Anda di halaman 1dari 7

2.

Perbedaan Jantan dan Betina

Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
Berukuran kecil, antara 3-5 mm. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang
terinteruptus dekat dengan tubuhnya. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12
percabangan. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung. Mata majemuk berbentuk
bulat agak ellips dan berwana merah. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran
lebih kecil dibanding mata majemuk, kepala berbentuk elips. Thorax berbulubulu dengan warna
dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam. Sayap panjang, berwarna
transparan, dan posisi bermula dari thorax. Drosophila betina berukuran lebih besar dari
Drosophila jantan (Kardinan, agus, 2010).2

3. Persilangan Monohibrid dan Dihibrid

Monohibrid

Pewarisan sifat dari satu generasi ke generasi lain mengikuti suatu pola yang teratur. Dan
Mendel yang menemukan pola pewarisan tersebut, atau yang lebih dikenal dengan hukum
Mendel. Hukum Mendel I adalah “Alele berpisah (segregasi) satu dari yang lain selama proses
pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang kedalam gamet-gamet yang sama
jumlahnya”. Sebagai dasar segregasi satu pasang alele terletak pada lokus yang sama dari
kromosom homolog. Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada Anafase I dari meiosis
dan tersebar kedalam gamet-gamet yang berbeda (Crowder, 1986).
Hukum Mendel I terkenal dengan nama Hukum pemisahan gen yang sealele (the law of
segregation of allelic genes). Hukum Mendel I ini berlaku untuk persilangan monohibrid.
Persilangan monohibrid adalah persilangan yang melibatkan satu sifat beda dari suatu individu
(Aa) (Suryo, 1984).
Beberapa kesimpulan penting yang dapat diambil dari perkawinan dua individu dengan
satu sifat beda, yaitu (Suryo, 1984):
1. Semua F1 adalah seragam.

2. Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotipe seperti


induk yang dominan.

3. Pada waktu individu F1 yang heterozigotik itu membentuk gamet-gamet


terjadilah pemisahan Alele, sehingga gamet hanya memiliki salah satu alele saja.
4. Jika dominansi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohibrid menghasilkan
keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotipe 3:1, tetapi memperlihatkan
perbandingan genotipe 1:2:1.

5. Jika dominansi tidak sepenuhnya nampak dengan kata lain bersifat intermediet,
maka perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan yang memperlihatkan
perbandingan fenotipe dan genotipe yang sama yakni 1:2:1.

Menurut Suzuki dan Griffith (1976), cirri dari perkawinan monohibrid adalah:
1. Ada yang sungguh-sungguh dinamakan faktor penentu.

2. Setiap individu mempunyai dua faktor penentu yang menetukan satu dari masing-
masing tetua, untuk masing-masing karakter.

3. Setiap sel kelamin hanya mempunyai satu faktor penentu.

4. Selama formasi kelamin, salah satu dari dua pasang faktor penentu dari induk
ketinggalan dengan frekuensi yang sama dalam sel kelamin.

5. Kesatuan sel kelamin (untuk membentuk individu baru oleh zigot) adalah acak.

Hukum ini menerangkan ciri-ciri gen individu. Suatu organisma diploid


mempunyai dua salinan gen (sepasang alel). Hanya satu saja yang dipindahkan daripada induk
kepada progeni melalui gamet. Apabila gamet bersatu, zigot yang terbentuk mendapat satu
salinan gen (satu daripada sepasang alel) daripada setiap induk. (Stricberger,1985) 4,5

Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda, keturunan akan
diperoleh perbandingan 3:1, fenotipnya dapat sama tetapi memiliki genotip yang berbeda yang
kemudian disebut dengan heterozigot contohnya normal dapat dilambangkan dengan + +
(homozigot) atau + Cu (heterozigot) dan lain sebagainya.
Pada percobaan-percobaan genetika sering digunakan Drosophila melanogaster karena
lalat buah ini lebih ideal dibanding hewan lain. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dan
banyak mutan yang telah diketahui stainnya. Strain mutan tersebut terjadi karena adanya
perubahan pada gen (mutasi) yang memberi ciri-ciri khusus pada keturunannya. Contoh mutan
dari lalat buah ini adalah curled, mutan ini mempunyai ciri-ciri mata merah, badannya coklat dan
mempunyai sayap yang melengkung ke atas pada mutan ini terjadi mutasi pada kromosom ke
tiga pada posisi 50 unit dari ujung kromosom.( Sisunandar ,2012: 28)3

DIHIBRID

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu dengan memperhatikan dua
sifat beda. Perkawinan dihibrid mengacu pada prinsip hukum Mendel II. Hukum Mendel II
berbunyi “Pada waktu pembentukan gamet F1 masing-masing gen dari sifat pertama berpadu
bebas dengan masing-masing gen dari sifat kedua”. Hukum ini menjelaskan bahwa gen-gen dari
sepasang alele memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada
waktu pembentukan gamet-gamet. Perkawinan dihibrid dengan dominansi yang nampak penuh,
maka akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe 9:3:3:1. Semidominansi
(artinya dominansi tidak tampak penuh sehingga ada sifat intermediet) pada perkawinan dihibrid
maka akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1 (Suryo, 1984).
Untuk membandingkan morfologi mutan pada Drosophila melanogaster dapat
digunakan Drosophila melanogaster normal (wild type) sebagai pembanding. Pada lalat buah
normal (wild type) ciri-ciri morfologinya adalah sebagai berikut4,5 :
1. Short-Winged Flies
Sayap-sayap lalat ini pendek. Sayap lalat ini tidak bisa terbang, mempunyai suatu cacat di
dalam tubuh mereka yaitu vestigial gen, pada kromosom yang kedua. Lalat ini mempunyai suatu
mutasi terdesak/terpendam. Tentang penghembus vestigial gen yang dibawa oleh masing-masing
lalat (satu dari orangtua masing-masing), kedua-duanya harus diubah untuk menghasilkan sayap
yang abnormal.

2. Curly-Winged Flies
Sayap-sayap lalat ini keriting. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu
"gen keriting" pada kromosom yang kedua. Sayap-sayap keriting ini terjadi karena suatu mutasi
dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah dan menghasilkan cacat itu. Jika salinan
kedua-duanya (orang tuanya) adalah mutan, maka lalat ini tidak akan survive.
3. Ebony Flies
Lalat ini berwarna gelap, hampir hitam dibadannya. Mereka membawa suatu cacat di dalam
tubuh mereka yaitu gen kayu hitam yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal, gen
kayu hitam bertanggung jawab untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah
normal. Jika gen kayu hitam cacat, maka pigmen yang hitam ini dapat menyebabkan badan pada
lalat buah menjadi hitam semuanya.

4. Yellow Flies
Lalat ini berwarna kekuningan dibanding lalat normal. Mereka mempunyai suatu cacat di
dalam tubuh mereka yaitu gen kuning pada kromosom X. Gen kuning diperlukan untuk
memproduksi suatu pigmen pada lalat hitam normal. Sedangkan pada mutan ini tidak bisa
menghasilkan pigmen atau gen kuning ini.

5. White-Eyed Flies
Lalat ini mempunyai mata putih. Seperti lalat orange-eyed, mereka juga mempunyai suatu
cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen putih. Tetapi di lalat ini, gen putih secara total cacat,
sehingga tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali.

6. Orange-Eyed Flies
Lalat pada gambar yang dilingkari mempunyai warna mata seperti warna jeruk. Mereka
mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen putih, yang secara normal
menghasilkan pigmen merah di dalam mata. Di lalat ini, gen yang putih hanya bekerja secara
parsial, memproduksi lebih sedikit pigmen merah dibanding lalat normal.

7. Eyeless Flies
Lalat ini tidak punya mata. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen
buta, yang secara normal diinstruksikan sel di dalam larva untuk membentuk suatu mata.
8. Leg-Headed Flies
Lalat ini mempunyai antena seperti kaki abnormal pada dahi mereka. Mereka mempunyai
suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen antennapedia (bahasa latin untuk "antenna-leg"),
yang secara normal diinstruksikan sel untuk merubah beberapa badan untuk menjadi kaki. Di
lalat ini, gen antennapedia dengan licik instruksikan sel yang secara normal untuk membentuk
antena menjadi kaki sebagai gantinya.

9. Normal
Drosophila melanogaster normal: Warna mata majemuk merah, ukuran tubuh normal, sayap
panjang dan lurus,warna tubuh coklat muda. Ukuran tubuh lalat jantan lebih kecil daripada lalat
betina., memiliki sisir seks pada lengan, serta segmen hitam pada ujung abdomen lebih besar
dibanding dengan lalat betina.
Praktikum kali ini adalah menganalisis data hasil persilangan Drosophila
melanogaster dengan menggunakan uji Chi Square. Lalat normal, ebony, white, dan
white/ebony kemudian disilangkan. Didapatkan hasil X2 Hitung < X2 Tabel yaitu 1,8365 < 7,82.
dan kesimpulannya bahwa persilangan sesuai dengan perbandingan 9:3:3:1.
Baik persilangan monohibrid dan dihibrid menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang mendukung dan tidak adanya penyimpangan
pada persilangan tersebut. Hasil penelitiannya menghasilkan hukum Mendel II atau hukum
absortasi atau hukum pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen
dari kedua induk akan berkumpul dalam zigot, tetapi kemudian akan memisah lagi ke dalam
gamet-gamet secara bebas.4,5

4. Siklus Hidup Lalat Buah (Drosophila melanogaster)


Ketika serangga ini ditetaskan dari telur, dihasilkan serangga yang tidak memiliki wujud
sama dengan serangga dewasa. Lalat buah (Drosophila melanogaster) tergolong Holometabola,
memiliki periode istirahat yaitu dalam fase pupa. Dalam perkembangannya lalat buah
(Drosophila melanogaster) mengalami metamorfosis sempurna yaitu melalui fase telur, larva,
pupa dan lalat buah (Drosophila Melanogaster) dewasa. Lalat betina setelah perkawinan
menyimpan sperma di dalam organ yang disebut spermatheca (kantong sperma). Lalat jantan dan
betina adalah diploid. Setiap kali pembelahan meiosis dihasilkan 4 sperma haploid di dalam
testes lalat jantan dewasa sedangkan pada lalat betina dewasa hanya dihasilkan 1 butir telur dari
setiap kali pembelahan (Wiyono dalam Nur aini, 2008). Tahap – tahap siklus hidup lalat buah
(Drisophila melanogaster), sebagai berikut2 :

1. Telur 2
Telur Drosophila memiliki panjang kira-kira setengah millimeter. Bagian struktur
punggung telur ini lebih datar dibandingkan dengan bagian perut. Telur lalat akan nampak di
permukaan media makanan setelah 24 jam dari perkawinan. Perkembangan embrio, yang
mengikuti pembuahan dan bentuk zigot, terjadi dalam membran telur. Lensa tangan akan
mempermudah untuk mengamati telur-telur lalat. Setelah fertilisasi acak telur berkembang
kurang lebih satu hari, kemudian menetas menjadi larva (Wiyono dalam Nur aini 2008).

2. Larva 2
Sekitar satu hari setelah fertilisasi, embrio berkembang dan menetas menjadi larva. Larva
yang baru menetas disebut sebagai larva fase (instar) pertama dan hanya nampak jelas bila
diamati dengan menggunakan alat pembesar. Larva makan dan tumbuh dengan cepat
kemudian berganti kulit mejadi larva fase kedua dan ketiga. Larva fase ketiga, dua sampai
tiga hari kemudian berubah menjadi pupa. Setelah penetasan dari telur, larva mengalami dua
kali molting (ganti kulit), memakan waktu kurang lebih empat hari untuk selanjutnya
menjadi pupa. Fase terakhir dapat mencapai panjang sekitar 4,5 milimeter. Larva sangat aktif
dan termasuk rakus dalam makan, sehingga larva tersebut bergerak pelan pada media biakan.
Saat larva siap menjadi pupa, mereka berjalan perlahan dan menempel di permukaan relatif
kering, seperti sisi botol atau di bagian kertas kering yang diselipkan ke pakannya (Demerec
dan Kaufmann dalam Nur aini, 2008).

3. Pupa 2
Pupa yang baru terbentuk awalnya bertekstur lembut dan putih seperti kulit larva tahap
akhir, tetapi secara perlahan akan mengeras dan warnanya gelap. Diatas dari empat hari,
tubuh pupa tersebut sudah siap dirubah bentuk dan diberi sayap dewasa, dan akan tumbuh
menjadi individu baru setelah 12 jam (waktu perubahan fase diatas berlaku untuk suhu 25
°C). Tahap akhir fase ini ditunjukkan dengan perkembangan dalam pupa seperti mulai
terlihatnya bentuk tubuh dan organ dewasa (imago). Ade Putri Oktary, M. Ridhwan, Armi
340 Ketika perkembangan tubuh sudah mencapai sempurna maka lalt buah (Drosophila
melanogaster) dewasa akan muncul melalui anterior end dari pembungkus pupa. Lalat
dewasa yang baru muncul ini berukuran sangat panjang dengan sayap yang belum
berkembang. Waktu yang singkat, sayap mulai berkembang dan tubuhnya berangsur menjadi
bulat. Hari kelima pupa terbentuk dan pada hari kesembilan keluarlah imago dari selubung
pupa (puparium) (Wiyono dalam Nur aini 2008).
4. Imago2
Perkawinan biasanya terjadi setelah imago berumur 10 jam, tetapi meskipun demikian
lalat betina biasanya tidak segera meletakkan telur sampai hari kedua. Lalat buah (Drosophila
melanogaster) pada suhu 25°C, dua hari setelah keluar dari pupa mulai dapat bertelur kurang
lebih 50 sampai 75 butir per hari sampai jumlah maksimum kurang lebih 400-500 dalam 10
hari, tetapi pada suhu 20°C mencapai kira-kira 15 hari. Jumlah telur tersebut dipengaruhi
oleh faktor genetik, temperatur lingkungan dan volume tabung yang digunakan. Siklus hidup
total terhitung dari telur sampai telur kembali berkisar antara 10-14 hari (Mulyati dalam Nur
aini, 2008).2

DAFTAR PUSTAKA

1. http://barubellajar.blogspot.com/2015/05/v-behaviorurldefaultvmlo_22.html?m=1
2. EKSTRAK DAUN KIRINYUH (Eupatorium odoratum) DAN LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)
Ade Putri Oktary , M. Ridhwan , Armi,Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah. Serambi
Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015:335-342
3. http://furqonfaizah.blogspot.com/2012/12/persilangan-monohibrid-pada-drosophila.html
4. http://nickrahma.blogspot.com/2011/11/gentum-monohibrid-dihibrid.html?m=1
5. http://agrotekpertanian.blogspot.com/2009/06/laporan-praktikum-genetika-
tumbuhan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai