Anda di halaman 1dari 20

PENGELOMPOKAN KOMODITI BAHAN PANGAN POKOK DENGAN METODE

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS


Classification of Staple Food Commodity Using Analytical Hierarchy Process
Dwi Wahyuniarti Prabowo

Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, BP2KP, Kementerian Perdagangan - RI,


Jl. M.I. Ridwan Rais No.5 Jakarta Pusat
dwi_wp@yahoo.com

Naskah diterima: 9/10/2013, Direvisi:12/2/2014, Disetujui diterbitkan: 25/11/2014

Abstrak
Pemerintah sampai saat ini belum memiliki daftar komoditi bahan pangan pokok (Bapok)
yang konsisten. Terdapat perbedaan pandangan tentang komoditi Bapok antar lembaga
pemerintah, misalnya Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. Kep-
28/M.EKON/05/2010 dan Renstra Kementerian Perdagangan 2010-2014 memasukkan komoditi
Bapok yang berbeda. Tulisan ini bertujuan untuk mencari kriteria penentuan suatu komoditi
untuk dikategorikan sebagai Bapok dan mengusulkan komoditi-komoditi potensial untuk Bapok
dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Hasil temuan menyimpulkan
enam kriteria penentu komoditas sebagai Bapok yaitu pangsa pengeluaran komoditi dalam
pengeluaran pangan rumah tangga; kontribusi kandungan komoditi terhadap karbohidrat;
konsumsi terhadap protein; frekuensi konsumsi; kontribusi konsumsi komoditi terhadap vitamin
dan mineral; serta pangsa produksi domestik terhadap konsumsi. Berdasarkan kriteria tersebut,
calon Bapok yang diusulkan adalah beras, telur ayam ras, kedelai (tahu dan tempe), daging
ayam ras, ikan kembung segar, ikan bandeng segar, gula pasir, susu, minyak goreng, dan
terigu.
Kata Kunci: Pangan Pokok, Kriteria Bahan Pangan Pokok, Analytical Hierarchy Process
Abstract
The government still does not have consistent list of commodities that classified as staple
food. There is a difference view on the staple foods among government institutions. The
Economic Coordinating Ministry’s decision letter No. Kep-28/M.EKON/05/2010 and The Ministry
of Trade Strategic Plan 2010-2014 for example, listed diiferent kind of staple foods. The aim
of this paper is to identify the criteria of commodity which can be classified as staple food and
to identify potential commodities that can be included as staple food by using Analytical Hierarchy
Process. Six criteria of staple food are expenditure share of food in household spending;
contribution to carbohydrate; consumption of the protein; frequency of consumption; contribution
to vitamins and minerals; as well as the share of domestic production to consumption. Based
on these criterias, the candidates of proposed staple foods are rice, eggs, tofu and tempe,
chicken meat, fresh mackerel, fresh milk, fish, sugar, milk, cooking oil, and wheat flour.
Keywords: Staple Food, Staple Food Criteria, Analytical Hierarchy Process
JEL Classification: D01, D10, E64

Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 163


PENDAHULUAN UU tersebut mendefinisikan pangan
Bahan pangan pokok memegang pokok sebagai pangan yang diperuntuk-
peranan penting dalam aspek ekonomi, kan sebagai makanan utama sehari-hari
sosial, bahkan politik; namun sampai sesuai dengan potensi sumber daya
saat ini pemerintah masih belum dan kearifan lokal. Selain itu, Pemerintah
memiliki daftar komoditi bahan pangan menetapkan jenis dan jumlah pangan
pokok (Bapok) yang konsisten. Sebagai pokok tertentu sebagai Cadangan
contoh, berdasarkan Surat Keputusan Pangan Pemerintah pada pasal 28 ayat
Menteri Perdagangan dan Perindustrian (1). Namun demikian, UU pangan ini
No. 115/MPP/KEP/2/1998 tentang Jenis belum secara jelas menyebutkan
Barang Kebutuhan Pokok Masyarakat k o m o d i t i - k o m o d i t i pa n g a n y a n g
(Depperindag, 1998), yang dimasukkan termasuk pangan pokok.
sebagai barang kebutuhan pokok Pada sisi lain, jenis komoditi Bapok
adalah beras, gula pasir, minyak diduga mengalami perubahan yang di-
goreng, mentega, daging sapi, daging pengaruhi oleh dinamika sosial-ekonomi
ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak masyarakat. Kondisi sosial-ekonomi
tanah, dan garam beryodium. Sedangkan tersebut diantaranya peningkatan taraf
berdasarkan Surat Keputusan Menteri hidup dan pendapatan serta ber-
Koordinator Bidang Perekonomian kembangnya populasi penduduk kelas
No. Kep-28/M.EKON/05/2010 tentang menengah. Faktor lain yang juga dapat
Tim Koordinasi Stabilisasi Pangan mempengaruhi keputusan pilihan pangan
Pokok (Menko Perekonomian, 2010) saat ini adalah ketersediaan komoditi
yang termasuk Bapok adalah yang dikonsumsi dan keterjangkauannya.
beras, gula, minyak goreng, terigu, Peningkatan permintaan pangan karena
kedelai, daging sapi, daging ayam, pertumbuhan populasi, peningkatan
dan telur ayam. Hal tersebut konversi produk pangan menjadi bahan
menimbulkan pertanyaan, khususnya baku energi, dan perubahan stok karena
mengenai ketidakkonsistenan dalam faktor cuaca merupakan masalah dalam
penentuan komoditi-komoditi Bapok; ketersediaan pangan saat ini (Spiertz and
dan kemungkinan masuknya komoditi- Ewert, 2009). Perubahan persepsi
komoditi lain sebagai bahan konsumen terhadap inovasi juga
pangan pokok. mempengaruhi konsumsi masyarakat
Undang-Undang (UU) Pangan No 18 terhadap pangan (Cornescu and Adam,
Tahun 2012 (Setneg, 2013) menegaskan 2013). Sebagai contoh, produk-produk
pentingnya pengelompokan komoditi olahan pangan dari gandum saat ini
dapat dikategorikan sebagai Bapok yang banyak dikonsumsi masyarakat dan
dalam UU pangan disebut pangan pokok. tingkat konsumsinya terus meningkat.

164 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Hal ini menunjukkan penerimaan and vital processes and to furnish energy”.
konsumen atas inovasi. Definisi tersebut menekankan kepada
Analisis dilakukan dalam upaya kandungan bahan pangan yang mem-
untuk mencari kriteria-kriteria dalam berikan manfaat kepada tubuh dalam
menentukan suatu komoditi yang dapat pertumbuhan, memperbaiki kerusakan,
dikategorikan sebagai Bapok. Kriteria- dan menjaga kelancaran fungsi vital serta
kriteria tersebut digunakan untuk memilih sebagai sumber energi.
komoditi yang dapat dikategorikan Dalam Undang Undang No. 7 Tahun
sebagai Bapok. Rekomendasi kebijakan 1996 tentang Pangan (Setneg, 1996),
yang diusulkan adalah berupa komoditi- pangan didefinisikan sebagai segala
komoditi potensial untuk Bapok. sesuatu yang berasal dari sumber hayati
dan air, baik yang diolah maupun tidak
TINJAUAN PUSTAKA diolah, yang diperuntukkan sebagai
Pengertian Pangan Pokok makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan
Kebutuhan paling mendasar bagi
pangan, bahan baku pangan, dan bahan
sumber daya manusia suatu bangsa
lain yang digunakan dalam proses
adalah pangan. Ketersediaan pangan
penyiapan, pengolahan, dan atau pem-
dalam jumlah dan kualitas yang cukup,
buatan makanan atau minuman. Sedang-
diperlukan dalam mencapai ketahanan
kan definisi pangan menurut Peraturan
pangan. Faktor lain yang merupakan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
faktor penting dalam mencapai ke-
68 Tahun 2002 tentang Ketahanan
tahanan pangan adalah tersedianya dan
Pangan (Setneg, 2002) adalah segala
terdistribusinya pangan yang terjangkau
sesuatu yang berasal dari sumber hayati
dari sisi harga dan aman dikonsumsi
dan air, baik yang diolah maupun tidak
masyarakat untuk mencukupi kebutuhan
diolah yang diperuntukkan sebagai
energi dalam aktivitas sehari-hari
makanan atau minuman bagi konsumsi
(Saliem et al, 2002). Pangan dinilai
manusia, termasuk bahan tambahan
penting (Nurkhayani, 2009) karena
pangan, bahan baku pangan, dan bahan
kenaikan harga pangan dapat me-
lain yang digunakan dalam proses
nyebabkan penurunan konsumsi kalori
penyiapan, pengolahan, dan/atau
dan protein yang besar.
pembuatan makanan atau minuman.
P e n g e r t i a n pa n g a n m e n u r u t
Penyelenggaraan Pangan dilakukan
Encyclopaedia Britannica (2013) adalah
dengan berdasarkan atas asas: (a)
“material consisting essentially of protein,
kedaulatan; (b) kemandirian; (c)
carbohydrate, and fat used in the body of
ketahanan; (d). keamanan; (e) manfaat;
an organism to sustain growth, repair,
(f). pemerataan; (g) berkelanjutan; dan
(h) keadilan.

Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 165


Dalam UU Pangan yang baru yaitu definisi pangan pokok dalam uraian
UU No. 18 Tahun 2012 (Setneg, 2012) pasalnya. Pada UU tentang pangan
tentang Pangan, pengertian pangan lebih terbaru, yaitu UU No. 18 Tahun 2012,
diperluas terutama ruang lingkup jenis pangan pokok didefinisikan secara
pangannya. Dalam UU Pangan tersebut, eksplisit. Pangan Pokok berdasarkan
pangan didefinisikan segala sesuatu UU ini adalah pangan yang diperuntuk-
yang berasal dari sumber hayati, produk kan sebagai makanan utama sehari-hari
pertanian, perkebunan, kehutanan, sesuai dengan potensi sumber daya dan
perikanan, peternakan, perairan, dan air, kearifan lokal.
baik yang diolah maupun tidak diolah FAO (2010) mendefinisikan pangan
diperuntukkan sebagai makanan atau pokok sebagai pangan yang dikonsumsi
minuman bagi konsumsi manusia, secara rutin pada kuantitas tertentu yang
termasuk bahan tambahan pangan, menjadi bagian dominan dalam pola
bahan baku pangan, dan bahan lain- makan dan merupakan sumber asupan
nya yang digunakan dalam proses energi dan gizi utama yang dibutuhkan.
penyimpanan, pengolahan, dan atau Pangan pokok memang tidak dapat
pembuatan makanan dan minuman. memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi
Penentuan jenis pangan yang karena tubuh membutuhkan variasi
dikonsumsi sangat tergantung kepada pangan lain (Ariani, 2010).
beberapa faktor, di antaranya jenis
Pengelompokan Bahan Pangan
tanaman penghasil bahan pangan pokok
Pokok
yang biasa ditanam di daerah serta
Rencana strategis Badan Ketahanan
tradisi yang diwariskan oleh budaya
Pangan 2010-2014 (Kementerian
setempat. Perilaku konsumsi pangan
Pertanian, 2010) mengelompokkan
masyarakat dilandasi oleh kebiasaan
komoditas pangan penting ke dalam dua
makan (food habit) yang tumbuh dan
kelompok yaitu pangan nabati dan pangan
berkembang dalam lingkungan keluarga
hewani. Pangan nabati terdiri dari 10
melalui proses sosialisasi. Kebiasaan
komoditi yang terdiri dari beras, jagung,
makan tersebut dapat dipengaruhi
kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar,
oleh lingkungan ekologi (ciri tanaman
sayuran, buah-buahan, minyak goreng
pangan, ternak dan ikan yang tersedia
dan gula putih. Sedangkan pangan
dan dapat dibudidayakan setempat),
hewani terdiri dari lima komoditi yang
lingkungan budaya dan sistem ekonomi
meliputi daging sapi dan kerbau, daging
(Hidayah, 2011).
ayam, telur, susu, dan ikan.
Undang-Undang (UU) tentang
Badan Pusat Statistik (BPS, 2011)
pangan sebelumnya, yaitu UU No. 7
membagi bahan pangan ke dalam
Tahun 1996, belum memasukkan
sembilan kelompok yang meliputi (1)

166 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
padi-padian (beras, jagung, terigu), (2) ayam, susu, jagung, minyak tanah, dan
umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang, garam beryodium. Sedangkan menurut
sagu, umbi lainnya),(3) pangan hewani Surat Keputusan Menko Perekonomian
(daging ruminansia, daging unggas, telur, No. Kep-28/M.EKON/05/2010 Tahun 2010
susu, ikan), (4) minyak dan lemak (minyak tentang Tim Koordinasi Stabilisasi
kelapa, minyak sawit, minyak lainnya), Pangan Pokok, Bapok meliputi beras,
(5) buah/biji berminyak (kelapa, kemiri), gula, minyak goreng, terigu, kedelai,
(6) kacang-kacangan (kedelai, kacang daging sapi, daging ayam, dan telur
tanah, kacang hijau, kacang lain), (7) gula ayam. Rencana Strategis Kementerian
(gula pasir, gula merah, (8) sayuran dan Perdagangan 2010-2014 (Kementerian
buah (sayur, buah), (9) lain-lain (minuman, Perdagangan, 2010) juga mengelompok-
bumbu-bumbuan). kan komoditi pangan sebagai indikator
Surat Keputusan Menteri kinerja stabilisasi harga. Pengelompokan
P e r d a g a ngan dan Perindustrian pangan pokok berdasarkan beberapa
No. 115/MPP/KEP/2/1998 tentang Jenis kebijakan yang diperlihatkan pada
Barang Kebutuhan Masyarakat Tabel 1 menunjukkan beberapa komoditi
mengklasifikasikan bahan pangan yang konsisten dikelompokkan sebagai
sebagai beras, gula pasir, minyak goreng, pangan pokok yaitu beras, minyak goreng,
mentega, daging sapi, daging ayam, telur gula, daging sapi, daging ayam, dan telur.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014

Tabel 1. Komoditi Pangan Pokok


Tabel 1. Komoditi Pangan Pokok
Renstra BKP SK SK Menko Renstra
2010-2014 Menperindag No. 28/2010 Kemendag
No. 155/1998 2010-2014
Beras v v v v
Jagung v v v
Kedelai v v
Kacang Tanah v
Ubi Kayu v
Ubi Jalar v
Sayuran v
Buah-buahan v
Minyak Goreng v v v v
Gula v v v v
Daging Sapi v v v v
Daging Kerbau v
Daging Ayam v v v v
Telur v v v v
Susu v v v
Ikan v
Mentega v
Minyak Tanah v
Garam Beriodium v
Tepung Terigu v v

Tabel 2. Skala Penilaian


Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 167
Hasil Penilaian Nilai A Nilai B

A jauh lebih disukai dari B 1,4 0,6


Sejalan dengan perkembangan dan konsisten secara logika (Meziani
ekonomi dan taraf hidup masyarakat dan Rezvani, 1990).
Indonesia saat ini, diperkirakan telah Di samping bersifat multi kriteria,
terjadi pergeseran kebutuhan pokok AHP juga didasarkan pada suatu proses
yang diperlukan masyarakat. Sebagai pemilihan yang terstruktur dan logis.
contoh, produk-produk perikanan seperti Pemilihan atau penyusunan prioritas
ikan kembung dan ikan bandeng yang dilakukan dengan suatu prosedur
selama ini kurang diperhatikan juga yang dapat merepresentasi pendapat
diperkirakan mengalami peningkatan dari narasumber yang kompeten
konsumsi. Oleh karena itu perlu (Bourgeois, 2005).
ditegaskan kembali jenis-jenis barang Dalam penelitian ini, tahapan AHP
yang dapat dikategorikan sebagai dilakukan untuk menyeleksi komoditi
bahan kebutuhan pokok masyarakat, yang dapat diusulkan sebagai Bapok.
dalam hal ini lebih khusus pada bahan Untuk itu, uraian analisis akan
pangan pokok. Penelitian yang dilakukan difokuskan pada: (a) dekomposisi dari
Yuliana (2008) menyimpulkan semua masalah pemilihan Bapok; (b) teknik
kelompok pangan merupakan barang penilaian untuk membandingkan
pangan jika dilihat dari elastisitas elemen-elemen hasil dekomposisi; dan
pendapatan, dimana kelompok sumber (c) sintesis dari penilaian.
protein merupakan substitusi dari
1. Dekomposisi Masalah
kelompok sumber karbohidrat.
Sesuai dengan tujuan penelitian
(goal), maka tujuan kegiatan adalah untuk
METODE PENELITIAN
mengidentifikasi atau menyusun prioritas
Metode Analisis yang dapat digunakan sebagai kriteria
Salah satu metode untuk melakukan Bapok. Setelah tujuan dapat ditetapkan,
pengelompokan adalah metode Analytical maka langkah selanjutnya adalah
Hierartical Process (AHP), yaitu suatu menentukan kriteria dari tujuan tersebut.
metode untuk menyusun suatu prioritas Untuk memperoleh kriteria-kriteria
dari berbagai pilihan dengan tentang Bapok, maka dilakukan identifi-
menggunakan beberapa kriteria (multi kasi melalui Focus Group Discussion
criteria) (Teknomo, Siswanto, Yudhanto, (FGD) dengan mengundang ahli-ahli.
1999). AHP mempunyai sifat multi Responden dalam FGD terdiri dari 15
kriteria dalam penyusunan kriteria, (lima belas) orang yang mewakili
sehingga AHP cukup banyak digunakan akademisi, ahli pangan, ahli ekonomi,
dalam penelitian. AHP didasarkan pada ahli pertanian, dan ahli perikanan. Untuk
tiga prinsip logika analisis yaitu membuat proses AHP menjadi dapat
membangun hirarki, membangun prioritas, dikelola (managable), maka kriteria

168 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014

Tabel 1. Komoditi Pangan Pokok


dibatasi. Dalam hal ini, kriteria yang kata lain, perbandingan antar kriteria
Renstra BKP SK SK Menko Renstra
digunakan adalah kriteria yang diturunkanMenperindag
2010-2014 dimaksudkan untuk menentukan
No. 28/2010 Kemendag bobot
dari pengertian/definisi Bapok seperti No. 155/1998 2010-2014
untuk masing-masing kriteria.
Beras v v
yang tercantum dalam UU Pangan. Dari Alternatif vpenilaian yangv digunakan
Jagung v v v
FGD Kedelai
ini diperoleh hasil vmengenai oleh Bourgeois v (2005) menggunakan
Kacang Tanah v
sejumlah “m” kriteria penentuan
Ubi Kayu v
Bapok skala antara 0.2 sampai dengan 1,8 untuk
dan sekitar 190 komoditi Bapok.
Ubi Jalar v menyatakan perbandingan antar kriteria
Sayuran v
(lihat Tabel 2). Jika kriteria A sedikit lebih
2. Teknik Penilaian
Buah-buahan v
Minyak Goreng v v baik/disukai dari
v kriteria B, maka
v A diberi
Setelah
Gula dapat ditentukanv sebanyak v v v
Daging Sapi v v nilai 1,2 dan v B dinilai v0,8, yang
“m” kriteria melalui FGD, maka tahap
Daging Kerbau v mengindikasikan jarak sekitar 20% dari
selanjutnya adalah menilai
Daging Ayam v atau v v v
Telur v v nilai 1. Jika kriteria
v A jauh lebih
v disukai
membandingkan derajad kepentingan v ari pada kriteria B, maka A diberi
Susu v v nilai 1,4
(bobot) dari masing-masing kriteria untuk
Ikan v
Mentega v dan B 0,6.
identifikasi bahan
Minyak Tanahpangan pokok. Dengan v
Garam Beriodium v
Tepung Terigu v v

Tabel 2. Skala Penilaian


Tabel 2. Skala Penilaian

Hasil Penilaian Nilai A Nilai B

A jauh lebih disukai dari B 1,4 0,6


A sedikit lebih disukai dari B 1,2 0,8
A sama dengan B 1,0 1,0
A sedikit kurang disukai dari B 0,8 1,2
A jauh kurang disukai dari B 0,6 1,4

Sumber: Bourgeois (2005)

Tabel 3. Perbandingan antar Kriteria


Dengan menggunakan
Kriteria CR1 CR penilaian
2 CR3 b. cCR
i. merupakan
4 JumlahpenjumlahanBobot nilai
seperti
CR1Tabel 2 dan- misalnya chanya
12 ada c13 yang
c14 dimilikickriteria
1. ke
bci;1= c1./c
empatCRkriteria,
2 maka
c21perbandingan
- antar c23 c. c c24merupakan c2. penjumlahan
bc2=c2./csemua
kriteria
CR3akan menghasilkan
c31 Tabel
c32 3. Dari - nilai
c34 ci; c3. bc3=c3./c
tabelCRtersebut
4
dapat
c41 dirangkum
c42 sebagai c43 d. Bobot
- kriteriac4.ke i diperoleh
bc4=c4./c dengan
berikut:
Jumlah membagi nilai C ci. dengan c.
a. cij merupakan hasil penilaian/
perbandingan antara kriteria i
dengan j;

Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 169


A sama dengan B 1,0 1,0
A sedikit kurang disukai dari B 0,8 1,2
A jauh kurang disukai dari B 0,6 1,4

Tabel 3. Perbandingan antar Kriteria


Tabel 3. Perbandingan antar Kriteria

Kriteria CR1 CR2 CR3 CR4 Jumlah Bobot


CR1 - c12 c13 c14 c1. bc1= c1./c
CR2 c21 - c23 c24 c2. bc2=c2./c
CR3 c31 c32 - c34 c3. bc3=c3./c
CR4 c41 c42 c43 - c4. bc4=c4./c
Jumlah C

Dengan menggunakan kriteria a. oij merupakan hasil penilaian/


pendahuluan tersebut, maka akan perbandingan antara pilihan i dengan
diperoleh sebesar “n” pangan yang akan k untuk kriteria ke j
diseleksi berdasarkan “m” kriteria yang b. oi merupakan penjumlahan nilai
telah ditetapkan. Untuk itu, “n” komoditi yang dimiliki pilihan ke i
tersebut dinilai berdasarkan satu persatu c. o merupakan penjumlahan semua
dari “m” kriteria. Tabel 4 mengilustrasikan nilai oi.
perbandingan antar pilihan (empat pilihan) d. boij merupakan nilai pilihan ke i untuk
untuk kriteria satu (C1) dengan penjelasan kriteria ke j
sebagai berikut:

Tabel 4. Perbandingan antar Pilihan untuk Kriteria C1


bel 4. Perbandingan antar Pilihan untuk K
Tab Kriteria C1
C1 OP1
O OP2 OP3 OP4 Jumlah Bobot
OP
P1 - o12 o13 o14 o1. bo11=o1./o
o
OP
P2 o21 - o23 o24 o2. bo21=o2./o
o
OP
P3 o31 o32 - o34 o3. bo31=o3./o
o
OP
P4 o41 o42 o43 - o4. bo41=o4./o
o
Jum
mlah O

3. Sintesis Penilaian kriteria tersebut. Secara umum, nilai suatu


Sintesis hasil penilaian merupakan pilihan adalah sebagai berikut:
tahap akhir dari AHP (Bayazit dan Karpak,
2005). Pada dasarnya, sintesis ini adalah ............................(1)
merupakan penjumlahan dari bobot yang
Tabel 5. Sintesa
S Pen
nilaian
diperoleh setiap pilihan pada masing- bopi : nilai/ bobot untuk pilihan ke i
CR1 CR2 CR3 R4
CR Prioritas
masing kriteria setelah diberi bobot dari
bcc1 bc2 bc3 bc4 bopi
O 1
OP bo
o11 bo12 bo13 bo14 bop1
170 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
O 2
OP bo
o21 bo22 bo23 bo223 bop2
O 3
OP bo
o31 bo32 bo33 bo334 bop3
bel 4. Perbandingan antar Pilihan untuk K
Tab Kriteria C1
C1 OP1
O OP2 OP3 OP4 Jumlah Bobot
OP
P1 - o12 o13 o14 o1. bo11=o1./o
o
OP
P2 o21 - o23 o24 o2. bo21=o2./o
o
Sebagai
OPP3 contoh o31nilai prioritas/bobot
o32 - Hal
o34yang identik
o3. dilakukan
bo31=o3./oountuk
pilihan 1 (OP1) diperoleh dengan pilihan 2, 3 dan 4. Dengan mem-
OPP4 o41 o42 o43 - o4. bo41=o4./oo
mengalikan nilai bobot pada kriteria bandingkan nilai yang diperoleh masing-
Jum
mlah O
dengan nilai yang terkait dengan kriteria masing pilihan, prioritas dapat disusun
tersebut untuk pilihan 1 sebagai berikut: berdasarkan besarnya nilai tersebut.
Semakin tinggi nilai suatu pilihan, semakin
bopi = bo11* bc1 + bo12* bc2 + bo13 * bc3
tinggi prioritasnya, dan sebaliknya
+ bo14 * bc4 ........................................ (2)
(Permadi, 1992).

Tabel 5. Sintesa Penilaian


Tabel 5. Sintesa
S Pen
nilaian
CR1 CR2 CR3 R4
CR Prioritas
bcc1 bc2 bc3 bc4 bopi
O 1
OP bo
o11 bo12 bo13 bo14 bop1
O 2
OP bo
o21 bo22 bo23 bo223 bop2
O 3
OP bo
o31 bo32 bo33 bo334 bop3
O 4
OP bo
o41 bo42 bo43 bo444 bop4

Langkah pertama sebelum dilakukan komoditi pangan pada Susenas.


AHP adalah menentukan pilihan komoditi Makanan utama direpresentasikan
yang potensial menjadi Bapok (Gambar oleh kriteria pangsa pengeluaran
1). Berdasarkan data SUSENAS 2012 dalam pengeluaran pangan rumah
(BPS, 2012), maka ada sekitar 190 tangga dalam bentuk persentase.
pangan atau bahan pangan, termasuk Jika suatu komoditi terpilih
minuman, yang menjadi konsumsi sebagai Bapok, maka pangsa
masyarakat. Oleh sebab itu, sebelum pengeluaran dalam pengeluaran
dilakukan AHP, calon Bapok tersebut pangan seyogyanya cukup
diseleksi terlebih dahulu dengan kriteria signifikan. Dalam studi ini, agar
pendahuluan sebagai berikut: masuk sebagai calon Bapok, maka
a. Dalam pengeluaran rumah tangga, pangsa pengeluaran tersebut
pangan minimal berkontribusi minimal 0,5% terhadap total
sebesar 0,5% dari total pengeluaran pengeluaran pangan rumah tangga.
rumah tangga. Penentuan besaran b. Dari segi gizi, pangan minimal
kontribusi didasarkan pada nilai berkontribusi terhadap kebutuhan
t e n g a h d a r i d a ta k o n t r i b u s i dasar yang antara lain karbohidrat,
pengeluaran rumah tangga protein, vitamin, dan mineral.

Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 171


Focus Group Discussion (FGD) bahan pangan pokok seperti yang
dillakukan untuk menentukan kriteria- tertuang dalam Undang-Undang (UU)
kriteria yang digunakan dalam Pangan No.18 Tahun 2012 yang berbunyi:
mengelompokan bahan pangan pokok “pangan yang diperuntukkan sebagai
seperti yang terlihat pada Tabel 6. makanan utama sehari-hari sesuai
Kriteria-kriteria tersebut terutama dengan potensi sumber daya dan
diturunkan dari pengertian/definisi kearifan lokal”

IDENTIFIKASI

KRITERIA 1 KRITERIA 2 KRITERIA 3 KRITERIA m

190 KOMODITI

Gambar 1. Dekomposisi Masalah Penentuan Bapok.

Pengertian bahan pangan pokok Tiga kriteria yang berkaitan dengan


sebagai makanan utama sehari-hari gizi adalah sumbangan suatu komoditi
direpresentasikan oleh kriteria terhadap (i) karbohidrat; (ii) protein, dan
frekuensi mengkonsumsi dimana (iii) vitamin dan mineral. Suatu komoditi
komoditi yang termasuk Bapok dianggap sebagai Bapok jika memiliki
dikonsumsi cukup sering oleh kontribusi yang cukup signifikan
m a y o r i ta s p e n d u d u k I n d o n e s i a . terhadap ketiga komponen gizi tersebut.
Dengan kata lain, suatu komoditi Buruknya gizi merupakan masalah yang
termasuk Bapok seyogyanya adalah banyak terjadi di negara berkembang.
makanan utama yang dikonsumsi Gizi dan nutrisi yang tidak mencukupi
cukup sering dengan frekuensi di masa pertumbuhan menjadi salah
paling tidak seminggu sekali oleh satu penyebab kematian anak dan
kebanyakan penduduk Indonesia. memberikan konsekuensi jangka
Dari segi gizi masyarakat, suatu panjang pada pertumbuhan ekonomi
komoditi sebagai makanan pokok maka dan produktivitas (Stillman and
hendaknya memberikan kontribusi Thomas, 2008).
yang signifikan terhadap kebutuhan gizi.

172 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014

TabelTabel
6. Kriteria untuk
6. Kriteria Menyeleksi
untuk Menyeleksi Komoditi
Komoditi Bapok Bapok
Representasi
Kriteria Definisi
Pengertian Bapok
1. Gizi
- Karbohidrat/Kalori Kontribusi karbohidrat terhadap Makanan utama
total per kapita
- Protein Kontribusi protein terhadap total Makanan utama
per kapita
- Vitamin Ilmiah Litbang Kontribusi
dan mineral
Buletin Perdagangan,vitamin dan mineral
Vol.8 No. 2 TahunMakanan utama
2014, DESEMBER 2014
terhadap total per kapita
2. Ekonomi Rumah Tangga
- Pangsa Pengeluaran Persentase pengeluaran rumah Makanan utama
pangan Rumah tangga untuk pangan tersebut
Tabel
Tangga 6. Kriteria untuk
(PPRT) per satuanMenyeleksi
waktu Komoditi Bapok
- Frekuensi konsumsi Frekuensi mengkonsumsi per Sehari-hari
bulan atau per minggu Representasi
Kri3.terProduksi
ia Definisi
Pengertian Bapok
- Pangsa produksi Persentase produksi dalam Sesuai dengan potensi
1. Gizi dalam negeri negeri/lokal terhadap konsumsi sumberdaya dan
(index depedency ratio) kearifan lokal
- Karbohidrat/Kalori Kontribusi karbohidrat terhadap Makanan utama
total per kapita
- Protein Kontribusi protein terhadap total Makanan utama
Pengertian sesuai dengan potensi Pangan tidak hanya
per kapita Ratio Produk Pangan Indonesia
Tabel 7. Index Dependency cocok secara
- sumberdan
Vitamin daya dan kearifan lokal
mineral diwakili vitamin
Kontribusi agroklimat, sosial, dan budaya,
dan mineral
Tahun namun
Makanan utama
Komoditi
oleh kriteria pangsa produksi dalam 2008negeri
terhadap juga
total per
2009 2010 dapat
2012 diterima
kapita 2013* oleh sebagian besar
Beras 1,2 1,0 2,3 4,5 3,9
2. Ekonomi Rumah
terhadap Tanggadalam negeri. Sesuai
konsumsi masyarakat. Penilaian didasarkan pada
Daging Sapi 10,4 14,2 17,2 12,2 8,4
- Pangsa Pengeluaran
dengan potensi sumberdaya
Kedelai Persentase
alam60,1 dan57,4 pengeluaran
data rumah
65,8 indikator
71,1 Makanan
pangsa produksi
46,5 utama
dalam
pangan Rumah Gula tangga
34,4 untuk
51,3 pangan
52,3 tersebut
60,3 72,3
kearifan lokal bermakna bahwa bahan negeri terhadap konsumsi dalam negeri
Tangga (PPRT) per satuan waktu
pangan tersebut sesuai dengan agro- (Index Dependency Ratio : IDR) sebagai
- Frekuensi konsumsi Frekuensi mengkonsumsi per Sehari-hari
klimat dan sosial budaya masyarakat.
bulan atau per mingguindikator kesesuaian dengan potensi
Implikasi dari kesesuaian tersebut adalah
3. Produksi sumber daya dan kearifan lokal. Semakin
bahwa produksi
- Pangsa Persentase produksi
komoditas tersebut seyogyanya besardalam Sesuai dengan potensi
nilai IDR maka ketidaksesuain
dalam negeri
diproduksi cukup banyak di dalamnegeri/lokal
negeri terhadap dengankonsumsi
potensi sumber dayasumberdaya
dan kearifandan
(index depedency ratio) kearifan lokal
sehingga memiliki pangsa produksi yang lokal semakin besar.
besar terhadap kebutuhan dalam negeri.

Tabel 7. Index Dependency Ratio Produk Pangan Indonesia


Tabel 7. Index Dependency Ratio Produk Pangan Indonesia
Tahun
Komoditi
2008 2009 2010 2012 2013*
Beras 1,2 1,0 2,3 4,5 3,9
Daging Sapi 10,4 14,2 17,2 12,2 8,4
Kedelai 60,1 57,4 65,8 71,1 46,5
Gula 34,4 51,3 52,3 60,3 72,3
Sumber : BPS dan Kementerian Pertanian, diolah (2013)
Keterangan: Produksi Beras, gula dan daging sapi tahun 2013 masih estimasi dan Produksi kedelai (ASEM)

Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 173


Berdasarkan data SUSENAS 2009- minimal berkontribusi 0,5% terhadap total
2011 (BPS, 2011), ada sebanyak 190 pengeluaran rumah tangga dan
komoditas/produk yang dikonsumsi rumah menggabungkan komoditas yang identik,
tangga. Dari jumlah tersebut, ada seperti kedelai (tahu dan tempe). Dengan
sebanyak 133 komoditas yang termasuk pendekatan tersebut, maka terpilih dua
kategori bahan pangan. Seleksi tahap puluh komoditas calon Bapok seperti
pertama dengan menggunakan kriteria tercantum pada Tabel 8.

Tabel 8. Daftar Komoditas Calon Bapok

Sumber : BPS (2011), diolah

Dua puluh komoditi calon Bapok konsumsi. Sepuluh komoditi pada


tersebut kemudian akan dinilai dan peringkat teratas dipilih sebagai komoditi
diperingkat berdasarkan masing-masing yang akan diusulkan sebagai Bapok.
kriteria pengelompokan
Dua puluh komoditi Bapokcalonyaitu Pemilihan
bapok tersebut banyaknya
kemudian sepuluh
akan dinilai dankomoditi
pangsa pengeluaran
diperingkat komoditi
berdasarkan dalam
masing-masing didasarkan
kriteria pendapat
pengelompokan bapokparayaituahli dan
pengeluaran pangan rumah
pangsa pengeluaran tangga;
komoditi tingkat kemampuan
dalam pengeluaran pangan rumah Pemerintah
tangga; dalam
kontribusi kandungan
kontribusi komoditi
kandungan terhadap
komoditi mengendalikan
terhadap karbohidrat; konsumsi dan mengawasi
terhadap protein; Bapok.
karbohidrat; konsumsi
frekuensi konsumsi;terhadap
kontribusiprotein; Berdasarkan
konsumsi komoditi kriteriadan
terhadap vitamin danmineral;
calon Bapok,
frekuensi
sertakonsumsi; kontribusi
pangsa produksi konsumsi
domestik terhadap maka
konsumsi.secara sederhana
Sepuluh komoditi dekomposisi
pada
komoditi terhadap
peringkat vitamin
teratas dipilih dan mineral;
sebagai masalah
komoditi yang dengan sebagai
akan diusulkan model AHPbapok.sebagai-
serta pangsa produksi
Pemilihan domestik
banyaknya sepuluhterhadap manapendapat
komoditi didasarkan terlihat pada gambar
para ahli 2.
dan tingkat
kemampuan Pemerintah dalam mengendalikan dan mengawasi bapok.
Berdasarkan kriteria dan calon bapok, maka secara sederhana dekomposisi
174 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
masalah dengan model AHP sebagaimana terlihat pada gambar 2.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.8 No. 2 Tahun 2014, DESEMBER 2014

Goal Menentukan Komoditas yang


termasuk Bapok

Kriteria Karbohidrat Protein Mineral & Pangsa Frekuensi


Vitamin Pengeluaran Konsumsi

Pilihan 20 Calon Bahan Pangan Pokok

Gambar 2. Dekomposisi Masalah dalam Penentuan Bapok.


Gambar 2. Dekomposisi Masalah dalam Penentuan Bapok

Data HASIL
Tabel 9. Hasil Penilaian KriteriaDAN
BapokPEMBAHASAN

Data yangKriteriadigunakan
Karbohidrat dalam
Protein kajian
Vitamin Pengeluaran Hasil Produksi
FrekuensiPenilaian
Total Kriteria
Bobot dan
Ranking Komoditas

ini adalah data primer dan


Karbohidrat 1,0
data1,2
sekunder.
1,4 0,8 1,2 1,4 7,00 0,194 2
Protein 0,8 1,0 1,2 0,6 1,0
Kriteria
1,2
penentu
5,80 0,161
komoditas
3
sebagai
1. Data sekunder
Vitamin
yang 1,4
0,6
digunakan
0,8 1,0 0,6 1,0 1,2 5,20 0,144 5
Pengeluaran 1,2 1,4 1,0
Bapok
1,4 1,4
terutama
7,80 0,217
diturunkan
1
dari
adalah data
Frekuensi
komoditi
0,8
pangan
1,0 1,0
dan0,6 1,0 1,2 5,60 0,156 4
Produksi 0,6 0,8 0,8 0,6
pengertian/definisi
0,8 1,0 4,60
bahan
0,128
pangan
6
pokok
pangsa pengeluaran rumah tangga.
Total 36,00 1,000

seperti yang tertuang dalam Undang-


Sumber data sekunder utama
Undang (UU) Pangan No.18 Tahun 2012
berasal dari data SUSENAS dari
yang mencakup tiga isu utama yaitu gizi,
Badan Pusat Statistik. Data
ekonomi rumah tangga, dan produksi.
SUSENAS yang digunakan dalam
Terdapat 6 (enam) kriteria penentu
penelitian ini adalah data rata-rata
komoditas sebagai Bapok yaitu
tahun 2009, 2010, dan 2011.
pangsa pengeluaran komoditi dalam
2. Data primer digunakan secara umum
pengeluaran pangan rumah tangga;
adalah data yang berkaitan dengan
kontribusi kandungan komoditi terhadap
informasi kriteria Bapok dan
karbohidrat; konsumsi terhadap protein;
penilaiannya, yang digunakan baik
frekuensi konsumsi; kontribusi konsumsi
untuk kriteria Bapok maupun untuk
komoditi terhadap vitamin dan mineral;
penilaian komoditi berdasarkan
serta pangsa produksi domestik
kriteria. Data primer ini diperoleh
terhadap konsumsi.
melalui FGD untuk penentuan kriteria
Hasil penilaian menunjukkan kriteria
dan pengisian kuesioner penilaian
pangsa pengeluaran rumah tangga
untuk penentuan komoditi yang akan
memiliki bobot terbesar dengan nilai 0,217
diusulkan sebagai Bapok.

Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 175


diikuti oleh kriteria kontribusi terhadap bermakna bahwa kriteria terpenting dari
karbohidrat yang sedikit lebih kecil yaitu suatu komoditas dikategorikan sebagai
0,194 (Tabel 9.). Hal ini berarti bahwa Bapok adalah pangsa pengeluaran rumah
kedua kriteria tersebut berperan paling tangga. Kontribusi karbohidrat terhadap
penting dalam menentukan suatu konsumsi per kapita menempati urutan
komoditas untuk dapat dikategorikan ke dua yang mengambarkan bahwa
sebagai Bapok dengan pangsa lebih dari karbohidrat sebagai sumber kalori utama
41%. Tiga kriteria berikutnya dengan masih dinilai sebagai indikator penting
bobot sekitar 0,15 berturut turut adalah suatu komoditas dikategorikan sebagai
kontribusi terhadap protein, frekuensi Bapok. Keadaan ini sejalan dengan
dikonsumsi, dan kontribusi terhadap komposisi masyarakat Indonesia yang
vitamin. Kriteria produksi menempati masih didominasi masyarakat menengah
peringkat terendah dengan nilai 0,128. ke bawah dengan pangsa sekitar 70%
Kriteria pangsa pengeluaran rumah dari populasi penduduk Indonesia.
tangga unggul atas empat kriteria lainnya

Tabel 9. Hasil Penilaian Kriteria Bapok

Sumber: Hasil Olahan (2013)

Kriteria kontribusi terhadap protein, terkecil. Kriteria produksi dinilai agak


frekuensi dikonsumsi, dan kontribusi lemah kaitannya dengan Bapok karena
terhadap vitamin dan mineral dapat dinilai dinilai lebih penting dikaitkan dengan
sebagai lapis kedua dalam menentukan kebijakan yang seyogyanya diterapkan
a pa k a h s u a t u k o m o d i ta s d a pa t pemerintah, bukan untuk menentukan
dikategorikan sebagai Bapok. Kriteria ini suatu komoditi Bapok, karena Bapok
cukup penting, namun perannya dibawah berkaitan dengan konsumsi.
pangsa pengeluaran rumah tangga dan Kriteria karbohidrat menempatkan
kontribusi terhadap karbohidrat. Kriteria beras sebagai komoditi dengan penilaian
produksi yang mencerminkan keter- tertinggi dengan bobot 0,012 diikuti oleh
gantungan terhadap impor memiliki bobot terigu dengan bobot yang hampir sama

176 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
(Tabel 10). Hasil ini sejalan dengan Dengan menggunakan kriteria
persepsi masyarakat secara umum yang protein, maka ada dua kelompok besar
menempatkan beras sebagai bahan yang masuk 10 besar penyumbang
kalori utama dan menempatkan beras protein. Kelompok pertama dengan bobot
sebagai Bapok. Data SUSENAS (2009- sekitar 0,010 secara berurut adalah susu,
2011) mengindikasikan kontribusi beras ikan kembung segar, daging sapi, ikan
terhadap karbohidrat mencapai rata-rata mujair dan ikan mas (Tabel 10). Kelima
sekitar 76,35%. Terigu dan berbagai komoditas ini dinilai sebagai penyumbang
produk turunannya menempati urutan utama protein untuk gizi masyarakat. Susu
kedua sebagai sumber karbohidrat. yang menempati peringkat pertama
Pentingnya beras juga ditunjukkan oleh merupakan komoditas esensial dalam
hasil penelitian Murda (2009) yang pemenuhan protein masyarakat. Daging
menyatakan bahwa pengaruh harga sapi menempati urutan ke tiga, dibawah
beras terhadap permintaan seluruh ikan kembung segar. Posisi ikan kembung
kelompok pangan lebih besar dari pada segar yang lebih tinggi dikarenakan
pengaruh harga-harga bukan beras komoditas ini dari segi harga lebih
terhadap permintaan beras. terjangkau, sehingga lebih sering
dikonsumsi masyarakat.

Tabel
Tabel 10.
10. Bobot
Bobot Hasil Perhitungan AHP
Perhitungan AHP
Kriteria
Komoditi Total
Karbohidrat Protein Vitamin Pengeluaran Frekuensi Produksi

Beras 0,012 0,007 0,007 0,014 0,009 0,007 0,057


Terigu 0,012 0,007 0,006 0,013 0,007 0,005 0,050
Minyak Goreng 0,011 0,006 0,006 0,013 0,008 0,007 0,051
Tahu & Tempe 0,010 0,009 0,008 0,012 0,008 0,006 0,053
Telur Ayam Ras 0,010 0,009 0,008 0,012 0,008 0,007 0,055
Gula Pasir 0,011 0,006 0,006 0,013 0,009 0,006 0,050
Daging Ayam Ras 0,011 0,009 0,008 0,012 0,008 0,007 0,054
Susu 0,011 0,010 0,009 0,011 0,006 0,005 0,052
Cabe Merah & Rawit 0,008 0,007 0,008 0,011 0,008 0,007 0,048
Bawang Merah 0,008 0,006 0,007 0,011 0,009 0,007 0,047
Jeruk 0,007 0,006 0,008 0,009 0,007 0,006 0,043
Tongkol/ Tuna/ Cakalang Segar 0,009 0,009 0,007 0,010 0,007 0,007 0,049
Daging Sapi 0,010 0,010 0,007 0,009 0,007 0,006 0,049
Ikan Kembung Segar 0,009 0,010 0,007 0,010 0,008 0,007 0,051
Teri Diawetkan 0,009 0,008 0,008 0,010 0,008 0,007 0,050
Ikan Mujair 0,009 0,010 0,007 0,010 0,007 0,007 0,049
Ikan Bandeng Segar 0,009 0,009 0,008 0,010 0,007 0,007 0,050
Bawang Putih 0,008 0,007 0,006 0,010 0,009 0,005 0,045
Kelapa 0,010 0,007 0,006 0,009 0,008 0,007 0,047
Ikan Mas 0,009 0,010 0,008 0,009 0,008 0,007 0,049

Sumber:Hasil
Sumber: Hasil Olahan
Olahan (2013)
(2013)

Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 177

Tabel 11. Kompilasi Peringkat Komoditi


Dengan menggunakan pangsa ini mungkin disebabkan oleh ketidak-
pengeluaran rumah tangga sebagai mampuan kebanyakan masyarakat untuk
kriteria, maka beras menempati peringkat membeli komoditas tersebut.
pertama dengan nilai 0,014 (Tabel 10). Dengan menggunakan kriteria
Secara nasional, pangsa pengeluaran kontribusi terhadap vitamin dan mineral,
rumah tangga (RT) untuk beras adalah maka susu menempati peringkat pertama
16,88% dari pengeluaran pangan, dengan bobot 0,009 (Tabel 10). Susu
sementara di pedesaan dan perkotaan tidak hanya sebagai sumber utama
masing-masing 13,33% dan 21,36%. protein, juga memberi kontribusi besar
Dengan bobot sekitar 0,013, secara terhadap vitamin dan mineral. Kelompok
berurutan minyak goreng, gula pasir dan kedua dengan bobot 0,008 ditempati
terigu masing menempati urutan ke dua, delapan komoditas, dari telur ayam ras
tiga, dan empat. Ketiga komoditas ini sampai dengan ikan mas. Ikan kembung
merupakan kelompok urutan ke dua segar dengan bobot 0,007 menempati
dalam pengeluaran RT. Berdasarkan urutan kesepuluh, sementara daging sapi
data SUSENAS 2009-2011, pangsa dengan bobot yang sama menempati
pengeluaran ketiga komoditas urutan ke sebelas.
tersebut berkisar antara 5,63% - 2,30% Kriteria pangsa produksi terhadap
(BPS, 2011). konsumsi yang mencerminkan tingkat
Berdasarkan kriteria frekuensi k e t e r g a n t u n g a n t e r h a d a p pa s a r
dikonsumsinya suatu komoditas tersebut internasional, ternyata tidak terlalu
oleh rumah tangga, dengan bobot sekitar signifikan dalam menentukan urutan
0,009, beras, bawang putih, bawang komoditas. Hal ini terlihat dari bobot
merah, dan gula pasir adalah kelompok yang hampir sama untuk sepuluh
pertama dengan peringkat tertinggi (Tabel komoditas dengan bobot tertinggi.
10). Keempat komoditas ini hampir setiap Seperti terlihat pada Tabel 10, ada tiga
hari dikonsumsi oleh rumah tangga. belas komoditas dengan bobot yang
Kelompok kedua dengan bobot 0,008 hampir sama yaitu 0,007.
ditempati oleh sembilan komoditas dari
Sintesis Penilaian
tahu dan tempe sampai dengan ikan mas.
Berdasarkan bobot hasil perhitungan
Kalau dinilai bedasarkan patokan sepuluh
AHP pada Tabel 10, maka disusun
besar, maka yang masuk adalah tahu dan
peringkat dari setiap komoditi seperti
tempe, cabe merah dan rawit, minyak
yang diperlihatkan pada Tabel 11. Beras
goreng, telur ayam ras, kelapa, dan daging
menempati peringkat tertinggi sebagai
ayam ras. Daging sapi dan susu yang
Bapok (Tabel 11). Beras menempati
menjadi sumber utama protein justru
peringkat pertama untuk empat kriteria
menempati peringkat dua terbawah. Hal
yaitu kriteria pangsa pengeluaran rumah

178 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
Cabe Merah & Rawit 0,008 0,007 0,008 0,011 0,008 0,007 0,048
Bawang Merah 0,008 0,006 0,007 0,011 0,009 0,007 0,047
Jeruk 0,007 0,006 0,008 0,009 0,007 0,006 0,043
Tongkol/ Tuna/ Cakalang Segar 0,009 0,009 0,007 0,010 0,007 0,007 0,049
Daging Sapi 0,010 0,010 0,007 0,009 0,007 0,006 0,049
Ikan Kembung Segar 0,009 0,010 0,007 0,010 0,008 0,007 0,051
Teri Diawetkan 0,009 0,008 0,008 0,010 0,008 0,007 0,050
Ikan Mujair 0,009 0,010 0,007 0,010 0,007 0,007 0,049
tangga,
Ikan karbohidrat,
Bandeng Segar frekuensi
0,009 konsumsi,
0,009 0,008 baik 0,010
untuk vitamin
0,007 (peringkat
0,007 0,050dua) dan
Bawang Putih 0,008 0,007 0,006 0,010 0,009 0,005 0,045
dan produksi
Kelapa dalam negeri 0,010yang 0,007
sudah 0,006 produksi
0,009 dalam
0,008 negeri
0,007 (peringkat
0,047 dua).
mendekati swasembada. Telur ayam ras
Ikan Mas 0,009 0,010 0,008
Untuk kriteria lain, nilai telur ayam ras
0,009 0,008 0,007 0,049

menduduki
Sumber: Hasil peringkat kedua yang
Olahan (2013) relatif moderat dengan kisaran peringkat
didukung oleh penilaiannya yang sangat antara 5-8.

Tabel
Tabel11.
11.Kompilasi
Kompilasi Peringkat Komoditi
Peringkat Komoditi
Komoditi Karbohidrat Protein Vitamin Pengeluaran Frekuensi Produksi Total

Beras 1 12 15 1 1 1 1
Telur Ayam Ras 8 8 2 5 8 2 2
Daging Ayam Ras 6 7 5 7 10 10 3
Kedelai (Tahu & Tempe) 10 9 8 6 5 15 4
Susu 3 1 1 10 20 18 5
Ikan Kembung Segar 11 2 10 11 11 6 6
Minyak Goreng 5 18 19 2 7 12 7
Terigu 2 13 18 4 15 20 8
Ikan Bandeng Segar 14 6 7 16 16 8 9
Teri Diawetkan 12 11 4 13 12 4 10
Gula Pasir 4 20 20 3 4 16 11
Ikan Mas 16 5 9 20 13 9 12
Ikan Mujair 15 4 13 15 14 5 13
Tongkol/ Tuna/ Cakalang Segar 13 10 12 12 17 7 14
Daging Sapi 7 3 11 17 19 17 15
Cabe Merah & Rawit 17 16 6 9 6 11 16
Kelapa 9 14 17 19 9 3 17
Bawang Merah 19 17 14 8 3 13 18
Bawang Putih 18 15 16 14 2 19 19
Jeruk 20 19 3 18 18 14 20

Sumber:Sumber: Hasil Olahan


Hasil Olahan (2013)(2013)
.
Daging ayam ras menduduki dengan peringkat terendah (dua
peringkat ke tiga yang didukung oleh nilai puluh).
yang baik untuk vitamin, moderat untuk Gula pasir yang biasa masuk Bapok
kriteria lainnya. Selanjutnya, posisi ke ternyata menempati peringkat ke sebelas
empat diduduki oleh kedelai (tahu dan walau nilainya hampir sama dengan teri
tempe) yang didukung nilai yang baik yang diawetkan. Gula pasir mendapat
untuk kriteria frekuensi dan pengeluaran, nilai yang cukup baik untuk pangsa
moderat untuk kriteria yang lain. Peringkat pengeluaran rumah tangga, frekuensi,
ke lima ditempati oleh susu, didukung dan karbohidrat, namun mendapat nilai
oleh hasil penilaian yang baik untuk sangat rendah untuk protein dan vitamin
protein (peringkat satu), vitamin (peringkat (peringkat dua puluh). Selanjutnya, daging
satu), dan karbohidrat (peringkat tiga), sapi yang biasanya masuk Bapok hanya
namun sangat rendah untuk kriteria menempati peringkat lima belas, karena
produksi (delapan belas) dan frekuensi peringkatnya umumnya rendah, selain

Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 179


untuk kriteria protein. Demikian juga pemerintah kerap harus melakukan
cabe, bawang merah, dan bawang putih, intervensi seperti daging sapi, cabe,
peringkatnya relatif rendah karena bawang merah, dan bawang putih,
mendapat penilaian relatif rendah, ternyata tidak termasuk calon Bapok
kecuali kriteria frekuensi. berdasarkan enam kriteria yang
ditetapkan. Hal ini bermakna bahwa
Sintesa Prioritas Bapok
bahwa jika kita menggunakan kriteria
Berdasarkan hasil analisis, komoditas
yang objektif sesuai dengan UU Pangan,
yang secara konsisten berada di peringkat
pemerintah tidak perlu merespon terlalu
atas yaitu beras, telur ayam ras, kedelai
berlebihan terhadap isu-isu untuk
(tahu dan tempe), daging ayam ras, ikan
komoditas yang ternyata bukan
kembung segar, susu minyak goreng
merupakan pangan pokok yang
terigu, ikan bandeng segar, dan gula
dikonsumsi luas oleh masyarakat.
pasir. Jika dibandingkan dengan
Pemerintah perlu melakukan edukasi
Surat Keputusan Menteri Koordinator
pada berbagai pihak, khususnya, media
Bidang Perekonomian No. Kep-
massa dan juga pemerintah daerah
28/M.EKON/05/2010 tentang Tim
tentang apa yang dimaksud dengan
Koordinasi Stabilisasi Pangan Pokok
Bapok sesuai UU Pangan sehingga media
maka komoditi yang konsisten sebagai
tidak terlalu banyak memuat isu yang
Bapok sesuai dengan hasil analisis
secara objektif sebenarnya bukan Bapok.
adalah beras, gula, minyak goreng, terigu,
kedelai, daging ayam, dan telur ayam.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dengan mempertimbangkan
KEBIJAKAN
beberapa faktor seperti peringkat,
Enam kriteria untuk menentukan
kecenderungan perkiraan konsumsi pada
suatu komoditas sebagai Bapok dengan
masa mendatang, serta kemudahan untuk
menggunakan esensi pengertian pangan
melakukan intervensi serta kebijakan
pokok dari Undang-Undang (UU) Pangan
sebelumnya, maka ada beberapa
No. 18/2012 adalah (1) pangsa
komoditas yang potensial untuk diusulkan
pengeluaran dalam pengeluaran pangan
sebagai bahan pangan pokok. Komoditas
rumah tangga; (2) kontribusi terhadap
yang dapat diusulkan berdasaran kriteria
karbohidrat; (3) konsumsi terhadap
tersebut diatas adalah beras, telur ayam
protein; (4) frekuensi konsumsi; (5)
ras, kedelai (tahu dan tempe),daging
kontribusi terhadap vitamin dan mineral;
ayam ras, ikan kembung segar, susu,
serta (6) pangsa produksi domestik
minyak goreng, terigu, ikan bandeng
terhadap konsumsi (tingkat swasembada).
segar, dan gula pasir.
Berdasarkan kriteria tersebut,
Beberapa komoditas yang sering
calon Bapok dan peringkatnya adalah
menjadi isu hangat di masyarakat dan

180 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182
(1) beras, (2) telur ayam ras, (3) tahu dan DAFTAR PUSTAKA
tempe, (4) daging ayam ras, (5) ikan Ariani, M. (2010). Analisis Konsumsi Pangan
kembung segar, (6) ikan bandeng segar Tingkat Masyarakat Mendukung
Pencapaian Diversifikasi Pangan. Gizi
(7) gula pasir, (8) susu; (9) minyak goreng,
Indonesia 2010, 33(1):20-28.
dan (10) terigu. Beberapa komoditas
Bayazit, O. dan B. Karpak. (2005). An AHP
yang sering menjadi isu hangat seperti Application in Vendor Selection.
daging sapi, cabe, bawang merah, Departement of Business Administration,
College of Business, Washington.
bawang putih, ternyata tidak termasuk
Bourgeois, R. (2005). Analytical Hierarchy
calon Bapok dengan menggunakan Process: an Overview. UNCAPSA-
enam kriteria tersebut. UNESCAP, Bogor.
Hasil peringkat komoditas sebagai BPS. (2011). Pengeluaran Untuk Konsumsi
calon Bapok ini dapat dijadikan sebagai Penduduk Indonesia 2011. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
bahan masukan dalam penyempurnaan
BPS. (2012). Pengeluaran Untuk Konsumsi
daftar komoditas Bapok. Agar kebijakan Penduduk Indonesia 2012. Badan Pusat
Bapok dapat berjalan secara efektif, Statistik. Jakarta.
pemerintah perlu membatasi jumlah BPS. (2013). Pengeluaran Untuk Konsumsi
Bapok yang menjadi perhatian utama Penduduk Indonesia 2011. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
dengan mempertimbangkan beberapa
Cornescu, V. and and C.R Adam. (2013).
faktor seperti kebijakan pembangunan The Consumer Resistance Behaviour
pertanian, tingkat kesulitan dan biaya towards Innovation. Procedia Economic
dalam pelaksanaan kebijakan and Finance Volume 6 (2013) Page 457-
465.
pangan/intervensi, dinamika konsumsi
Departemen Perindustrian dan Perdagangan
dan dinamika pasar internasional. Jika (Deperindag). (1998). Surat Keputusan
jumlah dan jenis Bapok sudah ditetapkan Menteri Perdagangan dan Perindustrian
No. 115/MPP/KEP/2/1998 tentang Jenis
oleh pemerintah, maka pemerintah
Barang Kebutuhan Pokok Masyarakat.
perlu segera merumuskan kebijakan Diunduh tanggal 16 Januari 2013 dari
terutama yang berkaitan dengan aspek http://www.kemenperin.go.id/
ketersediaan, keterjangkauan, dan Encyclopaedia Britannica. (2013). The
Definition of food
kualitas/keamanan pangan. http://global.britannica.com/
Daging sapi, cabe, bawang merah, search?query=food
dan bawang putih yang sering menyita FAO. (2010). Agriculture and Consumer
perhatian pemerintah dan media masa Protection. "Dimensions of Need - Staple
Foods: What Do People Eat?. Diunduh
ternyata berdasarkan hasil analisis tanggal 20 Februari 2013 dari
tidak termasuk dalam sepuluh besar http://www.fao.org/
calon Bapok. Untuk itu, edukasi atau Hidayah, N. (2011). Kesiapan Psikologis
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
sosialisasi tentang Bapok khususnya
Menghadapi Diversifikasi Pangan Pokok.
pada media masa dan pemerintah Jurnal Humanitas Vol. Viii No.1 Januari
daerah, perlu terus ditingkatkan. 2011.

Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan Pokok...., Dwi Wahyuniarti Prabowo 181


Kementerian Perdagangan (2010). Peraturan Saliem, H.P., M. Ariani, Y. Marisa dan T.B.
Mente ri Perdagangan Repu b l i k Purwantini. (2002). Analisis Kerawanan
Indonesia No. 03/M-DAG/PER/1/2010 Pangan Wilayah Dalam Perspektif
Tentang Rencana Strategis Kementerian Desentralisasi Pembangunan. Laporan
Perdagangan Tahun 2010-2014. Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan
Diunduh tanggal 13 Februari 2014 dari Pengembangan Sosial Ekonomi
http://www.kemendag.go.id/id/news/20 Pertanian.Bogor.
10/04/12/peraturan-menteri-
Setneg Republik Indonesia. (2012). Undang-
perdagangan-republik-indonesia-nomor-
Undang No 18 Tahun 2012 tentang
03m-dagper12010-tentang-rencana-
Pangan. Diunduh tanggal 21 Februari
strategis-kem.
2013 dari http://www.setneg.go.id/
Kementerian Pertanian. (2010). Rencana
Setneg Republik Indonesia. (1996).Undang
strategis Badan Ketahanan Pangan
Undang No. 7 Tahun 1996 tentang
2010-2014. Kementerian Pertanian
Pangan. Diunduh tanggal 21 Februari
Republik Indonesia.
2013 dari http://www.setneg.go.id/
Kementerian Pertanian. (2013). Basis Data
Setneg Republik Indonesia. (1996). Peraturan
Pertanian. Kementerian Pertanian
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Republik Indonesia.
68 Tahun 2002 tentang Ketahanan
Menko Perekonomian. (2010). Keputusan P a n g a n . D i u n d u h ta n g g a l d a r i
Menteri Koordinator Bidang http://www.setneg.go.id/
Perekonomian No. Kep-
Spiertz, J.H.J and F. Ewert. (2009). Crop
28/M.EKON/05/2010 tentang Tim
Production and resource use to meet
Koordinasi Stabilisasi Pangan Pokok.
the growing demand for food, feed and
Diunduh tanggal 21 Februari 2013 dari
fuel: Opportunities and constraints. NJAS
http://www.setneg.go.id/
Wageningen Journal of Life Science.
Meziani, A.S. and F. Rezvani. (1990). Using NJAS 56-4, 2009.
The Analytical Hierarchy Process to
Stillman, A. and D. Thomas. (2008). Nutritional
Select a Financing Instrument for a
Status during an Ecinimic Crisis:
Foreign Investment. Mathl Comput
Evidance from Russia. The Economic
Modelling Journal. Volume 13, No. , page
Journal, Volume 118, No. 531 (Aug.,
77-82, 1990.
2008), Page 1385-1417.
Murda, H. (2009). Dampak Kenaikan Harga
Teknomo, K., H. Siswanto, dan S.A. Yudhanto.
Raskin Terhadap Kesejahteraan dan
(1999). Penggunaan Metode Analytical
Konsumsi Gizi Rumah Tangga Miskin di
Hierarchy Proses dalam Menganalisa
Indonesia. Tesis Pascasarjana Ilmu
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekonomi. Universitas Indonesia.
Pemilihan Mode Transportasi ke
Nurkhayani, E. (2009). Analisis permintaan Kampus. Jurusan Teknik Sipil,
Pangan dan Gizi di Indonesia. Tesis Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Pascasarjana Ilmu Ekonomi. Universitas
Yuliana, R. (2008). Evaluasi Perubahan
Indonesia.
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Permadi, B. (1992). AHP. Pusat Antar Sebagai dampak Kenaikan Harga BBM
Universitas, Universitas Indonesia, di Indonesia, Periode Februari 2005 –
Jakarta. Maret 2006. Tesis Pascasarjana Ilmu
Ekonomi. Universitas Indonesia.

182 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 8 NO. 2, DESEMBER 2014 : 163-182

Anda mungkin juga menyukai