ABSTRAK
Pengeloaan Kebun Raya Baturraden di Kawasan Hutan Produksi terbatas dapat menimbulkan permasalahan
surface run off apabila penanganan lokasi tidak dilakukan secara konservatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengatasi problematika Perubahan ekositem Hutan Produksi Terbatas yang bersifat homogen menjadi Kebun
Raya Baturraden merupakan hutan heterogen. Dengan cara membuat PU (Petak Ukur) di zona pemanfaatan
keluasan 77,4 Ha, sebanyak 109 PU (Petak Ukur) dengan ukuran 20x20 m, intensitas 5,5, jarak antar PU 1, 3 m.
Hasil pengamatan parameter yang menjadi pertimbangan ketinggian tanah antara 1076-760 Dpl, kelerengan
tanah 12⁰-30⁰, kedalaman tanah < 85 Cm – 90<, erodibilitas tanah 0,43, jenis tanah Latosol Coklat dan curah
hujan rata-rata 5.600 mm per tahun. Dari hasil pengamatan kawasan Kebun Raya Baturraden tanah mudah
sekali terjadi proses surface run off. Mengatasi dan merubah ekosistem dari hutan homogeny menjadi
heterogen (1) penjarangan harus bertahap sesuai lahan yang akan dikelola, (2) Dengan kondisi tegakan pohon
sangat rapat untuk melakukan tebangan sebaiknya menggunakan tebangan penerangan atau penjarangan
jangan sampai tanah terbuka mengingat mempunyai curah hujan rata-rata 5.600 mm per tahun. (3) pada lokasi
tertentu yang rawan terjadi erosi harus dibuat terasering untuk mengurangi terjadinya surface run off.
Kata Kunci: Kebun Raya, Hutan Produksi terbatas surface run off, ekosistem
ABSTRACT
Managing Baturraden Botanical Garden in the Limited Production Forest Area can cause problems of surface
run off if the location is not handled conservatively. This study aims to overcome the problem of ecosystem
changes of the homogeneous Limited Production Forest to become Baturraden Botanical Garden which is
heterogeneous forest by making PU (sample plots) in the utilization zone of 77.4 hectares in breadth, a total of
109 PU (sample plots) with a size of 20x20 m, intensity of 5.5, the distance between PU’s 1, 3 m. The parameters
taken into consideration, as a result of observation, are the height of land between 1076-760 above sea level,
land slope between 30⁰ 12⁰, land depth <85 cm - 90 <, soil erodibility 0.43, Brown Latosol soil type and an
average rainfall of 5,600 mm per year. From the observation of Baturraden Botanical Garden area, it was
observed that land surface run off processes easily occur. To overcome and change the ecosystem of the forest,
from homogeneous to heterogeneous: (1) thinning should be phased in accordance to the land to be managed,
(2) with the condition of very tight tree stands to be felled, lighting felling or thinning should be done without
exposing the land considering the rainfall average of 5,600 mm per year. (3) In certain locations that are prone
to erosion terracing must be made to reduce the occurrence of surface run-off.
Key words: Botanical Garden, limited production forest, surface run-off, ecosystem.
Cara sitasi: Mandiriati, H., Marsono, D., Poedjirahajoe, E., Sadono, R. (2016). Konservasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Jawa di Kebub Raya Baturraden di Kawasan Bekas Hutan Produksi Terbatas. Jurnal Ilmu Lingkungan. 14(1),33-38,
doi:10.14710/jil.14.1.33-38
.
1. PENDAHULUAN 1995; Heywood 1995). Kebun Raya terbesar di
Berbagai Kebun Raya di dunia dunia milik kerajaan Inggris di Kew
menyimpan koleksi tumbuhan hidup serta diperkiraakan memiliki 25.000 spesies
merupakan sumber penting untuk upaya tumbuhan yang dibudidayakan atau sekitar 10
pelestarian tumbuhan, didunia tersebar 1600 % dari jumlah spesies yang ada di dunia dan
Kebun raya dengan koleksi sekitar 4 juta 2.700 diantaranya berstatus genting atau
tumbuhan yang mewakili 80.000 spesies atau terancam punah menurut katagori IUCN. Kebun
sekitar 30% flora yang ada didunia (Given Raya ini memainkan peran penting dalam riset
33
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (1): 33-38, 2016 ISSN : 1829-8907
dan memberi pelatihan, terutama konservasi Lokawisata Baturraden dan Bumi Perkemahan
tumbuhan dan hortikultur. Salah satu Kebun Baturraden.
Raya baru adalah proyek Eden dibarat daya Pembangunan Kebun Raya Baturraden
Inggris yang melalui koleksi rumah kacanya merupakan cara pemerintah untuk Peyelamatan
menyimpan dan menampilkan lebuh dari 5000 kelestarian tumbuh-tumbuhan. Pemilihan lokasi
spesies yang penting secara ekonomi. tersebut memunculkan berbagai permasalahan
Kebun Raya di Indonesia tengah yang harus di tangani secara pertimbangan
meningkatkan upaya pembudidayaan spesies konservatif, mengingat sebelum ditunjuk
langka dan terancam punah. Banyak pula yang menjadi Kebun Raya Baturraden kawasan
mengkhususkan dari tipe – tipe tumbuhan tersebut adalah HPT (Hutan Produksi
tertentu. Kebun Raya diharapkan dapat Terbatas), merupakan hutan monokultur
memberikan sumbangan yang berharga bagi didominasi tanaman Damar (Agathis Alba),
upaya konservasi, karena koleksi tumbuhan karna sebelumnya ditetapkan sebagai HPT
hidup dan spesies merupakan sumber (Hutan Produksi Terbatas) Perhutani hanya
informasi terbaik mengenai penyebaran memanfaatkan sebatas penyadapan getah
tumbuhan dan pengenalan tumbuhan dan Damar (Agathis Alba) Pohon-pohon yang ada
penelaahan status konservasi spesies.Kebun berusia antara 10 – 64 tahun. Mengingat
Raya Indonesia membutuhkan minimal 45 peraturan HPT (Hutan Produksi Terbatas)
Kebun Raya. Saat ini ada 16 Kebun Raya yang Tahun 2010 pasal 1 : Hutan Produksi Terbatas
sedang dibangun di 14 provinsi, 4 Kebun Raya adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas
yang sudah eksis (Anonim, 2007). lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah
Kondisi pulau Jawa yang berpenduduk masing-masing dikalikan dengan angka
terpadat di Indonesia sehingga di pulau Jawa penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-
banyak menghadapi masalah dalam 174, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka
mempertahankan kelestarian sumberdaya alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru,
alamnya. Tekanan hutan yang semakin kuat sedangkan Peraturan Presiden no 93 Tahun
karna terjadi konversi hutan yang begitu cepat 2011 pasal 1 menyebutkan: (1) Kebun Raya
berubah menjadi berbagai macam kepentingan adalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex
masyarakat untuk pemukiman, sarana situ yang memiliki koleksi tumbuhan
transportasi, dan sarana publik lainnya, dan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola
pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau
kawasan hutan di Jawa tinggal 19%, mengingat kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan
kondisi tersebut perlu segera diupayakan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan,
pelestarian keanekaragaman hayati agar tidak wisata dan jasa lingkungan.
mengalami kepunahan. Salah satu tujuan untuk Perubahan Hutan Produksi Terbatas
memenuhi kebutuhan setiap provinsi minimal dengan karakter hutan monokultur menjadi
mempunyai satu Kebun Raya dan menghadapi Kebun Raya sebagai kawasan konservasi
berbagai permasalahan tekanan terhadap hutan tumbuhan secara ex-situ berarti merubah
di pulau Jawa khususnya Jawa Tengah maka karakter dari hutan monokultur menjadi
dipilih Baturraden untuk lokasi Kebun Raya heterogen sehingga dalam proses pengelolaan
sebagai kawasan konservasi Ex- situ flora harus mempertimbangkan beberapa hal
pegunungan Jawa (anonim, 2012) mengingat kawasan Kebun Raya Baturraden
Kebun Raya Baturraden diresmikan mempunyai kelas lereng, jenis tanah, ketinggian
sebagai Kebun Raya 29 Desember 2004 oleh tanah, kedalaman tanah dan intensitas hujan yang
Gubernur Jawa Tengah kemudian dikuatkan menjadi pertimbangan pemerintah sehingga
dengan SK Menhut No 85/ Menhut-II/ 2005 kawasan tersebut di masukan kedalam Hutan
tanggal 4 April 2005. Lokasi kawasan yang di Produksi terbatas (HPT). Kondisi lokasi Kebun
pilih seluas 143,5 Ha di petak 1 dan 3 berupa Raya Baturraden harus dikelola secara koservatif.
(HPT) Hutan Produksi Terbatas, secara
geografis Kebun Raya Baturaden terletak
diantara 109º 14’30” LS – 109º15’00” LS dan 2. METODE PENELITIAN
7º17’30” BT - 7º18’30” BT. Berdasarkan Dalam penelitian ini digunakan metode
administrasi pengelolaan hutan terletak di survei, pada umumnya pengertian survei
Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Baturraden, dibatasi pada pengertian survey sampel,
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) informasi dikumpulkan dari sebagian populasi
Gunung Slamet Barat, Bagian Hutan (BH) (sampel) untuk mewakili seluruh populasi.
Gunung Slamet, Kesatuan Pemangkuan Hutan Tahapan yang ditempuh untuk mendapat data
Banyumas Timur, Perum Perhutani. Secara potensi hutan dalam penelitian di lapangan
administratif kawasan Kebun Raya ini berada di dengan cara memilih lokasi di zona
Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, pemanfaatan seluas 77,4 Ha kemudian
Kabupaten Banyumas, berbatasan dengan membuat Petak Ukur (PU), sket pada peta 1:
34
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Mandiriati, H., Marsono, D., Poedjirahajoe, E., Sadono, R. (2016). Konservasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Jawa di Kebub Raya
Baturraden di Kawasan Bekas Hutan Produksi Terbatas. Jurnal Ilmu Lingkungan. 14(1),33-38, doi:10.14710/jil.14.1.33-38
10.000, membuat Petak Ukur (PU) berukuran antar PU 130 m di lapangan dilakukan
20 x 20 meter dengan intensitas 5,5 % dalam pengukuran dan penilaian meliputi : Jumlah
setiap Petak Ukur ( PU ) jarak antar PU 1,3 cm pohon, jenis pohon, rata2 tinggi pohon,
di peta dalam setiap Petak Ukur (PU) sehingga ketinggian tanah, kedalaman tanah, kelerengan
di lapangan dihasilkan jumlah 109 PU jarak tanah, erodibilitas tanah dan jenis tanah.
Sumber:
BAPPEDA
Kab. Banyumas
Sumber:
Peta Atlas
Sumber:
BAPPEDA
Kab. Banyumas
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
60 61 62 63 64 65 66 67
68 69 70 71 72 73 74 75 76
77 78 79 80 81 82 83 84
85 86 87 88 89 90 91
92 93 94 95 96
97 98 99 100 101 102
103 104 105 106
107 108 109
3. HASIL DAN PEMBAHASAN curah hujan sehingga kondisi ini dapat dipakai
Penelitian ini bertujuan untuk untuk membuat pengelolaan Kebun Raya
memberi kajian pengelola Kebun Raya Baturraden agar tidak terjadi erosi lahan
Baturraden untuk mempertimbangkan selama proses perubahan Hutan Produksi
beberapa hal yang menyangkut kodisi kawasan Terbatas (HPT) menjadi Kebun Raya. Hal-hal
mulai dari jenis tanah , tingkat erodibilitas, yang menjadi pertimbangan :
kedalaman tanah, ketinggian, kelerengan, dan
35
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 14 (1): 33-38, 2016 ISSN : 1829-8907
3.1. Jenis tanah dan tingkat Erodibilitas Kelerengan kawasan Kebun Raya
Ketahanan tanah merupakan salah satu Baturraden dari PU 1-108 antara 12◦-30◦
faktor penentu besarnya erosi. Makin tinggi bergelombang, berbukit, agak curam, dan
nilai indeks erodibilitas tanah (K), makin mempunyai ketinggian dari 1076 – 760 dpl .
rendah ketahanan tanah sehingga semakin Dalam kawasan Kebun Raya Baturraden
mudah pula tanah tererosi. Lahan hutan, terdapat beberapa sungai kering kondisi yang
pertanian monokultur dan lahan pertanian saling mendukung antara kelerengan dan
turnpangsari pada kelerengan yang sama ketinggian akan memudahkan terjadinya
memiliki tingkat erosi yang berbeda. Sifat proses surface run off, Lahan yang mempunyai
fisiknya tanah faktor lain yang menentukan kemiringan dapat lebih mudah terganggu atau
besarya erosi, meliputi kelerengan, rusak karena dipengaruhi oleh curah hujan
permeabilitas, tekstur dan struktur tanah yang dapat menyebabkan kelongsoran tanah ,
(Hardjowigeno, 2003). Jenis tanah di Kebun tanah-tanah lapisan atas yang subur akan
Raya Baturraden Latosol coklat jenis tanah ini terhanyut.( Andrian, Supriadi, Marpaung Purba,
mempunyai nilai erodibilitas (factor K) 0.43 2014). Tanah yang subur akan mengalir ke
sedangkan erodibilitas (nilai K) antara 0,41- sungai bersama air hujan menuju dataran yang
0,55 menurut table erodibilitas tanah yang lebih rendah. Hujan menimbulkan aliran di
diklasifikasi USDA (1973) termasuk erodibilitas daratan, baik aliran permukaan maupun aliran
tinggi sehingga sifat tanah di Kebun Raya di dalam tanah. Disamping itu hujan yang
Baturraden mudah tererosi, untuk melakukan menjadi limpasan pada permukaan sungai
pengelolaan kawasan Kebun Raya Baturraden secara otomatis akan mengerosi lapisan atas
sifat tanah yang mudah tererosi harus menjadi lahan, yang selanjutnya akan dibawa ke palung
kebijakan pengelola dalam membuka lahan sungai. Oleh sebab itu untuk memprediksi
membagi menjadi zona- zona sesuai aturan volume sedimen yang dibawa oleh sungai
Kebun Raya di Peraturan Presiden Republik sangat tergantung kondisi sungai dan pola
Indonesia no 93 tahun 2011 peraturan tentang hujan yang terjadi (NatakusumahDK, M. Syahril
Kebun Raya. B. Kusuma, Darmawan H, Adityawan M & Farid
M, 2007).
3.2. Pengaruh Kelerengan dan ketinggian
terhadap kecepatan erosi tanah.
Lereng yang semakin curam dan semakin untuk Mengurangi tingkat bahaya erosi pada
panjang akan meningkatkan kecepatan aliran kemiringan lahan dengan cara pembuatan teras
permukaan dan volume air permukaan semakin (Kartasapoetra, dkk, 1987).
besar, sehingga benda yang bisa diangkut akan
lebih banyak (Martono, 2006). Salah satu upaya
36
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP
Mandiriati, H., Marsono, D., Poedjirahajoe, E., Sadono, R. (2016). Konservasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Jawa di Kebub Raya
Baturraden di Kawasan Bekas Hutan Produksi Terbatas. Jurnal Ilmu Lingkungan. 14(1),33-38, doi:10.14710/jil.14.1.33-38
3.3. Berkurangnya kedalaman tanah mempunyai kedalaman tanah kurang dari 90 cm
menunjukkan sudah terjadi erosi tanah keadaan ini menunjukkan terjadinya erosi tanah
Kebun Raya Baturraden pada zona secara perlahan, erosi yang terjadi secara
pemanfaatan dengan keluasan 77,4 Ha dari PU berlahan- lahan karna masih tertahan tegakan
1-109 mempunyai kedalaman tanah antara <75 tanaman damar yang sangat rapat, kondisi ini
s.d >90 cm dari pengamatan data diatas PU yang akan memacu runoff semakin cepat apabila
mempunyai dpl lebih tinggi rata-rata tidak dilakukan pengelolaan secara koservatif.
38
© 2016, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP