Anda di halaman 1dari 25

KAJIAN JENIS TEH SERTA KONSENTRASI EKSTRAK JAHE MERAH

DAN TEMULAWAK TERHADAP KARAKTERISTIK MINUMAN THE


ENKAPSULASI

Prof. Dr. H. M. Supli Effendy, M.Sc., *) Prof. Dr. Wisnu Cahyadi, M.Si. **)
Vita Hediana Putri***)
*)
Pembimbing I **)Pembimbing II ***)Mahasiswa

PENDAHULUAN menurun pada tahun 2010 sebanyak 110


juta. Permasalahan-permasalahan tersebut
Latar Belakang Penelitian perlu dihadapi dengan berbagai upaya
Dewasa ini kebutuhan pangan antara lain melalui usaha rekayasa proses
fungsional merupakan salah satu alternatif pengolahan dan penganekaragaman produk
yang semakin hari semakin dibutuhkan. teh dengan rimpang. Sehingga dalam
Pangan fungsional merupakan salah satu penelitian ini menggunakan perbandingan
alternatif yang banyak dicari dan dua jenis teh yaitu teh hitam dan teh hijau
dikonsumsi oleh masyarakat. Pangan serta penambahan tanaman rimpang yaitu
fungsional layak untuk dikonsumsi apabila jahe merah dan temulawak
mempunyai karakteristik sensori berupa (Kustamiyati, 2000 dan BPS, 2011).
kenampakan, warna, tekstur dan cita rasa Masyarakat beranggapan bahwa teh
yang dapat diterima oleh konsumen. hijau lebih baik dikonsumsi daripada teh
Beberapa jenis teh, temulawak, dan jahe hitam. Hal tersebut berkaitan dengan
merah dapat memenuhi persyaratan ketersediaan dan kemampuan senyawa
minuman fungsional tradisional. antioksidan dalam kedua jenis teh tersebut.
(Nurramadhani, 2011 dan Anonim, 2011). Perbedaan yang terdapat pada kedua jenis
Teh adalah bahan minuman yang teh tersebut menjadi pertimbangan
sangat bermanfaat, terbuat dari pucuk masyarakat dalam hal pemilihan konsumsi
tanaman teh (Camellia sinensis), melalui teh. Teh hijau yang tidak mengalami
proses pengolahan tertentu. Sedangkan fermentasi memiliki aktivitas antioksidan
jahe (Zingiber officinale) dan temulawak yang lebih tinggi dibandingkan dengan teh
(Curcuma xanthorrhiza) merupakan hitam. Menurut Daniells (2008), teh hijau
sumber antioksidan dan dalam bidang mengandung 30-40% polifenol, sedangkan
kesehatan dimanfaatkan untuk obat teh hitam hanya 3-10%. Oleh karena itu
tradisional. (Arifin, dkk., 1994 dan penelitian ini ingin membuktikan apakah
Santoso,dkk., 2011). terdapat perbedaan antara teh hijau atau teh
Dunia perdagangan di Indonesia teh hitam terhadap karakteristik minuman teh
merupakan salah satu komoditi ekspor enkapsulasi. Penambahan konsentrasi
berupa teh hitam dan teh hijau, selain teh campuran ekstrak jahe merah dan
di Indonesia juga kaya akan dengan bahan temulawak dikarenakan penggunaan
pangan rimpang yang belum dikenal luas kombinasi antioksidan telah terbukti
oleh masyarakat. Pertambahan produksi mampu meningkatkan aktivitas ntioksidan
teh pada tahun 2009 sebanyak 107,4 ton. dibandingkan bila dipergunakan secara
Volume ini melonjak menjadi sebanyak terpisah, sehingga pencampuran ekstrak
109 ton pada tahun 2010. Sedangkan pada rempah ke dalam produk minuman teh ini
tanaman rimpang pada tahun 2009 diharapkan juga mampu memberikan
memproduksi sebanyak 155 juta kg dan kombinasi antioksidan dengan aktivitas

1
2

yang lebih tinggi dibandingkan bila hanya negatif. Khasiat yang dimiliki oleh
digunakan secara terpisah (Nurramadhani, minuman teh berasal dari kandungan zat
2011). biaoaktif yang terdapat dalam daun teh.
Penganekaragaman produk teh Menurut La Vecchia et al. (1992); Bravo
dengan rimpang dapat diolah dalam (1998); Pambudi (2003), teh memiliki
berbagai bentuk untuk memudahkan khasiat kesehatan karena mengandung zat
konsumen mengkonsumsinya serta bioaktif yang disebut polifenol terutama
meningkatkan nilai jualnya. Salah satu katekin teh yang bersifat sebagai senyawa
diantaranya dalam penelitian ini adalah antioksidan yang berperan dalam meredam
bentuk minuman teh enkapsulasi. aktifitas radikal bebas yang sangat
Kokristalisasi merupakan suatu teknik berbahaya bagi tubuh sehingga bermanfaat
dalam proses mikroenkapsulasi, yaitu bagi pencegahan beberapa penyakit kronis
suatu teknik untuk memasukkan komponen misalnya penyakit jantung dan kanker.
atau senyawa kedalam dan diantara kristal Prinsip pembuatan teh enkapsulasi
sukrosa (Jackson and Lee, 1991). ini adalah dengan proses
Minuman fungsional ini dibuat untuk mikroenkapsulasi. Proses ikroenkapsulasi
kalangan anak-anak sampai dewasa agar yang sudah kembangkan saat ini sangat
menyukai serta mengetahui banyak banyak. Berbagai macam metode proses
manfaat dari minuman teh enkapsulasi. mikroenkapsulasi yang sudah dievaluasi
Manfaat teh bagi kesehatan yaitu dan dikomersilkan untuk penggunaan pada
untuk penyakit jantung koroner, diabetes bahan makanan, yaitu metode spray
melitus, mengatasi kepikunan, karies gigi, drying, penyalutan dengan suspensi udara,
kanker, dll. Sedangkan jahe merah sangat extrusion, spray cooling atau spray chiling
baik untuk kesehatan sehingga banyak dan ko-kristalisasi (Jackson and Lee,
digunakan sebagai bahan pembuatan jamu 1991). Pemilihan metode di atas umumnya
dan obat herbal, serta temulawak berdasarkan pada pertimbangan ekonomi,
merupakan salah satu jenis tumbuhan obat- sifat bahan baku dan sebagainya. Bahan
obatan asli Indonesia. Komponen utama penyalut yang digunakan dalam teknik
rimpang temulawak terdiri dari pati ko-kristalisasi adalah sukrosa. Maka
48.18% - 59.64% untuk membantu proses Penelitian ini dalam proses pemubuatannya
metabolisma dan fisiologi organ badan, menggunakan mollen dryer sehingga
Serat 2.58% - 4.83% untuk memulihkan bernilai ekonomis serta mempelajari
kecergasan badan (bersifat tonik), pembuatan produk minuman fungsional
Kurkumin 1.60% - 2.20% untuk dengan memanfaatkan jahe merah dan
melancarkan proses pencernaan tubuh dan temulawak yang dicampur dengan teh
Minyak asiri 6.00% - 10.00% untuk dengan proses enkapsulasi, sehingga
meningkatkan fungsi ginjal. Manfaat minuman tersebut dapat bermanfaat bagi
temulawak yang lainnya yaitu dapat yang mengonsumsinya dan dapat bertahan
mengatasi serta mencegah berbagai lama umur simpan dari minuman tersebut.
penyakit seperti: penyakit hepatitis, liver,
Identifikasi Masalah
produksi cairan empedu, radang empedu,
Permasalahan pada penelitian ini
radang lambung, melancarkan pencernaan,
dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
hingga penyakit gangguan ginjal (Rozi,
1. Bagaimana perbandingan teh hitam dan
2011 dan Panuju, 2011).
teh hijau terhadap karakteristik minuman
Manfaat yang dihasilkan dari
teh enkapsulasi.
minuman teh adalah memberikan rasa
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi
segar, dapat memulihkan kesehatan badan
campuran ekstrak jahe merah dan
dan terbukti tidak menimbulkan dampak
3

temulawak terhadap karakteristik minuman tidak menguntungkan. Salah satu teknik


teh enkapsulasi. mikroenkapsulasi yang sederhana adalah
3. Bagaimana interaksi perbandingan teh ko-kristalisasi. Ko-kristalisasi adalah suatu
hitam dan teh hijau serta konsentrasi cara atau teknik untuk memasukkan
campuran ekstrak jahe merah dan komponen atau senyawa ke dalam dan di
temulawak terhadap karakteristik minuman antara kristal sukrosa (Jackson and Lee,
teh enkapsulasi. 1991).
Produk minuman instant teh jahe
Tujuan Penelitian
dan temulawak merupakan produk herbal
Tujuan dilakukan penelitian ini,
berupa minuman dalam bentuk serbuk siap
adalah mempelajari pengaruh penambahan
seduh yang menyegarkan dan
jenis teh, konsentrasi campuran ekstrak
menyehatkan. Teh yang digunakan dalam
jahe dan temulawak dan interaksi antara
minuman instant di pasaran menggunakan
penambahan jenis teh dan konsentrasi
teh hitam dan teh hijau. Menurut Sari
campuran ekstrak jahe dan temulawak
(2011), penelitian tentang minuman ringan
terhadap karakteristik minuman teh
fungsional teh mengkudu yang
enkapsulasi.
menggunakan perbandingan terbaik teh
Manfaat Penelitian hitam dengan mengkudu yaitu 90%:10%
Manfaat dari penelitian yang serta perbandingan terbaik teh hijau
dilakukan adalah : dengan mengkudu yaitu 80%:20%.
(1) Penelitian ini diharapkan dapat Menurut Pramana (2011), penelitian
memberikan informasi kepada masyarakat tentang teh rosela instant menunjukkan teh
tentang penambahan teh dalam pembuatan rosela 80% sangat berpengaruh terhadap
minuman teh enkapsulasi. karakteristik minuman tersebut dan yang
(2) Penelitian ini diharapkan memberikan disukai oleh panelis yang terdiri dari rasa,
informasi kepada masyarakat tentang aroma dan warna. Menurut Perwatasari
konsentrasi campuran ekstrak jahe dan (2009), hasil penelitian menunjukkan
temulawak dalam pembuatan minuman teh bahwa kadar fenol dan aktivitas
enkapsulasi. antioksidan teh hijau (Taruju dan Kepala
(3) Manfaat lain untuk ilmu pengetahuan Jenggot) lebih tinggi dibandingkan dengan
adalah dapat memberikan informasi kadar fenol dan aktivitas antioksidan teh
pengembangan teknologi serta pengolahan hitam (Sariwangi dan Cap Botol). semakin
serta wawasan yang luas dalam membuat tinggi kadar fenol, semakin tinggi pula
minuman teh enkapsulasi dengan kapasitas antioksidan dalam teh.
penambahan konsentrasi campuran ekstrak Penambahan konsentrasi ekstrak teh
jahe dan temulawak. hitam atau ekstrak teh hijau diharapkan
Kerangka Pemikiran dapat berpengaruh pada karakteristik
Produk minuman teh dalam minuman teh enkapsulasi. Menurut Sari
penelitian ini dibuat dalam bentuk (2011), pembuatan ekstrak teh dilakukan
minuman teh enkapsulasi. Menurut Wu et dengan ekstraksi 5 kali sampai cairan yang
al., (2000) Enkapsulasi adalah suatu proses dihasilkan berwarna coklat bening.
pembungkusan (coating) suatu bahan inti, Menurut Ananda, (2009), penelitian
dalam hal ini adalah bakteri probiotik terhadap karakteristik organoleptik
sebagai bahan inti dengan menggunakan minuman fungsional teh hijau (Camelia
bahan enkapsulasi tertentu, yang sinensis) rempah instan (jahe dan asam
bermanfaat untuk mempertahankan jawa) menghasilkan uji kesukaan terhadap
viabilitasnya dan melindungi probiotik dari 30 panelis mahasiswa menunjukan bahwa
kerusakan akibat kondisi lingkungan yang formula terbaik yang dapat diterima
4

panelis pada formula 15:4:1, yaitu aroma penelitian tentang minuman fungsional
(90%), rasa (73.33%) dan warna (70%). tradisional dari sari jahe dengan sari sereh
Penerimaan umum dihitung berdasarakan menghasilkan minuman campuran sari jahe
persentase penerimaan aroma (40%), rasa
(30%) dan warna (30%). Pada uji sereh yang disukai adalah minuman
nonparametrik Friedman warna minuman dengan perbandingan jahe : sereh yaitu
pada ketiga formula tidak berbeda nyata 3:1, 1:1, 1:2 (v/v). Minuman sari sereh dan
sedangkan pada aroma, rasa dan carnpuran sari jahe sereh wama, rasa dan
penerimaan umum berbeda nyata (α = aroma tidak berbeda nyata berdasarkan uji
0.05). Menurut Abbas (2006), penelitian ANAVA pada taraf kepercayaan 95%.
terhadap minuman fungsional berbahan Maka pada penelitian ini campuran ekstrak
dasar teh dan kayu manis untuk penderita jahe merah dengan ekstrak temulawak
diabetes dari hasil analisis terhadap untuk menentukan yang terbaik dari
campuran seduhan teh-kayu manis-gum perbandingan 1:1, 3:1 dan 5:1.
arab diperoleh pH 4,57 dan total fenol Penelitian Nurramadhani (2011),
39,98±0,85 mg/ml pembuatan teh jahe instan yang terbaik
Penambahan konsentrasi ekstrak jahe yaitu 90%:10% serta penelitan yang
merah dan temulawak juga diharapkan dilakukan Wardhani (2000), pembuatan
dapat berpengaruh dalam karakteristik kopi jahe instant yang terbaik yaitu
minuman teh enkapsulasi. Menurut Dewi 80%:20% dan penelitian yang dilakukan
(2011), hasil penelitian menunjukkan hasil Sasilia (2011), pembuatan minuman kopi
analisis deskripsi presentase kelayakan jahe yang terbaik yaitu 85%:15%.
kandungan non zat gizinya adalah 48,70 % Kesimpulan yang dapat diambil yaitu
dan berada di interval 36-51,99 %, artinya untuk menentukan perbandingan teh hitam
sifat atau karakteristik inderawi kandungan dan teh hijau serta perbandingan ekstrak
non zat gizi minuman instan ekstrak jahe merah dan temulawak, yang
temulawak dan ekstrak mengkudu sebagai digunakan dalam pembuatan minuman teh
minuman kesehatan hasil eksperimen enkapsulasi yaitu 70%:30%; 60%:40% dan
terbaik adalah agak tajam, meliputi : 50%:50%.
warna, aroma, bau dan rasa minuman
Hipotesa Penelitian
temulawak dan mengkudu agak tajam
Berdasarkan kerangka pemikiran
seperti agak menyerupai sifat atau
dapat diajukan hipotesa, bahwa diduga
karakteristik inderawi temulawak.
perbandingan jenis teh serta konsentrasi
Menurut Wardhani (2000),
campuran ekstrak jahe merah dan ekstrak
penambahan ekstrak jahe pada penelitian
temulawak yang berbeda, serta interaksi
karakteristik produk kopi jahe instant yang
antara keduanya berpengaruh terhadap
terbaik dan disukai oleh panelis yaitu pada
karakteristik dari minuman teh
perbandingan presentase 22%:78%.
enkapsulasi.
Menurut Kurniati (2002), temulawak
instan yang dihasilkan dengan Waktu dan Tempat Penelitian
penyangraian memiliki sifat kelarutan yang Penelitian ini dimulai dari bulan
rendah dan warna yang kurang cerah. Januari 2012 sampai dengan Maret 2012.
Menurut Ratnasari (1998), penambahan Sedangkan tempat penelitian adalah di
sukrosa 550g dan bubur jahe 175g Laboratorium Teknologi Pangan,
terhadap pembuatan mikroenkapsulasi jahe Universitas Pasundan, Bandung dan
menghasilkan rasa yang paling disukai, Universitas Padjajaran Bandung.
aroma yang cukup tajam dan warna yang
relatif disukai. Menurut Prihantin (2003),
5

BAHAN, ALAT DAN METODE Penelitian ini terdiri dari rancangan


PENELITIAN perlakuan, rancangan percobaan,
rancangan respon dan deskripsi.
Bahan dan Alat Penelitian Rancangan Perlakuan
Bahan yang Digunakan Perlakuan yang akan diteliti pada
Bahan baku yang akan digunakan penelitian utama yaitu jenis teh (A) terdiri
dalam pembuatan teh enkapsulasi adalah dari 2 taraf yaitu teh hitam (a1) dan teh
teh hitam dan teh hijau jenis peko hijau (a2) serta konsentrasi campuran jahe
sebanyak 2 kg yang dibeli di pasar baru dan temulawak terbaik (B) terdiri dari 3
bandung, Jahe merah sebanyak 5 kg yang taraf yaitu 50% (b1), 40% (b2) dan 30%
dibeli di pasar baru bandung, temulawak 5 (b3).
kg yang dibeli di pasar cicadas bandung Rancangan Percobaan
dan gula (sukrosa). Rancangan percobaan yang akan
Bahan yang digunakan dalam digunakan pada penelitian utama adalah
analisis kimia adalah etanol 95%, akuades, pola faktorial 2 x 3 dalam Rancangan Acak
reagen Folin Ciocalteau 50%, Na2CO3 5%, Kelompok (RAK) yang diulang sebanyak
dan larutan standar asam galat. 4 kali untuk setiap kombinasi perlakuan
Alat yang Digunakan sehingga diperoleh 24 satuan percobaan.
Alat-alat yang digunakan dalam Adapun desain faktorial rancangan
penelitian ini adalah timbangan kasar percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 3.
kapasitas 2 kg, pisau stainless steel, Tabel 1. Desain Faktorial 2 x 3 dalam
blender, kain kasar, saringan, mollen dryer, Rancangan Acak Kelompok
ayakan. Konsentrasi Ulangan
Alat-alat yang digunakan dalam Jenis Campuran
analisis kimia adalah alat destilasi, toluen, Teh Jahe dan
(A) temulawak,per 1 2 3 4
eksikator, tabung reaksi, gelas piala, pipet
Mohr, vortex , kuvet, stopwatch dan sen (B)
spektrofotometer. a1 b1 (50%) a1b1 a1b1 a1b1 a1b1
Metode Penelitian (Teh b2 (40%) a1b2 a1b2 a1b2 a1b2
hitam)
Pelaksanaan penelitian yang b3 (30%) a1b3 a1b3 a1b3 a1b3
dilakukan terdiri atas dua bagian, yaitu b1 (50%) a2b1 a2b1 a2b1 a2b1
a2
penelitian pendahuluan dan penelitian (Teh b2 (40%) a2b2 a2b2 a2b2 a2b2
utama. hijau)
Penelitian Pendahuluan b3 (30%) a2b3 a2b3 a2b3 a2b3
Penelitian pendahuluan yang Sumber : Gasperz, 1995.
dilakukan yaitu pembuatan teh enkpasulasi Denah (Layout) Rancangan
dengan perbandingan 50%:50% dengan Percobaan pada percobaan ini adalah
penentuan perbandingan jahe merah dan sebagai berikut :
temulawak yang terbaik dari perbandingan Kelompok Ulangan Pertama
(1:1); (3:1) dan (5:1) dengan pengujian a2b2 a1b2 a2b1 a1b1 a2b3 a1b3
organoleptik terhadap warna, aroma dan Kelompok Ulangan Kedua
rasa. Sebelumnya dilakukan analisis kadar a2b2 a2b1 a2b3 a1b2 a1b3 a1b1
polifenol pada ekstrak teh hitam dan teh
Kelompok Ulangan Ketiga
hijau yang nantinya akan dibandingkan
a2b3 a1b1 a2b2 a1b2 a1b3 a2b1
dengan minuman teh enkapsulasi.
Penelitian Utama Kelompok Ulangan Keempat
a2b2 a2b1 a1b3 a1b2 a2b3 a1b1
Model statistik yang digunakan adalah :
6

Yijk = µ + Kk + Ai + Bj + mengetahui sejauh mana perbedaan dari


(AB)ij + ∑ijk masing-masing perlakuan dengan
Dimana : menggunakan uji Duncan taraf 5 % (LSR
Yijk = Hasil pengamatan dari kelompok Test) untuk mengetahui mana yang berbeda
ke-i yang memperoleh taraf ke-i dari nyata (Gaspersz, 1995).
faktor A (konsentrasi jenis teh) dan Tabel 2. Analisis Varians (Anava)
taraf ke-j dari faktor B (konsentrasi F
campuran l ekstrak jahe merah dan Sumber
db JK KT
F tab
ekstrak temulawak). Varians hitung el
µ = Rata-rata umum yang sebenarnya 5%
Kk = Efek taraf kelompok ke-k Kelompok r–1 JKK KTK - -
Ai = Efek taraf ke-i faktor konsentrasi Perlakuan ab-1 - - - -
A a-1 JK (A) KT (A) KT(A)/ 3,63
jenis teh
B b-1 JK (B) KT (B) KTG 3,63
Bj = Efek taraf ke-j faktor konsentrasi AB (a-1)(b- JK KT KT(B)/ 3,01
campuran ekstrak jahe merah dan 1) (AB) (AB) KTG
temulawak KT(AB
(AB)ij = Efek interaksi antara taraf ke-i )/KTG
faktor konsentrasi jenis teh dan taraf Galat (r-1) JKG KTG - -
ke-j konsentrasi campuran ekstrak (ab-1)
jahe merah dan temulawak. Total rab-1 JKT - - -
∑ijk = Efek galat percobaan pada Sumber : Gaspersz (1995).
kelompok ke-k yang memperoleh Keterangan :
taraf ke-i faktor A (konsentrasi jenis r = replikasi (ulangan)
teh) dan taraf ke-j faktor B t = perlakuan
(konsentrasi campuran ekstrak jahe A = konsentrasi jenis teh
merah dan temulawak). B = konsentrasi campuran ekstrak
i = 1, 2, 3 untuk konsentrasi jenis teh jahe merah dan temulawak
j = 1, 2, 3 untuk konsentrasi DB = derajat bebas
campuran ekstrak jahe merah dan JK = jumlah kuadrat
temulawak. KT = kuadrat tengah
Rancangan Analisis 3.2.2.4. Rancangan Respon
Dengan menggunakan data diatas Analisa produk akhir yang
dapat dibuat tabel analisis varians dilakukan pada penelitian ini meliputi :
(ANAVA), selanjutnya ditentukan daerah (1) Analisis kimia, (2) Analisis fisik dan
penolakan hipotesis, yaitu : (3) Uji organoleptik.
1. Ho ditolak, jika F hitung < F tabel,
A. Analisis Kimia
apabila penggunaan teh, konsentrasi
1. Kadar polifenol total
campuran ekstrak jahe merah dan
Analisis kadar polifenol total pada
temulawak serta interaksinya tidak
ektrak teh hijau dan teh hitam perlu
berpengaruh terhadap mutu minuman teh
dilakukan karena secara keseluruhan dari
enkapsulasi, sehingga tidak perlu
teh memiliki kadar polifenol. Metode yang
dilakukan uji lanjut.
digunakan adalah metode Follin-ciocalteu
2. Ho diterima, jika F hitung > F tabel,
(Andarwulan et al., 1999).
apabila penggunaan teh, konsentrasi
2. Kadar air
campuran ekstrak jahe merah dan
Analisis kadar air perlu dilakukan
temulawak serta interaksinya berpengaruh
karena untuk mengetahui kadar air yang
terhadap mutu minuman teh enkapsulasi,
dimiliki oleh minuman teh enkapsulasi
sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk
karena kandungan air dalam bahan
7

makanan ikut menentukan acceptability, Tabel 3. Kriteria Skala Hedonik


kesegaran, dan daya tahan bahan itu. Skala Mutu Skala Kriteria
Metode yang digunakan adalah destilasi Hedonik
(Sudarmadji, dkk., 1997). Sangat Tidak suka 1
B. Analisis Fisik Tidak Suka 2
1. Uji stabilitas Normal 3
Uji stabilitas yang digunakan untuk Agak Suka 4
mengetahui total padatan (TSS) pada Suka 5
minuman teh enkapsulasi. 1. Kadar Gula Reduksi
2. Uji Waktu Larut Setelah dilakukan uji organoleptik,
Uji waktu larut yang digunakan maka dilakukan pemilihan 3 produk
untuk mengetahui berapa waktu larut yang terpilih yang akan dilakukan uji gula
dibutuhkan pada minuman teh enkapsulasi reduksi. Analisis kadar gula reduksi perlu
dengan menggunakan stopwatch. Metode dilakukan untuk mengetahui kadar gula
yang digunakan adalah metode Herbert reduksi yang dimiliki oleh minuman teh
(Wahyuningsih, 2004). enkapsulasi. Metode yang digunakan
C. Uji Organoleptik adalah luff schoorl (Sudarmadji, dkk,
Uji organoleptik produk minuman 1997).
teh enkaspsulasi dilakukan terhadap warna, Deskripsi Penelitian
aroma dan rasa. Uji organoleptik ini Penelitian pendahuluan
menggunakan metode Uji Hedonik, Pembuatan Ekstrak teh
dengan menggunakan metode ini kriteria a. Penyiapan bahan dan penimbangan
penilaian ditentukan berdasarkan kesan Persiapkan bahan teh yang
yang didapat oleh panelis terhadap digunakan dua jenis yaitu teh hitam dan
sampel-sampel yang disajikan pada 15 teh hijau. Bahan yang digunakan teh dalam
orang panelis. Dari hasil uji organoleptik keadaan bubuk dan tanpa ada tambahan
ini kemudian dilakukan uji kenormalan dari bahan yang lain nya. Kemudian teh
untuk produk minuman teh enkaspsulasi. yang digunakan ditimbang sesuai yang
Data yang dihasilkan berdasarkan dibutuhkan dalam pembuatan minuman teh
uji normal/tidak normal selanjutnya enkapsulasi. Teh yang digunakan sebanyak
dilakukan Uji Rentang Duncan untuk 2 gram.
mengetahui kesan dari para panelis. b. Penyeduhan
Adapun kriteria penilaiannya yaitu : nilai Teh yang telah disiapkan kemudian
1 (sangat tidak suka), nilai 2 (Tidak Suka), diseduh dengan air hangat yang suhu nya
nilai 3 (Normal), nilai 4 (Agak Suka), dan berkisar 80-90ºC. Kemudian diseduh
nilai 5 (Suka). Data hasil uji organoleptik selama 10 menit.
yang digunakan (Penilaian Inderawi) c. Ekstraksi
kemudian dianalisis dengan menggunakan Teh yang telah diseduh selama 10
Uji Rentang Duncan. menit kemudian ekstraksi dilakukan 2 kali
Kriteria yang digunakan panelis dalam sampai cairan yang dihasilkan berwarna
melakukan penilaian dapat dilihat pada coklat bening. Kemudian dilakukan
Tabel 5. dibawah ini. penyaringan.
d. Penyaringan
Penyaringan teh yang dilakukan
untuk mengambil ekstrak teh dari teh
hitam dan teh hijau.Kemudian ektrak teh
ini dilakukan pengujian analisis kimia.
8

Pembuatan Ekstrak Jahe b. Sortasi


a. Persiapan Bahan Sortasi dilakukan untuk memisahkan
Pada tahap ini dilakukan Temulawak yang baik dan Temulawak
penimbangan jahe yang akan digunakan yang buruk.
sesuai dengan kebutuhan. c. Pencucian
b. Sortasi Temulawak yang telah disortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan dilakukan pencucian untuk menghilangkan
jahe yang baik dan jahe yang buruk. Jahe kotoran seperti tanah yang masih
yang buruk yaitu yang bertekstur lembek menempel pada temulawak.
atau jahe yang sudah busuk, dimana jahe d. Pengupasan
yang buruk tidak akan digunakan sebagai Proses dimana temulawak
bahan baku pembuatan ekstrak jahe. dibersihkan dari kulit dan kotoran lain
c. Pencucian sebelum dilakukan penggilingan.
Jahe yang telah disortasi dilakukan e. Pengirisan
pencucian untuk menghilangkan kotoran Pengirisan pada temulawak
seperti tanah yang masih menempel pada dilakukan untuk memperkecil ukuran
jahe. sehingga memudahkan dalam
d. Pengupasan penggilingan, pengirisan dilakukan dengan
Proses dimana jahe dibersihkan dari pisau.
kulit dan kotoran lain sebelum dilakukan f. Pemarutan
penggilingan. Pemarutan temulawak dilakukan
e. Pengirisan untuk mendapatkan ukuran temulawak
Pengirisan pada jahe dilakukan yang lebih kecil sehingga memudahkan
untuk memperkecil ukuran sehingga dalam proses ekstraksi.
memudahkan dalam penggilingan, g. Ektraksi
pengirisan dilakukan dengan pisau. Ektraksi temulawak dilakukan
f. Pemarutan menggunakan air bersuhu 75º-80ºC selama
Pemarutan jahe dilakukan untuk 30 menit dengan perbandingan antara
mendapatkan ukuran jahe yang lebih kecil temulawak dengan air 1:2.
sehingga memudahkan dalam proses h. Penyaringan
ekstraksi. Penyaringan dilakukan untuk
g. Ektraksi mendapatkan ektrak temulawak yang di
Ektraksi jahe dilakukan inginkan.
menggunakan air bersuhu 75º-80ºC selama Pembuatan Minuman Teh Enkapsulasi
30 menit dengan perbandingan antara jahe a. Pencampuran I
dengan air 1:2. Ekstrak teh dengan ektrak jahe
h. Penyaringan merah:ekstrak temulawak (1:1); (3:1) dan
Penyaringan dilakukan untuk (5:1) dilakukan pencampuran dengan
mendapatkan ektrak jahe merah yang di perbandingan 50%:50%. Setelah tercampur
inginkan. semua kemudian ditambahkan sukrosa.
Pembuatan Ekstrak Temulawak b. Pencampuran II
a. Persiapan Bahan Pencampuran II dilakukan untuk
Pada tahap ini dilakukan menghomogenkan campuran ektrak teh
penimbangan temulawak yang akan dan jahe merah yang ditambahkan sukrosa
digunakan sesuai dengan kebutuhan. dengan perbandingan pencampuran 1:2.
9

c. Pengeringan
Proses pengeringan yang dilakukan
menggunakan mollen dryer, dengan suhu
60ºC selama 4 jam.
d. Penghancuran
Penghancuran dimaksudkan untuk
memperkecil ukuran partikel menjadi
sebuk yang halus. Penghancuran dilakukan
dengan blender.
f. Penyeragaman ukuran
Proses ini bertujuan untuk
menghasilkan ukuran yang seragam, Alat
penyaring yang digunakan berukuran 60
mesh.
Penelitian Utama
Pembuatan Minuman Teh Enkapsulasi
a. Pencampuran I
Ekstrak teh dengan ektrak jahe
merah dan ektrak temulawak terbaik
dilakukan pencampuran dengan
perbandingan 50%:50%, 60%:40% dan
70%:30%. Setelah bercampur semua
kemudian ditambahkan sukrosa. Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
b. Pencampuran II Pendahuluan Pembuatan Ekstrak Teh.
Pencampuran II dilakukan untuk
menghomogenkan campuran ektrak teh
dan jahe merah yang ditambahkan sukrosa
dengan perbandingan pencampuran 1:2.
c. Pengeringan
Proses pengeringan yang dilakukan
menggunakan mollen dryer, dengan suhu
60ºC selama 4 jam.
d. Penghancuran
Penghancuran dimaksudkan untuk
memperkecil ukuran partikel menjadi
sebuk yang halus. Penghancuran dilakukan
dengan blender.
f. Penyeragaman ukuran
Proses ini bertujuan untuk
menghasilkan ukuran yang seragam, Alat
penyaring yang digunakan berukuran 60
mesh.

Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan


Ekstrak Jahe Merah
10

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian


Pendahuluan Pembuatan Teh Enkapsulasi.

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan


Ekstrak Temulawak

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian Utama


Pembuatan Minuman Teh Enkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian Pendahuluan
1. Kadar Polifenol Total Pada Ekstrak Teh
Hitam atau Teh Hijau
Penelitian pendahuluan ini terlebih
dahulu dilakukan analisis kadar polifenol
pada ekstrak teh hitam dan teh hijau.
Tabel 4. Hasil Kadar Polifenol Total Pada
Teh Hitam dan Teh Hijau
11

Konsen Kadar Konse


Kadar
merupakan pelarut nonpolar sedangkan
trasi polyf ntrasi etanol merupakan pelarut polar. Perbedaan
No polyfenol
Teh enol Teh pelarut polar dan nonpolar yaitu senyawa
(%)
Hitam (%) Hijau polar merupakan senyawa yang terbentuk
akibat adanya suatu ikatan antar elektron
1 50% * 5,38 50% 8,14 pada unsur-unsurnya dan senyawa non
polar merupakan senyawa yang terbentuk
akibat adanya suatu ikatan antar elektron
2 60% 5,97 60% 8,10 pada unsur-unsur yang membentuknya.
Hal ini terjadi karena unsur yang
berikatan mempunyai nilai
2 70% 5,98 70% 8,45 elektronegatifitas yang sama atau hampir
sama (Kurniansyah, 2011). Teh hijau ini
memiliki kandungan polifenol tertinggi,
Keterangan : (*) yang dimaksud dengan
kemudian teh oolong, dan yang terendah
kosentrasi 50%, 60% dan 70% pada teh
adalah teh hitam. Walaupun kedua jenis teh
hitam atau teh hijau adalah faktor A
yang ada berasal dari tanaman yang sama
konsentrasi jenis teh yang diambil dari teh
(Camellia sinensis), terdapat perbedaan
sebanyak 12 gram yang sebelumnya
yang cukup berarti dalam kandungan
dilakukan penelitian oleh Sari, (2011)
polifenolnya (senyawa yang diyakini
tentang pembuatan ekstrak teh.
bermanfaat bagi kesehatan) sehingga
Hasil pengamatan kadar polifenol
kapasitas (aktivitas) antioksidan pada teh
total pada teh hitam dan teh hijau pada
pun berbeda-beda (Mariska, dkk., 2009).
Tabel 4. menunjukkan teh hijau dengan
Perbedaan kandungan polifenol pada
memiliki kadar polifenol yang tinggi.
berbagai jenis teh, terutama dipengaruhi
Menurut Daniells (2008), teh hijau
oleh tahapan fermentasi pada saat
mengandung sekitar 30-40% polifenol,
pengolahannya. Pada awal tahap
sedangkan teh hitam hanya 3-10%
fermentasi, akan terbentuk theaflavin dan
penelitian ini menggunakan pelarut etanol
berkurangnya jumlah polifenol
95% pada pembuatan ekstrak teh, sehingga
(epigalokatekin, epigalokatekin galat, atau
Kadar fenol yang dihasilkan pada teh hijau
epikatekin galat). Pada akhir tahap
penelitian ini relatif kecil, hal ini
fermentasi, sebagian theaflavin akan
disebabkan ekstrak teh hijau yang
diubah menjadi thearubigin. Komponen
dihasilkan menggunakan pelarut polar
polifenol mudah teroksidasi menjadi
sehingga kadar fenol yang terambil hanya
bentuk lain yang dapat mengurangi
sedikit. Serta perbedaan dari teh hitam dan
kemampuannya sebagai antioksidan
teh hijau adalah teh hijau pada proses
(Mariska, dkk., 2009).
pembuatannya tidak dilakukan proses
fermentasi, sedangkan pada teh hitam 2. Uji Organoleptik
dilakukan proses fermentasi, sehingga Penelitian pendahuluan yang
kadar fenol yang dihasilkan lebih kecil dilakukan yaitu pembuatan teh enkapsulasi
dibandingkan dengann teh hijau. dengan perbandingan 50%:50% dengan
Teh hijau mengandung lebih dari penentuan perbandingan jahe merah dan
36% polifenol dengan menggunakan temulawak yang terbaik dari perbandingan
pelarut etanol 95%, sekalipun jumlah ini (1:1); (3:1) dan (5:1) dengan pengujian
masih dipengaruhi oleh cuaca (iklim), organoleptik terhadap warna, aroma dan
varietas, jenis tanah, dan tingkat rasa, menggunakan 15 orang panelis.
kemasakan (Sibuea, 2003). Perbedaan Tabel 5. Hasil Organoleptik Uji Hedonik
pelarut air dengan etanol yaitu air
12

Banyaknya senyawa fenol dalam teh


Sampel WARNA AROMA RASA ditentukan dengan menggunakan metode
folin ciocalteau. Metode folin ciocalteau
X
a1b1 2,47 3,00 1,93 merupakan salah satu metode termudah
a1b2 2,93 4,00 3,13 untuk mengukur aktivitas antioksidan dari
produk alami. Pada penentuan kadar fenol
a1b3 4,20 4,20 3,53 ini digunakan standar asam galat. Hal ini
a2b1 4,60 4,27 3,53 dikarenakan asam galat lebih stabil
a2b2 4,40 4,07 3,67 dibandingkan dengan asam tanat yang juga
bisa digunakan untuk membuat standar.
a2b3 4,67 3,93 4,13 Berdasarkan hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa jenis teh dan
Tabel 5. dapat diketahui bahwa
konsentrasi campuran ekstrak jahe merah
berdasarkan hasil uji organoleptik, maka
dan temulawak serta interaksi keduanya
didapatkan perlakuan terpilih untuk
berpengaruh terhadap kadar polifenol total
digunakan pada penelitian utama yaitu teh
pada minuman teh enkapsulasi yang
enkapsulasi dengan perbandingan jahe
dihasilkan. Perbedaan perlakuan jenis teh
merah dan temulawak (5:1) pada perlakuan
berpengaruh terhadap kadar polifenol total
a2b3. Hal ini dikarenakan kandungan jahe
dapat dilihat pada Tabel 6.
merah yang terdapat pada minuman
Tabel 6. Nilai Rata-rata Jenis Teh terhadap
tersebut terasa hangat dan memiliki rasa
Kadar Polifenol Total Teh Enkapsulasi
yang tidak begitu pahit sehingga panelis
menyukainya. Berdasarkan beberapa Jenis Teh (A) Nilai Rata-rata
penelitian Kandungan oleoresin setiap
jenis jahe berbeda-beda. Oleoresin jahe A1 0,60 a
bisa mencapai 3% tergantung jenis jahe A2 1,26 b
yang bersangkutan. Jahe merah rasa
Keterangan : Rata-rata yang diikuti oleh
pedasnya tinggi disebabkan kandungan
huruf yang berbeda menunjukkan
oleoresinnya tinggi, sedangkan jahe gajah
perbedaan yang nyata menurut uji Duncan
atau jahe badak rasa pedasnya kurang
pada taraf 5%.
karena kandungan oleoresinnya sedikit
(Rozi, 2011). Hasil pengamatan nilai rata-rata
jenis teh terhadap kadar polifenol total teh
Penelitian Utama
enkapsulasi pada Tabel 8. menunjukkan
A. Analisis Kimia
bahwa jenis teh a1 (teh hitam) memiliki
1. Kadar Polifenol Total Pada Jenis Teh
nilai rata-rata kadar polifenol lebih tinggi
Minuman Teh Enkapsulasi
dibanding dengan a2 (teh hijau) serta
Teh merupakan minuman yang telah
memberikan perbedaan yang nyata pada
lama diyakini khasiatnya bagi kesehatan
nilai kadar polifenol total minuman teh
tubuh karena kandungan antioksidannya.
enkapsulasi. Kadar polifenol total pada teh
Teh mengandung senyawa kimia polifenol
hijau lebih tinggi dibandingkan dengan teh
yang merupakan suatu kelompok
hitam hal ini disebabkan pada kedua jenis
antioksidan yang secara alami terdapat
teh ini disebabkan oleh perbedaan proses
pada sayur-sayuran, buah-buahan, dan
pengolahannya. Teh hijau dibuat dengan
minuman seperti teh dan anggur Polifenol
cara non-fermentasi. Pada proses
mempunyai kemampuan untuk
pengolahan tersebut terjadi inaktifasi
menghambat reaksi oksidasi (antioksidan)
enzim oksidase atau fenolase yang ada
dan menangkap radikal bebas (antiradikal)
dalam pucuk daun teh segar, sehingga
(Pambudi, 2004).
oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat
13

dicegah. Sebaliknya teh hitam dibuat Temulawak terhadap Kadar Polifenol Total
dengan cara fermentasi dengan Teh Enkapsulasi
memanfaatkan terjadinya oksidasi Konsentrasi
enzimatik terhadap kandungan katekin teh Campuran
(Hartoyo, 2003). Hal tersebut juga Ekstrak Jahe Nilai Rata-rata
diperkuat menurut penelitian Sari, (2011) Merah dan
bahwa kadar polifenol total pada teh Temulawak
hitam-mengkudu berkisar 0,72-1,23% dan B1 1,07 a
teh hijau-mengkudu 0,91-1,44%, sehingga B2 0,91 b
kadar polifenol total yang paling tinggi B3 0,82 c
pada teh hijau dibandingkan dengan teh Keterangan : Rata-rata yang diikuti oleh
hitam serta hasil kandungan polifenol total huruf yang berbeda menunjukkan
pada teh-mengkudu dengan teh perbedaan yang nyata menurut uji Duncan
enkapsulasi tidak jauh berbeda. Perbedaan pada taraf 5%.
kandungan polifenol dikarenakan pada teh
hitam polifenolnya sebagian besar
teroksidasi selama proses fermentasi,
sehingga polifenol dalam teh hitam
berkurang kandungannya. Kadar Polifenol
Total pada jenis teh minuman teh
enkapsulasi mengalami penurunan
dibandingkan dengan kadar polifeno total
pada ekstrak teh hitam atau teh hijau yaitu
dari 8,45% sampai 1,26% pada ekstrak teh
hijau, hal ini disebabkan senyawa polifenol
merupakan senyawa volatil yang akan Gambar 6. Nilai Rata-rata konsentrasi
hilang pada proses pemanasan. Campuran Ekstrak Jahe Merah dan
Berdasarkan hasil tersebut, terbukti Temulawak Teh Enkapsulasi.
bahwa kapasitas (aktivitas) antioksidan Tabel diatas dapat dilihat bahwa
pada teh hijau relatif lebih tinggi konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah
dibandingkan dengan kapasitas (aktivitas) dan Temulawak b1 (50%) memiliki kadar
antioksidan pada teh hitam. Ini disebabkan polifenol yang tinggi. Semakin besar
oleh proses fermentasi yang dialami oleh penambahan konsentrasi Campuran
teh hitam yang menyebabkan kandungan Ekstrak Jahe Merah dan Temulawak
senyawa antioksidannya menurun terhadap formulasi minuman Teh
(Mariska, dkk., 2009). Enkapsulasi menunjukkan kadar polifenol
2. Kadar Polifenol Total Pada Konsentrasi total yang meningkat, tetapi kadar
Campuran Ekstrak Jahe Merah dan polifenol total tersebut nilainya sangat
Temulawak terhadap Kadar Polifenol Total kecil hal ini disebabkan kadar polifenol
Teh Enkapsulasi pada jahe merah dan temulawak sangat
Perbedaan perlakuan Konsentrasi sedikit hanya berkisar 1-2% dibandingkan
Campuran Ekstrak Jahe Merah dan dengan kandungan total polifenol teh
Temulawak berpengaruh terhadap kadar hitam dan teh hijau, sehingga dapat
polifenol total dapat dilihat pada Tabel 7. menurunkan kandungan polifenol
minuman (Sari, 2011).
Tabel 7. Nilai Rata-rata Konsentrasi
Campuran Ekstrak Jahe Merah dan 3. Kadar Polifenol Total Pada Interaksi
Konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah
14

dan Temulawak terhadap Kadar Polifenol jahe merah dan temulawak terhadap kadar
Total Teh Enkapsulasi polifenol total teh enkapsulasi pada
Perbedaan perlakuan Interaksi Tabel 8. Menunjukkan pada jenis teh hijau
Konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah dan konsentrasi campuran ekstrak jahe
dan Temulawak berpengaruh terhadap merah dan temulawak pada minuman teh
kadar polifenol total dapat dilihat pada enkapsulasi dimana pada konsentrasi
Tabel 8. (50%:50%) memiliki kadar polifenol yang
Tabel 8. Pengaruh Interaksi Konsentrasi paling tinggi, hal ini disebabkan yang
Campuran Ekstrak Jahe Merah dan paling banyak berpengaruh yaitu kadar
Temulawak terhadap Kadar Polifenol Total polifenol total pada konsentrasi campuran
Teh Enkapsulasi ekstrak jahe merah dan temulawak, pada
Konsentrasi campuran Jahe penelitian sebelumnya yaitu Sari, (2011)
Jenis merah dan temulawak kadar polifenol total yang dihasilkan dari
teh b3 jahe merah dan temulawak berkisar 1-2%,
b1 (50%) b2(40%) hal tersebut lebih tinggi dibandingkan
(30%)
dengan kadar polifenol total pada ekstrak
A A A teh hitam 0,6% dan teh hijau 1,2%. jadi
a1 semakin banyak konsentrasi yang
(Teh ditambahkan maka semakin tinggi pula
Hitam) 0,53 0,42 0,39 kadar polifenol total namun sebaliknya
c b a apabila konsentrasi yang ditambahkannya
B B B sedikit maka semakin rendah pula kadar
a2 polifenol total yang dihasilkan. Menurut
(Teh Wang et al. (1994) dan Shahidi dan Naczk
Hijau) 1,07 0,94 0,84 (1995), kandungan utama polifenol teh
c b a adalah flavanol (katekin, galokatekin,
Keterangan : 1. Huruf (kecil) epikatekin, epikatekin galat, pigalokatekin,
dan epigalokatekin galat), flavonol
dibaca arah baris, huruf yang berbeda
menyatakan perbedaan yang nyata pada (quercetin, kaemferol, dan glikosidanya),
flavone (vixetin dan iso vixetin), asam
taraf 5%.
2. Huruf (besar) dibaca fenolik (asam galat dan asam klorogenat).
Ditambahkan oleh Hartoyo (2003),
arah kolom, huruf yang
berbeda menyatakan pada teh hitam polifenolnya didominasi
oleh theaflavin dan thearubigin. Dalam
perbedaan yang nyata
pada taraf 5%. proses pembuatan teh hitam, katekin
dioksidasi secara enzimatik membentuk
pigmen teh hitam yaitu theaflavin dan
thearubigin. Sedangkan dalam jahe merah
dan temulawak terdapat komponen
kurkuminoid dan minyak atsiri yang
menunjukkan potensi sebagai antioksidan.
Jenis-jenis polifenol yang disebutkan di
atas berpengaruh pada kandungan
Gambar 7. Nilai rata-rata interaksi polifenol pada minuman fungsional teh
konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah enkapsulasi.
dan Temulawak Teh Enkapsulasi Kadar polifenol total pada ekstrak
Hasil pengamatan pengaruh teh hitam dan teh hijau pada penelitian
interaksi konsentrasi campuran ekstrak pendahuluan dibandingkan dengan kadar
15

polifenol total pada minuman teh enkapsulasi juga sama yaitu 60ºC sehingga
enkapsulasi. Kadar polifenol total yang air yang diuapkan jumlahnya akan sama.
tinggi pada teh hijau yaitu sebesar 8,45% Tabel 9. Hasil Rata-rata Kadar Air pada
tetapi hasil kadar polifenol total pada Minuman Teh Enkapsulasi
minuman teh enkapsulasi pada teh hijau
Sampel rata-rata % kadar air
yang tinggi yaitu sebesar 1,070%, maka
terjadi penurunan kadar polifenol, hal ini a1b1 1,260
disebabkan ekstrak yang dihasilkan
a1b2 1,259
menggunakan pelarut polar sehingga
senyawa polifenol yang terdapat pada teh, a1b3 1,260
jahe merah dan temulawak tidak tertarik
secara sempurna. Hasil kadar polifenol a2b1 1,261
yang tertinggi tidak jauh berbeda dengan a2b2 1,261
kadar polifenol total minuman a2b3 1,261
teh-mengkudu (Sari, 2011).
Menurut deroiser (1988), selama
Menurut Sibuea, (2003) faktor yang
pengeringan bahan pangan kehilangan
mempengaruhi stabilitas penurunan kadar
kadar air, yang menyebabkan naiknya
polifenol total yaitu proses fermentasi pada
kadar kandungan zat aktif di dalam masa
teh, proses pemanasan pada pengolahan
yang tertinggal. Kandungan air dalam
teh dan pelarut yang digunakan untuk
bahan pangan ikut menentukan
mengekstrak teh tersebut. Polifenol
acceptability, kesegaran dan daya tahan
merupakan suatu kelompok antioksidan
bahan itu.
yang secara alami terdapat dalam teh dan
Hasil pengamatan rata-rata kadar air
katekin termasuk salah satu antioksidan
pada minuman teh enkapsulasi pada Tabel
golongan flavanol dalam teh (Daniells,
9. menunjukkan bahwa kadar air yang
2008).
paling tinggi yaitu sebesar 1,261. Menurut
4. Kadar Air
SNI Serbuk Minuman Jeruk (Buah)
Air dalam bahan pangan bisa
memiliki kadar air maks. 0,5%, sedangkan
terdapat diantara sel-sel maupun terdapat
pada minuman teh enkapsulasi memiliki
di dalam sel. Air bebas terdapat di dalam
kadar air diatas 0,5% hal ini disebabkan
jaringan, sedangkan air terikat biasanya di
karena pada kadar air cenderung menurun
dalam sel. Air bebas mudah dihilangkan
dengan naiknya konsentrasi sukrosa.
dengan penguapan atau pengeringan,
Penambahan sukrosa berpengaruh terhadap
sedangkan air terikat sangat sukar untuk
kadarair dan semakin banyak penambahan
dihilangkan.
sukrosa maka semakin rendah kadar air.
Berdasarkan hasil analisis statistik
Hal ini disebabkan kemampuan sukrosa
menunjukkan bahwa jenis teh, konsentrasi
yang dapat mengikat air, sehingga semakin
campuran dari ekstrak jahe merah dan
besar presentase penambahan sukrosa
temulawak dan interaksi keduanya tidak
maka semakin kecil kadar air pada produk.
berpengaruh terhadap kadar air minuman
Sukrosa memiliki kemampuan mengikat
teh enkapsulasi. Pada setiap perlakuan
air (water holding capacitiy) dan berat
yang berbeda menghasilkan minuman teh
molekul yang relatif rendah sehingga dapat
enkapsulasi dengan kadar air yang sama.
mempertahankan produk tetap stabil
Hal ini diduga karena penambahan sukrosa
(Armayanti, 2004). Maka pada penelitian
pada minuman teh enkapsulasi tidak begitu
ini memiliki kadar air diatas 0,5%, namun
besar. Selain itu suhu pengeringan yang
hal tersebut masih dapat menginaktifkan
digunakan dalam pembuatan teh
pertumbuhan mikrooragnisme dan enzim-
enzim tertentu. Menurut penelitian
16

Yuliawati, (2003), bahwa kadar air yang dalam suspensi yang tidak dapat
dihasilkan pada produk mikrokristal wortel disuspensikan kembali atau perubahan
yang terbaik yaitu sebesar 5,28%, hal organoleptik (Farmakope IV, 1994).
tersebut sangat berbeda jauh dengan kadar Brix adalah pengukuran konsentrasi
air pada minuman teh enkapsulasi, ini padatan terlarut dalam suatu larutan. Hal
dikarenakan kadar air pada wortel lebih ini setara dengan jumlah gula dalam
tinggi dibandingkan kadar air pada teh larutan, di mana 1 derajat Brix sama
yaitu sebesar 88,2%. Menurut penelitian dengan 1 gram sukrosa per 100 mL cairan
Wardhani, (2000), bahwa kadar air yang pada suhu tertentu. Pada penelitian ini
dihasilkan dari produk kopi jahe instant menggunakan jumlah sukrosa yang sama
dengan metode gravimetri yang terbaik dengan larutan yaitu 1:2, sehingga
yaitu sebesar 4,07%, hal ini pun sangat kestabilan yang dihasilkan sama.
berbeda jauh dengan kadar air minuman Tabel 10. Uji Kestabilan Minuman Teh
teh enkapsulasi, ini dikarenakan bahan Enkapsulasi (ºBrix)
baku yang digunakan pada pembuatan kopi Nilai rata-rata Uji
jahe instant memiliki kadar air yang lebih Perlakuan Kestabilan (ºBrix)
tinggi dibandingkan dengan kadar air pada
a1b1 1,8
teh.
Bila kandungan air relatif tinggi a1b2 1,9
maka dapat diperkirakan bahan tersebut a1b3 1,8
akan lebih cepat mengalami kerusakan
baik oleh mikroba maupun oleh a2b1 1,9
reaksi-reaksi lain. Persediaan air dalam a2b2 1,9
bahan pangan maka diperkirakan akan
a2b3 1,9
terjadinya ditetapkan karena semakin
tinggi kadar air yang terdapat dalam suatu Tabel 10. menunjukkan bahwa
makanan makin besar pula kemungkinan perlakuan a1b1 sampai a2b3 pada
makanan tersebut cepat rusak atau tidak minuman teh enkapsulasi terlihat
tahan lama (Winarno, 1997). kestabilan yang stabil, sehingga tidak perlu
ditambahkan bahan penstabil pada
B. Analisis Fisika
minuman teh enkapsulasi.
1. Uji Kestabilan
Kestabilan dapat didefinisikan 2. Uji Waktu Larut
sebagai kemampuan suatu produk untuk Berdasarkan hasil analisis statistik
bertahan dalam batas yang ditetapkan dan menunjukkan perbedaan waktu larut
sepanjang periode penyimpanan, sifat dan terhadap perlakuan 6 sampel yaitu a1b1
karakteristiknya sama dengan sampai a2b3. Dimana a1b3 dengan teh
mempengaruhi kestabilan suatu produk hitam 70% dan konsentrasi campuran jahe
adalah faktor lingkungan seperti suhu, merah dan temulawak 30% yang memiliki
radiasi, cahaya, udara dan kelembaban, waktu larut paling cepat yaitu sebesar 6,1
demikian juga faktor seperti ukuran detik, sedangkan pada perlakuan a2b1
partikel, pH, sifat air dan pelarut lain yang dengan teh hijau 50% dan konsentrasi
digunakan, sifat wadah dan adanya bahan campuran jahe merah dan temulawak 50%
kimia lain yang berasal dari kontaminasi yang memiliki waktu larut paling lama
atau dari pencampuran produk berbeda yaitu sebesar 10,4 detik.
yang disengaja dapat mempengaruhi
kestabilan. Ketidakstabilan dapat Tabel 11. Pengujian Waktu Larut Teh
ditunjukkan oleh kekeruhan atau endapan Enkpasulasi
dalam larutan, pecahnya emulsi gumpalan Sampel Waktu Larut
17

a1b1 6,4 detik atau benda melainkan suatu sensasi


a1b2 6,3 detik seorang oleh karena adanya rangsangan
a1b3 6,1 detik dari seberkas energi radiasi yang jatuh ke
a2b1 10,4 detik indera mata atau retina mata. Timbulnya
a2b2 9,1 detik warna dibatasi oleh faktor terdapatnya
a2b3 8,4 detik sumber sinar (Kartika dkk., 1988).
Berdasarkan hasil analisis statistik
Faktor lain yang mempengaruhi menujukkan bahwa jenis teh, konsentrasi
waktu larut adalah zat aktif dalam bahan. campuran ekstrak jahe merah dan
Beberapa kandungan zat aktif memiliki temulawak dan interaksi keduanya tidak
sifat sukar dalam air, seperti pada jahe berpengaruh terhadap warna minuman teh
yang mengandung minyak atsiri. Minyak enkapsulasi yang dihasilkan. Pada setiap
atsiri hanya dapat larut dalam air jika perlakuan yang berbeda menghasilkan
dicampur dengan etanol 95%. Minyak minuman teh enkapsulasi dengan warna
atsiri mengandung sejumlah terpen dan yang sama.
berbagai senyawa turunan benzen yang Nilai rata-rata jenis teh dan konsentrasi
bersifat non polar, sehingga akan campuran ekstrak jahe merah dan
menurunkan daya kelarutan (Guenther, temulawak terhadap warna minuman teh
1987). Jadi semakin tinggi konsentrasi enkapsulasi dapat dilihat pada tabel 12.
serbuk jahe, maka waktu larutnya akan Tabel 12. Nilai Rata-rata Jenis Teh dan
semakin lama. Konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah
C. Uji Organoleptik dan Temulawak terhadap Warna Minuman
Pengujian dengan indera manusia Teh Enkapsulasi
merupakan bagian yang penting, walaupun Perlakuan Nilai Rata-rata
peralatan telah berkembang dengan pesat.
a1b1 3,93
Hal ini disebabkan beberapa sifat
karakteristik seperti rasa, hanya tepat bila a1b2 3,87
dianalisis dengan biological detector yaitu a1b3 3,82
indera manusia. Peralatan hanya mampu a2b1 3,70
menganalisis pada satu komponen saja
sedangkan indera manusia mampu menilai a2b2 3,90
terhadap semua kesan yang timbul secara a2b3 3,90
terpadu sejak bahan disajikan sampai Tabel 12. menunjukkan bahwa
kesan setelah bahan tersebut ditelan perlakuan a1b1 dengan teh hitam 50% dan
(Kartika, dkk., 1988). konsentrasi campuran ekstrak jahe merah
Uji organoleptik penelitian utama dan temulawak 50% yang lebih disukai
pembuatan teh enkapsulasi ini dilakukan panelis dengan nilai rata-rata sebesar 3,93.
terhadap warna, rasa dan aroma. Hal ini disebabkan warna yang dihasilkan
a. Warna dari minuman teh enkapsulasi yaitu
Warna merupakan salah satu faktor berwarna kuning kecoklatan. Warna
penentu pilihan konsumen sebelum faktor kuning yang dihasilkan didapatkan dari
lain dipertimbangkan, karena warna temulawak, karena temulawak
tampak terlebih dahulu terlihat visual dan mengandung senyawa kimia yang
terkadang sangat menentukan bagi pilihan mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu
konsumen (Winarno, 1997). kurkuminoid dan minyak atsiri.
Warna merupakan suatu sifat bahan yang Kurkuminoid terdiri atas senyawa
dianggap berasal dari penyebaran spektrum berwarna kuning kurkumin dan
sinar. Warna bukan merupakan suatu zat turunannya. Kurkuminoid yang memberi
18

warna kuning pada rimpang bersifat Ekstrak Jahe Merah dan Temulawak
antibakteria, anti-kangker, anti-tumor dan terhadap Rasa Minuman Teh Enkapsulasi.
anti-radang, mengandungi anti-oksidan dan Konsentrasi campuran Jahe
hypokolesteromik Warna dari jahe merah merah dan temulawak
Jenis teh
dari ekstrak minyak jahe berbentuk cairan b1 b3
kental berwarna kehijauan sampai kuning, b2(40%)
(50%) (30%)
sedangkan pada teh hitam dalam proses A A A
pengolahannya diberi kesempatan penuh
terjadi fermentasi (mengalami perubahan a1 (Teh Hitam) 3,133 4,317 3,417
kimiawi sempurna sehingga hampir semua a b c
kandungan tanin terfermentasi menjadi A B A
theaflavin dan thearubigin) yang akan a2 (Teh Hijau) 3,733 3,167 3,233
merubah warna daun teh dari hijau menjadi
kecoklatan dan dengan proses pengeringan a b b
berubah menjadi hitam. Pada teh hijau Pada umumnya bahan pangan atau
daun teh tidak diberi kesempatan produk pangan tidak hanya terdiri dari satu
fermentasi (hampir tidak mengalami proses rasa, tetapi merupakan gabungan dari
perubahan kimia). Biasanya pucuk teh berbagai macam rasa secara terpadu
diproses langsung dengan panas atau steam sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh
untuk menghentikan aktivitas enzim (Kartika dkk., 1988).
sehingga sama seperti raw leaf (daun teh Tabel 13. menunjukkan bahwa
awalnya), karena itu selain warnanya interaksi jenis teh hitam (60%) dan
masih hijau juga masih mengandung tanin konsentrasi campuran ekstrak jahe merah
yang relatif tinggi. Sehingga warna yang dan temulawak (40%) memiliki rasa yang
dihasilkan coklat kebeningan (Anonim, paling disukai panelis dengan nilai rata-
2012). rata 4,317. Hal ini disebabkan karena rasa
b. Rasa yang ditimbulkan dari minuman teh
Rasa yang ditimbulkan oleh bahan enkapsulasi adalah hangat dan sedikit
pangan berasal dari sifat bahan itu sendiri pedas. Rasa pedas dan hangat tersebut
atau pada saat proses ditambahkan dengan disebabkan oleh komponen non volatil
zat lain sehingga rasa aslinya bisa (oleoresin) terutama adanya senyawa
berkurang ataupun bertambah. Selain itu gingerol. Setelah dibuat dalam bentuk teh
rasa yang terdapat pada produk makanan enkapsulasi terjadi penambahan rasa, yaitu
dapat berubah dari rasa yang sebenarnya adanya rasa manis yang berasal dari
atau yang diharapkan, hal ini tergantung sukrosa dan sedikit pahit yang berasal dari
dari senyawa penyusunnya, misalnya gula teh hitam dan temulawak.
yang dapat memberikan rasa manis pada Oleoresin mengandung komponen
beberapa produk makanan (Kartika dkk., rasa pedas yaitu gingerol, shogaol dan
1988). zingerone. Gingerol terdapat pada jahe
Berdasarkan hasil analisis statistik yang masih segar,dalam pengolahan atau
menunjukkan bahwa jenis teh dan bila dikeringkan gingerol dapat berubah
konsentrasi campuran ekstrak jahe merah menjadi shogaol ataupun zingerone yang
dan temulawak tidak berpengaruh terhadap kurang pedas. Pembentukan shogaol dan
rasa minuman teh enkapsulasi, sedangkan gingerol selain mengurangi rasa pedas dari
interaksi keduanya berpengaruh terhadap jahe, juga pada tahap selanjutnya dapat
rasa minuman teh enkapsulasi. mengurangi rasa pedas itu lagi, hal ini
Tabel 13. Pengaruh Interaksi Perlakuan karena terbentuknya polimer dari shogaol
Jenis Teh dan Konsentrasi Campuran yang tidak pedas (Nengsih, 1998).
19

c. Aroma a1b3 3,62


Aroma merupakan salah satu faktor
a2b1 3,40
penting bagi konsumen dalam memilih
produk pangan yang paling disukai. Aroma a2b2 3,70
merupakan salah satu komponen dari a2b3 3,58
citarasa bahan pangan dan telah menjadi Hasil pengamantan rata-rata jenis
penentu kelezatan makanan (Winarno, teh dan konsentrasi campuran ekstrak jahe
1997). merah dan temulawak terhadap aroma
Berdasarkan hasil analisis statistik minuman teh enkapsulasi pada
menunjukkan bahwa jenis teh, konsentrasi Tabel 16. menunjukkan bahwa perlakuan
campuran ekstrak jahe merah dan a1b2 dengan teh hitam 60% dan
temulawak dan interaksi keduanya tidak konsentrasi campuran ekstrak jahe merah
berpengaruh terhadap aroma minuman teh dan temulawak 40% yang lebih disukai
enkapsulasi yang dihasilkan. Pada setiap panelis dengan nilai rata-rata sebesar 4,18.
perlakuan yang berbeda menghasilkan Hal ini disebabkan penambahan
minuman teh enkapsulasi dengan aroma temulawak pada minuman teh enkapsulasi
yang sama. hanya sedikit sehingga aroma yang
Jahe banyak mengandung senyawa ditimbulkan tidak begitu kuat. Temulawak
monoterpen, sitral, terpenen, metil mengandung minyak atsiri yang aromanya
heptanon, monilaldehid, linalool, delta khas yang membedakan dengan rempah-
borneol, ester, fenol dan sesquiterpena rempah lain. Serta penambahan teh hitam
alkohol, serta senyawa-senyawa aroma lain atau teh hijau yang mengandung senyawa
yang menyebabkan jahe memiliki bau katekin sehingga teh memiliki sifat tidak
yang spesifik. Senyawa-senyawa tersebut berwarna, larut dalam air, serta membawa
termasuk golongan terpen yang sangat sifat pahit dan sepat pada seduhan teh.
berperan dalam wangi dan bau yang Hampir semua sifat produk teh termasuk
menjadi ciri khas minyak atsiri didalamnya warna, rasa dan aroma secara
(Guenther, 1987). langsung maupun tidak langsung,
Nilai rata-rata jenis teh dan dihubungkan dengan modifikasi pada
konsentrasi campuran ekstrak jahe merah katekin ester menjadi katekin non ester
dan temulawak terhadap aroma minuman dapat menurunkan rasa pahit dan sepat dari
teh enkapsulasi dapat dilihat pada tabel 14. teh hijau. Sehingga menyebabkan teh
Tabel 14. Nilai Rata-rata Jenis Teh dan memiliki bau yang spesifik (Panuju, 2011).
Konsentrasi Campuran Ekstrak Jahe Merah d. Kadar Gula Reduksi
dan Temulawak terhadap Aroma Minuman Gula pasir (sukrosa) yang dilarutkan
Teh Enkapsulasi. dalam air dan dipanaskan, sebagian akan
terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang
disebut gula invert. Inversi sukrosa terjadi
pada suasana asam. Gula invert ini tidak
dapat berbentuk kristal karena kelarutan
fruktosa dan glukosa sangat besar
(Winarno, 1997).
Menurut Desrosier (1988), selama
pendidihan larutan sukrosa dengan adanya
Perlakuan Nilai Rata-rata asam akan terjadi proses hidrolisis
a1b1 3,78 menghasilkan gula reduksi. Sukrosa
a1b2 4,18 diubah menjadi gula reduksi dan hasilnya
dikenal sebagai gula invert. Kecepatan
20

inversi dipengaruhi oleh suhu, waktu memberikan pengaruh nyata terhadap


pemanasan dan harga pH dari larutan. respon kimia kadar polifenol total.
Tabel 15. Kadar Gula Reduksi pada 3 4. Interaksi jenis teh (A) dan konsentrasi
sampel Terpilih campuran ekstrak jahe merah dan
Sampel % Kadar Gula Reduksi temulawak (B) memberikan pengaruh
nyata terhadap respon kimia kadar
a1b2 2,35 polifenol total serta respon organoleptik
a1b3 2,33 terhadap rasa.
a2b2 2,35 5. Pengujian dengan menggunakan uji
kestabilan terhadap perlakuan a1b1 sampai
Hasil pengamatan kadar gula a2b3 pada minuman teh enkapsulasi
reduksi pada 3 sampel terpilih Tabel 15. terlihat kestabilan yang stabil, sehingga
menunjukkan kadar gula reduksi yang tidak perlu ditambahkan bahan penstabil
paling tinggi yaitu sebesar 2,35. Hal ini pada minuman tersebut.
disebabkan inversi sukrosa yang rendah 6. Pengujian yang dilakukan dengan uji
akan menghasilkan kristalisasi, jumlah waktu larut menghasilkan waktu larut yang
gula invert yang ada harus lebih rendah terbaik yaitu pada perlakuan a1b3 dengan
dari jumlah sukrosa. Kecepatan inversi waktu 6,1 detik.
dipengaruhi oleh suhu, waktu pemanasan 7. Pengujian yang dilakukan dengan uji
dan harga pH dari larutan (Desrosier, kadar gula reduksi pada 3 sampel terpilih
1988). yaitu a1b2 sebesar 2,35%; a1b3 sebesar
Produk Terpilih 2,33% dan a2b2 sebesar 2,35%.
Pemilihan sampel ini untuk 8. Hasil Penelitian utama produk minuman
mengetahui produk terpilih berdasarkan teh enkapsulasi yang terbaik dari
keseluruhan respon dengan menggunakan keseluruhan respon adalah a1b3. Parameter
uji skoring. Berdasarkan Tabel 16. dapat yang digunakan yaitu uji organoleptik
disimpulkan bahwa sampel terpilih karena terhadap warna, aroma dan rasa serta
memiliki nilai skor tertinggi pada waktu uji larut dan kadar polifenol total.
parameter kadar polifenol total adalah Saran
a1b3. 1.Perlu dilakukan penelitian lanjutan
mengenai jenis teh untuk digunakan pada
KESIMPULAN DAN SARAN pembuatan produk teh enkapsulasi yang
Kesimpulan lainnya.
Dari Penelitian yang telah dilakukan, 2.Perlu dilakukan penelitian lanjutan
maka dapat diambil kesimpulan sebagai mengenai jahe merah dan temulawak
berikut: untuk digunakan pada pembuatan produk
1. Hasil uji organoleptik yang terpilih minuman herbal yang lainnya
untuk dilakukan pada penelitian utama 3.Diperlukannya penyediaan alat yang
adalah sampel a2b3 dengan perbandingan lebih baik lagi untuk pengolahan teh
(5:1). Analisis kadar polifenol pada ekstrak enkapsulasi, terlebih pada alat mollen
teh hitam dan teh hijau yang terpilih yaitu dryer.
ekstrak teh hijau dengan kadar polifenol 4.Perlu dilakukan analisis lebih lanjut
total sebesar 8,45% mengenai nilai ekonomis dari pembuatan
2. Perlakuan jenis teh (A) memberikan teh enkapsulasi apakah layak untuk
pengaruh yang nyata terhadap respon diproduksi secara industri.
kimia kadar polifenol total. 5.Perlu dilakukan analisis lebih lanjut
3. Perlakuan konsentrasi campuran ekstrak mengenai umur simpan pada produk teh
jahe merah dan temulawak (B) enkapsulasi.
21

DAFTAR PUSTAKA Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas


Teknik Universitas Pasundan.
Abbas A., (2006), Minuman Fungsional
Berbahan Dasar Teh dan Kayu Arifin, M, Bambang K., Dharmadi. A.,
Manis untuk Penderita Diabetes, Santoso. J., Adimulyo. S., Suryatmo.
http://Minuman Fungsional F.A., Affandi. A.D., Sumantri .S.,
Berbahan Dasar Teh dan Kayu Herawati E.A.L., Junaedi. D.,
Manis untuk Penderita Diabetes pdf. Purnama. A., Sudarno., Sulistiyo.,
Akses 8/12/2011. Suhartika. T., Topani., Samudi. B..,
(1994), Petunjuk Teknis
Adisewojo,RS., (1982), Bercocok Tanam Pengolahan Teh, Pusat Penelitian
Teh, Penerbit Sumur Bandung, Teh dan Kimia Gambung,Bandung.
Bandung.
Armayanti B. R., (2004), Pengaruh Jenis
Ananda, (2009), Aktivitas antioksidan Bahan Pengisi (Gum Arab dan
dan karakteristik organoleptik maltodekstrin) dan Konsentrasi
minuman fungsional Teh Hijau Natrium Bikarbonat (NaHCO3)
Pada Pembuatan Tablet
(Camellia sinensis) Rempah Instan.
Effervescent Belimbing Wuluh
http:// Aktivitas antioksidan dan (Avverhoa bilimbi L.), Tugas Akhir,
karakteristik organoleptik minuman Fakultas Teknik, Jurusan Teknologi
fungsional Teh Hijau (Camellia Pangan, Universitas Pasundan,
sinensis) Rempah Instan.mht. Akses Bandung.
22/08/2011.
Badan Pusat Statistik. (2011). Tabel Luas
Andarwulan, N., Fardiaz, D., Wattimena, Panen, Produktivitas, Produksi
G. A., and Shetty, K., (1999). Perkebunan Seluruh Provinsi.
Antioxidant Activity Associated with Jakarta.
Lipid and Phenolic Mobilization
Bravo, L. (1998). Polyphenols :
during Seed Germination of
Chemistry, Dietary Sources,
Pangium edule Reinw. J. Agric.
Metabolism, and Nutritional
Food Chem.
Significance. Nutrition Reviews.
Anonim, (2012)., Mengenal Teh dan
Buckle,K.A., R.A. Edwards, G.N. Fleets
Variannya, http://Jenis teh-teh hijau-
dan M.K. Veldhus., Terjemahan Hari
teh hitam-teh sekedar melati. htm.
Purnomo dan Adiono.,(1987), Ilmu
Akses 6/3/2012.
Pangan, Penerbit Universitas
Antara, N.T., (1995), Mikroenkapsulasi Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta.
Dengan Cara Kokristalisasi, Balai
Daniells S., (2008), Green tea catechins
Besar Industri Hasil Pertanian
(BBIHP), Bogor. go nano: study. http://www.ritc.or.id.
Akses 2/12/2011.
Agustini, D., (2007), Karakteristik Sifat
Fisik dan Orrganoleptik Jelly Candy de Man. J.M., (1989), Kimia Makanan,
Teh Berdasarkan Konsentrasi Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung.
Gelatin dan Gum, Tugas Akhir,
22

Desrosier, N.W., (1988), Teknologi Kartika B., Pudji H., dan Wahyu S, (1988),
Pengawetan Pangan, Penerbit Pedoman Uji Inderawi Bahan
Universitas Indonesia, Jakarta. Pangan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Dewi, D., (2011) Visibility Studi
Minuman Instan Ekstrak Kirk, R.E. and D.F. Othmer., (1994).
Temulawak dan Ekstrak Mengkudu Encyclopedia of Chemical
sebagai Minuman Kesehatan. Technology, Vol.4. The Interscience,
http://www.pustakaskripsi.com/.html. Inc. New York.
Akses 2/12/2011.
Koswara S. (2011), Jahe, rimpang dan
Earle R.L., (1983), Unit Operations In sejuta khasiat, http:.//ebook
pangan.com/artikel/jahe,rimpang
Food Processing, Second Edition, dengan berbagai khasiat.pdf. Akses
Pergamon Press, Oxford, New York. 3 oktober 2011.
Farmakope Indonesia IV., (1994), Kurniansyah, (2011), Senyawa Polar dan
Kestabilan Obat Sirup dan Non Polar, http://kurniansyah-
Kekentalan, Edisi I, Lembaga rizki.blogspot.com/2011/03/senyawa
Farmasi Nasional, Jakarta. -polar-dan-non-polar.html. Akses 23
Maret 2012.
Gasperz V., (1995). Teknik Analisis
dalam Penelitian Percobaan, Kurniati, B.W., (2002). Pengaruh Suhu
Penerbit Tarsito, Bandung. Ekstraksi dan Penambahan CMC
terhadap Sifat Fisik dan Tingkat
Girinda, A., (1991), Biokimia I, Cetakan Kesukaan Instan Temulawak,
Skripsi S-1 Fakultas Teknologi
Ketiga, Penerbit PT Gramedia
Pertanian Universitas Wangsa
Pusaka Utama, Jakarta. Manggala, Yogyakarta.
Guenther E., (1987), The Essential Oil, Kustamiyati., (2000), Pembuatan
Van Nostrad Reinhold, Company Minuman Ringan Teh
Newyork. Berkarbonasi, Warta Teh dan Kina,
Pusat Penelitian Teh dan Kina,
Hartoyo, A., (2003). Teh dan Khasiatnya Gambung, Bandung.
bagi Kesehatan. Kanisius,
Yogyakarta. Lansida., (2011), Ekstraksi Bahan Alam,
http://lansida.blogspot. Akses
Jackson and K.Lee., (1991), 16/11/2011.
Microenkapsulation and Food
Industry, Leberson Wiss-U Techn. La Vecchia, C., E. Negri, S. Francheschi
,B. D’Avanzo, P. Boyle. (1992). Tea
James, S., (1992), Komoditi Teh : Consumption and Cancer Risk.
Peranannya dalam Perekonomian Nutr. Cancer.
Indonesia, Penerbit Kanisius,
Lubnan, D., (2004), Teh Bukan Sekadar
Yogyakarta.
Penghilang Dahaga,
23

(www.pikiranrakyat.com), akses Panuju, (2011). Teh dan Pengolahannya,


21/10/2011. http:// Teh dan Pengolahannya.pdf.
Akses 3/12/2011.
Mariska S., Afiandi N., Santana P dan
Budiyati R., (2009), Pengukuran Perwatasari, (2009), Kadar Fenol dan
Kapasitas Antioksidan Aktivitas Antioksidan Pada Teh
Menggunakan DPPH dan Hijau dan Teh Hitam Komersial.
Pengukuran Total Fenol, http://kadar fenol dan aktivitas
http://lap.prakt.1,2.Antioksidan &
antioksidan pada teh hijau dan teh
Fenol.com. Akses 6/3/2012.
hitam komersial.pdf/html. Akses
Muchtadi dan Sugiyono., (1992), Ilmu 2/12/2011.
Pengetahuan Bahan Pangan,
Pramana, (2011), Pengaruh Konsentrasi
Penerbit Institut Pertanian Bogor,
Teh Rosela dan Lama Fermentasi
Bogor.
Terhadap Mutu Kombucha Rosela
Nazarudin dan Paimin, (1993), Teh Instan Secara Mikroenkapsulasi.
Pembudidayaan dan Pengolahan, http://pengaruh konsentrasi teh rosela
Edisi Pertama, Penerbit Penebar dan lama fermentasi terhadap mutu
Swadaya, Jakarta. kombucha rosela instan secara
mikroenkapsulasi.pdf/html. Akses
Nengsih S., (1998), Pengaruh Suhu dan 2/12/2011.
Lama Pengeringan Terhadap
Pambudi, J. (2003). Teh Minuman
Produk Manisan Jahe Kering
Kesehatan.
Varietas Gajah (Zingiber officinale
Http://www.Iqeq.web.id/gizi/gizi03sht
Roscoe), Tugas Akhir, Fakultas
m. Akses 2/12/2011.
Teknik, Jurusan Teknologi Pangan,
Universitas Pasundan, Bandung. Pambudi, J. (2004). Potensi Teh sebagai
Sumber Zat Gizi dan Perannya
Nugroho, (2007), Antioksidan,
http://nugrohob.wordpress.com/200 dalam Kesehatan.
7/12/03/antioksidan. Akses http://www.ipard.com/art_perkebun/Ju
11/01/2012. l04-06_jp.asp Akses 2/12/2011.

Nurramadhani, (2011), Kajian Suhu Air Prihantin S., (2003). Formulasi,


Pengekstraksi dan Waktu Ektraksi Karakterisasi Kimia dan Uji
Terhadap Karakteristik Air Aktivitas Antioksidan Produk
Seduhan Teh-Jahe (Camelia Minuman Fungsional Tradisional
sinensis-Zingiber officinale Rosc.) dari Sari Jahe, Sari Sereh dan
Instan. Tugas Akhir, Jurusan Campurannya. http:// Formulasi,
Teknologi Pangan, Fakultas Teknik Karakterisasi Kimia dan Uji Aktivitas
Universitas Pasundan. Antioksidan Produk.pdf. Akses
14/12/2011.
24

Rahmat Rukmana, (1995). Temulawak: Sasilia, (2011), Studi Pembuatan


Tanaman rempah dan obat. Penerbit Minuman Kopi Jahe, http://studi
Kanisius. Yogyakarta. pembuatan minuman jahe.pdf. Akses
2/12/2011.
Ratnasari R., (1998), Mempelajari
Sibuea, P. (2003). Minuman Teh dan
Penambahan Konsentrasi Sukrosa Khasiatnya bagi Kesehatan.
dan Bubur Jahe Terhadap http://www.sinarharapan.co.id/iptek/
Pembuatan Mikroenkapsulasi Jahe kesehatan/2004/0528/kes2.html
dengan Metoda Kokristalisasi. Akses 3/12/2011.
Tugas Akhir, Jurusan Teknologi
Pangan, Fakultas Teknik Universitas Sudarmadji, Bambang H., Suhardi.,
(1997), Analisa Bahan Makanan
Pasundan.
dan Pertanian, Edisi Kedua,
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Rozi., (2011), Manfaat Jahe Merah,
http://turun berat
Syah, Andi Nur., (2006), Taklukan
badan.com/2297/manfaat jahe-
merah/. Akses 21/10/2011. Penyakit dengan Teh Hijau,
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rozi., (2011), Manfaat Temulawak,
http://turun berat Syamsiah., (1996), Karakteristik β –
badan.com/2297/manfaat- Karoten dalam Mikroenkapsulasi
temulawak/. Akses 16/11/2011. Minyak Sawit Merah, Pasca sarjana,
IPB. Bogor.
Shahidi, F. dan M. Naczk., (1995). Food
Phenolics: Sources, Chemistry, Wahyuningsih D., (2004), Mempelajari
Effects, and Applications. Pembuatan Tablet Effervescent
Technomic Publishing Co. Inc., Minuman
USA. Cinna-Ale, Pasca Sarjana, IPB,
Bogor.
Santoso U., Anggahini S., Sukardi,
Pengaruh Pemanasan Ekstrak Wang, Z. Y., M. T. Huang, Y. R. Lou, J. G.
Kasar Jahe dan Temulawak dan ie, H. L. Reuhl, Ho. C. T. Newmark,
Kombinasinya Terhadap Aktivitas C. S. Yang, A. H. Conney., (1994).
Antioksidan, http://Pengaruh Inhibitory Effects of Black Tea,
Pemanasan Ekstrak Kasar Jahe dan Green Tea, Decaffeinated Black Tea
Temulawak dan Kombinasinya and Decaffeinated Green Tea on
Terhadap Aktivitas Antioksidan.pdf. Ultraviolet B Light-induced Skin
Akses 7/12/2011. Carcinogenesis in 7, 12-dimethyl-
Benz(a)anthracene-induced SKH-1
Sari P., (2011), Evaluasi Kandungan Mice. Cancer Res., 54, 3428 –3435.
Total Polifenol Dan Aktifitas
Antioksidan Minuman Ringan Wardhani K., (2000), Mempelajari
Fungsional Teh-Mengkudu Pada Pengaruh Perbandingan Ekstrak
Berbagai Formulasi. Kopi Dengan Ekstrak Jahe Dan
http://PGB04_Puspita_Evaluasi_Ka Penambahan Dekstrin Terhadap
ndungan.pdf/html. Akses 3/12/2011. Karakteristik Kopi Jahe Instant,
Tugas Akhir, Jurusan Teknologi
25

Pangan, Fakultas Teknik Universitas


Pasundan.

Winarno, F.G., (1997), Kimia Pangan dan


Gizi, Cetakan Kedelapan, Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wu W, W.S. Roe, V.G. Gimino, V. Seriburi,


D.E. Martin and S.E. Knapp., (2000).
Low melt encapsulation with laurate
canola oil.US., Patent 6 153 326.

Yuliawati R., (2003), Pengaruh Suhu,


Lama Pengeringan “Mollen Dryer” dan
Konsentrasi Carboxyl Methyl Cellulose
(CMC) Terhadap Karakteristik Mutu
Mikrokristal Wortel (Daucus carota L.),
Tugas Akhir, Fakultas Teknik, Jurusan
Teknologi Pangan, Universitas Pasundan,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai