Anda di halaman 1dari 8

Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: 2252-9454

Vol. 3, No. 3 , pp 161-168, September 2014

REDUKSI MISKONSEPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL


CHANGE PADA KONSEP STOIKIOMETRI
REDUCE MISCONCEPTION WITH CONCEPTUAL CHANGE LEARNING
MODEL ON STOICHIOMETRY

Sayyidah Sholehah dan Suyono


Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Surabaya.
Email: Sayyidah.sholehah@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada materi stoikiometri
yang disebabkan oleh prakonsepsi siswa melalui model conceptual change. Pada
penelitian ini terdapat dua konsep yang dipahami miskonsepsi berdasarkan
prakonsepsi siswa yaitu konsep mol dan pereaksi pembatas. Rancangan penelitian
ini menggunakan One Group Pretest-Posttest Design. Penetapan miskonsepsi siswa
menggunakan Certainly of Response Index (CRI). Analisis Data menggunakan
analisis deskriptif dan analisis inferensial Wilcoxon’s signed rank test. Hasil
penelitian menunjukkan sebanyak 14 siswa di antara 15 siswa yang mengikuti
pembelajaran remediasi dengan model conceptual change pada konsep mol
mengalami penurunan beban miskonsepsi. Demikian pula pada pereaksi pembatas,
penurunan beban miskonsepsi siswa terjadi pada 6 siswa di antara 8 siswa yang
mengikuti pembelajaran remediasi dengan model conceptual change. Adapun hasil
penelitian ditinjau dari beban miskonsepsi secara klasikal menggunakan uji
Wilcoxon terdapat perbedaan miskonsepsi yang signifikan antara sebelum dan
sesudah pembelajaran remidiasi dengan model conceptual change. Hal ini
menunjukkan bahwa model conceptual change mampu mereduksi miskonsepsi
siswa yang disebabkan oleh prakonsepsi siswa pada konsep mol dan pereaksi
pembatas.

Kata Kunci: Reduksi, Miskonsepsi, Prakonsepsi, Stoikiometri, Conceptual Change.

Abstract
The purpose of this research was to reduce student’s misconception by pre-
conception on stoichiometry through conceptual change model. In this research
have two concept which are viewed misconception that was cause student’s pre-
conception, they are concept mol and limiting reaction. This study was conducted
using One Group Pretest-Posttest Design. Determination of student’s misconception
used Certainly of Response Index (CRI). Data analysis techniques used in this study
were qualitative description, and inferential techniques used Wilcoxon’s signed rank
test. Finding on this study show 14 students between 15 students who participated at
remidial learning with conceptual change model in concept mol got to decreasing of
misconception load. And so it is with remidial learning with conceptual change
model in limiting reactans. This result show 6 students between 8 student got to
decreasing of misconception load. On the other hand in classical misconception
load with Wilcoxon’s signed rank test show significantly of difference misconception
between before and after remedial learning with conceptual change model. Based
on the research findings can be drawn that conceptual change model has
successfully reduced student’s misconceptions by students pre-conception on
concept mol and limiting reaction.

Keywords: Reduce, Misconception, Pre-conception, Stoichiometry, Conceptual


change.

161
Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3 , pp 161-168, September 2014

PENDAHULUAN
Pembelajaran kimia telah mengalami banyak dipengaruhi oleh prakonsepsi
perubahan yang cukup signifikan dari siswa yang berasal dari pengalaman
siswa sebagai penerima ilmu yang pasif sehari-hari dan lingkungan sekitar.
menjadi siswa sebagai pembentuk jaringan Siswa menghadiri kelas tidak dengan
ilmu dalam pikiran. Hal ini sesuai dengan kepala kosong, melainkan telah membawa
landasan filosofis kurikulum 2013 dalam sejumlah pengalaman-pengalaman atau
Permendikbud nomor 69 tahun 2013 yang gagasan-gagasan yang dibentuk
menyatakan pendidikan ditujukan untuk sebelumnya ketika berinteraksi dengan
mengembangkan kecerdasan intelektual lingkungannya [5].
dan kecemerlangan akademik melalui Prakonsepsi menjadi prasyarat penting
pendidikan disiplin ilmu [1]. Siswa akan untuk mengkonstruksi pengetahuan dan
mengolah informasi yang masuk ke dalam hasil belajar individu. Hal ini karena
otak dalam proses pembelajaran. Apabila tujuan belajar adalah memasukkan
informasi yang diterima sesuai dengan informasi baru ke dalam struktur memori
struktur konsep yang ada, maka informasi yang ada sehingga prakonsepsi yang
ini akan langsung menambah jaringan dimiliki siswa digunakan untuk
pengetahuan siswa. Siswa akan melakukan mengasimilasi pengetahuan yang baru [6].
penyusunan ulang struktur kognitifnya Proses pembelajaran yang tidak
apabila informasi yang diperoleh tersebut menghiraukan prakonsepsi siswa, akan
tidak sesuai sehingga informasi yang mengakibatkan miskonsepsi–miskonsepsi
diterima dapat menjadi bagian dari siswa semakin kompleks dan stabil [7].
jaringan pengetahuannya [2]. Miskonsepsi ini sangat resisten terhadap
Konsep-konsep dalam kimia saling perubahan. Artinya, miskonsepsi yang
berkaitan. Pemahaman salah satu konsep dialami siswa tidak mudah untuk diubah
berpengaruh terhadap konsep yang lain. langsung menjadi konsep ilmiah. Hal ini
Proses pembelajarannya menjadi rumit dikarenakan prakonsepsi siswa
karena setiap konsep harus dikuasai memainkan peranan penting dalam
dengan benar sebelum mempelajari mempelajari konsep-konsep baru dan
konsep lainnya. Dalam proses menyatukan menjadi acuan ketika siswa harus
informasi baru ke dalam struktur kognitif, berhubungan dan berkomunikasi dengan
siswa seringkali mengalami kesulitan orang lain, termasuk dalam interaksi
bahkan kegagalan. Hal inilah yang dengan guru secara formal di sekolah [7].
kemudian menjadikan timbulnya berbagai Pada beberapa penelitian masih
pemahaman konsep yang berbeda dari ditemukannya siswa yang miskonsepsi
setiap siswa, dan memungkinkan pada materi stoikiometri [8,9,10].
terjadinya miskonsepsi [3]. Miskonsepsi Miskonsepsi kimia yang terjadi dan
adalah konsepsi yang dimiliki berlarut-larut akan merusak sistem
seseorang yang jelas-jelas berbeda pemahaman peserta didik terhadap ilmu
bahkan sering bertentangan dengan kimia secara keseluruhan, mengingat
konsep-konsep kimia sebagian besar
konsep ilmiah [4].
saling berkaitan satu sama lain. Kondisi
Miskonsepsi yang dialami siswa dalam
demikian tidak dapat dibiarkan tanpa ada
mempelajari konsep-konsep yang ada

162
Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3 , pp 161-168, September 2014

usaha untuk memperbaiki atau menafsirkan peristiwa baik yang dikenal


meluruskannya [4]. Hal senada juga maupun tidak. Kemudian mendiskusikan
dikemukakan oleh Gagne apabila dan mengevaluasi prasangka (pengetahuan
miskonsepsi siswa terhadap suatu konsep awal). Hal ini dimaksudkan untuk
berkembang lebih lanjut, maka siswa akan memperjelas dan meninjau kembali
mengalami kesulitan dalam mempelajari konsepsi awal. Selanjutnya menciptakan
konsep-konsep kimia pada tingkat konflik konseptual (konflik kognitif). Cara
selanjutnya, sehingga penting untuk yang ditempuh adalah dengan
diupayakan langkah untuk mereduksi menghadirkan suatu diskrepansi peristiwa
miskonsepsi tersebut melalui melalui berbagai bentuk percobaan atau
pembelajaran remediasi [11]. bukti data yang membantah konsepsi awal
Salah satu model pembelajaran yang siswa. Pada tahap ini diharapkan terjadi
dapat mereduksi miskonsepsi siswa yang proses akomodasi yang menghasilkan
disebabkan oleh kognisi siswa seperti konsep baru yang bersifat ilmiah. Tahap
prakonsepsi/pengetahuan awal siswa terakhir, mendorong dan memandu
adalah model pembelajaran conceptual restrukturisasi konseptual.
change. Hal ini karena model Berdasarkan uraian tersebut peneliti
pembelajaran conceptual change mampu mencoba mereduksi miskonsepsi siswa
merubah miskonsepsi atau intuisi-intuisi pada konsep stoikiometri dengan model
yang dimiliki siswa menjadi konsep ilmiah conceptual change.
dan meningkatkan pemahaman siswa [6].
Hal serupa dikatakan oleh Baser bahwa METODE
conceptual change dapat digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian
sebagai model pembelajaran yang pra-eksperimen. Sasaran penelitian ini
berhubungan dengan miskonsepsi. Hal ini adalah siswa miskonsepsi yang
karena conceptual change dirancang untuk disebabkankan oleh prakonsepsi di kelas X
membantu pemerolehan konsep baru MIA 3 dan MIA 4 SMA Negeri 1
sebagai konsekuensi dari pertukaran dan Kandangan. Rancangan penelitian ini
perbedaan dari konsep-konsep yang ada adalah One Group Pretest-Posttest Design.
serta pemaduan antara kedua konsep Penetapan miskonsepsi siswa
tersebut [4]. menggunakan metode Certainly of
Pada model pembelajaran conceptual Response Index (CRI). Tingkat keyakinan
change ini, siswa diminta untuk siswa dalam menjawab pertanyaan dapat
mengungkapkan konsepsi dengan cara dilihat pada Tabel 1 [12].

Tabel 1 Tingkat Keyakinan Siswa dalam Menjawab Pertanyaan


Skala Tingkat keyakinan Keterangan
0 Totally Guessed Answer Jika menjawab soal dengan 100%
menebak
1 Almost Guess Jika dalam menjawab soal persentase
unsur tebakan antara 75% - 99%
2 Not Sure Jika dalam menjawab soal persentase
unsur tebakan antara 50% - 74%

163
Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3 , pp 161-168, September 2014

Skala Tingkat keyakinan Keterangan


3 Sure Jika dalam menjawab soal persentase
unsur tebakan antara 24% - 49%
4 Almost Certain Jika dalam menjawab soal persentase
unsur tebakan antara 1% - 24%
5 Certain Jika dalam menjawab soal tidak ada
unsur tebakan sama sekali (0%)
Sumber: Hasan et al. [12]
Penetapan siswa termasuk dalam melalui kriteria yang dibuat oleh Hasan et
kelompok tahu konsep (TK), tidak tahu al. seperti pada Tabel 2 [12].
konsep (TTK), atau miskonsepsi (MK)

Tabel 2 Kriteria Penetapan Kelompok Konsepsi Siswa Tergolong TK,


TTK, atau MK
Indeks CRI Rendah (<2,5) Indeks CRI Tinggi (>2,5)
Jawaban benar, tetapi indeks CRI Jawaban benar dan CRI tinggi
rendah berari tidak tahu konsep berarti tahu konsep (TK)
(TTK)
Jawaban salah dan CRI rendah Jawaban salah tetapi CRI tinggi
berarti tidak tahu konsep (TTK) berarti miskonsepsi (MK)
Sumber: Hasan et al. [12]

Teknik pengumpulan data pada HASIL DAN PEMBAHASAN


penelitian ini menggunakan teknis tes. Sebelum diterapkannya pembelajaran
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan remeadisi dengan model conceptual
data pemahaman konsepsi siswa sebelum change dilakukan analisis profil konsepsi
dan sesudah penerapan model conceptual siswa. Profil konsepsi siswa sebelum
change. Data pemahaman siswa sebelum pembelajaran remediasi dengan
model conceptual change diperoleh dari conceptual change ini digunakan untuk
tes yang dilakukan sebelum penerapan menentukan apakah terdapat siswa yang
model conceptual change sedangkan data miskonsepsi yang disebabkan oleh
pemahaman konsepsi siswa sesudah prakonsepsi yang dimiliki siswa. Cara
penerapan model conceptual change yang ditempuh adalah menganalisis
diperoleh dari tes yang dilakukan pada terlebih dahulu miskonsepsi siswa
akhir pembelajaran model conceptual sebelum pembelajaran remediasi dengan
change. conceptual change kemudian
Teknik analisis data menggunakan dibandingkan dengan profil prakonsepsi
analisis deskriptif dan analisis inferensial siswa yang telah diketahui sebelumnya.
yaitu menggunakan uji Wilcoxon. Uji Berdasarkan hasil penelitian konsepsi
Wilcoxon ini digunakan untuk mengetahui siswa sebelum pembelajaran dengan
ada tidaknya signifikansi perbedaan model conceptual change di kelas X MIA
miskonsepsi siswa antara sebelum dan 3 menunjukkan adanya siswa yang
sesudah dilakukan model pembelajaran miskonsepsi pada keempat konsep yang
dengan conceptual change. diajarkan. Adapun konsep yang dipahami

164
Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3 , pp 161-168, September 2014

miskonsepsi yang disebabkan oleh berhasil mengurangi beban miskonsepsi


prakonsepsi siswa tersebut hanya terjadi siswa pada 14 siswa dan hanya ada 1
pada konsep mol dan pereaksi pembatas. siswa yang beban miskonsepsinya tetap.
Jumlah siswa miskonsepsi yang Hal yang mirip juga terjadi pada
disebabkan oleh prakonsepsi siswa pada pembelajaran remediasi dengan model
konsep mol sebanyak 8 siswa sedangkan conceptual change pada pereaksi
pada pereaksi pembatas sebanyak 7 siswa. pembatas. Sebanyak 6 siswa di antara 8
Hal serupa juga terjadi pada kelas X MIA siswa miskonsepsi yang disebabkan oleh
4. Profil konsepsi siswa sebelum prakonsepsi mengalami penurunan beban
pembelajaran dengan model conceptual miskonsepsi yang dimiliki dan hanya ada
change menunjukkan keempat konsep 2 siswa yang beban miskonsepsinya tetap.
yang diajarkan yaitu konsep mol, rumus Penurunan beban miskonsepsi ini
molekul dan rumus empiris, kadar zat, dan disebabkan karena siswa merasa tidak
pereaksi pembatas masih dipahami puas terhadap konsep yang dimiliki [13].
miskonsepsi oleh beberapa siswa. Dua Ketidakpuasan tersebut disebabkan karena
konsep diantara empat konsep yang konsep yang dimiliki bertentangan dengan
diajarkan dipahami miskonsepsi yang konsep yang ada dan tidak mampu
disebabkan oleh prakonsepsi yang dimiliki memecahkan persoalan-persoalan yang
siswa, yaitu pada konsep mol dan pada dihadapi sehingga terjadi proses
pereaksi pembatas. Adapun jumlah siswa akomodasi dalam diri siswa. Adanya
yang miskonsepsi disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap konsep yang
prakonsepsi siswa pada konsep mol dimiliki tersebut menyebabkan terjadinya
sebanyak 7 siswa dan pada pereaksi konflik kognitif pada diri siswa sehingga
pembatas hanya 1 siswa. terjadi pertukaran konsep yang lama
Siswa yang miskonsepsi disebabkan menjadi konsep yang baru yaitu konsep
oleh prakonsepsi di atas tersebut kemudian ilmiah [13]. Meskipun demikian, setelah
mengikuti pembelajaran remediasi dengan dilakukan pembelajaran remediasi dengan
model conceptual change. Siswa yang model conceptual change masih terdapat
mengikuti pembelajaran remediasi dengan siswa yang miskonsepsi. Hal ini
model conceptual change tersebut menunjukkan bahwa miskonsepsi yang
diharapkan dapat mengubah miskonsepsi terjadi tidak dapat direduksi secara total.
yang dimiliki menjadi konsep yang ilmiah. Miskonsepsi yang tersisa dapat disebabkan
Adapun jumlah siswa yang mengikuti karena prakonsepsi yang dimiliki siswa
pembelajaran remediasi dengan model sangat kuat walaupun telah dilakukan
conceptual change pada konsep mol pembelajaran remediasi sehingga bersifat
sebanyak 15 siswa dan pada pereaksi resisten.
pembatas sebanyak 8 siswa yang Adapun beban miskonsepsi siswa
merupakan gabungan siswa kelas X MIA sebelum pembelajaran dengan model
3 dan X MIA 4 yang miskonsepsi conceptual change yang bergeser ke arah
disebabkan prakonsepsi siswa. tahu konsep (TK), tidak tahu konsep
Pembelajaran remediasi dengan model (TTK), dan miskonsepsi (MK) secara
conceptual change pada konsep mol klasikal dapat dilihat pada Tabel 3.

165
Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3 , pp 161-168, September 2014

Tabel 3 Jumlah MK yang bergeser ke arah TK, TTK, dan MK


Jumlah kejadian
Pergeseran
Konsep mol Pereaksi Pembatas
MK ke TK 13 7
MK ke TTK 3 2
MK ke MK 6 0

Secara klasikal persentase pergeseran MK ke TK, MK ke TTK dan MK ke MK


dapat disajikan pada Gambar .

Gambar 1 Persentase Pergeseran MK ke TK, MK ke TTK, dan MK ke MK

Pada gambar tersebut dapat diketahui sebaliknya jika hasil uji menunjukkan Sig
pada konsep mol persentase miskonsepsi < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
siswa yang bergeser ke arah TK, TTK, dan H0 diterima dan H1 ditolak memiliki arti
MK berturut-turut 56%, 17%, dan 27%, bahwa tidak ada signifikansi perbedaan
sedangkan pada pereaksi pembatas MK siswa sebelum dan sesudah
berturut-turut 89%, 11%, dan 0%. Secara pembelajaran dengan model conceptual
keseluruhan persentase siswa yang change, sedangkan H0 ditolak dan H1
mengalami MK sebagian besar bergeser diterima memiliki arti bahwa terdapat
ke arah TK. signifikansi perbedaan MK siswa sebelum
Hasil dari Wilcoxon’s Signed Rank dan sesudah pembelajaran dengan model
Test yang digunakan untuk mengetahui conceptual change. Dari kedua hasil uji
signifikansi sebelum dan sesudah tersebut dapat diketahui bahwa sig yang
pembelajaran dengan model conceptual diperoleh lebih kecil dari 0,05 sehingga H0
change menunjukkan sig 0,000 pada ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat
konsep mol dan 0,007 pada pereaksi signifikansi perbedaan MK siswa sebelum
pembatas. Jika hasil uji menunjukkan Sig dan sesudah pembelajaran dengan model
> 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, conceptual change.

166
Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3 , pp 161-168, September 2014

PENUTUP
Simpulan
Sebanyak 14 siswa di antara 15 siswa Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar
yang mengikuti pembelajaran remediasi dan Struktur Kurikulum Sekolah
dengan model conceptual change pada Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
konsep mol mengalami penurunan beban Jakarta : Departemen Pendidikan
miskonsepsi. Demikian pula pada pereaksi Nasional.
pembatas, penurunan beban miskonsepsi 2. Sari, Lis Permana, Purtadi Sukisman.
siswa terjadi pada 6 siswa di antara 8 2009. “Penilaian Berkarakter Kimia
siswa yang mengikuti pembelajaran Berbasis Demonstrasi untuk
remediasi dengan model conceptual Mengungkap Pemahaman Konsep dan
change. Adapun hasil penelitian ditinjau Miskonsepsi Kimia pada Siswa SMA”.
dari beban miskonsepsi secara klasikal Makalah Seminar Nasional 2009.
menggunakan uji Wilcoxon terdapat
perbedaan miskonsepsi yang signifikan 3. Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan
antara sebelum dan sesudah pembelajaran Perubahan Konsep Pendidikan Fisika.
remidiasi dengan model conceptual Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
change. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia.
model conceptual change mampu
mereduksi miskonsepsi siswa yang 4. Ibrahim, Muslimin. 2012. Konsep,
disebabkan oleh prakonsepsi siswa pada Miskonsepsi dan Cara
konsep mol dan pereaksi pembatas. Pembelajarannya. Surabaya: Unesa
University Press.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada 5. Baser, Mustofa. 2006. “Effect of
beberapa saran penting yang dapat Conceptual Change Oriented
disarankan, maka peneliti memberikan Instruction on Student’s Understanding
saran sebagai berikut: of Heat and Temperature Concept”.
1. Dalam kegiatan pembelajaran guru Journal of Maltese Education
harus memperhatikan prakonsepsi Research, 4 (1), 67-79.
siswa karena prakonsepsi memicu
6. Ertl, Bernhald, Heind Mandl. 2006.
terjadinya miskonsepsi.
“Effect of Individual Prior Knowledge
2. Pada saat kegiatan pembelajaran
on Collaborative Knowledge
dengan model conceptual change fase
Construction and Individual Learning
membuat konflik kognitif dan
Outcomes”. Proceeding of th 2005
mendorong restrusturisasi konseptual
Conference on Computer Support for
lebih ditekankan lagi sehingga konsep
Collaborative Learning, pages 145-
yang terbentuk pada siswa tidak utuh
154.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Pendidikan Nasional. 7. Santyasa, I W., Marhaeni, Suastra.
2013. Peraturan Menteri Pendidikan 2010. “Analisis Kebutuhan
Nasional Republik Indonesia Nomor 69 Pengembangan Perangkat

167
Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 3, No. 3 , pp 161-168, September 2014

Pembelajaran Sains SMP Bermuatan 11. Hastuti, Wahyu Juli. 2014. Prevensi
Peta Konsep dan Model Perubahan dan Reduksi Miskonsepsi Siswa pada
Konseptual”. Jurnal Penelitian dan Konsep Reaksi Redoks Melalui
Pengembangan Pendidikan, 4 (1), 1- Gabungan Sekuensial Model Modified
16. Inquiry dan ECIRR. Thesis tidak
dipublikasikan. Surabaya: Universitas
8. Muallifah, Lilik. 2013. Prevensi dan Negeri Surabaya.
Reduksi Miskonsepsi Kesetimbangan
Kimia Siswa SMA Negeri 1 Kandangan 12. Hasan, S, D. Bagayoko dan Ella L.
Kediri. Thesis. Surabaya: Universitas Kelley. 1999. “Misconceptions and
Negeri Surabaya. Certainty of Respone Index”. Journal
of Physics Education, Vol 34 No 5.
9. Barke et al. 2009. Misconceptions in
Chemistry, Addressing Perceptions in 13. Posner, G. J., Strike, K. A., Hewson, P.
Chemical Education. Berlin: Springer. W., & Gertzog, W. A. 1982.
“Accommodation of a scientific
10. Salirawati, Das. 2010. Pengembangan conception: Toward a theory of
Instrumen Pendeteksi Miskonsepsi conceptual change”. Science
Kimia pada Peserta Didik SMA. Education, 66, 211-227.
Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

168

Anda mungkin juga menyukai