Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RADAR ( RADIO DETECTION AND RANGING )

Sejarah perkembangan radar


Diakhir tahun 1940-an, radar telah diintegrasikan ke dalam sistem pemanduan lalu lintas
udara . Sejak itu telah banyak kemajuan yang dicapai baik peralatan maupun prosedur sehingga
radar saat ini mempunyai kinerja jauh lebih baik dibandingkan yang dibayangkan semula
beberapa tahun yang lampau. Peralatan radar saat ini telah dipasang di hampir seluruh unit
pemandu lalu lintas udara di seluru dunia. Sistem radar sangat membantu tenaga pemandu lalu
lintas udara yaitu menjaga keselamatan, kelancarandan keteraturan lalul intas udara.

Keberadaan radar pertama kali adalah merupakan gagasan dari dua ilmuan Jerman yaitu
Heinrich dan Christian Hulsmeyer, pada tahun 1922. Percobaan dlakukan oleh kedua ilmuan
tersebut dan selanjutnya mereka dapat mempraktekandi lapangan. Mereka gunakan untuk
menghindarkan tabrakan antar kapal laut di lautan. Dari situlah akhirnya membawa arah
perkembangan radar. Sistem radar pertamakali digunakan pada tahun 1925 oleh Gregory Briet
dan Merle A. Tune dari Amerika.

Pada tahun 1930, dilakukan penyelidikan penggunaan radio untuk mencari kapal laut dan
pesawat terbang musuh oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Dan hasilnya adalah alat tersebut
mampu mendeteksi pesawat dengan mengunakan panntulan gelombang radio. Setelah berhasil
dilakukan lagi untuk selanjutnya penelitian mengembangkan instrument untuk mengumpulkan
data, mencatat data secara otomatis dan mengkorelasikan data untuk menunjukan posisi, sudut
dan kecepatan kapal laut atau pesawat terbang.

Kemajuan berlanjut pada tahun berikutnya dilakukan oleh Angkatan Darat dan Laut
Amerika. Selama Perang Dunia II, industri radar mencapai puncaknya. Banyak perusahaan

Universitas Sumatera Utara


elektronik yang memperoleh kontrak untuk pembatan peralatan radar. Badan Penerbangan
Inggris mengakui kuntungan yang diperoleh dari radar dalam sistem pengendalian Lalu Lintas
Udara. Pada Badan Meteorologi Amerika memanfaatkan radar dalam melacak badai untuk
mengadakan perkiraan cuaca sedini mungkin.

Penggunaan radar dalam pengendalian Lalu Lintas Udara pertama kalinya adalah untuk
alat bantu pendaratan. Setelah pengembangan peralatan yang lebih baik,peralatan tersebut
kemudian ditingkatkan untuk mengatur arus lalu lintas. Radar telah memungkinkan pengendalian
Lalu lintas Udara untuk melihat dan mengarahkan pesawat guna menghindarkan tabrakan antar
pesawat atau antara pesawat dan rintangan di darat.

Pengertian radar

Radar adalah singkatan dari Radio Direction And (Radio) Raging. Sesuai dengan
namanya radar digunakan untuk mendeteksi posisi pesawat yang dinyatakan dengan arah atau
azimuth yang mengacu pada arah Utara dan pada jarak (range) tertentu dari antena.

Radar bekerja dengan menggunakan gelombang radio yang dipantukan dari permukaan
objek.Radar menghasilkan sinyal energi elektromagnetik yang difokuskan oleh antenna dan
ditransmisikan ke atmosfer. Benda yang berada dalam alur sinyal elektromagnetik ini yang
disebut objek, menyebarkan energi elektromagnetik tersebut. Sebagian dari energi
elektromagnetik tersebut disebarkan kembali ke arah radar. Antena penerima yang biasanya juga
antenna pemancar menangkap sebaran balik tersebut dan memasukkannya ke alat yang disebut
receiver.

Sedangkan alat pendeteksi konvensional, radar atau kepanjangannya Radio Detection and
Ranging, menggunakan gelombang radio untuk pendeteksian. Jika gelombang yang dipancarkan
mengenai benda (dalam hal ini adalah pesawat) akan berbalik arah, dan waktu yang diperlukan
untuk kembali lewat alat penerima dapat mengetahui informasi jarak, kecepatan, arah, dan
ketinggian.

Perkembangan radar menambah peralatan baru yang bernama SSR (Secondary


Surveillance Radar) sebagai pelengkap radar (Primary Surveillance Radar). SSR merupakan

Universitas Sumatera Utara


penemuan militer yang bernama IFF (Identification Friend or Foe). Cara kerjanya setiap kali
radar melakukan “sapuan” gelombang maka disaat itu juga sinyal berfrekuensi tinggi akan
dipancarkan. Sinyal ini diterima oleh transponder di pesawat dan akan memancarkan sinyal
untuk dikembalikan ke stasiun radar darat. Ini akan memberikan keakuratan terhadap lokasi
pesawat daripada hanya mengandalkan gelombang radar semata.

Ketika kita menggunakan radar, kita pasti ingin mencapai salah satu dari tiga hal dibawah ini:

1. Mendeteksi kehadiran sebuah objek dari jarak jauh. Umumnya objek tersebut bergerak,
seperti pesawat terbang. Tapi radar juga bisa digunakan mendeteksi objek-objek yang
terkubur di dalam tanah. Dalam beberapa kasus, radar bisa mengenali tipe pesawat yang
dideteksinya.
2. Mendeteksi kecepatan sebuah objek
3. Memetakan sesuatu, misalnya orbit satelit dan pesawat ruang angkasa.

Dalam pesawat terbang pun sebenarnya penggunaan radar sangat signifikan. Dalam situs
Wikipedia disebutkan, pesawat peringatan dini (Airborne Early Warning -- AEW) adalah sebuah
sistem radar yang dibawa oleh sebuah pesawat terbang yang dirancang untuk mendeteksi
pesawat terbang lain. Radar ini dapat membedakan antara pesawat terbang kawan dan pesawat
terbang musuh dari jarak jauh. Pesawat peringatan dini digunakan dalam operasi penerbangan
defensif maupun ofensif. Secara ofensif, sistem ini bertugas untuk mengarahkan pesawat tempur
ke targetnya. Secara defensif, sistem bertugas untuk mengawasi serangan musuh.

Komponen radar

1. Modulator, adalah alat pengendali transmitter dengan menentukan waktu dan jumlah
sinyal yang harus ditransmisikan.
2. Transmitter adalah alat yang menghasilkan energi untuk sinyal yang akan dtransmisikan.
3. Antena, memfokuskan energi sinyal untuk dipancarkan ke atmosfer dan mengumpulkan
hasil pantulan kembali dari objek.
4. Duplexer sebagai penghubung antara transmitter dan receiver.
5. Receiver sebagai penguat sinyal kembali yang diterima antenna
6. Signal procesor sebagai pengolah sinyal kembali

Universitas Sumatera Utara


7. Layar tampilan, menampilkan informasi actual tentang pulsa yang telah kembali.

2.2 SECONDARY SURVEILLANCE RADAR (SSR) DI BANDARA POLONIA

Radar ada beberapa macam dan yang umum digunakan di bandara udara adalah Primary
Surveillance Radar (PSR) dan Secondary Surveillance Radar (SSR). Kedua jenis radar baik PSR
maupun SSR mempunyai cara kerja berbeda. Pada PSR sifatnya aktif dan pesawat yang
ditargetkan sifatnya pasif. Karena PSR hanya menerima pantulan gelombang radio dari refleksi
pesawat tersebut (echo). Sedangkan pesawat itu sendiri tidak “tahu-menahu” dengan kegiatan
radar di bawah. Pada SSR, baik radar maupun pesawat kedua-duanya aktif. Hal ini dapat
dilakukan karena pesawat terbang telah dilengkapi dengan transponder. Pesawat-pesawat yang
tidak dilengkapi transponder tidak akan dapat dilihat pada radar scope seperti identifikasi
pesawat, ketinggiannya, dan lain-lain.

SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang
ada di sekelilingnya secara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima pancaran sinyal RF
radar sekunder. Pancaran radar ini berupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi
transponder, akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupa pulsa-pulsa code ke
sistem penerima radar.

Dalam sistem pemantauan lalu lintas udara, radar primer dirasakan kurang sempurna.
Oleh karena itu, dikembangkan sistem radar yang tidak hanya memanfaatkan sinyal pantul, tetapi
terjadi “dialog” antara peralatan didarat dengan peralatan radar yang ada di pesawat udara.
Sistem yang dikembangkan tersebut adalah radar sekunder atau secondary surveillance radar
(SSR).

SSR (Secondary Surveillance Radar)

Spesifikasi
Tipe : THOMSON RS – 770
Frekuensi : 1. Transmitter : 1030 MHZ

Universitas Sumatera Utara


2. Receiver : 1090 MHZ
Power : 2,5 KWatt
Tahun Operasi : 1977
Power Supply : PLN,Genset

Gambar 2.1. Antenna radar primer dan radar sekunder

Pengawasan radar sekunder SSR


Pada sistem SSR ground pemancar / penerima disebut interogator, dan udara penerima /
pemancar disebut transponder. Interogator transmisi dibuat pada frekuensi 1030MHz (sekitar
29cm) dan disebut mode. Pada interogator menerima sinyal pada mode yang sudah diatur,
transponder menanggapi dengan transmisi pada frekuensi 1090MHz. Tanggapan ini adalah
dalam bentuk kode.

Catatan - Semua sistem SSR sipil saat ini menggunakan frekuensi yang sama yaitu 1030MHz
untuk tanah untuk transmisi udara, dan 1090MHz untuk udara untuk tanah transmisi.

Radar sekunder bekerja berdasarkan prinsip pengiriman pulsa yang terdiri dari pulsa P1 –
P3 dengan jarak tertentu. Peralatan darat radar sekunder dioperasikan pada frekuensi 1030 Mhz.
Jika sinyal pertanyaan (interrogation) diterima oleh transponder pesawat terbang, rangkaian

Universitas Sumatera Utara


pulsa ini akan diproses, dan selanjutnya transponder memberikan jawaban (reply) pada frekuensi
1090 Mhz. Pulsa-pulsa interrogation disebut mode dan pulsa-pulsa reply disebut code.

Selanjutnya reply dari pesawat terbang yang diterima oleh antenna radar sekunder di
darat, di proses dan dianalisa oleh perangkat extractor dan komputer untuk memperoleh
informasi yang diinginkan.

Frekuensi dan penggunaannya


Agar pulsa-pulsa mode dan kode ini sampai pada tujuannya dengan tepat dan sempurna,
maka diperlukan suatu pembawa pulsa-pulsa tersebut.

Pembawa pulsa-pulsa tersebut biasanya disebut dengan istilah “FREQUENCY


CARRIER” atau frekuensi pembawa. Dalam SSR itu pesawat terbang adalah suatu target yang
aktif didalam memberikan jawabannya, dan juga menghindari jawaban-jawaban yang tidak
diinginkan yang berasal dari pesawat yang tidak dilengkapi dengan transponder (pasif)atau
pantulan yang berasal dari bumi dan atmosfir, maka dibuatlah dua macam frekuensi yang
berbeda antara frekuensi mode dengan frekuensi kode.

Frekuensi yang dipakai adalah :


- Interrogator mode menggunakan frekuensi carrier 1030 MHz
- Transponder code menggunakan frekuensi carrier 1090 MHz

Dengan adanya target yang aktif dan dua frekuensi carrier yang berbeda, maka pada SSR
kita akan dapat mendeteksi suatu pesawat yang cukup jauh yaitu 200 NM.

Dengan radar SSR, yang merupakan radar deteksi aktif dengan pesawat terpasang
transponder, informasi yang didapatkan lebih dari deteksi PSR, yaitu :
- jarak pesawat
- posisi pesawat
- kode pesawat
- ketinggian pesawat

Universitas Sumatera Utara


- kecepatan pesawat

Secondary Surveillance Radar (SSR) adalah radar yang bekerja dengan bantuan alat yang
bernama transponder di pesawat udara. Secara sederhana cara kerjanya adalah sebagai berikut:

1. SSR di darat memancarkan sinyal yang disebut dengan interrogation pada frekuensi 1030
Mhz
2. Jika mendapatkan sinyal interogasi, maka transponder akan menjawab/ memberikan
sinyal balasan pada frekuensi 1090 Mhz
3. Dekoder yang ada di SSR akan menghitung jarak pesawat tersebut dari lamanya sinyal
sampai kembali ke SSR
4. Arah pesawat tersebut akan ditentukan oleh arah antena radar SSR yang berputar 360
derajat.

Gambar 2.2 Cara kerja secondary surveillance radar (SSR)

Jadi misalnya antena SSR sedang mengarah ke timur pada arah 090° dan mendapatkan jawaban
(reply) dari sebuah transponder, maka jarak dan posisi pesawat akan diketahui oleh SSR.

Manfaat dari SSR :

Universitas Sumatera Utara


- Menghasilkan informasi dari transponder pesawat yang mengirimkan jawaban dengan
membawa identitas dari pesawat

- Jarak jangkau pancaran adalah 200 NM

- Daya nya adalah 2,5 Kwatt

Informasi yang dapat dihasilkan oleh secondary surveillance radar adalah :


• Jarak:
Salah satu cara yang bisa dipakai untuk mengukur jarak suatu objek dari antena ialah
dengan mengirimkan sinyal gelombang radio (radiasi elektromagnetik) dan mengukur
jeda waktu pantulan gelombangnya. Jarak(Range) Pesawat Terbang Menunjukkan jarak
pesawat terbang terhadap staiun radar atau bandar udara dalam satuan Nautical
Mile(NM) dimana 1NM=1,852 kilometer
• Kecepatan:
Perbedaan frekuensi antara sinyal gelombang yang dipancarkan dan sinyal gelombang
yang dipantulkan kembali dapat digunakan untuk menghitung kecepatan dari benda
tersebut.
• Posisi
Merupakan nilai sekian derajat terhadap titik utara stasiun radar kearah pesawat
terbang dengan putaran searah jarum jam(Clock Wise/Cw)
• Ketinggian
Ketinggian dari suatu pesawat harus diketahui baik pilot maupun ATC (air traffic control)
untuk menyeimbangkan pesawat agar tidak berada pada jalur yang salah. Ketinggian
Pesawat Terbang Menunjukkan ketinggian pesawat udara terhadap permukaan laut
dengan satuan feet.
• Kode pesawat
Kode pesawat digunakan untuk mengetahui pesawat jenis apa yang sedang terbang pada
saat itu. Dan untuk membedakan pesawat satu dengan yang lainnya.

Bagian-bagian dari secondary surveillance radar adalah sebagai berikut :


1. Antenna

Universitas Sumatera Utara


Antena Radar dirancang untuk dapat memancarkan energi dengan diarahkan (directive),
Untuk dapat menghasilkan pattern yang berbentuk kipas dengan sudut elevasi yang lebar dan
azimuth yang sempit.
Antenna ini berfungsi untuk mengirimkan pulsa interrogasi dari interrogator ke udara
(1030 MHz) dan menerima jawaban berupa kode-kode dari transponder pesawat (1090 MHz).
Antenna ini dibuat sedemikian sehingga untuk menghilangkan efek side lobe (SLS) sewaktu
memancarkan interrogation.

Untuk tujuan pemantauan lalu lintas udara, maka beam pattern dari antenna harus dapat
menjelajahi seluruh wilayah pemantauan. Untuk itu azinuth tersebut dipasang pada dudukan
yang dapat berputar satu lingkaran penuh searah jarum jam yaitu menggunakan sebuah motor.

Antena radar termasuk jenis antena terarah (directive antena), yang memiliki
keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
1. Pancaran pulsa terkonsentrasi (mirip lampu sorot atau beam), sehingga jangkauannya
lebih jauh dan pantulannya dapat langsung disalurkan ke penerima.
2. Dengan pancaran yang terkonsentrasi maka akan lebih mudah dan cepat membedakan
dua target yang terpisah azimuthnya.

Kemampuan radar dalam menjelajahi seluruh wilayah pemantauan dalam mendeteksi


sasaran menjadikan alat ini disebut surveillance radar atau radar pemantauan. Untuk informasi
posisi sasaran, mengacu ke pada arah utara.

2. Transmitter
Transmitter adalah alat yang menghasilakn energi untuk sinyal yang akan ditransmisikan.
Fungsi dari transmitter ini adalah :
♦ Menghasilkan frekuensi carrier/pembawa 1030 MHz.
♦ Memodulasi secara pulsa dari P1 – P2 – P3.
♦ Memperkuat daya dari pulsa P1 – P2 – P3 yang telah termodulasi frekuensi 1030
MHz.

Universitas Sumatera Utara


3. Receiver
Receiver sebagai penguat sinyal kembali(echo) yang diterima antenna. Fungsi dari
receiver adalah :
♦ Memfilter, memperkuat dan mendeteksi jawaban-jawaban dari transponder pesawat
berupa pulsa-pulsa kode pada frekuensi 1090 MHz.

Gambar 2.3 blok diagram secondary surveillance radar

jangkauan pancaran secondary surveillance radar pada pesawat terbang

Dengan adanya target yang aktif dan dengan frekuensi carrier yang berbeda seperti
interrogator 1030 MHz dan transponder 1090 MHz, maka pada SSR kita akan dapat mendeteksi
pesawat yang cukup jauh yaitu sekitar 200 NM. Serta power yang diperlukan untuk pemancarnya
adalah 2,5 Kwatt.

Universitas Sumatera Utara


1 NM = 1.852 kilo meter

Pesawat-pesawat terbang yang ada diudara dapat dideteksi dengan pancaran sejauh 200
NM. Jadi, pada jarak sejauh itu, para user atau petugas ATC dapat mengetahui keberadaan atau
posisi suatu pesawat.

Kalau keberadaan pesawat terbang yang ada diudara sudah mencapai batas maksimum
yaitu lebih dari 200 NM, maka stasiun darat yang ada dibandara tidak akan bisa mendeteksi atau
menampilkannya pada layar display, oleh karena itu sebelum hal-hal yang buruk terjadi petugas
ATC harus selalu mengawasi setiap pesawat yang ada diudara, sehingga dapat berkomunikasi
dengan baik.

Jarak jangkau secondary surveillance radar (SSR) ke pesawat terbang adalah 200 NM
1 NM = 1.852 km
200 NM = 370 km

Interval T pada interrogasi adalah pada umumnya kira-kira 2,5 mS, dimana untuk jarak
maksimum secara teoritis :
r =CT/2
dimana r = jarak maksimum
C = kecepatan cahaya 3 . 108 m/s
T= pulse repetition time (PRT)

PRT yaitu selang waktu antara satu pulsa dengan pulsa berikutnya yang disebut pula satu siklus
kerja.
PRT = 1 / PRF
Atau :
T = 1 / PRF
Dan
PRF = 1 / T
Jadi, untuk mencari T maka dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

Universitas Sumatera Utara


T = 1 / PRF
Dimana nilai dari PRF adalah 400 jadi :
T = 1 / PRF
= 1 / 400
= 2,5 Ms.

Maka dapat diperoleh Perhitungan secara rumus untuk jarak maksimum dari secondary
surveillance radar untuk mendeteksi pesawat terbang adalah :
- Untuk T = 2,5 mS
r =CT /2
= 3. 108 m/s x 2,5 .10-3 s / 2
= 375 km

Kendala-kendala pada pengoperasian secondari surveillance radar ( SSR)


Beberapa kendala yang mungkin timbul pada pengoperasian radar sekunder diantaranya :
1. Garble
Garble dapat terjadi jika dua pesawat atau lebih berada berdekatan dan diadakan
pemisahan (separation) oleh petugas ATC sejauh 5 NM. Keadaan ini menyebabkan
munculnya simbol dan kode pesawat yang tumpang tindih pada layar display

2. Capture effect
Dapat terjadi karena transponder hanya mampu memberikan jawaban bagi satu
interrogation pada satu waktu yang tepat.

3. Sinyal multipath
Disebabkan oleh banyaknya jalur yang dapat ditempuh oleh sinyal antara stasiun radar
dengan pesawat udara dan sebaliknya. Jalur utama sinyal adalah garis lurus atau yang
lebih dikenal dengan istilah line of sight. Jalur lain/tambahan dapat timbul karena adanya
permukaan bumi seperti gedung-gedung tinggi, tiang antenna dan bangunan-bangunan

Universitas Sumatera Utara


lain yang berdekatan letaknya dengan stasiun radar. Sinyal pantulan ini dapat
memperlemah sinyal masukan bagi perangkat penerima.

4. Fruit
Dapat terjadi bila dua stasiun radar yang letaknya berdekatan, misalnya A dan B saat
bersamaan memberikan interrogation kepada sebuah pesawat terbang yang sama. Maka
akan terjadi kemungkinan jawaban yang seharusnya untuk stasiun A diterima oleh B,
atau sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena jangkauan radar (coverage) dari kedua
stasiun tersebut saling berpotongan (overlap)

Kendala-kendala tersebut diatas pada prinsipnya disebabkan oleh dua masalah pokok,
yaitu :
1. Kesalahan pendeteksian oleh transponder pesawat udara.
2. Kesalahan data pada pulsa jawaban yang diterima oleh stasiun radar.

2.3 INTERROGATOR

Pancaran sinyal oleh stasiun darat biasanya disebut sebuah interrogator. Dua pulsa P1 dan
P3 dipancarkan oleh antenna dan jarak kedua pulsa ini akan ditentukan dan data berisi jawaban
transponder. Selanjutnya pulsa P2 terpancar dari sinar pengontrol.

Secondary surveillance radar (SSR) adalah sebuah identifikasi radar yang dapat
memberikan petunjuk mengenai ketinggian, kecepatan, posisi, jarak dan kode pesawat terbang
yang dideteksi (di control). SSR mengirimkan pulsa yang berbentuk serial sebagai pertanyaan
yang disebut dengan ”INTERROGATOR MODE”. Pertanyaan ini akan diulang terus-menerus
pada setiap frekuensi ulangan dari radar, atau hal ini disebut dengan PULSE REPETITION
FREQUENCY (PRF).

Universitas Sumatera Utara


PRF ini amat penting karena dipergunakan untuk mengukur waktu yang memisahkan
pertanyaan (MODE) dengan jawaban (CODE) mengingat jarak dari radar station yang cukup
jauh dengan pesawat terbang.

Gambar 2.4. Alat interrogator

Untuk membedakan pertanyaan-pertanyaan maupun jawaban yang dipakai pada SSR kita
mempergunakan pulsa-pulsa yang disusun secara serial atau berderet. Pulsa-pulsa ini disusun
berdasarkan peraturan ICAO, sehingga kita mempunyai suatu standard pulsa yang dipakai pada
SSR.

Pertanyaan-pertanyaan yang akan dipancarkan oleh interrogator ke transponder pesawat


terbanga adalah :
• Pada jarak berapa NM pesawat itu berada?

• Pada derajat berapa pesawat itu bergerak?

• Pada ketinggian berapa pesawat itu terbang?

• Apa jenis pesawat yang sedang terbang tersebut ?

Universitas Sumatera Utara


• Berapa kecepatan pesawat terbang tersebut?

Pertanyaan-pertanyaan yang dipancarkan oleh interrogator ini dipancarkan ke


transponder pesawat dalam bentuk mode-mode, kemudian setelah mode-mode ini sampai ke
transponder pesawat, maka transponder pesawat akan mengirimkan jawabannya dalam bentuk
kode-kode ke stasiun darat SSR (secondary surveillance radar) agar dapat digunakan untuk
pemantauan lalu lintas udara untuk keselamatan penerbangan.
Dari kode-kode itulah kita akan mendapatkan berbagai informasi yang sangat berguna
untuk transportasi udara.
Interrogator SSR (secondary surveillance radar) mengirimkan deretan pulsa-pulsa ke
udara secara periodik. Pulsa-pulsa yang dipancarkan tersebut terdiri dari tiga pulsa yaitu seperti
gambar dibawah ini :

Gambar 2.5. Pulsa interrogator


Waktu interval P1 – P3 adalah merupakan pertanyaan dari interrogator yang disebut
sebagai mode seperti berikut ini :
MODE P1 – P3 (μs) TIPE INTERROGATOR
1 3 Militer
2 5 Militer
3/A 8 Identifikasi (kode pesawat)
B 17 Identifikasi (kode pesawat)
C 21 Identifikasi ketinggian
D 25 Sipil

Tabel 1. Mode-mode interrogator

Universitas Sumatera Utara


Mode-mode yang digunakan saat ini adalah :
- Mode 1 digunakan untuk keperluan militer
- Mode 2 digunakan untuk identifikasi pesawat militer
- Mode 3/A digunakan untuk mengidentifikasi setiap pesawat didaerah jangkauan radar
- Mode C digunakan untuk identifikasi ketinggian pesawat terbang.

Pancaran side lobe

Pulsa P2 digunakan untuk menghilangkan efek side lobe dari antenna. Selain
memancarkan pulsa P1-P3 radar sekunder juga memancarkan pulsa P2 sebagai pengontrol
dalam upaya untuk mencegah agar transponder tidak menjawab pulsa intterogation yang berasal
dari pancaran side lobe. Jika pancaran dari side lobe ini tidak dicegah akan mengakibatkan
kekeliruan informasi. Perlu diingat bahwa pancaran dari side lobe ini tidak dapat dihilangkan,
namun dapat dicegah efeknya dengan upaya pengontrolan melalui pemancaran pulsa P2 tersebut.

Side lobe ini sebenarnya tidak diinginkan karena dia dapat memberikan suatu pertanyaan
yang palsu kepada pesawat dan tentunya pesawat udara akan menjawab pertanyaan palsu juga.
Untuk menghindari ini kita buat suatu pancaran yang dapat menutup side lobe ini sehingga side
lobe ini tidak akan terkirim ke pesawat terbang. Pancaran untuk menutupi side lobe ini
dihasilkan dari adanya pulsa P2.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6. Pancaran pulsa P2 digunakan untuk menghilangkan efek side lobe

Pada ketiga pulsa tersebut, sinyal interrogation P1-P3 dipancarkan satu arah (directional),
sinyal control P2 dipancarkan ke segala arah ( omni directional ), dengan demikian semua side
lobe akan terlingkupi oleh sinyal kontrol.

Cara kerja pemancar ( interrogator )


Frekuensi carrier yang besarnya 1030 MHz itu dihasilkan oleh crystal pilot oscilator dan
kemudian diperkuat oleh amplifier.

Sedangkan pulsa-pulsa P1, P2 dan P3, yang akan dipergunakan sebagai mode itu
dihasilkan oleh encoder , yang mana encoder ini diatur oleh selection of mode agar dapat
menghasilkan mode-mode yang benar, yang sesuai dengan mode yang diinginkan.

Kemudian pulsa-pulsa P1,P2 dan P3 yang sudah berbentuk mode ini dimasukkan pada
modulator. Pada modulator inilah mode-mode tadi dimodulasikan ke dalam frekuensi carrier dan
diteruskan ke power stage.

Selanjutnya didalam power stage ini frekuensi carrier yang telah berisi mode-mode diberi
power sebesar 2,5 KW agar cukup kuat untuk dipancarkan ke udara melalui circulator dan
antenna sejauh 200 NM.

Pancaran daripada interrogator ini tidak merupakan pancaran yang terus-menerus seperti
pada pemancar biasa, tetapi merupakan pancaran yang terputus-putus sesuai dengan PRF yang
dipergunakan yaitu 400 PRF. Atau dengan kata lain bahwa interrogator ini memancar kemudian
berhenti sebanyak 400 kali dalam satu detik. Pada saat interrogator berhenti memancar, maka
waktu ini dipergunakan oleh penerima untuk menerima kode-kode yang berasal dari transponder
pesawat.

Penerbangan sipil menggunakan menggunakan SSR (secondary surveillance radar)


dengan menambah kemampuan untuk menghasilkan identifikasi pesawat yang positif dan

Universitas Sumatera Utara


identifikasi ketinggiannya. Kegunaan SSR pada militer adalah untuk mengidentifikasi apakah
pesawat tersebut teman atau lawan, maka militer menyebutnya dengan IFF (identification friend
or foe).

Biasanya, setiap radar militer dan sipil juga dilengkapi dengan interogator IFF
(identification friends or foe) yang sering disebut sebagai radar sekunder. Interogator ini
mengirim sinyal pertanyaan yang disebut sebagai mode 1, mode 2 (khusus pesawat militer),
mode 3/A (identifikasi untuk semua pesawat), dan mode C (pertanyaan tentang ketinggian
terbang).

Pesawat yang dilengkapi transponder IFF, setelah menerima sinyal pertanyaan (mode 1,
2, 3/A, dan C) akan menjawab sesuai pertanyaannya secara otomatis. Data perbedaan waktu
antara dikirimnya sinyal pertanyaan dan diterimanya kembali jawaban dari pesawat serta arah
horizontal antena dikalkulasi oleh prosesing radar sekunder sehingga pesawat yang menjawab
dapat ditentukan jarak dan arahnya (bearing-nya) dari radar.

Pada system IFF tersebut peralatan didarat dioperasikan untuk memancarkan sinyal
pertanyaan (interrogation) kepada pesawat terbang, dan setelah sinyal tersebut diproses,
penerima di pesawat terbang memancarkan jawaban (respons) kembali ke stasiun darat.

Pada radar modern, peralatan IFF telah ditingkatkan kemampuannya. Baik peralatan
didarat maupun peralatan di pesawat udara. Pengelolaan penyajian dilakukan melalui
penggunaan sandi/kode dalam mode 3/A yang memungkinkan sasaran dapat disaring secara
sistematis melalui penyaringan (filtering) sasaran. Oleh karena itu hanya sasaran yang memenuhi
kriteria identitas atau ketinggian tertentu yang dapat disajikan pada layar radar.

Dengan kata lain, untuk penerbangan sipil, radar sekunder banyak dipakai sebagai
peralatan pendukung keselamatan penerbangan dengan kemampuan dapat melihat pesawat-
pesawat yang harus dan bersedia diketahui posisinya demi keselamatan penerbangan.

Adapun radar militer, selain memiliki kemampuan serupa, juga dapat mendeteksi pesawat
yang tidak ingin diketahui keberadaannya. Radar militer menggunakan kemampuan radar
sekunder sebagai alat bantu untuk mendeteksi dan menentukan pesawat milik kawan atau lawan.

Universitas Sumatera Utara


2.4 TRANSPONDER

Transponder (transmitter/rensponder) adalah peralatan yang ada di pesawat terbang


(airborne unit). Bagian utama transponder adalah transmitter. Transponder merupakan alat yang
aktif namun sebagian bisa di non-aktifkan. Sebelum transmitter mengirimkan jawaban (reply) ke
stasiun radar di darat atas pertanyaan dari interogator, pulsa harus diterima dan diproses terlebih
dahulu. Jika transponder diaktifkan maka transmitter akan memancarkan rangkaian pulsa
jawaban khusus yang tidak terikat oleh dan lebih kuat dari pantulan pulsa radar primer (echo).

Transponder pada pesawat terbang setelah menerima pertanyaan (mode) kemudian akan
diproses dan kemudian transponder ini akan mengirimkan jawabannya (kode) yang berisi
informasi dari ketinggian dan identifikasi yang sesuai dengan mode yang diterimanya.

Kode yang diterima oleh penerima secondary surveillance ini kemudian akan dipilih, dan
salah satu pulsanya dipergunakan untuk mengecek jarak antara pesawat terbang dengan
controler.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7. Transponder

SSR (secondary surveillance radar) sangat bergantung pada Transponder atau


transmitter responder yang ada dipesawat, karena transponder pesawatlah yang
memberikan jawaban atas pertanyaan dari radar sekunder. Radar sekunder dan
transponder harus sama-sama aktif agar dapat berkomunikasi dengan baik. Apabila salah
satu dari alat ini rusak atau tidak aktif maka identifikasi tentang pesawat terbang tidak
akan tertampil pada layar display.

Fungsi Transponder

Kegunaan dari sebuah transponder pesawat adalah mengizinkan transponder


menjawab dengan frekuensi yang berbeda dari frekuensi transmitter ground (darat).
Dengan demikian menghindari masalah-masalah yang ada pada radar primer. Adanya
transponder ini juga memungkinkan sinyal jawaban di modulasi supaya data tambahan
dari identifikasi pesawat dapat berkomunikasi dengan pesawat. Tentunya, SSR
(secondary surveillance radar) bergantung pada transponder yang dibawa oleh pesawat
terbang.

Universitas Sumatera Utara


Pesawat terbang bisa dilengkapi dengan peralatan untuk merespon berbagai mode secara
serentak. Yang disebut dengan mode adalah interval waktu (jarak antara pulsa dalam waktu
microdetik) yang digunakan interogator SSR.

Pulsa-pulsa jawaban dari transponder terdiri dari 16 pulsa. Format pulsa-pulsa tersebut
seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.8. Format pulsa-pulsa jawaban transponder

F1 dan F2 disebut framing pulse. Huruf A,B,C, dan D dengan indeks 1,2 dan 4
merupakan data yang terkandung dalam sinyal jawaban. Tampak adanya pulsa SPI (special
position indicator) yang dapat digunakan oleh penerbang (pilot) dengan menekan tombol ident,
dan sekitar 20 detik pulsa SPI akan terpancar. Pulsa jawaban untuk mode 3/A kadang-kadang
menggunakan pulsa SPI atas permintaan petugas ATC untuk identifikasi lebih lanjut. Tampak
pula adanya pulsa X, yang tidak digunakan.

Karena pulsa jawaban yang berisi data terdiri dari 12 pulsa, maka terdapat 4096
kemungkinan. Telah ditetapkan bahwa tiga kode berlaku universal, yaitu :

• 7700 : keadaan darurat ( emergency )


• 7600 : kerusakan komunikasi ( communication failure )
• 7500 : informasi pembajakan udara ( unlawful interference )

Ketiga kode tersebut baru digunakan jika seorang penerbang (pilot) benar-benar tidak
dapat menghubungi petugas ATC ( air traffic control ) dengan menggunakan kanal suara ( voice
channel ).

Tempat dari jawaban mode 3/A , selanjutnya pulsa dapat di tambah untuk menjawab
deretan pulsa. Pulsa SPI ini lokasinya 4,35 micro detik setelah pulsa F2. Pulsa ini dikontrol oleh
pilot yang berarti menyalakam unit control transponder. Pulsa SPI biasanya hanya memancarkan

Universitas Sumatera Utara


permintaan dari ATC (air traffic control) yang mungkin digunakan untuk identifikasi
selanjutnya.

Mode C adalah mode selanjutnya yang umum digunakan. Mode ini digunakan untuk
berkomunikasi dari stasiun darat ke ketinggian pesawat terbang.

2.5 DISPLAY

Layar radar atau display digunakan untuk menyajikan informasi radar sedemikian rupa
sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk tujuan pemantauan lalu lintas udara. Dengan
bertambah majunya pengetahuan dibidang elektronika, maka kode-kode yang dikirim oleh
transponder pesawat dianalisa dan diolah dulu supaya pada display sudah bisa terdapat gambar
yang berbentuk huruf-huruf, angka-angka, simbul kotak dan sebagainya. Sehingga controller
atau petugas ATC (air traffic control) disini dapat sudah langsung membaca identifikasi
ketinggian dan informasi lainnya mengenai pesawat udara yang sedang dipandu.

EV 720 adalah peralatan pemroses video radar sekunder secara digital.Hasil prosesnya
berupa data / message digital yang berupa plot yang berisikan informasi jarak, kode pesawat dan
ketinggian dari pesawat / target serta kode spesial jika pesawat dalam keadaan emergensi.

Hasil proses tersebut dapat dikirim langsung ke display prosessing radar untuk
ditampilkan dilayar display. Data yang ditampilkan oleh display tersebut selain video raw pada
jarak dan sudut tertentu juga ditampilkan video atau plot sintesis yang terdiri dari simbol pesawat
dan label yang berisikan kode serta ketinggian dan kecepatan pesawat.

Prinsip kerja EV 720 adalah transponder pesawat menjawab interogasi mode dari SSR,
dengan mengirim video (1090Mhz) yang berisikan kode-kode mengenai identifikasinya. SSR
menerima kode tersebut, setelah diproses lalu dikirimkan ke EV 720 ST untuk diproses. Pada
saat SSR memancarkan interogasi “mode” yaitu dengan sinyal P1-P3,SSR juga mengirimkan
sinyal tersebut ke EV 720 ST, guna memberikan informasi ke EV 720 ST tentang “mode” yang
sedang dikirimkan ke pesawat untuk mensinkronkan pemrosesan di EV 720 ST.

Universitas Sumatera Utara


Gambar synthetic yang dihasilkan pada layar display adalah map, track, plot, identifikasi
pesawat seperti kode pesawat, kecepatan pesawat, ketinggian pesawat, jarak dan posisi nya.

Gambar 2.9 display secondary surveillance radar

Display ini digunakan untuk pemantauan lalu lintas udara. Display ini dipantau oleh ATC (air
traffic control). Segala aktifitas pengaturan lalulintas udara dikendalikan dari ruang air traffic
control. Air traffic control (ATC) merupakan sarana yang tersedia di ground-based controller
yang berfungsi untuk mengarahkan pesawat baik saat di udara maupun di ground. Fungsi utama
dari ATC adalah untuk mengatur lalu lintas agar supaya pesawat tidak terbang terlalu dekat satu
dengan yang lainnya, dan untuk memberikan informasi mengenai kondisi cuaca, serta
memberikan panduan navigasi kepada pilot pesawat.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai