Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SISTEM REPRODUKSI

Disusun Oleh :
1.Dewi Mayangsari
2.Citra Adrianah Abidim
3.Maulana Yusuf
BAB I
PENDAHULUAN

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada
manausia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga
dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative atau sexual.

Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia , maka harus mengetahui terlebih dahulu
organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung di dalamnya.

Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai kedewasaan
(pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin
jantan (sperma) dan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya
tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara berubah menjadi lebih besar, tumbuhnya
rambut di tempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun
membesar. Sedangkan seorang wanita

ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen.
Hormon estrogen berfungsi mempengaruhi timbulnya tandatanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu
kulit menjadi semakin halus, suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar.

Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari testis,
ovarium dan bagian alat kelamin lainnya

Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal(fisiologi). Reproduksi


secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia
berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan
vasektomi pada organ reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse
tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai
masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang
dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan suatu generasi.

Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses
reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka
kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan
keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.

Sexualitas adalah sesuatu kekuatan dan dorongan hidup ada diantara manusia laki – laki dan
perempuan dimana kedua makhluk ini merupakan suatu system yang memungkinkan terjadinya
keturunan yang sambung – menyambung sehingga existensi manusia itu tidak punah. Banyak peristiwa
bahagia dan hidup gairah oleh adanya sex, tetapi tidak sedikit pula adanya peristiwa sedih, malapetaka
dan kehancuran disebabkan oleh sex pula.

Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada pendapat ahli
yang extrim menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada hakekatnya dimotifasi dan didorong
oleh sex. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain mengatakan bahwa
kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh adanya gangguan pola
perkembangan kehidupan Psikosexualnya.

Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui apa dan bagaimana itu sex
dalam system reproduksi kita.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN WANITA

A. SISTEM REPRODUKSI PRIA


Meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.
Organ Reproduksi
Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi
luar.
1. Organ Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris.
 Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir
(skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh
sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri
dari serat jaringan ikat dan otot polos.
Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan
hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.
 Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari
epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
a. Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang
keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri.
Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai
sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
b. Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran
lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas
deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam
kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma
dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
c. Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan
kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma
agar masuk ke dalam uretra.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis.
Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan
saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
 Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai
getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris
merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan
kelenjar Cowper .
a. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan
kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding
vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan
bagi sperma.
b. Kelenjar prostate
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian
bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung
kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
c. Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang
salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang
bersifat alkali (basa).
2. Organ Reproduksi Luar
Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.
a. Penis.
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang
terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi
berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang
membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-
rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila
ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis
menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
b. Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis.
Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara
skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot
polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat
mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal
dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak
sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan
sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat
lebih rendah daripada suhu tubuh.
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan
tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).
Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari
spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya
menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu,
setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit
sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara
meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum
memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak
berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma).
Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid
dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah
spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada
bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut
akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk
menembus lapisan pelindung ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan
sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang
memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.

Hormon pada Pria


Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu estoteron, LH
(Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon
pertumbuhan.
a. Estoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk
membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit
sekunder.
b. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel
Leydig untuk mensekresi testoteron
c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi
menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma
(spermiasi) tidak akan terjadi.
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli
juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen
serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini
tersedia untuk pematangan sperma.
e. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis.
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis.
Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
1. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan
interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan
infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat
dilakukan dengan terapi hormon.

2. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari
rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan
pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika
belum turun juga, dilakukan pembedahan.
 Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan
sering buang air kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis adalah
Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus herpes.
 Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri,
seperti Escherichia coli maupun bukan bakteri.
 Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria.
Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
3. Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika
terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas
B. SISTEM REPRODUKSI WANITA
Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi, oogenesis, hormon pada
wanita, fertilisasi, kehamilan, persalinan dan laktasi.
1. Organ Reproduksi
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar.
a. Organ reproduksi dalam
Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi
(saluran kelamin).
 Ovarium
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan
panjang 3 - 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang.
Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang
dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi.
Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon
estrogen dan progesteron.
 Saluran reproduksi
Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan
vagina.
 Oviduk
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan
dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk
berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat
jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan
oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk.
Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
 Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan
oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya
mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai
tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding
berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan
endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel
dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan
pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi
(pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
 Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam
pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang
berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah
berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput
berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan
seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan
jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat
janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin
dikeluarkan.
b. Organ reproduksi luar
Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah
paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis. Mons pubis
(mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang banyak menandung
jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi oleh rambut. Di
bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar) yang berjumlah
sepasang. Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor (bibir kecil) yang
juga berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor berfungsi untuk
melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan labium minor pada bagian atas
labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.
Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada
pria. Meskipun klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun
klitoris juga mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak pembuluh
darah dan ujung-ujung saraf perasa.
Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan
saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau
selaput dara. Himen merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh
darah.
2. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam
ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat
diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak
diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu
pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan
berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap
pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi
anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan
istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung
sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki
sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama
pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan
hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit
yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel
oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit
sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit
primer).
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua).
Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir,
melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder
akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada
oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan
menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan
polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan
polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi
ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel)
merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi
untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan
seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi.
Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap
meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada
saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada
masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang).
Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum.
Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
3. Hormon pada Wanita
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan
reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada
wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
 Siklus menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus
yang disertai pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh
sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit
sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama
antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran
hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya
adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada
pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama
menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi.
Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-
ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi.
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga
korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari
dinding uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut
menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi
tipis. Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah
menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini
biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata
sekitar 50mL.
2. Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di
dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit
primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau
disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya,
folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan
pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan
endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga
mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa. Lendir yang
bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih
mendukung lingkungan hidup sperma.
3. Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi
perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan
FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan
hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel
de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi
terjadi pada hari ke-14.

4. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit
sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak
sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding
dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah
pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan
pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga
estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada
uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun,
bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah
menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen
dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan
menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan
selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan
fase menstruasi berikutnya.
4. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki
oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma
harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder
yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah
korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam
korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas
yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
1. Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
2. Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
3. Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang
tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
 Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
 Menarik sperma secara kemotaksis positif.
 Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian
korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona
pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga
merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh
proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu
ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala
sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti
sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung
23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang
kromosom (2n) atau 46 kromosom.
5. Gestasi (Kehamilan)
Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalannya
ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan tersebut berupa
sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap
morula.

Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula,
dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit terdiri dari sel-sel
bagian luar dan sel-sel bagian dalam.

a. Sel-sel bagian luar blastosit


Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu
implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah
endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim
proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan
dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas
agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya
akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran
kehamilan.

Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses


transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup
dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap
tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
1. Sakus vitelinus
Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang
pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada
blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-
pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas
membentuk korion.

2. Korion
Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion
membentuk vili korion (jonjot-jonjot) di dalam endometrium. Vili korion berisi
pembuluh darah emrbrio yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak
terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan endometrium uterus
membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi bagi embrio.

3. Amnion
Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam satu
ruang yang berisi cairan amnion (ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh membran
amnion. Cairan amnion berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan
bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis serta guncangan dari
luar.

4. Alantois
Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar
menghubungkan embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam
alantois terdapat pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari
ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea untuk
dibuang oleh ibu.

b. Sel-sel bagian dalam blastosit


Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio
(embrioblas). Pada embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar
(ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke dalam
sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan tersebut akan
berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada minggu ke-4 sampai minggu ke-
8.
Ektoderm akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan membentuk
tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin. Endoderm akan
membentuk organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan
pernapasan.

Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran, terjadi
penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini disebut masa
janin atau masa fetus.

6. Persalinan
Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara perlahan
menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi dilahirkan.
Penyebab peningkatan kepekaan dan aktifitas uterus sehingga terjadi kontraksi yang
dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen,


oksitosin, prostaglandin dan relaksin.

 Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat
persalinan. Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.

 Oksitosin
Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi untuk
kontraksi uterus.

 Prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin berfungsi
untuk meningkatkan intensitas kontraksi uterus.

 Relaksin
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta. Relaksin
berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul
sehingga mempermudah persalinan
.

7. Laktasi
Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu.
Produksi air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum
kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu
sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang belum
berkembang.
Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh
mammotropin. Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan
plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron
yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara
tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak
disekitarnya juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk
perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua
hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin
memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini
disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat
dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi
sejumlah besar somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik
ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.
8. Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
a. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya
menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore
sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang
yang tengah mengalami siklus menstruasi.
b. Kanker genitalia
Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks dan
ovarium.
c. Kanker vagina
Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi
karena iritasi yang diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain
dengan kemoterapi dan bedah laser.
d. Kanker serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh
lapisan epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk,
ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
e. Kanker ovarium
Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat
pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan
vagina abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.

f. Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di
luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus,
misalnya di paru-paru.
Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri
pada masa menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit
terjadi kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan,
laparoskopi atau bedah laser.
g. Infeksi vagina
Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi
vagina menyerang wanita usia produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan
kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur atau bakteri.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki penis dan
kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma di tandai dengan mimpi basah
pada usia pubertas Pada system reproduksi wanita memiliki vagina dan ovarium untuk
menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atu ovum ditandai menarche pada usia antara 13-16
tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum akan terjadi kehamilan yang akan
berkembang menjadi janin.

B. SARAN
Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua orang. Dengan
pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga alat reproduksinya untuk
tidak digunakan secar bebas tanpa mengatahui dampaknya, Pengetahuan yang diberikan harus
mudah dipahami, tepat sasaran, dan tidak menyesatkan. Dengan demikian orang tersebut akan
dapat menghadapi rangsangan dari luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

 Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta


 Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98.Sains : Biologi Esis-Penerbit Erlangga, Jakarta.
 Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa Mega, Jakarta.
 Tim Biologi.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy Puspa Mega. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai