Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KERACUNAN OBAT”

KELOMPOK II :

- ANDIKA NOFRIAWAN PK 115 016 002


- RESKI ANJELI : PK 115 016 029
- NILU RINA : PK 115 016 023
- EKA BIMA : PK 115 016 008
- IQRA : PK 115 014 012
- IIN NURUZANI PK 115 016 076

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA


PALU 2019
KERACUNAN OBAT

A. Definisi
Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena
beberapa faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis),
salah pemberian obat,dan lain – lain yang sifatnya tidak di sengaja atau
disengaja. Sedangkan alergi obat adalah suatu reaksi yang ditimbulkan olah
tubuh akibat pemberian senyawa asing. Cara menghindarinya:

1. Kenali tubuh
Jika mempunyai alergi pada suatu senyawa (baik obat maupun
makanan) maka ingatlah atau bahkan catat agar hal itu tidak terjadi.
2. Kenali obat dan makanan
Tanyakan pada dokter saat memberikan resep atau apoteker saat
menebus obat tentang bagaimana cara penggunaan yang tepat, efek apa yang
akan ditimbulkan, dapatkah menimbulkan alergi bagi kebanyakan orang, dan
yang paling penting bagaimana cara penangannya saaat terjadi alergi.

B. Jenis-Jenis dan Tipe Obat


Jenis Obat bebas :
1. Obat yang dapat dibeli atau didapatkan tanpa adanya resep dari tenaga
kesehatan yang berwenang. Contoh : aspirin, obat flu.
2. Obat dengan resep : Obat yang diperjualbelikan secara legal. Contoh : obat
dengan tanda tertentu (® )
3. Obat herbal atau tumbuhan obat , yaitu obat-obatan yang digunakan berasal dari
tumbuhan dan belum mengalami proses kimia dilaboratorium. Contoh : ginko
biloba, jamu, dan lain – lain.

C. Sistem Distribusi Obat


1. Penyediaan obat cadangan/terpusat yaitu persediaan obat didalam ruang
rawat Contoh : cairan infus, vitamin .
2. Sediaan dosis obat yaitu penyimpanan ditempat khusus yang sudah
diberi label obat . Contoh : kotak obat untuk tiap – tiap klien.
3. Sistem pembagian obat secara otomatis
Menggunakan mesin yang berfungsi seperti mesin ATM untuk
mengambil obat dengan cepat bila dalam keadaan darurat.
4. Suplai obat mandiri yaitu obat diberikan dan disimpan oleh klien secara
langsung. Contoh : obat-obat per oral (tablet, sirup).

D. Legal Aspek Pemberian Obat Tenaga kesehatan yang berwenang untuk


memberikan obat :
1. Medis / dokter
2. Farmasist / apoteker
3. Perawat

Legal Aspek Pemberian Obat Resep


Obat Dalam resep obat harus tercantum :
1.Nama lengkap klien
2. Nama obat yang diberikan
3.Jumlah dan dosis obat yang diinginkan
4. Frekuensi pemberian selama 1 hari.
5. Tanggal resep dibuat
6.Tanda tangan tenaga kesehatan yang membuat resep

Tipe Obat :
a. Order sekali waktu adalah pesanan pemberian obat yang hanya satu kali untuk
diberikan, misalnya obat-obat preoperative / anestesi.
b. Stat order adalah pesanan pemberian obat yang segera diberikan kepada klien dan
hanya berlaku satu kali pemberian, contoh : laksatif.
c. By phone order adalah pesanan / instruksi melalui telepon, faximile, verbal.
Perawat harus melakukan pencatatan pesanan ini, kemudian meminta tanda tangan
pemberi pesanan.

E. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung atau suntikan, karena
hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi
suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya.
Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil
sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernapasan pada
keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-
satunya tanda, karena pupil biasanya berdilatasi pada pasien keracunan akut.
Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadarannya, pupilnya
mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint

Kulit muka merah, banyak keringat, tinnitus, tuli, takikardi, dan


hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (Aspirin). Luka
bakar berwarna putih pucat dan mukosa mulut dan luka bakar keabu-abuan
pada bibir dan dagu menunjukkan pasien telah minum bahan akustik atau
korosif, dan bau lisol adalah ciri khas intoksikasi derivat fenol.
Ditemukan bula pada kulit pasienyang tidak sadarkan diri, terutama
pada daerah kulit yang eritema, sangat mengarah pada dosis barbiturat
berlebih sebagai penyebab koma. Frekuensi terjadinya lesi-lesi ini sampai 6%
terutama bila menggunakan ppreparat-preparat barbiturat dengan masa kejang
sedang. Lesi ini paling sering ditemukan pada lipatan diantara dua permukaan
kulit yang mengalami tekanan, seperti celah antar jari dan bagian dalam
lipatan lutut. Lesi jarang timbul pada daerah dengan tekanan maksimum. Bila
dijumpai, biasanya terjadi pada keracunan akut lain, terutama glutetimid,
antidepresan trisiklik, metakualon, meprobamat, dan karbon monoksida.

Penting pula diperiksa adanya tanda-tanda tusukan jarum suntik


terutama dipunggung tangan, fosa kubiti, lengan bawah, dan di bagian dala
betis serta pleksus vena rektum, vagina, dan sublingual. Luka-luka tususk ini
sering disertai infeksi.

Ciri lain adalah mainlining, terutama pada penggunaan metakualon


dan barbiturat, berupa ulkus dangkal di vena superficialis dengan tercecernya
obat ke dalam jaringan subkutan.
Kombinasi hipertonik, refleks ekstremitas yang meningkat, sering
disertai dengan klonus, respons ekstensor, dan mioklonik di samping
menurunnya kesadaran menyokong diagnosis keracunan marax
(difenhidramin dan metakualon).
Hilangnya kesadaran dengan pupil berdilatasi lebar, distensi vesika
urinaria, bisisng usus negatif, aritmia jantung dan gejala-gejala traktus
piramidalis sering merupakan akibat dosis berlebih obat antidepresan trisiklik.

Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat, disertai dengan


gangguan pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda
sering dihubungkan dengan keracunan akut dekstropropoksifen, terutama bila
digunakan bersama alkohol.
Anak remaja, yang menunjukkan ciri-ciri yang mengarah pada
intoksikasi alkahol tetapi dengan napas yang berbau peralut seperti aseton atau
toluen, harus dicurigai telah melakukan solvent sniffing, biasanya karena
menghirup perekat buatan pabrik. Untuk zat aditif, gejala terdiri dari dua
kelompok besar yaitu:

1.Kelompok sindrom simpatomimetik


Gejala yang sering ditemukan adalah dilusi, paranoid, takikardi,
hipertensi, hiperpireksia, keringat banyak, midriasis, hiperfleksi, kejang (pada
kasus berat), hipotensi (pada kasus berat), dan aritmia (pada kasus berat).
Obat-obat dengan gejala tersebut adalah:
1. Amfetamin
2. MDMA dan derivatnya
3. Kokain
4. Dekongestan
5. intoksikasi teofilin
6. Intoksikasi kafein

1.Golongan opiat (morfin, petidin, heroin, kodein) dan sedatif


Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah koma, depresi napas,
miosis, hipotensi, bradikardi, hipotermia, edema paru, bisisng usus
menurun, hiporefleksi, dan kejang (pada kasus yang berat).
2.Pada kelompok ini dimasukkan beberapa obat, yaitu:
1. Narkotika
2. Barbiturat
3. Benzodiazepin
4. Meprebamat
5. Etanol
F.Penatalaksanaan
Penetalaksanaan kedaruratan terhadap reaksi obat akut :
a.Kaji keadekuatan pernafasan. Dapatkan control jalan nafas ventilasi dan
oksigenasi
1. gunakan selang endotrakeal dan berikan bantuan ventilasi pada pasien
dengan depresi berat yang tidak ada reflek batuk
2. dapatkan analisis gas darah untuk hipoksia karena hipoventilasi dan
abnormalitas asam basa.
3. Berikan oksigen.
b.Stabilkan system kardiovaskuler ( ini dilakukan simultan dengan
penatalaksanaan jalan nafas)
4. mulai kompresi jantung eksternal dan ventilasi pada tidak adanya denyut
jantung
5. memulai monitor EGC
6. dapatkan gambaran sample darah untuk tes glukosa, elektrolit, BUN,
kreatinin, dan skrin toksikologi yang tepat
7. mulai cairan IV.Berikan antagonis obat khusus sesuai ketentuan jika obat
diketahui. Nalakso hidroklorida (narcan) sering digunakan, dekstrosa 50%
dalam air juga digunakan (untuk hipoglikemia).Singkirkan obat dari
lambung sesegera mungkin
8. rangsang muntah jika setelah pasien ditemukan dini setelah
mencerna.(Simpan muntahan untuk pemeriksaan toksikologi).
9. Gunakan bilas lambung jika pasien tuidak sadar atau jika tidak ada jalan
untuk menentukan kapan obat diminum. (jika pasioen tidak mempunyai
rerflek menelan atau batuk, lakukan prosedur ini hanya setelah inkubasi
dengan selang endotrakea dikembungkan untuk mencegah aspirasi isi
lambung)
10. Karbon teraktivasimungkin dapat digunakan pada terapi, digunakan
setelah muntah atau bilas.
11. Simpan aspirasi lambung untuk analisis toksikologik.

1. Sediakan peralatan mendukung


1. ukur suhu rectal : termoregulasi yang ekstrem (hipertermia dan
hipotermia) harus diketahui dan ditangani
2. atasi kejang sesuai petunjuk, mulai kewaspadaan kejang.
3. Bantu hemodialisis dan dialysis peritoneal untuk potensi keracunan
mematikan
4. Pasang kateter urine untuk mempertahankan aliran urine karena obat atau
metabolic dikeluarkan melalui urine.
2. Dapatkan pemeriksaan fisik untuk menghilangkan kemungkinan syok insulin,
meningitis, hematoma, subdural, stroke, dan penyebab lain.
1. kaji tanda jarum dan bukti trauma luar
2. lakukan pengkajian neurologik cepat (tingkat respon, ukuran dan reaksi
pupil, reflek, temuan vocal neurologoik.
3. Ingat bahwa beberapa pangguna obat menggunakan obat multiple secara
simultan.
4. Waspada bahwa terdapat insiden tinggi infeksio HIV AIDS dan hepatitis
B, diantaranya pengguna obat kala menggunakan jarum yang tidak steril.
5. Periksa nafas pasien untuk karakteristik bau alcohol, aseton dan lain-lain.
3. Coba untuk mendapat riwayat penggunaan obat (dari orang lain yang ikut
bersama pasien)
1. ciptakan hubungfan suportif dan realistis dengan pasien.
2. Jangan meninggalkan pasien sendiri karena ada potensi menyakiti diri,
orang lain atau staf di departemen kedaruratan.
4. Masukan pasien ke unit perawatan intensif jika tidak sadar, jika pasien dengan
sengaja takar ajak konsultasi ke sokter psikiatrik bila diperlukan.
5. Buat usaha untuk mendaftarkan pasien pada program penanganan obat
(detoksifikasi dan rehabilitasi).

Pertolongan pada Korban Keracunan

Pada umumnya, tata cara pertolongan akibat keracunan biasanya


mengikuti satu pedoman umum, kecuali pada beberapa kasus keracunan
khusus seperti sianida, yang memerlukan pertolongan secara khusus.
Pedoman utama dalam memberikan pertolongan adalah dengan cara
menghilangkan atau membuang bahan beracun dari korban.
Umumnya pertolongan pertama yang diberikan kepada korban yang
tidak sadar atau hampir pingsan adalah dengan menelungkupkannya dengan
kepala menghadap ke samping dan lidah dikeluarkan untuk mencegah
tersedak karena ludah. Jagalah korban agar tetap pada posisi berbaring dan
tetap hangat suhu badannya, dan jika diperlukan berilah bantuan pernafasan
buatan. Ingat : jangan memberi minuman beralkohol karena dapat
mempercepat penyerapan beberapa jenis racun oleh tubuh. Dan terakhir
segeralah meminta pertolongan dari petugas kesehatan.
Secara khusus, perlakuan lanjutan yang harus dilakukan pada setiap jenis keracunan
bahan kimia yang berbeda adalah sebagai berikut :
1. Keracunan melalui Mulut/Pencernaan
Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan
memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas, Apabila korban pingsan
jangan berikan sesuatu melalui mulut. Usahakan supaya muntah segera
dengan memasukkan jari tangan ke pangkal lidah atau dengan memberikan air
garam hangat (satu sendok makan garam dalam satu gelas air hangat). Ulangi
sampai pemuntahan cairan jernih. Pemuntahan jangan dilakukan apabila
tertelan minyak tanah, bensin, asam atau alkali kuat, atau apabila korban tidak
sadar.
Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya,
berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum. Bubuk
antidote umum terbuat dari dua bagian arang aktif (roti yang gosong), satu
bagian magnesium oksida (milk of magnesia), dan satu bagian asam tannat
(teh kering). Jangan berikan minyak atau alkohol kecuali untuk racun tertentu.
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan
pertama terhadap korban keracunan bahan kimia :

Jenis Peracun Pertolongan Pertama


Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), fluoroboric Bila tertelan berilah bubur
acid,hydrobromic acid 62%, hydrochloric aluminium hidroksida atau
acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur dioksida, milk of magnesia diikuti
dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium dengan susu atau putih telur
hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau yang dikocok dengan air.
putih telur yang dikocok dengan air. Jangan diberi dengan
karbonat atau soda kue.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida Bila tertelan berilah asam
(NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida asetat encer (1%), cuka
(CaO), soda abu, dan lain-lain. (1:4), asam sitrat (1%), atau
air jeruk. Lanjutkan dengan
memberi susu atau putih
telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain Berikan antidote umum,
susu, minum air kelapa,
norit, suntikan BAL, atau
putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu,
vegeta, norit, suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan
pemuntahan dan
berikan milk of magnesia.

2. Keracunan melalui Pernafasan


Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan,
gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada, tahanlah
nafas saat memberikan pertolongan di tempat beracun. Bawalah korban ke
tempat yang berudara sesegera mungkin dan berikan pernafasan buatan
secepatnya, apabila korban mengalami kesulitan bernafas. Lakukan hal
tersebut berulang-ulang sampai petugas kesehatan datang.
3. Keracunan melalui Kulit
Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan
tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan agar
tidak tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang terkena bahan racun
dengan air bersih paling sedikit 15 menit. Langkah selanjutnya, lepaskan
pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan benda-benda lain yang
terkena racun. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium
bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali diperintahkan oleh petugas
kesehatan yang hadir di situ.
4. Keracunan melalui Mata
Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata,
segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air bersih
dalam jumlah banyak (disini anda dapat mengunakan air hangat-hangat kuku).
Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu matanya supaya kelopak mata
tidak menyentuh bola mata. Posisi ini memungkinkan masuknya air bersih
dan dapat mencuci seluruh permukaan bola mata dan kelopaknya. Teruskan
pekerjaan ini sampai paling sedikit 15 menit.
Perlindungan diri terhadap bahaya kesehatan dari keracunan bahan-
bahan kimia di Indonesia, sangat rendah sekali. Hal ini dimungkinkan karena
laboratorium-laboratorium kimia di Indonesia sering mengabaikan standar
minimal operasional terutama dalam ketidaksediaan lemari asam. Hal ini juga
diperparah oleh para pengunanya yang lalai terhadap perlindungan diri.
Banyak terjadi kasus keracunan bahan kimia yang disebabkan oleh
kecerobohan dan ketidaktahuan para penguna mengenai potensi bahaya dari
suatu bahan kimia.
Untuk mencegah terjadinya keracunan selama bekerja di laboratorium, berikut adalah
beberapa hal yang harus diperhatikan penguna :
1. Mempunyai pengetahuan akan bahaya dari setiap bahan kimia sebelum melakukan
analisis.
2. Simpanlah semua bahan kimia pada wadahnya dalam keadaan tertutup dengan
label yang sesuai dan peringatan bahayanya.
3. Jangan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas
makanan/minuman, gunakanlah botol reagen.
4. Jangan makan/minum atau merokok di laboratorium.
5. Gunakan lemari asam untuk bahan-bahan yang mudah menguap dan beracun.
6. Gunakan atau pakailah jas laboratorium selama bekerja di laboratorium.
7. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan bila terjadi keracunan bahan kimia di
laboratorium.

KERACUNAN ZAT-ZAT KIMIA DAN OBAT-OBATAN


1.a. Alkohol
 Etil alkohol (wiski berkadar 40%, Gin 30%,
 Anggur 10%, Bir 5%)
 Alkohol pekat (95% dan 75%)
 Metil Alkohol (spiritus).
Bahaya: buta mendadak (pada keracuna spiritus). Kematian terjadi karena
kelumpuhan pernafasan.
Tindakan pertolongan:
 Usahakan agar muntah
 Pembilasan lambung dengan larutan soda kue (1 sendok teh dalam segelas air),
setiap satu jam.
 Kopi pekat diminumkan atau dimasukan lewat dubur.
 Pernafasan buatan dan elimuti tubuh penderita.
b. Arsen
 Racun tikus (warangan).
 Kertas pembunuh lalat.
Gejala: Perut dan tenggorokan terasa terbakar, muntah dan berak seperti cucian
beras, mulut kering, nafas dan kotoran berbau bawang, kejang otot, sakit kepala,
tangan dan kaki dingin, pernafasan mendesis, kejang-kejang, pingsan.
Tindakan pertolongan:
 Pembilasan lambung dengan mempergunakan 30 gram soda kue dalam setengah
gelas air, boleh juga dengan larutan arang (norit).
 Usahakan agar muntah.
 Berikan putih telur dan susu.
 Kirim ke rumah sakit.
c. Asam borat
 Boorwater adalah larutan asam borat dengan kadar 3%.
Gejala: Mual, muntah, menceret, sakit kepala, keringat dingin, sesak nafas, kulit
keluar merah-merah, pingsan.
Tindakan pertolongan:
 Usahakan agar muntah.
 Pembilasan lambung dengan air garam atau air biasa sebanyak mungkin dan
muntahkan.
 Bila terjadi kejang-kejang atau shock, bawa ke rumah sakit.
d. Asam keras
 Asam cuka pekat (glasial).
 HCL (asam klorida).
 Asam Nitrat..
 Asam sulfat (air keras)
 Asam fosfat.
Bahaya: Sangat korosif (menggerus dan merusak jaringan tubuh yang terkena).
Tindakan pertolongan:
 Jangan dimuntahkan atau dialakukan pembilasan lambung. Pertama-tama
netralkan asam tersebut dengan air kapur yang encer, atau kalau ada dengan
larutan magnesium oksida. Lunakan dengan susu, putih telur, dan larutan sabun.
 Jangan mempergunakan larutan kapur kapur tulis atau larutan soda kue untuk
menetralkannya, karena zat-zat tersebut dengan asam keras akan membentuk gas
CO2 yang dapat membuat peryt menjadi gembung dengan cepat.
e. Asetanilid
 Phenacetin (obat penurun panas).
 Anilin (zat warna untuk batik atau tinta).
Gejala: Bibir dan ujung-ujung membiru (berwarna kebiru-biruan), sesak nafas,
pusing kepala, sakit didaerah dada, timbul bintil-bintil merah di kulit (pada kercunan
phenacetin). Kematian terjadi kelumpuhan pernafasan.
Tindakan pertolongan:
 Pembilasan lambung dengan larutan soda kue, dan usahakan agar dimuntahkan.
 Penderita iselimuti dan dikirim ke rumah sakit.
f. Asetol
 Asetosal,
 Aspirin,
 Aspro,
 Naspro,
 Bufferin.
Gejala: Lambung rasa perih, keringat bercucuran, kuping berdenging, sakit kepala,
gelisah, pucat, sesak nafas.
Tindakan pertolongan:
 Cuci lambung dengan larutan soda kue melalui mulut dan dubur.
 Usahakan agar dimuntahkan.
 Kirim ke rumah sakit.
2. a. Barbiturat
 Luminal dan obat tidur sejenisnya.
Gejala: Kematian biasanya terjadi setelah tertidur beberapa hari terus menerus.
Tindakan pertolongan:
 Bersihkan saluran nafas dari lender dan kotoran yang menghalangi.
 Pembilasan lambung dengan minyak jarak (kastroli, castor olie).
 Sesudah selesai, beri minum kopi pekat.
 Bila penderita tidak sadar, bersihkan saluran nafas, dan tariklah lidahnya keluar.
 Berikan kopi pekat lewat dubur.
 Kirim ke Rumah sakit
b. Detergent
Gejala: yang hebat hanyalah sakit perut, menceret, dan mungkin muntah-muntah.
Selebihnya tidakberbahaya.Bila dimakan dalam jumlah banyak barulah menimbulkan
gejala-gejala yang hebat.
c. Formalin
Bau yang pedas menusuk merupakan tanda yang khas.
Tindakan pertolongan:
 Pembilasan lambung dengan larutan encer amoniak (0,1%) atau air garam.
 Muntahkan.
 Obat-obat pelunak, putih telur dan susu.
 Apabila ada tanda-tanda shock, kirim ke rumah sakit.
d. Ganja
 Hashis
 Mariyuana.
Gejala: Gembira secara berlebihan, halusinasi (melihat,membau, atau merasakan
sesuatau yang tidak ada) mengiggau, mengantuk, kaki merasa lemah, pernafasan
melambat, nadi cepat, kejang-kejang.
Tindakan pertolongan:
 Pembilasan lambung dengan air hangat dan muntahkan.
 Beri minum kopi pekat.
 Selimuti tubuh penderita.
e. Gas air mata
Dipergunakan oleh polisi untuk membubarkan huru-hara.
Tindakan pertolongan:
 Buka pakaian dengan segera, karena gas dapat menempel pada pakaian dan tetap
bekerja,.
 Mata dicuci dengan boorwater atau air mengalir selama beberapa menit.
 Kulit dicuci dengan larutan soda.
 Bawa penderita ke udara yang segar.
f. Kaporit
Bahaya: Korosif
Tindakan pertolongan:
 Beri minum obat pelunak racun.
 Beri minum larutan cuka encer atau air jeruk.
 Pembilasan lambung dan muntahkan secara hati-hati.
 Kulit yang terkena dicuci sampai bersih.
 Pindahlakan dari tempat kecelakaan ke udara yang segar.
g.Karbon dioksida
Gas yang terbentuk pada waktu ada kebakaran. Apabila kadarnya mencapai 10-15%
dalam pernafasan dan dapat mematikan.
Tindakan pertolongan:
 Bawa penderita ke udara yang segar.
 Sirami dengan air dingin.
 Beri pernafasan buatan, kalau perlu dirangsang dengan uap amylnitrit melaui
hidung.
 Kopi pekat melalui dubur, apabila penderita tidak sadar.
 Pijiti tangan dan kakinya.
 Tindakan ini mungkin memakan waktu lama sebelum berhasil. Oleh karena itu
jangan putus asa.
h. Karbon monoksida
 Gas astelin (dari karbit)
 Gas arang batu (gas dapur)
 Gas dari knalpot mobil.
 Gas di atas rawa-rawa
Tindakan pertolongan:
 Pindahkan penderita ke tempat udara yang segar, dan tidak boleh banyak bergerak.
 Selimuti tubuhnya.
 Beri pernafasan buatan, kalau perlu dengan tambahan oksigen.
 Kirim penderita ke rumah sakit.

i. Morfin
Gejala: pada mulanya penderita merasa gembira secara berlebihan, kemudian sakit
kepala, ketakutan, mengantuk. nafas menjadi lambat dan dangkal serta kadang-
kadang tidak teratur. Badan terasa dingin, Pucat dan keringat dingin, manik mata
mengecil, apabila kemudian melebar lagi, biasanya dekat kematian.
Tindakan pertolongan:
 Sebelum penderita pingsan, berikan larutan norit atau air garam untuk membilas
lambung dan dimuntahkan. Apabila morfin tersebut dimasukan melalui suntikan,
pasanglah torniket.
 Bersihkan saluran nafas dari kotoran.
 Usahakan agar penderita tetap terjaga dengan jalan menyuruhnya berjalan,
memukulnya dengan handuk basah, dan sebagainya.
 Selimuti badannya dan kirim ke rumah sakit.
j. Nikotin
 Mabuk tembakau
Tidakan pertolongan:
 Bilas lambung dengan larutan norit dan muntahkan. Bila perlu berikan pernafasan
buatan.
 Selimuti tubuh penderita.
k. Tembakau
 Sama dengan keracunan nikotin.
l. Yodium
 Yodoform
 Tinktura Yodium
Tindakan pertolongan:
 Larutan natrium thiosulfat (hypo) 1-5%, atau larutan tepung kanji, beras atau
gandum diminumkan.
 Bila tidak ada, beri minum susu atau putih telur.
 Pembilasan lambung dengan air atau air garam.
Kirim ke rumah sakit

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INTOKSIKASI


INSEKTISIDA
A. Pengertian.

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia


dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan
yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan
manusia.Termasuk peptisida ini adalah insektisida.

Ada 2 macam insektisuda yang paling benyak digunakan dalam pertanian :


1. Insektisida hidrokarbon khorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )
2. Isektida fosfat organic ( IFO =Organo Phosphatase insectisida )

Yang paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus


menerus meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling
banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu
derivatnya adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit yang
normal (intact) juga dapaat diserap diparu dan saluran makanan,namun tidak
berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti golongan IHK.
Macam-macam IFO adalah malathion ( Tolly )
Paraathion,diazinon,Basudin,Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam adalah
IFO Murni dan golongan carbamate.Salah satu contoh gol.carbamate adalah
baygon.

B.Patogenesis.

IFO bekerja dengan cara menghabat ( inaktivasi ) enzim


asetikolinesterase tubuh ( KhE).Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja
untuk menghidrolisis arakhnoid( AKH ) dengan jalan mengikat Akh –KhE
yang bersifat inaktif.Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-
tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejal;a ransangan Akh yang berlebihan
,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP ( menimbulkan
stimulasi kemudian depresi SSP).

Pada keracunan IFO ,ikatan Ikatan IFO – KhE bersifat menetap


(ireversibel ) ,sedangkan keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara
(reversible ).
Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :
1. Muskarini,terutama pada saluran pencernaan,kelenjar ludah dan
keringat,pupil,bronkus dan jantung.
2. Nikotinik,terutama pada otot-otot skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata dan
otot pernafasan.
3. SSP, menimbulkan nyeri kepala,perubahan emosi,kejang-kejang(Konvulsi )
sampai koma.

C. Gambaran Klinik.

Yang paling menonjol adalah kelainan visus,hiperaktifitas kelenjar


ludah,keringat dan ggn saluran pencernaan,serta kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor
pada lidah,kelopak mata,pupil miosis.
Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut,
hipersaliva,hiperhidrosis,fasikulasi otot dan bradikardi.
Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif ,sesak nafas,
sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,koma, blokade
jantung akhirnya meningal.

D. Pemeriksaan.

1. Laboratorik.

Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting
untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun
sekian % dari harga normal).
Kercunanakut:Ringan:40–70%
Sedang:20–40%
Berat:<20S%

Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap


individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan
dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah meningkat > 75 % N

2. Patologi Anatomi ( PA ).
Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak
khas.sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak
dan organ-oragan lainnya.

E. Penatalaksanaan.

1. Resusitasi.

Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan


nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap
lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran
nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan
buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat
mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask
atau menggunakan alat bag – valve – mask.

2. Eliminasi.

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang


sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 – 30 ml. Dapat diulang setelah
20 menit bila tidak berhasil.Katarsis,( intestinal lavage ), dengan pemberian
laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.Kumbah
lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau
pada penderita yang tidak kooperatif.Hasil paling efektif bila kumbah
lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.Keramas rambut dan
memandikan seluruh tubuh dengan sabun.Emesis,katarsis dan kumbah
lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6
jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal
berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.

3. Anti dotum.

Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh


pada tempat penumpukan.
a.Mula-mula diberikan bolus IV 1–2,5 mg
b.Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 – 10 – 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris
dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 – 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

ASUHAN KEPERAWATAN.

A. Pengkajian.

Pengkajian difokusakan padfa masalah yang mendesak seperti jalan


nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam
basa,keadaan status jantung,status kesadran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa
lama diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan
dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

B. Masalah keperawatan. Yang mungkin timbul adalah :

• Tidak efektifnya pola nafas


• Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh.
• Gangguan kesadaran
• Tidak efektifnya koping individu.

C. Intervensi.

• Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang


bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar
racun ( antidotum ) yan meliputi resusitasi, : Air way, breathing, circulasi
eliminasi untuk menghambat absorsi melalui pencernaaan dengan cara
kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.

• Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu pemberian
SA.

• Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi


demamatau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan
nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda
lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.Monitir
vital sign setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera
kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen
serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese dan urine
serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.

• Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator


mungkin bisa diperlukan.

• Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety
precautions . Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis.
Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian,reaksi depresi,psikosis
.neurosis, mental retardasi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Emerton, D M ( 1989 ) Principle And Practise Of nursing , University of Quennsland


Press,Australia.

Departemen kesehatan RI, ( 2000 ) Resusitasi jantung, paru otak Bantuan hidup lanjut

( Advanced Life Support ) Jakarta.


La/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr.Soetomo Surabaya,( 1994 ) Pedoman
Diagnosis dan Terapi, Surabaya.

Phipps , ect, ( 1999 ) Medikal Surgical Nursing : Consept dan Clinical Pratise, Mosby
Year Book, Toronto.

Anda mungkin juga menyukai