Abstract
Decentralization of government authority given to the regional center is intended as an effort to promote
community empowerment, growth aspirations and creativity, increase participation of local community in
local governance. Therefore, understanding of regional autonomy is defined as an autonomous regional
authority to regulate and manage the interests of local people own initiative based on community aspirations
in accordance legislation. Medebewind is the assignment of government to the regions andlor village from
the provincial government to local governments and I or village, to carry out as well as from local
governments to the village.
* Untung Dwi Hananto, SH.,M.Hum adalah Dosen Fakultas Hukum UNDIP Semarang, Jl. Imam Bardjo, SH No. 1 Semarang
1 Hari Sabamo, Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hal. 1.
2 HAW.Widjaja, Penyelengaaraan Otonomi di Indonesia, (Jakarta; PT. Raja GrafindoPersada, 2007), hal. 36.
202
Untung Dwi H., Asas Desentralisasi Dalam UU No.32 Tahun 2004
propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai hanya terbatas pada memfasilitasi dan mediasi. Di
pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang.
(2) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten
dan kota mengaturdan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
(3) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten
dan kota memiliki dewan perwakilan rakyat yang
anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
(4) Gubernur, bupati dan walikota masing-masing
sebagai kepala pemerintah daerah
propinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan
yang oleh Undang-Undang ditentukan sebagai
urusan pemerintah pusat.
(6) Pemerintahan daerah berhak
menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan
tugas
pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara
penyelenggaraan
pemerintahan daerah diatur dalam
Undang-
Undang.3
13 Budi Winarto, Kebijakan Publik Teori Dan Praktek, (Jogjakarta: Media Pressindo, 2007), hal. 144.
14 Ibid, hal. 145.
15 Lembaran NegaraTahun 2004 Nomor125.
16 Agussalim Andi Gadjong, op-cit, hal. 80-81.
205
Untung Dwi H., Asas Desentralisasi Dalam UU No.32 Tahun 2004
Dalam sistem desentralisasi itu, dikenal ada tiga terhadap hai itu dipandang lebih baik ditentukan
aj ar an yang m ene nt uk an pem bagian sebagai urusan rumah tangga daerah.
penyelenggaraan pemerintahan negara, yaitu: (i) Penyerahan dtlakukan secara formil dengan
ajaran rumah tangga materiil; (ii) ajaran rumah tangga peraturan perundang-undangan, sehingga
formil, dan (iii) ajaran rumah tangga nil.23 (1). Ajaran hal-hal yang menjadi urusan daerah
Rumah Tangga Material. dipertegas rinciannya dalam undang-undang.
Menurut ajaran rumah tangga materiil, untuk Dengan demikian orang dapat melihat bahwa
mengetahui yang manakah urusan yang suatu urusan merupakan rumah tangga
termasuk rumah tangga daerah atau pusat, pemerintah daerah karena oleh pusat telah
seseorang harus melihat kepada materi yang dilakukan penyerahannya dengan
ditentukan akan diurus oleh pemerintaham Undang-Undang.
daerah atau pusat itu masing-masing. Setiap (3) Ajaran Rumah Tangga Riil.
pemerintahan apakah ia pusat atau daerah Isttlah rumah tangga riil dapat dijumpai dalam
hanya akan mampu menyelanggarakan urusan penjelasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
tertentudenganbaik. 1957 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Dalam praktik ajaran rumah tangga materiil dapat Daerah. Juga dalam Ketetapan Majelis
dipertahankan sepanjang sifat pemerintahan Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor
daerah masih sederhana. Sedangkan untuk XXI/ MPRS/ 1966, terdapat istilah yang sama
menghadapi sifat pemerintahan yang sudah dengan tambahan kata-kata "seluas-luasnya".
maju, yang semakin kompleks, dan modern, agak Dari kedua ketentuan tersebut dapat diketahui
sulit bagi kita untuk secara objektif menilai mengenai apa yang dimaksud dengan Rumah Tangga Riil
urusan mana yang sebaiknya diselenggarakan yang didasarkan kepada kebutuhan riil atau
oleh pusat atau daerah. Oleh sebab itu mana yang keadaan yang nyata. Umpamanya pada satu hal
akan dipilih sebagai urusan pusat dan daerah, karena keadaan tertentu berdasarkan
seringkali ditentukan secara subjektif semata-mata pertimbangan untuk mencapai manfaatnya yang
berdasarkan pertimbangan kekuasaan. Dengan sebesar-besarnya suatu urusan yang
ukuran penilaian yang bersifat subjektif itu, orang merupakan wewenang pemerintah daerah
pun akhirnya akan mengalami kesulitan dalam dikurangi, karena urusan itu menurut keadaan
pelaksanaannya, karena hal itu dapat menimbulkan riil sekarang berdasarkan kebutuhan yang
perselisihan antara satu samalain. (2) Ajaran bersifat nasional dinilai perlu diselenggarakan
Rumah Tangga Formal. oleh pemerintah pusat. Akan tetapi sebaliknya
Berhubung dengan kelemahan dan kekurangan suatu urusan dapat pula dilimpahkan kepada
ajaran rumah tangga materiil tersebut di atas, daerah untuk menjadi suatu urusan rumaah
maka berkembang pula ajaran rumah tangga tangga daerah, mengingat manfaat dan hasil
formil. Untuk mengatasi yang akan dicapai jika urusan itu tetap
kekurangan-kekurangan ajaran materiil, diselenggarakan oleh pemerintah pusat akan
orang mencari pegangan yang tegas kepada menjadi berkurang. Tentu saja ssegala
ketentuan-ketentuan yang bersifat formil yang penambahan atau pengurangan suatu
mengatur bahwa suatu hal itu merupakan wewenang harus diatur dengan undang-undang
urusan rumah tangga pemerintah pusat dan atau peraturan lainnya.
hal yang lain sebagai urusan daerah. Di dalam pasal 10 Undang-Undang Nomor 32
Pengaturan tersebut didasarkan atas daya Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
guna pemerintahan masing-masing. Jika disebutkan tentang pembagian urusan
sesuatau hal yang diselenggarakan oleh pemerintahan yaitu pada ayat;24
pemerintah daerah akan mendatangkan (1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan
manfaat yang lebih besar, maka urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh Undang-Undang ini
ditentukan
207
Untung Dwi H., Asas Desentralisasi Daiam UU No.32 Tahun 2004
Kesimpulan
1. Pendelegasian wewenang dalam desentralisasi
bersifat hak dalam menciptakan
peraturan-peraturan dan keputusan
penyelenggaraan lainnya dalam batas-batas
diserahkan kepada badan-badan otonom itu. Jadi terminal menuju "penyerahan penuh" suatu urusan
pendelegasian wewenang dalam desentralisasi kepala daerah atau tugas pembantuan merupakan
berlangsung antara lembaga-lembaga di pusat tahap awal sebagai persiapan menuju kepada
dengan lembaga-lembaga otonom di daerah. penyerahan penuh.
Desentralisasi memberikan ruang terjadinya
penyerahan kewenangan (urusan) dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah DAFTAR PUSTAKA
(dari daerah tingkat atas kepada daerah tingkat di
bawahnya). Pengertian desentralisasi di sini Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan
hanya sekitar penyerahan urusan pemerintahan Daerah
kepada daerah. Otonomi hanya ada kalau ada Kajian Politik Dan Hukum, (Bogor: Ghalia
penyerahan {overdragen) urusan pemerintahan Indonesia, 2007) Budi Winarto, Kebijakan
kepada daerah. Ketegangan atas tarik ulur Pubiik Teori Dan Praktek,
kewenangan yang muncul sampai sekarang ini, (Jogjakarta: Media Pressindo, 2007)
semuanya mengacu kepada pembagian Bambang Sunggono Metodologi Penelitian Hukum,
kekuasaan atau kewenangan, dan siapa yang (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003:)
paling berwenang mengurus atau mengatur HAW, Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi
urusan tersebut. Di
2. Pada dasarnya tugas pembantuan adalah tugas Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
melaksanakan peraturan perundang-undangan 2007) Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek
tingkat lebih tinggi. Daerah tingkat melaksanakan Pemerintahan dan
Otonomi Daerah. (Jakarta: PT Gramedia
peraturan perundang-undangan, termasuk yang
Widiasarana Indonesia, 2007) Hari Sabarno,
diperintahkan atau diminta dalam rangka tugas
Memandu Otonomi Daerah Menjaga
pembantuan.
Kesatuan Bangsa, (Jakarta: Sinar Grafika,
2007)
Tugas pembantuan dapat dijadikan sebagai
211
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011
secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu fungsi pemerintahan kepada daerah otonom. Dalam
diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam negara kesatuan seperti Indonesia kedua unsur
persaingan global dengan memanfaatkan tersebut dilakukan oleh pemerintah melaiui produk
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.4 hukum dan konstitusi dan melembaga.7
Sistem penyelenggaraan pemerintahan di Desentralisasi kewenangan pemerintahan yang
Indonesia berdasarkan pendekatan kesisteman diberikan pusat pada daerah dimaksudkan sebagai
meliputi sistem pemerintahan pusat atau disebut upaya untuk mendorong pemberdayaan masyarakat,
pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Praktik penumbuhan aspirasi dan kreativitas, peningkatan
penyelengaraan pemerintahan dalam hubungan peran serta masyarakat lokal dalam penyelenggaraan
antar pemerintahan dikenal dengan konsep pemerintahan daerah. Oleh karena itu pengertian
sentralisasi dan desentralisasi. Konsep sentralisasi otonomi daerah dimaknai sebagai kewenangan
menunjukkan karakteristik bahwa semua daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kewenangan penyelenggaraan pemerintahan berada kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
di pemerintah pusat, sedangkan sistem desentralisasi sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
menunjukkan karakteristik, yakni sebagian peraturan perundang-undangan.8
kewenangan urusan pemerintahan yang menjadi Proses peralihan dari sistem dekonsentrasi ke
kewajiban pemerintah diberikan kepada sistem desentralisasi disebut pemerintah daerah
dengan otonomi. Otonomi adalah penyerahan urusan
pemerintahan daerah. Konsep desentralisasi dalam
pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersifat
sistem pemerintahan di Indonesia merupakan suatu
operasional dalam rangka sistem birokrasi
pilihan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah
pemerintahan.9
dan telah diatur berdasarkan undang-undang dan
Asas dekonsentrasi sendiri adalah pelimpahan
peraturan perundang-undangan lainnya.5
wewenang pemerintahan yang sebenarnya
Dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan di kewenangan itu ada di tangan pemerintah pusat,
Indonesia cita desentralisasi tersebut senantiasa yakni menyangkut penetapan srategi kebijakan dan
menjadi bagian dalam praktik pemerintahan negara. pencapaian program kegiatannya, diberikan kepada
Perwujudan cita-cita desentralisasi telah dilakukan gubernur instansi vertikal di daerah sesuai arahan
langkah-langkah penting dalam perumusan kebijakan kebijaksanaan umum dari pemerintah pusat,
politik sampai pada tingkat perumusan kebijakan di sedangkan sektor pembiayaannya tetap
bidang perundang-undangan. dilaksanakan oleh pemerintah pusat.10
Adanya pilihan pada pemencaran kekuasaan Pemerintahan daerah dikembangkan
penyelenggaraan pemerintahan negara, yakni berdasarkan asas otonomi (desentralisasi) dan tugas
adanya kekuasaan pemerintah pusat dan kekuasaan pembantuan.
pemerintah daerah dalam ikatan Negara Kesatuan Di Belanda asas pembantuan atau juga dikenal
Republik Indonesia.6 medebewind diartikan sebagai pembantu
Desentralisasi telah lama dianut dalam Negara penyelenggaraan kepentingan-kepentingan dari
Indonesia. Secara historis asas desentralisasi itu pusat atau daerah-daerah yang tingkatannya lebih
telah dilaksanakan di zaman Hindia Belanda dengan atasoleh perangkatdaerah yang lebih bawah.11
adanya Undang-Undang Desentralisasi Realisasi otonomi daerah memakan proses yang
{DecentrakisatieWef) Tahun 1903. panjang yang di dalam proses ini sudah tentu terdapat
Berdasarkan pengalaman empiris desentralisasi banyak kendala, hambatan, rintangan, tantangan,
mengandung dua unsur pokok. Unsur yang pertama d a n h a l a n g a n d a l a m pelaksanaannya
adalah terbentuknya daerah otonom dan otonomi (implementasinya).12 Implementasi dipandang dalam
daerah. Unsur kedua adalah penyerahan sejumlah
4 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, angka 1 huruf a.
5 Siswanto Sunamo, Hukum Pemenntahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008). hal. 11.
6 Ibid, hal. 12.
7 HAW. Widjaja, op erf, hal. 18.
8 Hari Sabarno, op.c/f. hal. 42.
9 HAW. Widjaja, op. erf. hal. 17.
10 Siswanto Sunamo, op. tit, hal. 7.
11 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonoi Daerah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007), hal. 21.
12 HAW, Widjaja, op. tit, hal. 23.
204
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011
17 /fc/d, hal.81.
18 Ibid, hal. 82-83.
19 /Wd, hal. 83-84.
20 Ibid, hal. 87.
21 Siswanto Sunamo, op.cit, hal. 82-83.
22 Agussalim andi gacljong Op tit, hal. 88.
206
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011
32 Sadu Wasistiono, Etin Indrayani, dan Andi Pitono, Op.cit, hal. 17.
33 Agussalim Andi Gadjong, op.cit, hal. 91.
34 Ibid, hal. 93.
35 Sadu Wasistiono, Etin Indrayani, dan Andi Pitono, Op.cit, hal. 21.
210
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011
212