Disusun oleh:
Pembimbing:
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan berkatNya
journal reading yang berjudul “Interaksi obat antara antibiotik rifamisin dan kontrasepsi
hormonal: tinjauan sistematis” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Journal Reading ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik junior di Bagian Ilmu Obstetrik dan
Ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr.dr. H. Heriyadi
Manan, Sp.OG (K), MARS atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Journal Reading ini. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan yang lebih
baik di masa yang akan datang.
Interaksi Obat antara Antibiotik Rifamisin dan Kontrasepsi Hormonal:
tinjauan sistematis
Abstrak
Latar Belakang
Antibiotik rifamisin sering dipakai untuk terapi tuberkulosis tetapi dapat mengurangi efektivitas
kontrasepsi hormonal.
Objektif
Untuk menentukan apakah interaksi antara rifamisin dan kontrasepsi hormonal menyebabkan
penurunan efektivitas atau peningkatan toksisitas dari salah satu terapi.
Strategi pencarian
Kami mencari melalui MEDLINE, Embase, Cochrane dan clinicaltrials.gov pada bulan Mei
2017.
Kriteria seleksi
Kami mengambil uji klinis, kohort, dan case control tentang tingkat kehamilan, farmakodinamik
atau farmakokinetik saat kontrasepsi oral dan rifamisin diberikan bersamaan dan saat tidak
diberikan bersamaan. Dari catatan asli yang diidentifikasi, 11 memenuhi kriteria inklusi setelah
tinjauan independen dari dua penulis.
Hasil
Studi hanya membahas kontrasepsi oral kombinasi dan tidak ada yang melaporkan tingkat
kehamilan. Kualitas bervariasi dari baik sampai buruk. Rifampin meningkatkan frekuensi ovulasi
pada dua dari empat studi, dan mengurangi paparan estrogen dan/atau progestin pada lima studi.
Rifabutin menyebabkan perubahan farmakokinetik yang lebih kecil dibandingkan dengan
rifampin pada dua studi. Dalam satu studi masing-masing, rifaximin dan rifalazil tidak mengubah
farmakokinetik hormon.
Kesimpulan
Tidak ada studi yang mengevaluasi risiko kehamilan atau kontrasepsi hormonal non-oral.
Farmakokinetik dan hasil ovulasi mendukung interaksi antara kontrasepsi hormonal kombinasi
dan rifampin dan pada tingkat yang lebih rendah, rifabutin. Data terbatas untuk rifamisin yang
lain.
Pendahuluan
Sekitar 10,4 juta orang merupakan penderita TB paru pada tahun 2015, termasuk 3,5 juta
wanita. Terapi rekomendasi untuk kasus baru TB sensitif obat masih merupakan regimen 6 bulan
yang terdiri dari rifampin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol. Regimen rifamisin tambahan
sudah digunakan atau dalam percobaan klinis untuk terapi TB, termasuk rifapentin, rifabutin, dan
rifampin dosis tinggi. Untuk mencapai United Nations Sustainable Development Goal (UN
SDG) untuk mengakhiri endemik TB global pada tahun 2030, penggunaan kelas obat ini akan
tetap meluas di kalangan wanita usia reproduktif. Oleh karena itu penting untuk mengerti
bagaimana obat ini dapat mempengaruhi salah satu UN SDG: pelayanan KB universal.
Jutaan wanita di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi hormonal untuk mendapatkan
ukuran keluarga yang diinginkan atau mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk di
area dengan prevalensi TB tinggi. Laporan klinik menunjukkan kegagalan rifampin dengan
kontrasepsi oral kombinasi sejak 1970. Banyak mekanisme dapat menyebabkan peningkatan
kegagalan kontrasepsi oral saat dikombinasikan dengan penggunaan rifampin. Rifampin
menginduksi enzim sitokrom P450 di hati yang dibutuhkan untuk metabolisme kontrasepsi
hormonal kombinasi, yang dapat menyebabkan penurunan jumlah kontrasepsi hormon steroid
sistemik. Ini juga akan menyebabkan peningkatan produksi protein hati sex hormone-binding
globulin, yang berikatan dengan progestin yang bersikulasi dan mengurangi paparan progestin
yang aktif secara biologi. Panduan klinis dari WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan
rifampin atau rifabutin bersamaan dengan kontrasepsi oral kombinasi, patch, ring karena risiko
mengurangi efektivitas kontrasepsi berdasarkan teori. Tetapi, data klinis terbatas dan rifamisin
lain berupa rifapentin, rifabutin, rifaximin dan rifalazil mempunyai properti farmakokinetik yang
berbeda pada penggunaan klinis dan perkembangan. Interaksi obat-obat ini dengan kontrasepsi
hormonal sedikit diketahui. Interaksi rifamisin pada formulasi kontrasepsi hormonal non-oral
juga kurang dimengerti. Dengan usaha global sekarang untuk mengeradikasi TB, sangat penting
bagi pelayan kesehatan untuk mengerti bagaimana terapi TB dapat mempengaruhi kontrasepsi
hormonal, dan membantu wanita mencegah kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak
diinginkan saat terapi. Penyedia pengobatan TB juga harus mengetahui perubahan efektivitas
terapi TB secara klinis dengan penggunaan kontrasepsi hormonal secara bersamaan.
Tujuan tinjauan sistematis ini adalah mengevaluasi literatur publikasi tentang interaksi
antara antibiotik rifamisin dan kontrasepsi hormonal. Secara spesifik, kami membahas
pertanyaan penelitian: diantara wanita yang mengonsumsi kontrasepsi hormonal atau rifamisin,
apakah wanita yang mengonsumsi kedua obat ini bersamaan mengalami penurunan efektivitas
kontrasepsi atau antibiotik, atau peningkatan toksisitas hormonal atau antibiotik, dibandingkan
dengan pengguna yang mengomsumsi obat tersebut secara terpisah?
Metode
Kami mengembangkan suatu protokol tinjauan sistematis yang terdiri dari paparan yang
sudah ditentukan, hasil, kriteria kelayakan, pencarian istilah, dan kriteria penilaian studi. Kami
melaporkan tinjauan sistematis ini menurut guideline PRISMA (Preferred Reporting Items for
Systematic Reviews and Meta-analyses).
Strategi pencarian
Kami mencari MEDLINE, Embase, clinicaltrials.gov, dan Cochrane libraries untuk
artikel dalam bahasa apapun dari database awal hingga Mei 2017 menggunakan istilah pencarian
dengan referensi librarian (Supporting Informatian Appendix 1), dan bagian referensi artikel
yang sudah discan dan review artikel yang berhubungan untuk mengindentifikasi studi
tambahan. Studi tentang antibiotik non-rifamisin dilaporkan secara terpisah.
Sintesis data
Kami menggunakan tabel bukti untuk sistesis data dan kualitas evaluasi. Penemuan
dilaporkan secara deskriptif untuk setiap obat. Kami tidak dapat melakukan meta-analisis karena
hasil dan paparan yang bervariasi, dan data yang terbatas untuk beberapa obat.
Hasil
Kami mengidentifikasi 7361 artikel unik dalam pencarian kami (Gambar 1). Setelah
meninjau judul dan abstrak, kami meninjau 220 artikel teks lengkap. Sebelas artikel memenuhi
kriteria inklusi untuk peninjauan ini. Semua artikel tentang kontrasepsi oral kombinasi (COC)
dan tidak ada yang mengevaluasi formulasi non-oral dari kontrasepsi hormonal. Kami tidak
mengidentifikasi studi yang menggunakan tingkat kehamilan sebagai hasil. Sembilan studi
mengevaluasi efek rifamisin pada farmakokinetik kontrasepsi hormonal atau ovulasi, satu artikel
mengevaluasi efek kontrasepsi hormonal pada farmakokinetik rifamisin, dan satu artikel
mengevaluasi efek kontrasepsi hormonal pada hasil terapi TB.
Catatan diidentifikasi melalui Catatan tambahan diidentifikasi
pencarian database: 8324 melalui sumber lain: 94
Hasil farmakokinetik
Tiga studi membahas farmakokinetik hormon COC dengan rifampin, dan menunjukkan
penurunan paparan estrogen dan/atau progestin. Suatu studi crossover single sequence pada 8
wanita dengan terapi rifampin kronis untuk TB melaporkan farmakokinetik ethinyl estradiol
(EE) dan northindrone (NET) setelah pil COC single selama dan setelah terapi rifampin. Area
dibawah kurva (AUC) EE dan NET lebih rendah sekitar 42%, dan waktu paruh lebih rendah 50%
setelah diberikan rifampin 8-10 mg/kg setiap hari selama 23 hari. Kadar NET dalam 24 jam dan
AUC menurun 65% dan 30% masing-masing, setelah memulai rifampin (kedua p < 0,05), tetapi
AUC EE dan kadar dalam 24 jam tidak berubah secara signifikan.
Baru-baru ini, Blode et al melaporkan farmakokinetik estradiol oral dan dienogest pada
studi crossover single sequence pada wanita post-menopause yang mengonsumsi COC berbasis
estradiol valerate dengan/tanpa rifampin (600 mg selama 5 hari, n = 6). Kadar estradiol dan
dienogest menurun secara signifikan; geometric mean ratio (GMR) Cmax dan AUC estradiol
masing-masing adalah 75% (66,9-84,4%) dan 56% (53-59%), dan GMR Cmax dan AUC
dienogest masing-masing adalah 48% (44,8-51,6%) dan 17% (15,6-18,7%).
Dua studi tambahan meneliti rifampin dan rifambutin. Studi crossover single sequence
empat periode pada 12 wanita sehat yang mengonsumsi COC melaporkan farmakokinetik EE
dan NET sebelum dan pada hari terakhir pemberian rifampin (600 mg/hari) selama 14 hari.
Dengan rifampin, AUC EE menurun dengan rerata 66% dan Cmax 43% (kedua p < 0,01), AUC
NET menurun dengan rerata 51% (p < 0,001) dan Cmax tidak berubah. Saat diberikan dengan
rifabutin, AUC EE menurun dengan rerata 35% (p < 0,001) dan Cmax tidak berubah, AUC NET
menurun dengan rerata 13% (p < 0,01) dan tidak ada perubahan pada Cmax. Rifampin
menyebabkan perubahan yang lebih besar pada parameter EE dan NET dibandingkan dengan
rifabutin (p < 0,05 untuk semua).
Suatu studi crossover open-label single sequence melaporkan farmakokinetik COC pada
28 pengguna COC sehat sebelum dan selama terapi bersama dengan rifabutin/rifampin
(keduanya 300 mg/hari selama 10 hari). Terapi bersama rifampin menurunkan AUC EE dan
Cmax sebesar masing-masing 64% dan 42%, dan AUC NET sebesar 60%, dan rifabutin
menurunkan AUC EE, Cmax EE dan AUC NET sebesar masing-masing 35, 20, 46% (seluruh
perbedaan < 0,001). Perbedaan pada parameter EE dan tidak pada NET lebih besar secara
signifikan untuk rifampin dibandingkan dengan rifabutin (p < 0,05).
Akhirnya, satu studi melaporkan farmakokinetik rifampin pada enam wanita sehat setelah
dosis tunggal rifampin selama siklus dengan/tanpa konsumsi COC bersamaan. AUC dan Cmax
rifampin tidak berubah antara dua siklus (p > 0,05).
Rifaximin
Satu studi membahas farmakokinetik COC dengan rifaximin, obat yang disetujui FDA
US untuk terapi travelers’ diarrhea (Tabel 2). Studi crossover single sequence pada 28 wanita
sehat melaporkan farmakokinetik COC setelah pil COC tunggal, dan setelah pil COC kedua
setelah konsumsi rifaximin selama 3 hari (200 mg/8 jam). Studi ini melaporkan tidak ada
perubahan pada GMR AUC atau Cmax EE atau norgestimate (NGM) sebelum dan setelah terapi
bersama.
Rifalazil
Satu studi membahas farmakokinetik COC dengan obat eksperimental, rifalazil (Tabel 2).
Studi crossover single sequence ini memberikan COC pada 14 wanita post-menopause selama 14
hari, dan mengukur farmakokinetik EE sebelum dan setelah dosis tunggal rifalazil (5 mg) pada
hari 8. AUC dan Cmax EE tetap dalam kisaran bioekuivalensi GMR yang sudah ditentukan
sebelumnya setelah pemberian rifalazil.
Tabel 1. Ringkasan penemuan rifampin
Interpretasi
WHO dan US Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use mempertimbangkan
penggunaan rifampin dan rifambutin dengan kontrasepsi oral, patch, dan cincin sebagai kategori
3, yang artinya risiko secara teori dan sudah dibuktikan lebih penting daripada keuntungannya
secara umum, karena kemungkinan menurunkan efektivitas kontrasepsi. Namun, risiko relative
kehamilan pada pegguna kontrasepsi hormonal yang mengonsumsi rifamisin dibandingkan yang
tidak menggunakan rifamisin belum diketahui. Wanita harus diinformasikan tentang risiko
interaksi obat secara teori tetapi tidak harus menolak metode apapun karena celah pengetahuan
penting ini. Dengan tidak adanya data, rekomendasi untuk kontrasepsi suntik dan implan dengan
rifamisin adalah kategori 1 dan 2 masing-masing, artinya aman digunakan, dengan peringatan
bahwa efek kontrasepsi dapat menurun dengan implan. Efektivitas progestin suntik nampaknya
tidak terpengaruh oleh medikasi induksi enzim, karena paparan progestin secara sistemik lebih
tinggi. Mengingat sejumlah besar wanita pada terapi rifamisin di seluruh dunia, banyak dari
mereka dalam masa reproduktif, penelitian lebih lanjut tentang interaksi antara rifamisin dan
kontrasepsi suntik/implan sangat diperlukan. Kontrasepsi intrauterine tidak bergantung pada
kadar obat sistemik dan merupakan kategori 1 (aman) untuk wanita dengan TB non-pelvis.
Kesimpulan
Studi publikasi tentang farmakokinetik dan hasil ovulasi mendukung interaksi obat antara
COC dan rifampin/rifambutin secara klinis, tetapi belum ada studi publikasi yang membahas
tingkat kehamilan. Tidak ada data publikasi untuk metode kontrasepsi lain dan rifapentine, dan
studi tentang rifaximin dan rifalazil dan COC terbatas secara kualitas tetapi kurang
memprihatinkan untuk interaksi obat. Data yang sangat terbatas tidak menunjukkan efek COC
terhadap farmakokinetik rifampin atau dampak penyakit TB. Wanita menggunakan COC dengan
rifampin diinformasikan tentang kemungkinan interaksi obat yang mempengaruhi efektivitas
kontrasepsi tetapi tidak menolak metode ini.
PICO VIA
1. Population
Studi ini merupakan tinjauan sistematis dimana penulis mengumpulkan dan
meninjau studi lain yang membahas interaksi obat rifamisin dengan kontrasepsi
hormonal. 8324 studi didapatkan dari MEDLINE, Embase, clinicaltrials.gov, dan
Cochrane libraries dari database awal hingga Mei 2017. Setelah duplikasi disingkirkan,
penulis mengidentifikasi 7361 artikel unik. Setelah meninjau judul dan abstrak, 220
artikel teks lengkap ditinjau. Sebelas artikel memenuhi kriteria inklusi untuk peninjauan
ini.
2. Intervention
Karena studi ini merupakan tinjauan sistematis, tidak ada intervensi yang dilakukan
dalam studi ini.
3. Comparison
Tujuan tinjauan sistematis ini adalah mengevaluasi literatur publikasi tentang
interaksi antara antibiotik rifamisin dan kontrasepsi hormonal sehingga tidak ada yang
dibandingkan.
4. Outcome
Marker pengganti untuk efektivitas kontrasepsi pada peninjauan ini menunjukkan
efek yang bercampur. Pada dua studi, subjek hingga 50% yang mengonsumsi rifampin
dengan COC mempunyai dugaan ovulasi dengaan melihat progesteron serum sedangkan
tidak ada wanita yang mengalami ovulasi dengan hanya menggunakan COC. Dua studi
tambahan tidak menemukan bukti ovulasi dengan progesteron serum dengan kombinasi
COC/rifampin. Breakthrough bleeding dengan COC lebih sering pada pemberian
rifampin daripada tanpa rifampin pada 2 dari 3 studi yang membahas hasil ini.
Perbedaan paparan obat lebih konsisten. Paparan progestin yang diukur dengan
AUC menurun 30-83% pada 5 studi saat COC diberikan bersamaan dengan rifampin
dibandingkan dengan COC sendiri. Penurunan waktu paruh dan Cmax progestin yang
signifikan dan peningkatan clearance obat juga diobservasi dalam beberapa studi.
Paparan EE dengan AUC menurun 42-66% pada 4 studi saat COC diberikan dengan
rifampin dibandingkan dengan COC sendiri, dengan perubahan serupa yang dicatat pada
parameter farmakokinetik lain.
5. Validity
a. Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian?
Ya, tujuan tinjauan sistematis ini adalah mengevaluasi literatur publikasi tentang
interaksi antara antibiotik rifamisin dan kontrasepsi hormonal. Fokus studi ini adalah
melihat interaksi rifamisin dan kontrasepsi hormonal dilihat dari dugaan ovulasi,
parameter farmakokinetik dan perkembangan penyakit TB dan efek samping obat.
b. Apakah penelitian ini mempunyai jumlah subjek yang cukup untuk meminimalisir
kebetulan?
Jumlah studi yang dimasukkan dalam tinjauan sistematis ini tidak cukup karena
hanya berjumlah 11 dan sampel dari ke11 studi ini tidak dijelaskan dalam tinjauan
sistematis ini.
6. Importance
Studi ini penting untuk dilakukan karena sekitar 10,4 juta orang merupakan
penderita TB paru pada tahun 2015, termasuk 3,5 juta wanita. Untuk mencapai UN SDG
untuk mengakhiri endemik TB global pada tahun 2030, penggunaan kelas obat ini akan
tetap meluas di kalangan wanita usia reproduktif. Oleh karena itu penting untuk mengerti
bagaimana obat ini dapat mempengaruhi salah satu UN SDG: pelayanan KB universal.
Selain itu, penting untuk wanita usia reproduktif yang mempunyai TB untuk memilih
metode kontrasepsi yang sesuai untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
7. Applicable
Hasil studi ini kurang dapat diaplikasikan karena penemuan yang bervariasi dan
keterbatasan studi yang dimasukkan dalam tinjauan sistematis ini. Terlebih lagi, tidak ada
studi yang mengukur tingkat kehamilan dengan penggunaan COC dan rifamisin
bersamaan, sehingga kesimpulan kami hanya berdasarkan hasil pengganti untuk tingkat
kehamilan (dugaan ovulasi dengan ultrasound atau kadar progesteron serum).