Prof. Dr. H. M. Supli Effendy, M.Sc., *) Prof. Dr. Wisnu Cahyadi, M.Si. **)
Vita Hediana Putri***)
*)
Pembimbing I **)Pembimbing II ***)Mahasiswa
1
2
yang lebih tinggi dibandingkan bila hanya negatif. Khasiat yang dimiliki oleh
digunakan secara terpisah (Nurramadhani, minuman teh berasal dari kandungan zat
2011). biaoaktif yang terdapat dalam daun teh.
Penganekaragaman produk teh Menurut La Vecchia et al. (1992); Bravo
dengan rimpang dapat diolah dalam (1998); Pambudi (2003), teh memiliki
berbagai bentuk untuk memudahkan khasiat kesehatan karena mengandung zat
konsumen mengkonsumsinya serta bioaktif yang disebut polifenol terutama
meningkatkan nilai jualnya. Salah satu katekin teh yang bersifat sebagai senyawa
diantaranya dalam penelitian ini adalah antioksidan yang berperan dalam meredam
bentuk minuman teh enkapsulasi. aktifitas radikal bebas yang sangat
Kokristalisasi merupakan suatu teknik berbahaya bagi tubuh sehingga bermanfaat
dalam proses mikroenkapsulasi, yaitu bagi pencegahan beberapa penyakit kronis
suatu teknik untuk memasukkan komponen misalnya penyakit jantung dan kanker.
atau senyawa kedalam dan diantara kristal Prinsip pembuatan teh enkapsulasi
sukrosa (Jackson and Lee, 1991). ini adalah dengan proses
Minuman fungsional ini dibuat untuk mikroenkapsulasi. Proses ikroenkapsulasi
kalangan anak-anak sampai dewasa agar yang sudah kembangkan saat ini sangat
menyukai serta mengetahui banyak banyak. Berbagai macam metode proses
manfaat dari minuman teh enkapsulasi. mikroenkapsulasi yang sudah dievaluasi
Manfaat teh bagi kesehatan yaitu dan dikomersilkan untuk penggunaan pada
untuk penyakit jantung koroner, diabetes bahan makanan, yaitu metode spray
melitus, mengatasi kepikunan, karies gigi, drying, penyalutan dengan suspensi udara,
kanker, dll. Sedangkan jahe merah sangat extrusion, spray cooling atau spray chiling
baik untuk kesehatan sehingga banyak dan ko-kristalisasi (Jackson and Lee,
digunakan sebagai bahan pembuatan jamu 1991). Pemilihan metode di atas umumnya
dan obat herbal, serta temulawak berdasarkan pada pertimbangan ekonomi,
merupakan salah satu jenis tumbuhan obat- sifat bahan baku dan sebagainya. Bahan
obatan asli Indonesia. Komponen utama penyalut yang digunakan dalam teknik
rimpang temulawak terdiri dari pati ko-kristalisasi adalah sukrosa. Maka
48.18% - 59.64% untuk membantu proses Penelitian ini dalam proses pemubuatannya
metabolisma dan fisiologi organ badan, menggunakan mollen dryer sehingga
Serat 2.58% - 4.83% untuk memulihkan bernilai ekonomis serta mempelajari
kecergasan badan (bersifat tonik), pembuatan produk minuman fungsional
Kurkumin 1.60% - 2.20% untuk dengan memanfaatkan jahe merah dan
melancarkan proses pencernaan tubuh dan temulawak yang dicampur dengan teh
Minyak asiri 6.00% - 10.00% untuk dengan proses enkapsulasi, sehingga
meningkatkan fungsi ginjal. Manfaat minuman tersebut dapat bermanfaat bagi
temulawak yang lainnya yaitu dapat yang mengonsumsinya dan dapat bertahan
mengatasi serta mencegah berbagai lama umur simpan dari minuman tersebut.
penyakit seperti: penyakit hepatitis, liver,
Identifikasi Masalah
produksi cairan empedu, radang empedu,
Permasalahan pada penelitian ini
radang lambung, melancarkan pencernaan,
dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
hingga penyakit gangguan ginjal (Rozi,
1. Bagaimana perbandingan teh hitam dan
2011 dan Panuju, 2011).
teh hijau terhadap karakteristik minuman
Manfaat yang dihasilkan dari
teh enkapsulasi.
minuman teh adalah memberikan rasa
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi
segar, dapat memulihkan kesehatan badan
campuran ekstrak jahe merah dan
dan terbukti tidak menimbulkan dampak
3
panelis pada formula 15:4:1, yaitu aroma penelitian tentang minuman fungsional
(90%), rasa (73.33%) dan warna (70%). tradisional dari sari jahe dengan sari sereh
Penerimaan umum dihitung berdasarakan menghasilkan minuman campuran sari jahe
persentase penerimaan aroma (40%), rasa
(30%) dan warna (30%). Pada uji sereh yang disukai adalah minuman
nonparametrik Friedman warna minuman dengan perbandingan jahe : sereh yaitu
pada ketiga formula tidak berbeda nyata 3:1, 1:1, 1:2 (v/v). Minuman sari sereh dan
sedangkan pada aroma, rasa dan carnpuran sari jahe sereh wama, rasa dan
penerimaan umum berbeda nyata (α = aroma tidak berbeda nyata berdasarkan uji
0.05). Menurut Abbas (2006), penelitian ANAVA pada taraf kepercayaan 95%.
terhadap minuman fungsional berbahan Maka pada penelitian ini campuran ekstrak
dasar teh dan kayu manis untuk penderita jahe merah dengan ekstrak temulawak
diabetes dari hasil analisis terhadap untuk menentukan yang terbaik dari
campuran seduhan teh-kayu manis-gum perbandingan 1:1, 3:1 dan 5:1.
arab diperoleh pH 4,57 dan total fenol Penelitian Nurramadhani (2011),
39,98±0,85 mg/ml pembuatan teh jahe instan yang terbaik
Penambahan konsentrasi ekstrak jahe yaitu 90%:10% serta penelitan yang
merah dan temulawak juga diharapkan dilakukan Wardhani (2000), pembuatan
dapat berpengaruh dalam karakteristik kopi jahe instant yang terbaik yaitu
minuman teh enkapsulasi. Menurut Dewi 80%:20% dan penelitian yang dilakukan
(2011), hasil penelitian menunjukkan hasil Sasilia (2011), pembuatan minuman kopi
analisis deskripsi presentase kelayakan jahe yang terbaik yaitu 85%:15%.
kandungan non zat gizinya adalah 48,70 % Kesimpulan yang dapat diambil yaitu
dan berada di interval 36-51,99 %, artinya untuk menentukan perbandingan teh hitam
sifat atau karakteristik inderawi kandungan dan teh hijau serta perbandingan ekstrak
non zat gizi minuman instan ekstrak jahe merah dan temulawak, yang
temulawak dan ekstrak mengkudu sebagai digunakan dalam pembuatan minuman teh
minuman kesehatan hasil eksperimen enkapsulasi yaitu 70%:30%; 60%:40% dan
terbaik adalah agak tajam, meliputi : 50%:50%.
warna, aroma, bau dan rasa minuman
Hipotesa Penelitian
temulawak dan mengkudu agak tajam
Berdasarkan kerangka pemikiran
seperti agak menyerupai sifat atau
dapat diajukan hipotesa, bahwa diduga
karakteristik inderawi temulawak.
perbandingan jenis teh serta konsentrasi
Menurut Wardhani (2000),
campuran ekstrak jahe merah dan ekstrak
penambahan ekstrak jahe pada penelitian
temulawak yang berbeda, serta interaksi
karakteristik produk kopi jahe instant yang
antara keduanya berpengaruh terhadap
terbaik dan disukai oleh panelis yaitu pada
karakteristik dari minuman teh
perbandingan presentase 22%:78%.
enkapsulasi.
Menurut Kurniati (2002), temulawak
instan yang dihasilkan dengan Waktu dan Tempat Penelitian
penyangraian memiliki sifat kelarutan yang Penelitian ini dimulai dari bulan
rendah dan warna yang kurang cerah. Januari 2012 sampai dengan Maret 2012.
Menurut Ratnasari (1998), penambahan Sedangkan tempat penelitian adalah di
sukrosa 550g dan bubur jahe 175g Laboratorium Teknologi Pangan,
terhadap pembuatan mikroenkapsulasi jahe Universitas Pasundan, Bandung dan
menghasilkan rasa yang paling disukai, Universitas Padjajaran Bandung.
aroma yang cukup tajam dan warna yang
relatif disukai. Menurut Prihantin (2003),
5
c. Pengeringan
Proses pengeringan yang dilakukan
menggunakan mollen dryer, dengan suhu
60ºC selama 4 jam.
d. Penghancuran
Penghancuran dimaksudkan untuk
memperkecil ukuran partikel menjadi
sebuk yang halus. Penghancuran dilakukan
dengan blender.
f. Penyeragaman ukuran
Proses ini bertujuan untuk
menghasilkan ukuran yang seragam, Alat
penyaring yang digunakan berukuran 60
mesh.
Penelitian Utama
Pembuatan Minuman Teh Enkapsulasi
a. Pencampuran I
Ekstrak teh dengan ektrak jahe
merah dan ektrak temulawak terbaik
dilakukan pencampuran dengan
perbandingan 50%:50%, 60%:40% dan
70%:30%. Setelah bercampur semua
kemudian ditambahkan sukrosa. Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
b. Pencampuran II Pendahuluan Pembuatan Ekstrak Teh.
Pencampuran II dilakukan untuk
menghomogenkan campuran ektrak teh
dan jahe merah yang ditambahkan sukrosa
dengan perbandingan pencampuran 1:2.
c. Pengeringan
Proses pengeringan yang dilakukan
menggunakan mollen dryer, dengan suhu
60ºC selama 4 jam.
d. Penghancuran
Penghancuran dimaksudkan untuk
memperkecil ukuran partikel menjadi
sebuk yang halus. Penghancuran dilakukan
dengan blender.
f. Penyeragaman ukuran
Proses ini bertujuan untuk
menghasilkan ukuran yang seragam, Alat
penyaring yang digunakan berukuran 60
mesh.
dicegah. Sebaliknya teh hitam dibuat Temulawak terhadap Kadar Polifenol Total
dengan cara fermentasi dengan Teh Enkapsulasi
memanfaatkan terjadinya oksidasi Konsentrasi
enzimatik terhadap kandungan katekin teh Campuran
(Hartoyo, 2003). Hal tersebut juga Ekstrak Jahe Nilai Rata-rata
diperkuat menurut penelitian Sari, (2011) Merah dan
bahwa kadar polifenol total pada teh Temulawak
hitam-mengkudu berkisar 0,72-1,23% dan B1 1,07 a
teh hijau-mengkudu 0,91-1,44%, sehingga B2 0,91 b
kadar polifenol total yang paling tinggi B3 0,82 c
pada teh hijau dibandingkan dengan teh Keterangan : Rata-rata yang diikuti oleh
hitam serta hasil kandungan polifenol total huruf yang berbeda menunjukkan
pada teh-mengkudu dengan teh perbedaan yang nyata menurut uji Duncan
enkapsulasi tidak jauh berbeda. Perbedaan pada taraf 5%.
kandungan polifenol dikarenakan pada teh
hitam polifenolnya sebagian besar
teroksidasi selama proses fermentasi,
sehingga polifenol dalam teh hitam
berkurang kandungannya. Kadar Polifenol
Total pada jenis teh minuman teh
enkapsulasi mengalami penurunan
dibandingkan dengan kadar polifeno total
pada ekstrak teh hitam atau teh hijau yaitu
dari 8,45% sampai 1,26% pada ekstrak teh
hijau, hal ini disebabkan senyawa polifenol
merupakan senyawa volatil yang akan Gambar 6. Nilai Rata-rata konsentrasi
hilang pada proses pemanasan. Campuran Ekstrak Jahe Merah dan
Berdasarkan hasil tersebut, terbukti Temulawak Teh Enkapsulasi.
bahwa kapasitas (aktivitas) antioksidan Tabel diatas dapat dilihat bahwa
pada teh hijau relatif lebih tinggi konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah
dibandingkan dengan kapasitas (aktivitas) dan Temulawak b1 (50%) memiliki kadar
antioksidan pada teh hitam. Ini disebabkan polifenol yang tinggi. Semakin besar
oleh proses fermentasi yang dialami oleh penambahan konsentrasi Campuran
teh hitam yang menyebabkan kandungan Ekstrak Jahe Merah dan Temulawak
senyawa antioksidannya menurun terhadap formulasi minuman Teh
(Mariska, dkk., 2009). Enkapsulasi menunjukkan kadar polifenol
2. Kadar Polifenol Total Pada Konsentrasi total yang meningkat, tetapi kadar
Campuran Ekstrak Jahe Merah dan polifenol total tersebut nilainya sangat
Temulawak terhadap Kadar Polifenol Total kecil hal ini disebabkan kadar polifenol
Teh Enkapsulasi pada jahe merah dan temulawak sangat
Perbedaan perlakuan Konsentrasi sedikit hanya berkisar 1-2% dibandingkan
Campuran Ekstrak Jahe Merah dan dengan kandungan total polifenol teh
Temulawak berpengaruh terhadap kadar hitam dan teh hijau, sehingga dapat
polifenol total dapat dilihat pada Tabel 7. menurunkan kandungan polifenol
minuman (Sari, 2011).
Tabel 7. Nilai Rata-rata Konsentrasi
Campuran Ekstrak Jahe Merah dan 3. Kadar Polifenol Total Pada Interaksi
Konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah
14
dan Temulawak terhadap Kadar Polifenol jahe merah dan temulawak terhadap kadar
Total Teh Enkapsulasi polifenol total teh enkapsulasi pada
Perbedaan perlakuan Interaksi Tabel 8. Menunjukkan pada jenis teh hijau
Konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah dan konsentrasi campuran ekstrak jahe
dan Temulawak berpengaruh terhadap merah dan temulawak pada minuman teh
kadar polifenol total dapat dilihat pada enkapsulasi dimana pada konsentrasi
Tabel 8. (50%:50%) memiliki kadar polifenol yang
Tabel 8. Pengaruh Interaksi Konsentrasi paling tinggi, hal ini disebabkan yang
Campuran Ekstrak Jahe Merah dan paling banyak berpengaruh yaitu kadar
Temulawak terhadap Kadar Polifenol Total polifenol total pada konsentrasi campuran
Teh Enkapsulasi ekstrak jahe merah dan temulawak, pada
Konsentrasi campuran Jahe penelitian sebelumnya yaitu Sari, (2011)
Jenis merah dan temulawak kadar polifenol total yang dihasilkan dari
teh b3 jahe merah dan temulawak berkisar 1-2%,
b1 (50%) b2(40%) hal tersebut lebih tinggi dibandingkan
(30%)
dengan kadar polifenol total pada ekstrak
A A A teh hitam 0,6% dan teh hijau 1,2%. jadi
a1 semakin banyak konsentrasi yang
(Teh ditambahkan maka semakin tinggi pula
Hitam) 0,53 0,42 0,39 kadar polifenol total namun sebaliknya
c b a apabila konsentrasi yang ditambahkannya
B B B sedikit maka semakin rendah pula kadar
a2 polifenol total yang dihasilkan. Menurut
(Teh Wang et al. (1994) dan Shahidi dan Naczk
Hijau) 1,07 0,94 0,84 (1995), kandungan utama polifenol teh
c b a adalah flavanol (katekin, galokatekin,
Keterangan : 1. Huruf (kecil) epikatekin, epikatekin galat, pigalokatekin,
dan epigalokatekin galat), flavonol
dibaca arah baris, huruf yang berbeda
menyatakan perbedaan yang nyata pada (quercetin, kaemferol, dan glikosidanya),
flavone (vixetin dan iso vixetin), asam
taraf 5%.
2. Huruf (besar) dibaca fenolik (asam galat dan asam klorogenat).
Ditambahkan oleh Hartoyo (2003),
arah kolom, huruf yang
berbeda menyatakan pada teh hitam polifenolnya didominasi
oleh theaflavin dan thearubigin. Dalam
perbedaan yang nyata
pada taraf 5%. proses pembuatan teh hitam, katekin
dioksidasi secara enzimatik membentuk
pigmen teh hitam yaitu theaflavin dan
thearubigin. Sedangkan dalam jahe merah
dan temulawak terdapat komponen
kurkuminoid dan minyak atsiri yang
menunjukkan potensi sebagai antioksidan.
Jenis-jenis polifenol yang disebutkan di
atas berpengaruh pada kandungan
Gambar 7. Nilai rata-rata interaksi polifenol pada minuman fungsional teh
konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah enkapsulasi.
dan Temulawak Teh Enkapsulasi Kadar polifenol total pada ekstrak
Hasil pengamatan pengaruh teh hitam dan teh hijau pada penelitian
interaksi konsentrasi campuran ekstrak pendahuluan dibandingkan dengan kadar
15
polifenol total pada minuman teh enkapsulasi juga sama yaitu 60ºC sehingga
enkapsulasi. Kadar polifenol total yang air yang diuapkan jumlahnya akan sama.
tinggi pada teh hijau yaitu sebesar 8,45% Tabel 9. Hasil Rata-rata Kadar Air pada
tetapi hasil kadar polifenol total pada Minuman Teh Enkapsulasi
minuman teh enkapsulasi pada teh hijau
Sampel rata-rata % kadar air
yang tinggi yaitu sebesar 1,070%, maka
terjadi penurunan kadar polifenol, hal ini a1b1 1,260
disebabkan ekstrak yang dihasilkan
a1b2 1,259
menggunakan pelarut polar sehingga
senyawa polifenol yang terdapat pada teh, a1b3 1,260
jahe merah dan temulawak tidak tertarik
secara sempurna. Hasil kadar polifenol a2b1 1,261
yang tertinggi tidak jauh berbeda dengan a2b2 1,261
kadar polifenol total minuman a2b3 1,261
teh-mengkudu (Sari, 2011).
Menurut deroiser (1988), selama
Menurut Sibuea, (2003) faktor yang
pengeringan bahan pangan kehilangan
mempengaruhi stabilitas penurunan kadar
kadar air, yang menyebabkan naiknya
polifenol total yaitu proses fermentasi pada
kadar kandungan zat aktif di dalam masa
teh, proses pemanasan pada pengolahan
yang tertinggal. Kandungan air dalam
teh dan pelarut yang digunakan untuk
bahan pangan ikut menentukan
mengekstrak teh tersebut. Polifenol
acceptability, kesegaran dan daya tahan
merupakan suatu kelompok antioksidan
bahan itu.
yang secara alami terdapat dalam teh dan
Hasil pengamatan rata-rata kadar air
katekin termasuk salah satu antioksidan
pada minuman teh enkapsulasi pada Tabel
golongan flavanol dalam teh (Daniells,
9. menunjukkan bahwa kadar air yang
2008).
paling tinggi yaitu sebesar 1,261. Menurut
4. Kadar Air
SNI Serbuk Minuman Jeruk (Buah)
Air dalam bahan pangan bisa
memiliki kadar air maks. 0,5%, sedangkan
terdapat diantara sel-sel maupun terdapat
pada minuman teh enkapsulasi memiliki
di dalam sel. Air bebas terdapat di dalam
kadar air diatas 0,5% hal ini disebabkan
jaringan, sedangkan air terikat biasanya di
karena pada kadar air cenderung menurun
dalam sel. Air bebas mudah dihilangkan
dengan naiknya konsentrasi sukrosa.
dengan penguapan atau pengeringan,
Penambahan sukrosa berpengaruh terhadap
sedangkan air terikat sangat sukar untuk
kadarair dan semakin banyak penambahan
dihilangkan.
sukrosa maka semakin rendah kadar air.
Berdasarkan hasil analisis statistik
Hal ini disebabkan kemampuan sukrosa
menunjukkan bahwa jenis teh, konsentrasi
yang dapat mengikat air, sehingga semakin
campuran dari ekstrak jahe merah dan
besar presentase penambahan sukrosa
temulawak dan interaksi keduanya tidak
maka semakin kecil kadar air pada produk.
berpengaruh terhadap kadar air minuman
Sukrosa memiliki kemampuan mengikat
teh enkapsulasi. Pada setiap perlakuan
air (water holding capacitiy) dan berat
yang berbeda menghasilkan minuman teh
molekul yang relatif rendah sehingga dapat
enkapsulasi dengan kadar air yang sama.
mempertahankan produk tetap stabil
Hal ini diduga karena penambahan sukrosa
(Armayanti, 2004). Maka pada penelitian
pada minuman teh enkapsulasi tidak begitu
ini memiliki kadar air diatas 0,5%, namun
besar. Selain itu suhu pengeringan yang
hal tersebut masih dapat menginaktifkan
digunakan dalam pembuatan teh
pertumbuhan mikrooragnisme dan enzim-
enzim tertentu. Menurut penelitian
16
Yuliawati, (2003), bahwa kadar air yang dalam suspensi yang tidak dapat
dihasilkan pada produk mikrokristal wortel disuspensikan kembali atau perubahan
yang terbaik yaitu sebesar 5,28%, hal organoleptik (Farmakope IV, 1994).
tersebut sangat berbeda jauh dengan kadar Brix adalah pengukuran konsentrasi
air pada minuman teh enkapsulasi, ini padatan terlarut dalam suatu larutan. Hal
dikarenakan kadar air pada wortel lebih ini setara dengan jumlah gula dalam
tinggi dibandingkan kadar air pada teh larutan, di mana 1 derajat Brix sama
yaitu sebesar 88,2%. Menurut penelitian dengan 1 gram sukrosa per 100 mL cairan
Wardhani, (2000), bahwa kadar air yang pada suhu tertentu. Pada penelitian ini
dihasilkan dari produk kopi jahe instant menggunakan jumlah sukrosa yang sama
dengan metode gravimetri yang terbaik dengan larutan yaitu 1:2, sehingga
yaitu sebesar 4,07%, hal ini pun sangat kestabilan yang dihasilkan sama.
berbeda jauh dengan kadar air minuman Tabel 10. Uji Kestabilan Minuman Teh
teh enkapsulasi, ini dikarenakan bahan Enkapsulasi (ºBrix)
baku yang digunakan pada pembuatan kopi Nilai rata-rata Uji
jahe instant memiliki kadar air yang lebih Perlakuan Kestabilan (ºBrix)
tinggi dibandingkan dengan kadar air pada
a1b1 1,8
teh.
Bila kandungan air relatif tinggi a1b2 1,9
maka dapat diperkirakan bahan tersebut a1b3 1,8
akan lebih cepat mengalami kerusakan
baik oleh mikroba maupun oleh a2b1 1,9
reaksi-reaksi lain. Persediaan air dalam a2b2 1,9
bahan pangan maka diperkirakan akan
a2b3 1,9
terjadinya ditetapkan karena semakin
tinggi kadar air yang terdapat dalam suatu Tabel 10. menunjukkan bahwa
makanan makin besar pula kemungkinan perlakuan a1b1 sampai a2b3 pada
makanan tersebut cepat rusak atau tidak minuman teh enkapsulasi terlihat
tahan lama (Winarno, 1997). kestabilan yang stabil, sehingga tidak perlu
ditambahkan bahan penstabil pada
B. Analisis Fisika
minuman teh enkapsulasi.
1. Uji Kestabilan
Kestabilan dapat didefinisikan 2. Uji Waktu Larut
sebagai kemampuan suatu produk untuk Berdasarkan hasil analisis statistik
bertahan dalam batas yang ditetapkan dan menunjukkan perbedaan waktu larut
sepanjang periode penyimpanan, sifat dan terhadap perlakuan 6 sampel yaitu a1b1
karakteristiknya sama dengan sampai a2b3. Dimana a1b3 dengan teh
mempengaruhi kestabilan suatu produk hitam 70% dan konsentrasi campuran jahe
adalah faktor lingkungan seperti suhu, merah dan temulawak 30% yang memiliki
radiasi, cahaya, udara dan kelembaban, waktu larut paling cepat yaitu sebesar 6,1
demikian juga faktor seperti ukuran detik, sedangkan pada perlakuan a2b1
partikel, pH, sifat air dan pelarut lain yang dengan teh hijau 50% dan konsentrasi
digunakan, sifat wadah dan adanya bahan campuran jahe merah dan temulawak 50%
kimia lain yang berasal dari kontaminasi yang memiliki waktu larut paling lama
atau dari pencampuran produk berbeda yaitu sebesar 10,4 detik.
yang disengaja dapat mempengaruhi
kestabilan. Ketidakstabilan dapat Tabel 11. Pengujian Waktu Larut Teh
ditunjukkan oleh kekeruhan atau endapan Enkpasulasi
dalam larutan, pecahnya emulsi gumpalan Sampel Waktu Larut
17
warna kuning pada rimpang bersifat Ekstrak Jahe Merah dan Temulawak
antibakteria, anti-kangker, anti-tumor dan terhadap Rasa Minuman Teh Enkapsulasi.
anti-radang, mengandungi anti-oksidan dan Konsentrasi campuran Jahe
hypokolesteromik Warna dari jahe merah merah dan temulawak
Jenis teh
dari ekstrak minyak jahe berbentuk cairan b1 b3
kental berwarna kehijauan sampai kuning, b2(40%)
(50%) (30%)
sedangkan pada teh hitam dalam proses A A A
pengolahannya diberi kesempatan penuh
terjadi fermentasi (mengalami perubahan a1 (Teh Hitam) 3,133 4,317 3,417
kimiawi sempurna sehingga hampir semua a b c
kandungan tanin terfermentasi menjadi A B A
theaflavin dan thearubigin) yang akan a2 (Teh Hijau) 3,733 3,167 3,233
merubah warna daun teh dari hijau menjadi
kecoklatan dan dengan proses pengeringan a b b
berubah menjadi hitam. Pada teh hijau Pada umumnya bahan pangan atau
daun teh tidak diberi kesempatan produk pangan tidak hanya terdiri dari satu
fermentasi (hampir tidak mengalami proses rasa, tetapi merupakan gabungan dari
perubahan kimia). Biasanya pucuk teh berbagai macam rasa secara terpadu
diproses langsung dengan panas atau steam sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh
untuk menghentikan aktivitas enzim (Kartika dkk., 1988).
sehingga sama seperti raw leaf (daun teh Tabel 13. menunjukkan bahwa
awalnya), karena itu selain warnanya interaksi jenis teh hitam (60%) dan
masih hijau juga masih mengandung tanin konsentrasi campuran ekstrak jahe merah
yang relatif tinggi. Sehingga warna yang dan temulawak (40%) memiliki rasa yang
dihasilkan coklat kebeningan (Anonim, paling disukai panelis dengan nilai rata-
2012). rata 4,317. Hal ini disebabkan karena rasa
b. Rasa yang ditimbulkan dari minuman teh
Rasa yang ditimbulkan oleh bahan enkapsulasi adalah hangat dan sedikit
pangan berasal dari sifat bahan itu sendiri pedas. Rasa pedas dan hangat tersebut
atau pada saat proses ditambahkan dengan disebabkan oleh komponen non volatil
zat lain sehingga rasa aslinya bisa (oleoresin) terutama adanya senyawa
berkurang ataupun bertambah. Selain itu gingerol. Setelah dibuat dalam bentuk teh
rasa yang terdapat pada produk makanan enkapsulasi terjadi penambahan rasa, yaitu
dapat berubah dari rasa yang sebenarnya adanya rasa manis yang berasal dari
atau yang diharapkan, hal ini tergantung sukrosa dan sedikit pahit yang berasal dari
dari senyawa penyusunnya, misalnya gula teh hitam dan temulawak.
yang dapat memberikan rasa manis pada Oleoresin mengandung komponen
beberapa produk makanan (Kartika dkk., rasa pedas yaitu gingerol, shogaol dan
1988). zingerone. Gingerol terdapat pada jahe
Berdasarkan hasil analisis statistik yang masih segar,dalam pengolahan atau
menunjukkan bahwa jenis teh dan bila dikeringkan gingerol dapat berubah
konsentrasi campuran ekstrak jahe merah menjadi shogaol ataupun zingerone yang
dan temulawak tidak berpengaruh terhadap kurang pedas. Pembentukan shogaol dan
rasa minuman teh enkapsulasi, sedangkan gingerol selain mengurangi rasa pedas dari
interaksi keduanya berpengaruh terhadap jahe, juga pada tahap selanjutnya dapat
rasa minuman teh enkapsulasi. mengurangi rasa pedas itu lagi, hal ini
Tabel 13. Pengaruh Interaksi Perlakuan karena terbentuknya polimer dari shogaol
Jenis Teh dan Konsentrasi Campuran yang tidak pedas (Nengsih, 1998).
19
Desrosier, N.W., (1988), Teknologi Kartika B., Pudji H., dan Wahyu S, (1988),
Pengawetan Pangan, Penerbit Pedoman Uji Inderawi Bahan
Universitas Indonesia, Jakarta. Pangan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Dewi, D., (2011) Visibility Studi
Minuman Instan Ekstrak Kirk, R.E. and D.F. Othmer., (1994).
Temulawak dan Ekstrak Mengkudu Encyclopedia of Chemical
sebagai Minuman Kesehatan. Technology, Vol.4. The Interscience,
http://www.pustakaskripsi.com/.html. Inc. New York.
Akses 2/12/2011.
Koswara S. (2011), Jahe, rimpang dan
Earle R.L., (1983), Unit Operations In sejuta khasiat, http:.//ebook
pangan.com/artikel/jahe,rimpang
Food Processing, Second Edition, dengan berbagai khasiat.pdf. Akses
Pergamon Press, Oxford, New York. 3 oktober 2011.
Farmakope Indonesia IV., (1994), Kurniansyah, (2011), Senyawa Polar dan
Kestabilan Obat Sirup dan Non Polar, http://kurniansyah-
Kekentalan, Edisi I, Lembaga rizki.blogspot.com/2011/03/senyawa
Farmasi Nasional, Jakarta. -polar-dan-non-polar.html. Akses 23
Maret 2012.
Gasperz V., (1995). Teknik Analisis
dalam Penelitian Percobaan, Kurniati, B.W., (2002). Pengaruh Suhu
Penerbit Tarsito, Bandung. Ekstraksi dan Penambahan CMC
terhadap Sifat Fisik dan Tingkat
Girinda, A., (1991), Biokimia I, Cetakan Kesukaan Instan Temulawak,
Skripsi S-1 Fakultas Teknologi
Ketiga, Penerbit PT Gramedia
Pertanian Universitas Wangsa
Pusaka Utama, Jakarta. Manggala, Yogyakarta.
Guenther E., (1987), The Essential Oil, Kustamiyati., (2000), Pembuatan
Van Nostrad Reinhold, Company Minuman Ringan Teh
Newyork. Berkarbonasi, Warta Teh dan Kina,
Pusat Penelitian Teh dan Kina,
Hartoyo, A., (2003). Teh dan Khasiatnya Gambung, Bandung.
bagi Kesehatan. Kanisius,
Yogyakarta. Lansida., (2011), Ekstraksi Bahan Alam,
http://lansida.blogspot. Akses
Jackson and K.Lee., (1991), 16/11/2011.
Microenkapsulation and Food
Industry, Leberson Wiss-U Techn. La Vecchia, C., E. Negri, S. Francheschi
,B. D’Avanzo, P. Boyle. (1992). Tea
James, S., (1992), Komoditi Teh : Consumption and Cancer Risk.
Peranannya dalam Perekonomian Nutr. Cancer.
Indonesia, Penerbit Kanisius,
Lubnan, D., (2004), Teh Bukan Sekadar
Yogyakarta.
Penghilang Dahaga,
23