SEPTIC ARTHRITIS
Oleh :
dr. Arief Satriyo Raharjo
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya panulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Septic
Arthritis”. Tujuan penulisan portofolio ini adalah guna memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan tugas internship di RSUD Ngudi Waluyo Blitar. Ucapan terimakasih
penulis ucapkan kepada pembimbing kami Dr. Deny Christianto atas bimbingan dalam
penulisan portofolio ini.
Penulis menyadari portofolio ini masih memiliki kekurangan, untuk itu kritik dan
saran penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan penulisan portofolio ini. Semoga
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Definisi 5
B. Etiologi ............................................................................................ 5
C. Epidemiologi ................................................................................... 7
D. Patogenesis ...................................................................................... 7
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................... 12
G. Diagnosis ......................................................................................... 14
I. Penatalaksanaan .............................................................................. 15
J. Prognosis ......................................................................................... 17
A. Identitas .......................................................................................... 19
B. Anamnesis ....................................................................................... 19
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................... 21
ii
G. Diagnosis ......................................................................................... 22
I. Penatalaksanaan .............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
karena cepat merusak kartilago hyaline artikular dan berisiko kehilangan fungsi
sendi yang ireversibel.1,2 Diagnosis awal yang diikuti dengan terapi yang tepat
Insiden septik artritis pada populasi umum bervariasi 2-10 kasus per
100.000 orang per tahun. Insiden ini meningkat pada penderita dengan
Puncak insiden pada kelompok umur adalah anak-anak usia kurang dari 5 tahun (5
per 100.000/tahun) dan dewasa usia lebih dari 64 tahun (8,4 kasus/100.000
keterlibatan poliartikular terjadi 10-15% kasus. Sendi lutut merupakan sendi yang
paling sering terkena sekitar 48-56%, diikuti oleh sendi panggul 16-21%, dan
Septik arthritis masih merupakan tantangan bagi para klinisi sejak dua puluh
tahun terakhir. Dengan penanganan yang dini dan tepat maka diharapkan dapat
mortalitas.5
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
yang masuk ke dalam sendi melalui proses bakteremia atau inokulasi langsung
B. Etiologi
patogen tersering pada bakterial arthritis pada usia anak-anak usia kurang dari 2
secara hematogen ini terjadi pada 55% kasus dewasa dan 90% pada anak-anak.
lahir rendah (<2.500 g), dan nutrisi parenteral.2,8 Port de entry adalah: (1) infeksi
saluran nafas, saluran pencernaan, saluran kencing, rongga mulut telinga, (2)
invasif lainnya seperti injeksi obat intravenous (3) inokulasi langsung pada injeksi
5
intraartrikular dan trauma. (3) Penyebaran infeksi dari jaringan sekitarnya dapat
terjadi pada kasus osteomyelitis. Pada anak-anak kurang dari 1 tahun, pembuluh
dari tulang ke ruang sendi, atau pada anak yang lebih lanjut, infeksi pada tulang
dapat merusak bagian korteks dan menyebabkan septik arthritis sekunder jika
tulang berada di dalam kapsul sendi, seperti pada sendi koksae dan bahu.9,10
Pada semua kelompok umur, 80% kasus disebabkan oleh Gram positif
Pneumonia) dan kira-kira 20% kasus disebabkan oleh gram negatif anaerob.
pada penderita penyakit autoimun, infeksi kulit sistemik, dan trauma. Pasien
dengan imunokompromis sering terinfeksi oleh basil gram negatif yang sering
6
C. Epidemiologi
Insiden septik artritis pada populasi umum bervariasi 2-10 kasus per
100.000 orang per tahun. Insiden ini meningkat pada penderita dengan
peningkatan risiko seperti artritis rheumatoid 28-38 kasus per 100.000 per tahun,
insiden pada kelompok umur adalah anak-anak usia kurang dari 5 tahun (5 per
keterlibatan poliartikular terjadi 10-15% kasus. Sendi lutut merupakan sendi yang
paling sering terkena sekitar 48-56%, diikuti oleh sendi panggul 16-21%, dan
berkembang lebih baik namun angka mortalitas tidak berubah dalam 25 tahun
D. Patogenesis
2. Inokulasi langsung, misalnya menusuk luka saat tindakan invasive. Cara ini
biasa terjadi pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa.
selulitis.
7
Gambar 1. Cara bakteri mencapai sendi
banyaknya fraksi kartilago hyalin) dengan aliran cairan sendi yang lambat,
interaksi pathogen bakteri dan respon imun hospes. Proses yang terjadi pada sendi
alami dapat dibagi pada tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri, terjadinya infeksi, dan
1. Kolonisasi bakteri
memediasi perlengketan efektif pada jaringan sendi yang bervariasi. Adhesin ini
diatur secara ketat oleh faktor genetik, termasuk regulator gen asesori (agr),
8
2. Faktor virulensi bakteri
Selain adhesin, bahan lain dari dinding sel bakteri adalah peptidoglikan
pada awal kolonisasi bakteri pada ruang sendi yang memungkinkan faktor adhesin
akan ditingkatkan membentuk kapsul yang lebih tebal yang lebih resisten terhadap
pembersihan imun hospes. Jadi peran mikrokapsul disini adalah resisten terhadap
intraseluler. 2,15
dan mengaktifkan respon inflamasi akut. Awalnya sel sinovial melepaskan sitokin
protein fase akut dari hepar dan juga mengaktifkan sistem komplemen.15
ruang sendi. Tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan sitokin inflamasi lainnya
penting dalam mengaktifkan PMN agar terjadi fogistosis bakteri yang efektif.
Kelebihan sitokin seperti TNF-α, IL-1β, IL-6, dan IL-8 dan macrophage colony-
stimulating factor dalam ruang sendi menyebabkan kerusakan rawan sendi dan
tulang yang cepat. Sel-sel fagosit mononoklear seperti monosit dan makrofag
migrasi ke ruang sendi segera setelah PMN, tetapi perannya belum jelas.
Komponen lain yang penting pada imun hospes pada infeksi stafilokokus adalah
9
sel natural killer (NK), dan nitric oxide (NO). Sedangkan peran dari limfosit T
dan B dan respon imun didapat pada septik artritis tidak jelas.15
E. Gambaran Klinis
Gejala klasik septik artritis adalah demam yang mendadak, malaise, nyeri
kemampuan ruang lingkup gerak sendi. Sejumlah pasien hanya mengeluh demam
ringan saja. Demam dilaporkan 60-80% kasus, biasanya demam ringan, dan
demam tinggi terjadi pada 30-40% kasus sampai lebih dari 39oC. Nyeri pada
septik artritis khasnya adalah nyeri berat dan terjadi saat istirahat maupun dengan
Sendi lutut merupakan sendi yang paling sering terkena pada dewasa
maupun anak-anak berkisar 45%-56%, diikuti oleh sendi panggul 16-38%. Septik
artritis poliartikular, yang khasnya melibatkan dua atau tiga sendi terjadi pada
terjadi demam dan flare pada artritis reumatoid maka perlu dipikirkan
predisposisi, mencari sumber bakterimia yang transien atau menetap (infeksi kulit,
obat suntik, dan lain lain), mengidentifikasi adanya penyakit sistemik yang
pembengkakan (90% kasus), hangat, dan nyeri tekan yang merupakan tanda
10
penting untuk mendiaganosis infeksi. Efusi biasanya sangat jelas/banyak, dan
berhubungan dengan keterbatasan ruang lingkup gerak sendi baik aktif maupun
pasif. Tetapi tanda ini menjadi kurang jelas bila infeksi mengenai sendi tulang
Tabel 2. Gambaran klinis yang muncul pada pasien septik arthritis dalam sebuah
studi di Singapura.13
Permukaan lembek 9
Demam 5
Tabel 3. Onset septik arthritis pada pasien septik arthritis dalam sebuah studi di
Singapura.13
< 10 0
11 – 20 2
21 – 30 3
31 – 40 5
41 – 60 0
>60 1
11
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
peningkatan laju endap darah dan C-reactive Protein (CRP). Tes ini tidak spesifik
tapi sering digunakan sebagai petanda tambahan dalam diagnosis khususnya pada
kecurigaan septik arthritis pada sendi. Kultur darah memberikan hasil yang positif
artritis septik, bila sulit dijangkau seperti pada sendi panggul dan bahu maka
gunakan alat pemandu radiologi. Cairan sendi tampak keruh, atau purulen,
leukosit cairan sendi lebih dari 50.000 sel/mm3 predominan PMN, sering
kortikosteroid, dan pemakai obat suntik sering dengan leukosit kurang dari 30.000
sel/mm3. Leukosit cairan sendi yang lebih dari 50.000 sel/mm3 juga terjadi pada
Ditemukannya kristal pada cairan sendi juga tidak menyingkirkan adanya septik
positif pada 75% kasus arthritis positif kultur stafilokokus dan 50% pada artritis
12
positif kultur basil gram negatif. Pengecatan gram ini dapat menuntun dalam
terapi antibiotika awal sambil menunggu hasil kultur dan tes sensitivitas. Kultur
cairan sendi dilakukan terhadap kuman aerobik, anaerobik, dan bila ada indikasi
untuk jamur dan mikobakterium. Kultur cairan sinovial positif pada 90% pada
adanya asam nukleat bakteri dalam jumlah kecil dengan sensitifitas dan
Namun PCR juga mengalami kelemahan yaitu hasil positif palsu bila
pemeriksaan.1,15
4. Pemeriksaan Radiologi
gambaran normal atau adanya kelainan sendi yang mendasari. Penemuan awal
berupa pembengkakan kapsul sendi dan jaringan lunak sendi yang terkena,
13
terjadi pada minggu pertama septik arthritis. Dalam 7 sampai 14 hari,
penyempitan ruang sendi difus dan erosi karena destruksi kartilago. Pada stadium
maupun ekstra artikular yang tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi. Sangat
sensitive untuk mendeteksi adanya efusi sendi minimal (1-2 mL), termasuk sendi-
sendi yang dalam seperti pada sendi panggul. Cairan sinovial yang hiperekoik dan
G. Diagnosis
mengalami nyeri, pembengkakan, hangat disertai demam yang terjadi secara akut
disertai dengan pemeriksaan cairan sendi dengan jumlah lekosit > 50.000 sel/mm3
H. Diagnosis Banding
sinovitis traumatis, efusi sendi dengan riwayat trauma yang tidak jelas terutama
pada anak. Ketiga, selulitis, yang biasanya menunjukkan eritema dan edema lokal
dibandingkan septik arthritis yang lebih luas dan daerah lebih lembut jika ditekan.
14
sirkumferensial. Keempat, osteomyelitis akut, yang memiliki gambaran mirip
dengan septik arthritis akut. Osteomyelitis dan septik arthritis merupakan dua
kondisi yang bisa terjadi bersamaan, khususnya di pinggul atau sendi bahu. Pada
sendi, sementara septik arthritis spasme otot mencegah gerakan yang hampir
I. Penatalaksanaan
sterilisasi sendi, dan mengembalikan fungsi sendi. Terapi atrhritis septik meliputi
1. Terapi non-farmakologi
terkena. Rehabilitasi merupakan hal yang penting untuk menjaga fungsi sendi dan
saat munculnya arthritis untuk mengurangi kehilangan fungsi. Pada fase akut, fase
supuratif, pasien harus mempertahankan posisi fleksi ringan sampai sedang yang
mempertahankan posisi dengan fungsi optimal, sendi lutut dengan posisi ekstensi,
sendi panggul seimbang posisi ekstensi dan rotasi netral, siku fleksi 900, dan
pergelangan tangan posisi netral sampai sedikit ekstensi. Walaupun pada fase
akut, latihan isotonik harus segera dilakukan untuk mencegah otot atropi.
Pergerakan sendi baik aktif maupun pasif harus segera dilakukan tidak lebih dari
15
2. Terapi farmakologi
untuk pemeriksaan serta pemberian terapi antibiotika yang sesuai dan segera
pertimbangan termasuk kondisi klinis, usia, pola dan resisitensi kuman setempat,
dan hasil pengecatan gram cairan sendi. Modifikasi antibiotika dilakukan bila
arthritis selama 1 minggu diikuti dengan pemberian antibiotika oral dosis tinggi
intravenus yang lebih lama diindikasikan pada infeksi bakteri yang sulit
16
parenteral 4 minggu untuk mencegah infeksi rekuren.1,20 Pemberian antibiotika
intra artikular tidak efektif dan justru dapat menimbulkan sinovitis kemikal.15
Drainase yang tepat dan adequat dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Teknik yang bisa dilakukan antara lain aspirasi dengan jarum, irigasi tidal,
Aspirasi jarum sebagai prosedur awal drainase sendi yang mudah diakses
seperti sendi lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan sendi-sendi kecil.
Drainase dilakukan sesering yang diperlukan pada kasus efusi berulang. Jika
dalam waktu 7 hari terapi jumlah cairan, jumlah sel dan persentase PMN menurun
setiap aspirasi maka tindakan dengan aspirasi jarum tertutup dapat diteruskan
sesuai kebutuhan. Tapi bila efusinya persisten selama 7 hari yang menunjukkan
indeks perburukan efusi sendi atau cairan purulen tidak dapat dievakuasi maka
tindakan yang invasif. Indikator ini termasuk lamanya penundaan terapi dari onset
penyakit, usia ekstrim, adanya penyakit sendi yang mendasari, pemakaian obat
J. Prognosis
Walaupun dengan terapi yang cepat dan tepat pada septik arthritis tetapi
prognosisnya masih buruk. Pada studi yang dilakukan oleh Kaandorp dkk pada
154 pasien (dewasa dan anak-anak), 33% kasus dengan keluaran sendi yang buruk
17
yaitu dengan amputasi, arthrodesis, bedah prostetik, atau perburukan fungsional
18
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Blitar
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal periksa : 16 April 2017
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Bengkak dan nyeri pada tangan kanan
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada kedua kaki dan tangan kanan
sejak 6 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pada tangan kanan jika di
gerakkan. Keluhan timbul secara perlahan. 2 bulan yang lalu pasien juga
mengalami keluhan yang sama tetapi gejala berkurang dengan pemberian
obat. Terdapat benjolan pada kedua kaki dan tangan kanan, nyeri jika ditekan.
Mual -, muntah -, nyeri kepala -, sesak -, nyeri perut
Riwayat Pengobatan:
Molacort
19
Kemoren
C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Status Generalis
Keadaan umum:
Sakit sedang/Composmentis (GCS 4-5-6)
Tanda vital
Tekanan darah : 140/80 MmHg
Nadi : 99 x/menit, reguler
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 37 0C
3. Pemeriksaan Thoraks
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Jantung : S1 dan S2 tunggal, irregular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
4. Pemeriksaan Abdomen
Flat, soefl, bising usus (+) normal, hepar/lien tidak teraba, nyeri
tekan epigastrium+
5. Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat, edema (+), CRT < 2 detik
20
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
2. Laboratorium
21
E. DIAGNOSIS
Septic Arthritis
F. DIFERENTIAL DIAGNOSIS
Gout Arthritis
Selulitis
G. TERAPI
o Inf. NS 0,9% 20 tpm
o Diet tktp rendah purin
o Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
o Inj. Lansoprazole 1 x 30 mg
o Inj. Cepoferazone 2 x 2 gr
PO:
o Meloxicam 1 x 15 mg
o Kolkisin 2 x 0,5 mg
o Kompres tangan yang sakit dengan NS steril
o Plan di ruangan GD1/GD2, asam urat, profil lipid
Konsul → Ortopedi
22
BAB III
FORMAT PORTOFOLIO
Nama peserta : dr. Arief Satriyo Raharjo
Nama wahana: RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Blitar
Topik: Septic Artritis
Tanggal (kasus): 10 september 2017
Nama Pasien: Tn.S No. RM: 098xxx
Tanggal presentasi: Nama pendamping:
1. dr. Endah Woro U
2. dr. Deny Christianto
Tempat presentasi: RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Blitar
Obyektif presentasi:
Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan
pustaka
Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ □
Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Tn.S, 44 tahun, datang dengan bengkak dan nyeri pada kaki
dan tangan kanan
Tujuan: Mengetahui etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan
ketoacidosis diabeticum
Bahan □ Tinjauan □ Riset Kasus □ Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi □ Presentasi □ Email □ Pos
membahas: dan diskusi
Data pasien: Nama: Tn. S Nomor RM: 098xxx
Nama klinik: RSUD Ngudi Telp: - Terdaftar sejak: -
Waluyo Wlingi, Blitar
Data utama untuk bahan diskusi:
23
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Keluhan utama : Bengkak dan nyeri pada tangan kanan
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada kedua kaki dan tangan kanan
sejak 6 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pada tangan kanan jika di
gerakkan. Keluhan timbul secara perlahan. 2 bulan yang lalu pasien juga
mengalami keluhan yang sama tetapi gejala berkurang dengan pemberian
obat. Terdapat benjolan pada kedua kaki dan tangan kanan, nyeri jika
ditekan.
Mual -, muntah -, nyeri kepala -, sesak -, nyeri perut
24
Kepala/leher : pupil bulat isokor ( 3mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
pembesaran kelenjar limfe (–), trakea di tengah, kaku
kuduk (–)
Dada : simetris, retraksi (–), deformitas (–)
Cor (jantung) : ictus cordis tidak terlihat, teraba di i.c.s. V m.c.l. sin
HR 104x/menit; S1S2 tunggal, murmur (–), gallop (–)
Pulmo : pergerakan dinding dada simetris, retraksi (–)
suara nafas vesikular; ronkhi (–), wheezing (–)
Perut : distended (–), bising usus (+) normal, meteorismus (–)
shifting dullness (–),nyeri tekan (–)
Ekstremitas : Edema(+)
Pemeriksaan Laboratorium:
25
Assesment
Septic Arthritis
Planning
PTx:
o Inf. NS 0,9% 20 tpm
o Diet tktp rendah purin
o Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
o Inj. Lansoprazole 1 x 30 mg
o Inj. Cepoferazone 2 x 2 gr
PO:
o Meloxicam 1 x 15 mg
o Kolkisin 2 x 0,5 mg
o Kompres tangan yang sakit dengan NS steril
o Plan di ruangan GD1/GD2, asam urat, profil lipid
Konsul → Ortopedi
Daftar pustaka:
1. Hughes LB. Infectious Arthritis. In: Koopman WJ, Moreland LW, Ed.
Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology. 15th ed.
Philadelpia: Lippincott William & Wilkins, 2005.p.2577-2601.
26
2. Gupta MN, Sturrock RD, Field M. A prospective 2-year study of 75 patients
with adult-onset septic arthritis. J Rheumatology 2001;40:24-30.
3. Kaandorp CJE, Dinant HJ, van de Laar MAFJ, Moens HJB, Prins APA,
Dijkmans BAC. Incidence and source of native and prosthetic joint infection:
a community based prospective survey. Ann Rheum Dis 1997;56:470-5.
5. Nar MK, Kua KE, Wu CH. Septic arthritis and acute osteomyelitis in early
infantcy. Clinical of neonatology 1999;6(2):
6. Boeck HD. Osteomyelitis and septic arthritis in children. Acta Orthop Belg
2005; 71:505-515
7. Berbari EF, Marculescu C, Sia I, Lahr BD, Hanssen AD, Steckelberg JM, et
al. Culture-negative prosthetic joint infection. Clin Infect Dis. Nov
1 2007;45(9):1113-9.
9. Shetty AK, Gedalia A. Septic arthritis in children. Rheum Dis Clin North Am
1998;24(2):287-304.
10. Jackson MA, Burry VF, Olson LC. Pyogenic arthritis associated with
adjacent osteomyelitis: identification of the sequela-prone child. Pediatri
Infect Dis J 1992;11(1):9-13.
11. Morgan DS, Fisher D, Merianos A,Currie BJ. An 18 year clinical review of
septic arthritis from tropical Australia. Epidemiol Infect 1996;117 (3):423-8.
12. Ryan MJ, Kavanagh R, Wall PG, Hazleman BL. Bacterial joint infections in
England and Wales: analysis of bacterial isolates over a four year period. Br.
J. Rheumatol 1997;36:370-3.
13. Ho NK, Low YP, See HS. Septic arthritis in newborn-A17 years’ clinical
experience. Sing Med J 1989;30:356-358.
14. Kandrop dkk dalam Offiah AC. Acute osteomyelitis, septic arthritis, and
discitis: differences between neonates and older children. European Journal
of Radiology 2006;60:221-232.
27
15. Shirtliff ME, Mader JT. Acute septic arthritis. Clinical microbiology reviews
2002:15;527-44.
16. Klein RS. Joint infection, with consideration of underlying disease and
sources of bacteremia in hematogenous infection. Clin Geriatr Med
1988;4(2):375-94.
19. Nade S. Acute septic arthritis in infancy and childhood. The Journal of Bone
and Joint Surgery 1983;65-B(3):234-241.
20. Sudoyo A et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Jilid II Edisi IV.
Jakarta: FK UI, 2007.
21. Nusem I, Jabur MK, Playford EG. Arthroscopic treatment of septic arthritis
of the hip. Arthroscopy 2006;22(8):902-3.
23. Gunawan SG, dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FK UI, 2007.
Hasil pembelajaran:
1. Epidemiologi dan Etiologi
2. Penegakan diagnosis
3. Penatalaksanaan Septic Arthritis
28
DAFTAR PUSTAKA
24. Hughes LB. Infectious Arthritis. In: Koopman WJ, Moreland LW, Ed. Arthritis
and allied conditionsa text book of rheumatology. 15th ed. Philadelpia:
Lippincott William & Wilkins, 2005.p.2577-2601.
25. Gupta MN, Sturrock RD, Field M. A prospective 2-year study of 75 patients
with adult-onset septic arthritis. J Rheumatology 2001;40:24-30.
26. Kaandorp CJE, Dinant HJ, van de Laar MAFJ, Moens HJB, Prins APA,
Dijkmans BAC. Incidence and source of native and prosthetic joint infection: a
community based prospective survey. Ann Rheum Dis 1997;56:470-5.
27. Morgan DS, Fisher D, Merianos A,Currie BJ. An 18 year clinical review of
septic arthritis from tropical Australia. Epidemiol Infect 1996;117 (3):423-8.
28. Nar MK, Kua KE, Wu CH. Septic arthritis and acute osteomyelitis in early
infantcy. Clinical of neonatology 1999;6(2):
29. Boeck HD. Osteomyelitis and septic arthritis in children. Acta Orthop Belg
2005; 71:505-515
30. Berbari EF, Marculescu C, Sia I, Lahr BD, Hanssen AD, Steckelberg JM, et
al. Culture-negative prosthetic joint infection. Clin Infect Dis. Nov
1 2007;45(9):1113-9.
31. Backstein D, Hutchison C, Gross A. Septic arthritis of the hip after percutaneous
femoral artery catheterization. ÊThe Journal of Arthroplasty 2002;17(8):1074-7.
32. Shetty AK, Gedalia A. Septic arthritis in children. Rheum Dis Clin North Am
1998;24(2):287-304.
33. Jackson MA, Burry VF, Olson LC. Pyogenic arthritis associated with adjacent
osteomyelitis: identification of the sequela-prone child. Pediatri Infect Dis J
1992;11(1):9-13.
34. Morgan DS, Fisher D, Merianos A,Currie BJ. An 18 year clinical review of
septic arthritis from tropical Australia. Epidemiol Infect 1996;117 (3):423-8.
35. Ryan MJ, Kavanagh R, Wall PG, Hazleman BL. Bacterial joint infections in
England and Wales: analysis of bacterial isolates over a four year period. Br. J.
Rheumatol 1997;36:370-3.
36. Ho NK, Low YP, See HS. Septic arthritis in newborn-A17 years’ clinical
experience. Sing Med J 1989;30:356-358.
37. Kandrop dkk dalam Offiah AC. Acute osteomyelitis, septic arthritis, and discitis:
differences between neonates and older children. European Journal of Radiology
2006;60:221-232.
38. Shirtliff ME, Mader JT. Acute septic arthritis. Clinical microbiology reviews
2002:15;527-44.
39. Klein RS. Joint infection, with consideration of underlying disease and sources
of bacteremia in hematogenous infection. Clin Geriatr Med 1988;4(2):375-94.
42. Nade S. Acute septic arthritis in infancy and childhood. The Journal of Bone and
Joint Surgery 1983;65-B(3):234-241.
43. Sudoyo A et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Jilid II Edisi IV. Jakarta:
FK UI, 2007.
44. Nusem I, Jabur MK, Playford EG. Arthroscopic treatment of septic arthritis of
the hip. Arthroscopy 2006;22(8):902-3.
46. Gunawan SG, dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FK UI, 2007.