Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan
yang melebihi batas normal ( tekanan systole diatas 140 mmHg dan tekanan
diastole diatas 90 mmHg) (Murwani, 2009).
Kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan
sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan diastolic >90 mmHg (untuk usia <60 tahun)
dan tekanan sistolik ≥160 mmHg dan atau tekanan diastolic >95 mmHg (untuk
usia >60 tahun) (Nugroho, 2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic
(bagian atas) dan bawah (diastolic) (Pudiastuti, 2011).
B. Anatomi Fisiologi
1. Jantung
c. Katup-Katup Jantung
1) Katup Trikuspidalis
Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium
kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah
kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup
pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid
terdiri dari 3 daun katup.
2) Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari
dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis
bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan
berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal
trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun
katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila
ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari
ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup bikuspidalis
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari
atrium kiri menuju ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup
bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri
dari dua daun katup.
4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada
pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri
berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,
sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi dan berfungsi
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Jenis-jenis yang paling penting, arteri dan
vena, juga disebut demikian karena mereka membawa darah keluar atau masuk
ke jantung. Kerja pembuluh darah membantu jantung tuk mengedarkan sel
darah merah atau eritrosit ke seluruh tubuh.dan mengedarkan sarimakanan,
oksigen dan membawa keluar karbon dioksida.
a. Pembuluh Nadi (Arteri)
1) Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis
2) Mempunyai dinding yang tebal
3) Mempunyai jaringan yang elastic
4) Katup hanya pada pemulaan keluar dari jantung
5) Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung
6) Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang keluar dari
ventrikel sinistra) dan arteri pulmonalis (yang keluar dari ventrikel
dekstra).
7) Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler.
8) Arteri membawa darah dari jantung menuju ke seluruh tubuh.
9) Arteri terbesar: aorta.
10) Aorta berasal dari ventrikel kiri jantung, pangkal aorta : aorta
asenden—arcus aorta—aorta desendens (aorta torakalis di rongga
dada dan aorta abdominalis di rongga perut) lalu berakhir sebagai a.
iliaca komunis kiri dan kanan di rongga panggul.
b. Pembuluh Balik (Vena)
1) Mengembalikan darah ke jantung dilengkapi dengan katup
2) Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2), kecuali vena
pulmonalis
3) Mempunyai dinding yg tipis
4) Jaringannya kurang elastic
5) Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung
6) Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar denyut jantung.
7) Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah vena kava dan
vena pulmonalis.
8) Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang selanjutnya menjadi
kapiler.
c. Kapiler
1) Disebut juga pembuluh rambut
2) Terdiri dari sel-sel endotel
3) Diameter kira-kira 0,008 mm
4) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
5) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan
6) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
7) Menyerap zat makanan yang terdapat di usus
8) Menyaring darah yang terdapat di ginjal
Semua pembuluh darah kecuali kapiler terdiri atas tiga lapisan yaitu :
a. Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan endotel
dan berhubungan dgn darah.
b. Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis
dan termasuk otot polos.
c. Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang
berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2014)
C. Etiologi/Predisposisi
Menurut penyebabnya ada 2 jenis yaitu:
1. Hipertensi primer (essensial) :
a. Keturunan
b. Umur
c. Psikis
2. Hipertensi sekunder:
a. Penyakit ginjal (glumerulus nephitis akuta/kronika)
b. Tumor dalam rongga kepala
c. Penyakit syaraf
d. Toxemia gravidarum
Factor yang menunjang:
1. Adakah riwayat penyakit system kardiovaskuler atau ginjal sebelumnya
2. Obesitas
3. Aktivitas yang terlalu melelahkan (gerak badan)
4. Emosional/ketegangan mental
5. Umur semakin tua makin bertambah desakan (50-60)
(Arita Murwani, 2009).
D. Patofisiologi
Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah.
Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tahanan terbesar di alami
oleh arteriolae sehingga perbedaan desakan besar bila arteriolae menyempit
akan menaikkan desakan darah. Stadium pertama dari hipertensi sensiil adalah
kenaikan tonus dari arteriolae. (Arita Murwani, 2009).
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor penyebab seperti
penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat,
disfungsi organ, tumor dan kehamilan. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan
obat-obatan dan faktor keturunan, faktor umur. Faktor penyebab diatas dapat
berpengaruh pada sistem saraf simpatis.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis ditoraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem jarak simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Pada saat bersamaan sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi kelenjar
adrenal terangsang, vasokonstriksi bertambah. Medula adrenal mensekresi
epinofrin menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid yang memperkuat respons vasokontriksi dan mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal merangsang pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiptensin I dan diubah menjadi angiotensin II
yang mengakibatkan retensi natrium dan air yang menimbulkan odema.
Vasokontriksi pembuluh darah juga mengakibatkan peningkatan
tahanan perifer, meningkatnya tekanan arteri juga meningkatkan aliran balik
darah vena ke jantung dalam keadaan ini tubuh akan berkompensasi untuk
meningkatkan curah jantung mengalami penurunan. Hal ini mempengaruhi
suplai O2 miokardium berkurang yang menimbulkan manifestasi klinis
cianosis, nyeri dada/ angina, sesak dan juga mempengaruhi suplai O2 ke otak
sehingga timbul spasme otot sehingga timbul keluhan nyeri kepala/pusing,
sakit pada leher. Tingginya tekanan darah yang terlalu lama akan merusak
pembuluh darah diseluruh tubuh seperti pada mata menimbulkan gangguan
pada penglihatan, jantung, ginjal dan otak karena jantung dipaksa
meningkatkan beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah.
Diotak tekanan darah tinggi akan meningkatkan tekanan intra kranial yang
menimbulkan manifestasi klinis penurunan kesadaran, pusing, mual/muntah
dan gangguan pada penglihatan kadang-kadang sampai menimbulkan
kelumpuhan. (Smeltzer, 2012).
Pertimbangan gerontologist, perubahan stuktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, ddan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada giliranya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahan perifer (Brunner & Suddarth, 2012).
Pathway
E. Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Tekanan darah >140 mmHg sistol
2. Sakit kepala dan pusing
3. Epistaksis
4. Sesak napas
5. Emosi meningkat (tidak labil)
6. Susah tidur
7. Pandangan menjadi kabur kabur
8. Tegang pada leher.
(Mansjoer, 2010)
adalah:
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal
b. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan tekanan darah
dengan harapan meprpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
c. Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan obat anti
hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
d. Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan
memunkginakn besat untuk seumur hidup.
e. Terapi :
1) Diet rendah garam
2) Penurunan berat badan, olahraga, latihan jiwa ( yoga, dll.)
3) Diuretic
4) Penghambat adrenergic
5) Penyekat alfa 1
6) Penyekat beta
7) Vasodilator
8) Penghambat ACE
9) Penghambat kalsium
f. Penyulit :
1) Perdarahan otak, perdarahan retina, dekompensasi cordis.
2) Stroke, penyakit jantung, gagal ginjal.
g. Lama Perawatan : 1 minggu.
2. Keperawatan
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback --> Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi --> Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai terapi obat dan fisioterapi (Pudiastuti,
2011).
Definisi: pengalaman sensori dan emosional Outcome untuk mengukur penyelesaian 1. Akupressur
2. Pemberian anlagesik
tidak menyenangkan yang muncul dari diagnosa a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, keparahan nyeri
akibat kerusakan jaringan aktual atau sebelum mengobati pasien
Kontrol Nyeri b. Cek adanya riwayat alergi obat
pontensial atau yang digambarkan c. Pilih analgesic atau kombinasi analgesic yang sesuai ketika
Tingkat Nyeri lebih dari satu diberikan
sebagai kerusakan (International
Ooutcome tambahan untuk mengukur 3. Pemberian analgesik: intraspinal
Association for the Study of Pain); 4. Pemberian anastesi
batasan karakterisktik 5. Pengurangan kecemasan
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
intensitas ringan hingga berat dengan Tingkat Kecemasan b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
c. Jelaskan semua tentang prosedur dan sensai yang akan
akhir yang dapat diantisipasi atau Nafsu Makan
dirasakan
Kepuasan Klien: Manajemen Nyeri d. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
diprediksi Kepuasan Klien: Kontrol Gejala mengurangi ketakutan
e. Dengarkan klien
Status Kenyamanan 6. Stimulasi kutaneus
Batasan Karakteristik:
Tingkat Ketidaknyamanan 7. Manajemen lingkungan: kenyamanan
8. Pengurangan perut kembung
Bukti nyeri dengan mengguanakan Pergerakan 9. Aplikasi panas/dingin
standar daftar periksa nyeri untuk Keparahan Mual & Muntah 10. Pemberian obat
11. Pemberian obat: intramuskular (IM)
pasien yang tidak dapat Nyeri: Respon Psikologis Tambahan 12. Pemberian obat: intravena (IV)
mengungkapkannya (mis., Neonatal 13. Pemberian obat: oral
Nyeri: Efek Yang Mengganggu
14. Manajemen pengobatan
Infant Pain Scale, Pain Assessment
Tidur 15. Peresepan obat
Checklist for Senior with Limited 16. Manajemen Nyeri
Kontrol Gejala a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
Ability to Communicate)
Keparahan Gejala lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Diaforesis atau beratnya nyeri dan factor pencetus
Tanda-tanda Vital b. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan
Dilatasi pupil dengan pemantauan yang ketat
Outcome yang berkaitan dengan faktor
Ekspresi wajah nyeri (mis., mata c. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
yang berhubungan atau outcome menengah d. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
kurang bercahaya, tampak kacau, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi akibat
gerakan mata berpencar atau tetap pada Pemulihan Luka Bakar ketidaknyamanan akibat prosedur
e. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi
satu fokus, meringis) Fungsi Gastrointestinal
respon pasien terhadap ketidaknyamanan
Fokus menyempit (mis., persepsi Fungsi Ginjal f. Ajarkan prinsip – prinsip manajemen nyeri
g. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim
waktu, proses berpikir, interaksi dengan Pengetahuan: Manajemen Penyakit kesehatan lainnya untuk memilih dan
orang dan lingkungan) Akut mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi dan farmakologi
Fokus pada diri sendiri Pengetahuan: Manajemen Penyakit 17. Bantuan pasien untuk mengontrol pemberian analgesik
Keluhan tentang intensitas Peradangan Usus 18. Manajemen prolaps rektum
19. Manajemen Sedasi
menggunakan standar skala nyeri (mis., Pengetahuan: Manajemen Nyeri 20. Stimulasi listrik syaraf transkutaneus (TENS)
Pilihan Intervensi Tambahan:
skala Wong-Baker FACES, skala Respon Pengobatan
1. Mendengar aktif
analog visual, skala penilaian numerik) Status Neurologi 2. Terapi bantuan hewan
3. Latihan autogenik
Keluhan tentang karakteristik nyeri Keparahan Cedera Fisik 4. Memandikan
dengan menggunakan standar Manajemen Diri: Penyakit Akut 5. Biofeedback
instrumen nyeri (mis., McGill Pain 6. Peningkatan mekanika tubuh
Tingkat Stres 7. Manajemen saluran cerna
Questionnaire, Brief Pain Inventory) Pemulihan Pembedahan: 8. Peningkatan koping
9. Pengalihan
Laporan tentang perilaku nyeri/ Penyembuhan 10. Dukungan emosional
perubahan aktivitas (mis., anggota Pemulihan Pembedahan: Segera 11. Manajemen energi
12. Manajemen lingkungan
keluarga, pemberi asuhan) Setelah Operasi 13. Peningkatan latihan
Mengekspresikan perilaku (mis., Integritas Jaringan: Kulit & Membran 14. Peningkatan latihan: peregangan
15. Terapi latihan: ambulasi
gelisah, merengek, menangis, waspada) Mukosa 16. Terapi latihan: keseimbangan
Perilaku distraksi Perfusi Jaringan
17. Terapi latihan: pergerakan sendi
18. Terapi latihan: kontrol otot
Perubahan pada parameter fisiologis Perfusi Jaringan: Organ Abdominal 19. Fasilitasi proses berduka
(mis., tekanan darah, frekuensi jantung, 20. Imajinasi terbimbing
Perfusi Jaringan: Kardiak 21. Inspirasi harapan
frekuensi pernafasan, saturasi oksigen,
Perfusi Jaringan: Seluler 22. Humor
dan endtidal karbon dioksida [CO2]) 23. Hipnosis
Perfusi Jaringan: Perifer 24. Perawatan intrapartum: risiko tinggi melahirkan
Perubahan posisi untuk menghindari 25. Supresi laktasi
Penyembuhan Luka: Primer
nyeri 26. Pemijatan
Penyembuhan Luka: Sekunder 27. Fasilitasi meditasi
Perubahan selera makan 28. Terapi musik
Putus asa 29. Pemulihan kesehatan mulut
30. Terapi oksigen
Sikap melindungi area nyeri 31. Pengaturan posisi
32. Perawtan paska anastesi
Sikap tubuh melindungi 33. Persiapan informasi sensorik
Faktor yang Berhubungan : 34. Menghadirkan diri
35. Relaksasi otot progresif
Agens cedera biologis (mis., infeksi, 36. Terapi relaksasi
37. Peningkatan keamanan
iskemia, neoplasma) 38. Fasilitasi hipnosis diri
39. Peningkatan tidur
Agens cedera fisik (mis., abses,
40. Bermain terapeutik
amputasi, luka bakar, terpotong, 41. Sentuhan terapeutik
42. Sentuhan
mengangkat berat, prosedur bedah,
43. Monitor tanda tanda vital
trauma, olahraga berlebihan)
Agens cedera kimiawi (mis., luka
bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens
mustard)
5. Intoleran Aktivitas Outcome untuk mengukur penyelesaian dari Intervensi keperawatan yang disarankan untuk
Definisi: Ketidakcukupan energy psikologis atau diagnosis menyelesaikan masalah:
fisiologis untuk mempertahankan atau 1. Toleransi terhadap aktivitas 1. Terapi aktivitas
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari- a. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi
2. Daya tahan
hari yang harus atau yang ingin dilakukan melalui kegiatan spesifik
3. Energy psikomotor b. Berkolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi, dan terapis
Batasan karakteristik: rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program
1. Dispnea setelah beraktivitas Outcome tambahan untuk mengukur batasan aktivitas, jika memang diperlukan
2. Keletihan karakteristik c. Pertimbangkan komitmen klien untuk meningkatkan
3. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas 1. Keefektifan pompajantung frekuensi dan jarak aktivitas
4. Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., 2. Status jantung paru d. Bantu klien untuk memilih aktivitas dan pencapaian tujuan
aritmia, abnormalitas konduksi, iskemia) melalui aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik,
5. Respons frekuensi jantung abnormal 3. Tingkat ketidaknyamanan fisiologis dan sosial
terhadap aktivitas 4. Konservasi energy e. Bantu klien untuk tetap focus pada kekuatan (yang
6. Respons tekanan darah abnormal terhadap 5. Kelelahan: efek yang mengganggu dimilikinya) dibandingkan dengan kelemahan (yang
aktivitas dimilikinya)
6. Tingkat kelelahan
Faktor yang berhubungan: f. Dorong aktivitas kreatif yang tepat
1. Gaya hidup kurang gerak 7. Status pernafasan: pertukaran gas g. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
2. Imobilitas 8. Istirahat h. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang bermakna
3. Ketidakseimbangan antara suplai dan 9. Status perawatan diri i. Intruksikan pasien dan keluarga untuk melaksanakan
kebutuhan oksigen 10. Perawatan diri: aktivitas sehari-hari (ADL) aktivitas yang diinginkan maupun yang (telah) diresepkan
4. Tirah baring 11. Perawatan diri: instrumental aktivitas j. Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya,
sehari-hari (IADL) ambulasi, transfer/berpindah, berputar dan kebersihan diri),
sesuai dengan kebutuhan.
12. Tanda-tanda vital
k. Berikan aktivitas motorik untuk mengurangi terjadinya
Outcome yang berkaitan dengan faktor yang kejang otot
berhubungan atau oucome menengah l. Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual terhadap
1. Ambulasi aktivitas
2. Ambulasi: kursi roda m. Bantu klien dan keluarga memantau perkembangan klien
3. Kepuasan klien: bantuan fungsional terhadap pencapaian tujuan (yang diharapkan)
4. Perilaku patuh: aktifitas yang disarankan 2. Peningkatan mekanika tubuh
a. Kaji komitmen pasien untuk belajar menggunakan postur
5. Partisipasi latihan
tubuh yang benar
6. Konsekuensi imobilitas: fisiologi b. Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika tubuh dan
7. Pergerakan latihan
8. Status nutrisi: energy c. Instruksikan pada pasien untuk menghindari tidur dengan
9. Status kesehatan pribadi posisi telungkup
10. Kebugaran fisik d. Monitor perbaikan postur tubuh pasien
3. Perawatan jantung: rehabilitasi
11. Status pernafasan
4. Manajemen energy
12. Manajemen diri: asma 5. Manajemen lingkungan
13. Manajemen diri: penyakit jantung a. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
14. Manajemen diri: multiple sklerosis b. Damping pasien selama tidak ada kegiatan bangsal
15. Manajemen diri: osteoporosis c. Letakakan benda yang sering digunakan dalam jangkaun
pasien
d. Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan
nyaman
6. Peningkatan latihan: latihan kekuatan
7. Bantuan pemeliharaan rumah
8. Manajemen alam perasaan
9. Bantuan perawatan diri
10. Bantuan perawatan diri: IADL
11. Perawatan diri: transfer
12. Peningkatan tidur
13. Pengajaran: peresepan latihan
Pilihan intervensi tambahan:
1. Terapi bantuan hewan
2. Manajemen disritmia
3. Manajemen lingkungan: kenyamanan
4. Peningkatan latihan
a. Hargai keyakinan individu terkait latihan fisik
b. Gali hambatan untuk melakukan latihan
c. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan
d. Lakukan latihan bersama individu jika diperlukan
5. Peningkatan latihan: peregangan
6. Terapi latihan: ambulasi
7. Terapi latihan: keseimbangan
8. Terapi latihan: pergerakan sendi
9. Terapi latihan: control otot
10. Peningkatan keterlibatan keluarga
11. Manajemen pengobatan
12. Fasilitasi meditasi
13. Terapi music
14. Pengaturan tujuan saling menguntungkan
15. Manajemen nutrisi
16. Terapi oksigen
17. Manajemen nyeri
18. Relaksasi otot progresif
a. Pilih lingkungan yang nyaman
b. Instruksikan pasien menggunakan pakaian yang nyaman dan
tidak ketat
c. Instruksikan pasien untuk melakukan relaksasi rahang
19. Bantuan penghentian merokok
20. Dukungan spiritual
21. Fasilitasi kunjungan
22. Manajemen berat badan
6. Risiko penurunan curah jantung Mempertahankan tekanan darah dalam 1. Pantau tekanan darah.
Definisi: Rentan terhadap ketidakadekuatan 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
jantung memompa darah untuk memenuhi rentang individu yang dapat diterima. 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
kebutuhan metabolisme tubuh, yang dapat 4. Amati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa pengisian
mengganggu kesehatan. Memperlihatkan irama dan frekuensi kapiler.
Faktor risiko:
jantung stabil dalam rentang dan pasien. 5. Catat edema umum/tertentu.
1. Perubahan afterload
2. Perubahan frekuensi jantung 6. Beri lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktifitas/keributan
3. Perubahan irama jantung lingkungan dan batasi jumlah pengunjung dan lamannya
4. Perubahan kontraktilitas tinggal.
5. Perubahan preload 7. Pertahankan pembatasan aktifitas (jadwal istirahat tanpa
6. Perubahan volume sekuncup gangguan, istirahat di tempat tidur/kursi), bantu pasien
melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
8. Lakukan tindakan yang nyaman (pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur).
9. Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, dan panduan imajinasi.
10. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
11. Kolaborasi dalam pemberian obat-obat sesuai indikasi seperti:
Diuretik tiazoid: diuril, esidrix, bendroflumentiazoid
12. Kolaborasi dalam memerikan pembatasan cairan dan diet
natrium sesuai indikasi.
13. Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.
Brunner & Suddarth. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, EGC: Jakarta.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K, Dochterman, J.M, & Wagner, C.M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Mocomedia: Yogyakarta.
Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeculapius FKUI: Jakarta.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. Mocomedia: Yogyakarta.
Murwani, A. (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Mitra Cendikia: Yogyakarta.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam.
Nuha Medika: Yogyakarta.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Praktis,
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus, Edisi
Revisi Jilid 2. Mediaction: Yogyakarta.
Pudiastuti, R.D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Nuha Medika: Yogyakarta.
Smeltzer, C. Suzanne & Bare, Brenda G. (2012). Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8
volume 2. EGC: Jakarta.
Syaifuddin. (2014). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
Oleh:
NIM :149012018304
SRIKES MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2018