Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Mastoiditis

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi


pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis
adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang
temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu
infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.(Brunner
dan Suddarth, 2000).

Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus


(tulang yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama.
Mastoiditis marupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan
komplikasi dari otitis media kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah
sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara yang melekat ditulang
temporal.

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari


kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang
dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan
mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan terjadi peradangan tulang
(osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang akhirnya
mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga,
menyebabkan abses superiosteum.

Mastoiditis Koalesens Akut Pada kasus mastoiditis yang tidak terobati,


terdapat demam, nyeri , dan gangguan pendengaran menyertai ottitis media akut.
Membrana timpani menonjol keluar; dinding posterior kanalis menggantung,
pembengkakakn postaurikula mendorong pinna keluar dan kedepan, dan nyeri
tekan mastoid terutama di posterior dan sedikit diatas liang telinga ( segitiga
Macewen). Pemeriksaan radiologis pada mastoiditis koalesens menunjukkan
adanya opasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabekulasi
normal dari sel-sel tersebut. Hilangnya kontur dari masing-masing sel,
membedakannya dengan hasil radiologis otitis media serosa dimana kontur sel
tetap utuh.

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien imunosupresi atau penderita yang


mtidak mengobati otitis media akut yang dideritanya.Penyakit ini berkaitan
dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme yang lazim menyebabkan
mastoiditis sama halnya dengan penyebab otitis media akut.

Penatalaksanaan awal berupa miringotomi yang cukup lebar, biakan dan


antibiotik yang sesuai diberikan secara intravena. Bila gambaran radiologis
menunjukkan hilangnya pola trabekuler atau adanya progresi penyakit, harus
dilakukan mastoidektomi lengkap dengan segera untuk mencegah komplikasi
serius seperti petrositis, labirintitis, meningitis dan abses otak.

B. Etiologi Mastoiditis

Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus.


Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke
dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan
infeksi. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah
mengumpul di sel-sel udara mastoid

Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:


1. Terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut

2. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang
dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis
media akut yaitu streptococcus pnemonieae.

3. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,


streptococcus group-A dan staphylococcus aureus ,streptococcus aureus.
Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah
streptococcus pnemonieae.

C. Klasifikasi

Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:

1. Akut mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis
media akut suppurative.

2. Kronik mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit


telinga kronis.

3. Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian


mastoid.

4. Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi


di organ tubuh yang lain.

D. Patofisiologi

Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang


tidak ditangani dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis
media akut infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara mastoid.
Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma
yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar
membran timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk
kantung luar yang akan berisi kulit yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung
dapat melekat kestruktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani,
kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus fasialis.
Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat
erusi telinga dalam) dan abses otak . Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari
otitis media supuratik kronik, peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke
tulang mastoid melalui saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2
macam, yaitu bentuk jinak dan bentuk ganas
(maligna).Pada bentuk maligna peradangan berlanjut ke dalam tulang
tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, absissubdural, abses
otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkin juga terjadi hidrosefalus.

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi


atau mereka yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya.
Penyakit ini berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme
penyebab yang lazim adalah sama dengan penyebab otitis media akut yaitu
streptococcus hemlytiens,pneumococcus, sthapilococcus aureus lalbus, strept
ococcusviridans. Bakteri ini menyerang telinga bagian luar kemudian menjalar
ke cavum tympani. Cavum tympani mengalami peradangan. Eksudat mulai
terakumulasi. Kemudian infeksi menjalar ke tulang mastoid, mastoid menjadi
meradang. Peradangan mastoid ini bisa menjadi 4 macam yaitu jenis I yaitu
mastoiditis disertai nanah dan jaringan granulasi, jenis II mastoiditis dan
kolesteatom, mastoiditis campuran (campuran jenis 1 dan 2), Mastoiditis yang
sklerotik .
Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan nanah
semakin meningkat, kemudian dapat menimbulkan edema dan ulserasi
dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya eksudat dan nanah menekan pembuluh
darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis dan granulasi ruang abses.
Tulang bagian dalam juga bisa mengalami peradangan (osteitis). Peningkatan
akumulasi eksudat di telinga bagian dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba
mencari jalan keluar. Komplikasi selanjutnya abses subperiosteum.

E. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:

1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih
parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien
yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran
dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat
infeksi.

2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga
yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi
telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.

3. Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga
tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan
penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka
kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.

4. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam


telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.
F. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik adalah

1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi
gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.

2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan


pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema.

3. Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem


saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.

4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan
otak.

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum


dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar
mastoid dan telinga tengah. Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di
abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII),
menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah samping/lateral (syaraf
kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf
kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak,
otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.
G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

1. Terapi

Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per oral
dalam dosis besar, karena organisme penyebabnya mungkin Streptococcus
β-hemoliticus atau Pneumococcus. H .influenza. Tetapi harus juga sesuai
dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.

2. Pembedahan

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan


jika tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari.
Mastoidektomy radikal/total yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan
tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan ossicles dan membran
timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh
jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke
bagian yang lain.

a. Mastoidektomi

1) Mastoidektomi Sederhana

Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek


mastoid dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan
patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak,
menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila
tersumbat. Masteidoktomi simple yang lengkap harus membuang
seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut sinodura, sel
mastoid di tegmen mastoid, dan sampai seluruh sel-sel mastoid di
mastoid tip. Pada mastoidektomi simple untuk OMSK, jarang
sekali dibutuhkan mastoidektomi simple lengkap, cukup hanya
membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila
tersumbat, sedangkan sel pneumatisasi mastoid yang masih utuh
tidak perlu dibuang.

Mastoidektomi dibedakan menjadi :

a) Operasi pada jaringan lunak

Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang


akan dipakai, apakah enaural atau retroartikuler.

b) Operasi pada bagian tulang

Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh


sel-sel mastoid dengan tetap memperetahankan keutuhan
tulang dinding belakang liang telinga.

2) Mastoidektomi Superfisial

Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang


telinga, linea temporalis, spina Henle, segitiga Mc.Ewen,
prosesus mastoid.pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata
bor yang paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang
diirigasi lebih dahulu agar serbuk tulang tidak bertebangan. Irigasi
juga berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan gesekan
mata bor dengan tulang.
3) Mastoidektomi dalam

a) Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus


dituju pada setiap mastoidektomi karena ruangan ini
berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang
menghubungkan rongga mastoid dengan kavum timpani.
Dengan melanjutkan pengeboran langsung di belakang liang
telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi
tipis, juga dengan melakukan pengeboran di rongga mastoid
bertepatan dengan tegmen mastoid, maka di sebelah dalam
segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.

b) Aditus ad Antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian


anterior-superior pertemuan dinding belakang liang telinga
dengan tegmen mastoid.

c) Fosa Indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian


tulang prosesus zigomatikus yang menutupi antrum.

4) Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh

Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down


tympanoplasty, modified radical mastoidectomy, open method
tympanoplasty) adalah modifikasi dari mastoidektomi radilkal.
Mastoidektomi radikal yang klasik adalah tindakan membuang
seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan dinding
belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang
mempunyai drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total
sel-sel mastoid di sudut sino-dura, di daerah segitiga Trautman.
Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba
eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud
tindakan ini adalah untuk membuang seluruh jaringan patologis
dan meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel
mastoid atau kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan
kavitas operasi yang basah yang rentan terhadap peradangan.

Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada


mastoidektomi radikal, maka diusahakan pembersihan total sel-sel
mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-
tulang pendengaran dipertahankan setelah proses patologis
dibersihkan sebersih-bersihnya. Tuba eustachius tetap
dipertahankan, bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup
jaringan patologis. Kemudian kavitas operasi ditutup dengan
fasila m.temporalis baik berupa tandur (free fascia graft) ataupun
sebagai jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi
tulang-tulang pendengaran.

H. Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi


2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3. Perubahan persepsi sensori auditorius berhubungan dengan akumulasi
cairan mucus dan serosa
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi
sensori auditoris.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
Donna. 1995.
Medical Surgical Nursing; 2nd. WB Saunders.
Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu
Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai