
nature karna cahaya sederhanan dan tidak membutuhkan biaya (Rahayu, 2008).
Caranya, tempatkan tangan ibu jari di salah satu payudara, tepatnya di tepi
aerola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke
arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telujuk elama bersamaan.
Pertahankan agar jari tetap di tepi aerola, jangan sampai menggeser ke puting.
Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling
payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain,
dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada
payudara pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua.Letakkan cengkir
bermulut lebar yang sudah disterilkan dibawah payudara yang diperas, kemudian
diukur menggunakan gelas ukur (Rahay, 2008).

5. Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5% oleh karena itu bayi yang
mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada
ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna
bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebutt yang
dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formuula.
Tahapan produksi ASI terdiri kolostrum, ASI Peralihan, dan ASI Matur.
Tahapan produksi ASI beserta komposisinya akan dijabarkan sebagai berikut :
1) Kolostrum
2) Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah
melahirkan (4 - 7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya
dengan ASI matang, atau cairan tahap pertama ASI yang dihasilkan selama
masa kehamilan dan berakhir beberapa hari setelah kelahiran bayi (2 – 4 hari) ,
ml/hari, serta lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap brikutnya.
Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi akan protein, vitamin yang
terlarut merupakan antibody dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai
imunitas pasif bayi. Imunitas pasif akan melindungi bayi dari berbagai bakteri
dan virus yang merugikan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi
yang membersihkan mekonium sehinga mukosa usus bayi yang baru lahir
segera barsih dan siap menerima ASI.
3) ASI Peralihan
ASI Peralihan adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum dimana kadar
lemak dan laktosa lebih tinggi serta kadar protein dan mineral lebih rendah.
ASI peralihan berakhir sekitar 2 minggu.
Menurut Vivian (2011) ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, kandungan
gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembang bayi.

Komposisi gizi dalam ASI (Vivian, 2011) :

1) Protein
ASI mengandung protein lebih rendah dari air susu sapi tetapi protein ASI
mempunyai nutrisi lebig tinggi ( lebih mudah dicena ).

2) Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari susu sapi (6, 5-7 gram).
Karbohidrat yang paling utama adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi sangat
menguntungkan karena saat permentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya
asam laktat ini memberikan suasana asam dalam usus bayi. Asam laktat dalam
usus bayi ini memberikan beberapa keuntungan :
a. Penghambat pertumbuhan bakteri yang patologis.
b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan
mensintesis vitamin.
c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari kalsium.
d. Memudahkan absorpsi dari mineral, misalnya kalsium, fosfor dan magnesium.

6. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari stimulasi pada
kelenjar payudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan produksi
ASI antara lain :

1) Faktor makanan ibu


Dalam penelitian Arifin (2016) mengatakan ibu yang kekurangan gizi akan
mengakibatkan menurunnya jumlah ASI dan akhirnya berhenti. Hal ini
menyebakan pada masa kehamilan jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidakk
memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak
akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi
selama menyusui.

2) Faktor isapan bayi


Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis
anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (rangsangan
prolaktin) untuk meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelenjar
susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau puting
susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon oksitosin dan hormon
prolaktin akan terus menurun dan ASI akan terhenti (Hubertin, 2003 dalam Afifa,
2017).

3) Frekuensi penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi premature disimpulkan bahwa produksi ASI
akan optimal dengan pompaan 5 kali per hari selama pertama setelah melahirkan.
Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukak bahwa
frekuensi penyusunan 10 lebih kurang 3 kali per hari selama 2 minggu pertama
setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI. Berdasarkan hal ini
direkomendasikan penyusunan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal
setelah melahirkan. Penyusunan ini berkaitan dengan stimulasi hormon dalam
kelenjar payudara (Arifin, 2016).

4) Riwayat penyakit
Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses
laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI (Elly, 2007 dalam Afifah 2017).

5) Faktor Psikologis
Gangguan psikologis pada ibu menyebabkan berkurangnya produksi dan
pengeluaran ASI. Laktasi memerlukan ketenangan, ketentraman, perasaan aman
dari inu, kecemasan, kesedihan, dapat menyebabkan ketegangan yang
mempengaruhi saraf, pembuluh darah dan sebagainya (Arifin, 2016)
Dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangatmembantu
berhasilnya seorang ibu untuk menyusui. Perasaan ibu yang bahagia, senang,
perasaan menyayangi bayi, memeluk, mencium dan mendengar bayinya menangis
akan meningkatkan pengeluaran ASI (Hubertin, 2003 dalam Afifah 2017).

6) Berat badan lahir


Prentice (1984 dalam Jayanti 2016) mengganti hubungan berat lahir bayi
dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap,
frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada
hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap
yang mengakibatkan perbedaan inti yang besar dibaanding bayi yang mendapat
formula. De Carvalho 1982 dalam Jayanti (2016) menentukan hubungan positif
berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama
setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap
ASI yang paling rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendahnini meliputi frekuensi dan lama
penyusunan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi
ASI.

7) Perawatan payudara
Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7 – 8 memegang
peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yng terawat akan memproduksi
ASI yang cukup untuk memnuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara
yang baik, maka puting tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi (Soetjiningsih, 1999
dalam Jayanti 2016).
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan
mengurut selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut
diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapt dihindarkan
sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar (Arifin, 2016).

8) Jenis persalinan
Pada persalinan normal proses menyusui dapat segera dilakukan setelah bayi
lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan (Saifudin, 2001
dalam Afifah 2017). Sedangkan pada persalinan tindakan sectio caesar seringkali
sulit menyusui bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anastesi
umum. Ibu relatif tidak dapat menyusui bayinya di jam pertama setelah bayi lahir.
Kondisi luka operasi di bagian perut mmbuat proses menyusui sedikit terhambat
(Sinsin, 2004 dalam Afifah, 2017).

9) Umur kehamilan saat melahirkan


Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir premattur (ummur kehamilan kurang dari 34 minggu)
sangat lemah dan tidak mampu mengisapsecara efektif sehingga produksi ASI
lebih rendah dari pada bayi lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap
pada bayi prematur dapatt disebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ (Arifin, 2016).

10) Konsumsi rokok


Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menggangu hormon
prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi
pelepasan adrenalin, dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin
(Arifin, 2016).
11) Konsumsi Alkohol
Menurut Matheson (1989 dalam Jayanti 2016), meskipun minuman alkohol
dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga
membantu pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi
oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi
oksitosin. Pada dosis etanol 0,5 - 0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan
kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosisi 0,9 - 1,1 gr/kg mengakibatkan
kontraksi rahim 32% dari normal.

12) Cara menyusui yang tidak tepat


Teknik menyusui yang kurang tepat, tidak dapat mengosongkan payudara
dengan benar yang akhirnya akan menurunkan produksi ASI (Hubertin, 2003
dalam Afifah 2017).

13) Rawat gabung


Bila ibu dekat denga bayinya, maka bayi akan segera disusui dan
frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologisyang alami,
dimana bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu,
dengan meyusui, maka akan timbul refleks oksitosin yang membantu proses
fisiologis involusi rahim. Di samping itu akan timbul refleks prolaktin yang akan
memacu proses produksi ASI (Soeningsih, 2006 dalam Afifah 2017).

14) Pil kontrasepsi


Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan
dengan penurunan volme dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986
dalam ACC/SNC, 1991 dalam Jayanti 2016),. Berdasarkan hal ini WHO
merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil
kontrasepsi.
B. Jantung Pisang

1. Defenisi

Tanaman pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lambab dan panas.
Taksonomi tanaman pisang antara lain yaitu kingdom plantae, divisi
Spermathopyta, sub divisi Angiospermae, kelas Monocotylae, ordo Musales,
famili Musaceae, genus dan spesies Musa paradisiaca (Suryanti dan Supriyadi,
2008).
Jantung pisang (lihat Gambar 1) merupakan bunga yang dihasilkan oleh pokok
pisang yang berfungsi untuk menghasilkan buah pisang. Jantung pisang dihasilkan
semasa proses pisang berbunga dan menghasilkan tandan pisang sehingga
lengkap. Hanya dalam keadaan tertntu atau spesies tertentu jumlah tandan dan
jantung pisang melebihi tengah jantung 12 – 25 cm.

Gambar 1. Jantung pisang

Kulit luar jantung pisang keras dan akan terbuka apabila sampai waktu bagi
mendedahkan bunga betina. Bunga betina dan jantan menghasilkan nektar untuk
menarik serangga menghisapnya dan menjalankan proses pembungaan. Struktur
jantung pisang mempunyai banyak lapisan kulit, dari yang paling glap cokelat -
ungu kemerahan di karakteristiknya, oleh penderita diabetes, dapat mencegah
serangan struke, jantung koroner, dan memperlancarsiklus darah (bersifat
antikoagulan). Jantung pisang bagian luar dan warna putih krim susu di bagian
dalam. Terdapat susunan bunga berbentuk jejari di antara kulit tersebut dan di
tengahnya yang lembut. Jantung pisang mempunyai cairan berwarna jernih dan
akan menjadi pudar warnanya apabila jatung pisang terkena udara dari luar
lingkungan sekitarnya (Novitasari dkk, 2013).
Jantung pisang pada umumnya dibuang. Padahal dapat dimanfaatkan sebagai
pangan alternatif (Lingga, 2010). Semua tanaman pisang dapat memproduksi
jantung pisang, tetapi tidak semua jantung pisang dari jenis pisang kepok, pisang
batu, pisangsiam dan pisang klutuk. Jantung pisang dari jenis pisang ambon tidak
dapat dikonsumsi kerena kandungan tanin yang tinggi sehingga terasa pahit.
Jantung pisang memiliki khasiat yang sangat baik bagi kesehatan, kandungan
zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh ialah protein 12,05% karbohidrat 34,83% dan
lemak ttotal 13,05% mineral(terutama fosfor, kalsium, dan besi), pada jantung
pisang adalah serat pangan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan (Fttah, 2016).
Menurut Kusumaningtyas (2010) komposisi gizi jantung pisang per 100 gram
adalah : energi 31 kkal, protein 1,26 g, lemak 0,35 g, karbohidrat 8,31 g kalsium 6
mg, besi 0,4 mg, fofor 50 mg, vitamin A 140 SI, vitamin B1 0,006 mg, vitamin C
9 mg (Harismayanti, 2018).
Jantung pisang memiliki khasiat terhadap peningkatan sekresi air susu
(laktogogum) mempunyai kandungan bahan aktif senyawa steroid, mengandung
bahan aktif yang berkhasiat seperti prolaktin dan dan mengandung bahan aktif
yang berkhasiat seperti oksitosin (Harismayanti, 2018)
Jantung pisang untuk ibu menyusui dapat diolah menjadi sayur tumisan, sayur
rebusan, nugget bahkan abon tergantung seleranya ibu menyusui.

C. Pengaruh Jantung Pisang Dengan Produksi ASI

Pemanfaatan jantung pisang pada masyarakat sudah banyak ditemui, seperti


menyembuhkan luka lecet pada kaki, memberikan parasaan kenyang lebih lama,
digunakan untuk membuat sayur karena kandungan protein dan vitamin,serta
dimakan untuk memperlancar dan memperbanyak produksi ASI. Pengolahan
jantung pisang pada masyarakat biasa dilakukan dengan cara direbus, diurap,
dikukus dan dioseng-oseng. Jantung pisang menjadi bahan makanan yang bisa
dengan mudah ditanam di pekarangan rumah. Dengan pemanfaatan jantung
pisang batu yang dapat meningkatkan produksi ASI, dapat membantu
keberhasilan program pemerintah (Kementerian Kesehatan) dalam upaya
pemberian ASI Ekslusif.
Jantung pisang merupakan jenis tanaman yang mengandung laktogogum
memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin seperti
alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam
meningkatkan dan memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal
untuk memproduksi ASI, sewaktu bayi menghisap puting payudara ibu, maka
akan terjadi rangsangan neurohormonal pada puting susu dan aerola ibu.
Rangsangan ini akan diteruskan ke hipofisis melaui nervos vagus, kemudian ke
lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin dan masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini
akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Wahyuni, 2012). Alasan ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Elly Wahyuni pada tahun 2012 dengan
judul penelitian pengaruh konsumsi jantung pisang batu terhadap peningkatan
produksi ASI. Dengan hasil penelitian diperoleh bahwa intesitas rata-rata
frekuensi ASI sebelum konsumsi jantung pisang batu adalah 5,7 kali, setelah
mengkonsumsi jantung pisang mngalami peningkatan menjadi 9,75 kali.
Lingga dalam Murtiana (2016), yang menyatakan bahwa jantung pisang batu
memiliki beberapa senyawa yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas ASI.
Peningkatan produksi ASI depengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid yang
mempengaruhi reflek prolaktin untuk merangsang alveoli yang bekerja aktif
dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa
peningkatan hormon oksitosin dipengaruhi oleh plifenol yang ada pada jantung
pisang batu yang akan membuat ASI mengalir lebih deras dibandingkan dengan
sebelum mengkonsumsi jantung pisang batu. Oksitosin merupakan hormon yang
berperan untuk mendorong kontraksi sel – sel miopitel isi dari alveolus akan
terdorong keluar menuju saluran susu, sehingga alveolus menjadi kosong dan
memacu untuk sintesis air susu berikutnya.
Penelitian kedua yakni oleh Apriza (2016) dengan judul pengaruh konsumsi
rebusan jantung pisang terhadap ekskresi ASI pada ibu menyusui. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa rata - rata eksresi ASI sebelum konsumsi rebusan
jantung pisang adalah 385cc dengan standar devisiasi 82,876 dan sesudah
konsumsi rebusan jantung pisang adalah 720,000 cc dengan standar devisiasi
86,450 dengan nilai P value 0,001.
Penelitian katiga oleh Tjahjani (2014) dengan judul pengaruh konsumsi jantung
pisang terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas. Dengan hasil penelitian
didapatkan 20% pada ibu nifas yang mengeluarkan ASI tidak lancar, 80% ibu
nifas pengeluaran ASI menjadi lancar, pada 𝛼 = 0,05 diperoleh p value = 0,001.
Menurut penelitian Hubaya (2015) Hasil penelitian menunjukkan
bahwa responden yang mengkonsumsi jantung pisang kepok cenderung
mengalami peningkatan produksi ASI sebanyak 22 orang (73,3%), sedangkan
responden yang tidak mengkonsumsi jantung pisang kepok cenderung tidak
mengalami peningkatan produksi ASI sebanyak 19 orang (63,3%).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alamiah
yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengadung zat gizi yang yang
sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuha, kekebalan dan mencegah
penyakit serta untuk kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena
langsung diberikan kepada bayi agar terhindar dari gangguan pencernaan seperti
diare, muntah dan sebagainya.
Jantung pisang memiliki khasiat terhadap peningkatan sekresi air susu
(laktogogum) mempunyai kandungan bahan aktif senyawa steroid, mengandung
bahan aktif yang berkhasiat seperti prolaktin dan dan mengandung bahan aktif
yang berkhasiat seperti oksitosin Jantung pisang merupakan jenis tanaman yang
mengandung laktogogum memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitosin
dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainyya
paling efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI. Reflek
prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI, sewaktu bayi menghisap
puting payudara ibu, maka akan terjadi rangsangan neurohormonal pada puting
susu dan aerola ibu. Rangsangan ini akan diteruskan ke hipofisis melaui nervos
vagus, kemudian ke lobus anterior.
Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin dan masuk ke peredaran
darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan
terangsang untuk menghasilkan ASI. jantung pisang batu memiliki beberapa
senyawa yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas ASI. Peningkatan
produksi ASI depengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid yang mempengaruhi
reflek prolaktin untuk merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam pembentukan
ASI.

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh ibu menyusui atau ibu dalam masa nifas
mengetahui bagaimana cara menigkatkan kadar ASI dalam tubuh ,serta mengetahi
makanan apa yang dapat mampu menambah ASI pada ibu menyusui.Ibu hamil
usia 7-9 bulan wajib mengetahui bagaimana perawatan puting susu agar tidak
lecet ketika bayi menyusui. Ibu hamil harus tau dini merawat payudara agar
menghasilkan ASI yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai