Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan radar pertama kali adalah merupakan gagasan dari dua ilmuan Jerman yaitu
Heinrich dan Christian Hulsmeyer, pada tahun 1922. Percobaan dlakukan oleh kedua ilmuan
tersebut dan selanjutnya mereka dapat mempraktekandi lapangan. Mereka gunakan untuk
menghindarkan tabrakan antar kapal laut di lautan. Dari situlah akhirnya membawa arah
perkembangan radar. Sistem radar pertamakali digunakan pada tahun 1925 oleh Gregory Briet
dan Merle A. Tune dari Amerika.
Pada tahun 1930, dilakukan penyelidikan penggunaan radio untuk mencari kapal laut dan
pesawat terbang musuh oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Dan hasilnya adalah alat tersebut
mampu mendeteksi pesawat dengan mengunakan panntulan gelombang radio. Setelah berhasil
dilakukan lagi untuk selanjutnya penelitian mengembangkan instrument untuk mengumpulkan
data, mencatat data secara otomatis dan mengkorelasikan data untuk menunjukan posisi, sudut
dan kecepatan kapal laut atau pesawat terbang.
Kemajuan berlanjut pada tahun berikutnya dilakukan oleh Angkatan Darat dan Laut
Amerika. Selama Perang Dunia II, industri radar mencapai puncaknya. Banyak perusahaan
Penggunaan radar dalam pengendalian Lalu Lintas Udara pertama kalinya adalah untuk
alat bantu pendaratan. Setelah pengembangan peralatan yang lebih baik,peralatan tersebut
kemudian ditingkatkan untuk mengatur arus lalu lintas. Radar telah memungkinkan pengendalian
Lalu lintas Udara untuk melihat dan mengarahkan pesawat guna menghindarkan tabrakan antar
pesawat atau antara pesawat dan rintangan di darat.
Pengertian radar
Radar adalah singkatan dari Radio Direction And (Radio) Raging. Sesuai dengan
namanya radar digunakan untuk mendeteksi posisi pesawat yang dinyatakan dengan arah atau
azimuth yang mengacu pada arah Utara dan pada jarak (range) tertentu dari antena.
Radar bekerja dengan menggunakan gelombang radio yang dipantukan dari permukaan
objek.Radar menghasilkan sinyal energi elektromagnetik yang difokuskan oleh antenna dan
ditransmisikan ke atmosfer. Benda yang berada dalam alur sinyal elektromagnetik ini yang
disebut objek, menyebarkan energi elektromagnetik tersebut. Sebagian dari energi
elektromagnetik tersebut disebarkan kembali ke arah radar. Antena penerima yang biasanya juga
antenna pemancar menangkap sebaran balik tersebut dan memasukkannya ke alat yang disebut
receiver.
Sedangkan alat pendeteksi konvensional, radar atau kepanjangannya Radio Detection and
Ranging, menggunakan gelombang radio untuk pendeteksian. Jika gelombang yang dipancarkan
mengenai benda (dalam hal ini adalah pesawat) akan berbalik arah, dan waktu yang diperlukan
untuk kembali lewat alat penerima dapat mengetahui informasi jarak, kecepatan, arah, dan
ketinggian.
Ketika kita menggunakan radar, kita pasti ingin mencapai salah satu dari tiga hal dibawah ini:
1. Mendeteksi kehadiran sebuah objek dari jarak jauh. Umumnya objek tersebut bergerak,
seperti pesawat terbang. Tapi radar juga bisa digunakan mendeteksi objek-objek yang
terkubur di dalam tanah. Dalam beberapa kasus, radar bisa mengenali tipe pesawat yang
dideteksinya.
2. Mendeteksi kecepatan sebuah objek
3. Memetakan sesuatu, misalnya orbit satelit dan pesawat ruang angkasa.
Dalam pesawat terbang pun sebenarnya penggunaan radar sangat signifikan. Dalam situs
Wikipedia disebutkan, pesawat peringatan dini (Airborne Early Warning -- AEW) adalah sebuah
sistem radar yang dibawa oleh sebuah pesawat terbang yang dirancang untuk mendeteksi
pesawat terbang lain. Radar ini dapat membedakan antara pesawat terbang kawan dan pesawat
terbang musuh dari jarak jauh. Pesawat peringatan dini digunakan dalam operasi penerbangan
defensif maupun ofensif. Secara ofensif, sistem ini bertugas untuk mengarahkan pesawat tempur
ke targetnya. Secara defensif, sistem bertugas untuk mengawasi serangan musuh.
Komponen radar
1. Modulator, adalah alat pengendali transmitter dengan menentukan waktu dan jumlah
sinyal yang harus ditransmisikan.
2. Transmitter adalah alat yang menghasilkan energi untuk sinyal yang akan dtransmisikan.
3. Antena, memfokuskan energi sinyal untuk dipancarkan ke atmosfer dan mengumpulkan
hasil pantulan kembali dari objek.
4. Duplexer sebagai penghubung antara transmitter dan receiver.
5. Receiver sebagai penguat sinyal kembali yang diterima antenna
6. Signal procesor sebagai pengolah sinyal kembali
Radar ada beberapa macam dan yang umum digunakan di bandara udara adalah Primary
Surveillance Radar (PSR) dan Secondary Surveillance Radar (SSR). Kedua jenis radar baik PSR
maupun SSR mempunyai cara kerja berbeda. Pada PSR sifatnya aktif dan pesawat yang
ditargetkan sifatnya pasif. Karena PSR hanya menerima pantulan gelombang radio dari refleksi
pesawat tersebut (echo). Sedangkan pesawat itu sendiri tidak “tahu-menahu” dengan kegiatan
radar di bawah. Pada SSR, baik radar maupun pesawat kedua-duanya aktif. Hal ini dapat
dilakukan karena pesawat terbang telah dilengkapi dengan transponder. Pesawat-pesawat yang
tidak dilengkapi transponder tidak akan dapat dilihat pada radar scope seperti identifikasi
pesawat, ketinggiannya, dan lain-lain.
SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang
ada di sekelilingnya secara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima pancaran sinyal RF
radar sekunder. Pancaran radar ini berupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi
transponder, akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupa pulsa-pulsa code ke
sistem penerima radar.
Dalam sistem pemantauan lalu lintas udara, radar primer dirasakan kurang sempurna.
Oleh karena itu, dikembangkan sistem radar yang tidak hanya memanfaatkan sinyal pantul, tetapi
terjadi “dialog” antara peralatan didarat dengan peralatan radar yang ada di pesawat udara.
Sistem yang dikembangkan tersebut adalah radar sekunder atau secondary surveillance radar
(SSR).
Spesifikasi
Tipe : THOMSON RS – 770
Frekuensi : 1. Transmitter : 1030 MHZ
Catatan - Semua sistem SSR sipil saat ini menggunakan frekuensi yang sama yaitu 1030MHz
untuk tanah untuk transmisi udara, dan 1090MHz untuk udara untuk tanah transmisi.
Radar sekunder bekerja berdasarkan prinsip pengiriman pulsa yang terdiri dari pulsa P1 –
P3 dengan jarak tertentu. Peralatan darat radar sekunder dioperasikan pada frekuensi 1030 Mhz.
Jika sinyal pertanyaan (interrogation) diterima oleh transponder pesawat terbang, rangkaian
Selanjutnya reply dari pesawat terbang yang diterima oleh antenna radar sekunder di
darat, di proses dan dianalisa oleh perangkat extractor dan komputer untuk memperoleh
informasi yang diinginkan.
Dengan adanya target yang aktif dan dua frekuensi carrier yang berbeda, maka pada SSR
kita akan dapat mendeteksi suatu pesawat yang cukup jauh yaitu 200 NM.
Dengan radar SSR, yang merupakan radar deteksi aktif dengan pesawat terpasang
transponder, informasi yang didapatkan lebih dari deteksi PSR, yaitu :
- jarak pesawat
- posisi pesawat
- kode pesawat
- ketinggian pesawat
Secondary Surveillance Radar (SSR) adalah radar yang bekerja dengan bantuan alat yang
bernama transponder di pesawat udara. Secara sederhana cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1. SSR di darat memancarkan sinyal yang disebut dengan interrogation pada frekuensi 1030
Mhz
2. Jika mendapatkan sinyal interogasi, maka transponder akan menjawab/ memberikan
sinyal balasan pada frekuensi 1090 Mhz
3. Dekoder yang ada di SSR akan menghitung jarak pesawat tersebut dari lamanya sinyal
sampai kembali ke SSR
4. Arah pesawat tersebut akan ditentukan oleh arah antena radar SSR yang berputar 360
derajat.
Jadi misalnya antena SSR sedang mengarah ke timur pada arah 090° dan mendapatkan jawaban
(reply) dari sebuah transponder, maka jarak dan posisi pesawat akan diketahui oleh SSR.
Untuk tujuan pemantauan lalu lintas udara, maka beam pattern dari antenna harus dapat
menjelajahi seluruh wilayah pemantauan. Untuk itu azinuth tersebut dipasang pada dudukan
yang dapat berputar satu lingkaran penuh searah jarum jam yaitu menggunakan sebuah motor.
Antena radar termasuk jenis antena terarah (directive antena), yang memiliki
keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
1. Pancaran pulsa terkonsentrasi (mirip lampu sorot atau beam), sehingga jangkauannya
lebih jauh dan pantulannya dapat langsung disalurkan ke penerima.
2. Dengan pancaran yang terkonsentrasi maka akan lebih mudah dan cepat membedakan
dua target yang terpisah azimuthnya.
2. Transmitter
Transmitter adalah alat yang menghasilakn energi untuk sinyal yang akan ditransmisikan.
Fungsi dari transmitter ini adalah :
♦ Menghasilkan frekuensi carrier/pembawa 1030 MHz.
♦ Memodulasi secara pulsa dari P1 – P2 – P3.
♦ Memperkuat daya dari pulsa P1 – P2 – P3 yang telah termodulasi frekuensi 1030
MHz.
Dengan adanya target yang aktif dan dengan frekuensi carrier yang berbeda seperti
interrogator 1030 MHz dan transponder 1090 MHz, maka pada SSR kita akan dapat mendeteksi
pesawat yang cukup jauh yaitu sekitar 200 NM. Serta power yang diperlukan untuk pemancarnya
adalah 2,5 Kwatt.
Pesawat-pesawat terbang yang ada diudara dapat dideteksi dengan pancaran sejauh 200
NM. Jadi, pada jarak sejauh itu, para user atau petugas ATC dapat mengetahui keberadaan atau
posisi suatu pesawat.
Kalau keberadaan pesawat terbang yang ada diudara sudah mencapai batas maksimum
yaitu lebih dari 200 NM, maka stasiun darat yang ada dibandara tidak akan bisa mendeteksi atau
menampilkannya pada layar display, oleh karena itu sebelum hal-hal yang buruk terjadi petugas
ATC harus selalu mengawasi setiap pesawat yang ada diudara, sehingga dapat berkomunikasi
dengan baik.
Jarak jangkau secondary surveillance radar (SSR) ke pesawat terbang adalah 200 NM
1 NM = 1.852 km
200 NM = 370 km
Interval T pada interrogasi adalah pada umumnya kira-kira 2,5 mS, dimana untuk jarak
maksimum secara teoritis :
r =CT/2
dimana r = jarak maksimum
C = kecepatan cahaya 3 . 108 m/s
T= pulse repetition time (PRT)
PRT yaitu selang waktu antara satu pulsa dengan pulsa berikutnya yang disebut pula satu siklus
kerja.
PRT = 1 / PRF
Atau :
T = 1 / PRF
Dan
PRF = 1 / T
Jadi, untuk mencari T maka dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
Maka dapat diperoleh Perhitungan secara rumus untuk jarak maksimum dari secondary
surveillance radar untuk mendeteksi pesawat terbang adalah :
- Untuk T = 2,5 mS
r =CT /2
= 3. 108 m/s x 2,5 .10-3 s / 2
= 375 km
2. Capture effect
Dapat terjadi karena transponder hanya mampu memberikan jawaban bagi satu
interrogation pada satu waktu yang tepat.
3. Sinyal multipath
Disebabkan oleh banyaknya jalur yang dapat ditempuh oleh sinyal antara stasiun radar
dengan pesawat udara dan sebaliknya. Jalur utama sinyal adalah garis lurus atau yang
lebih dikenal dengan istilah line of sight. Jalur lain/tambahan dapat timbul karena adanya
permukaan bumi seperti gedung-gedung tinggi, tiang antenna dan bangunan-bangunan
4. Fruit
Dapat terjadi bila dua stasiun radar yang letaknya berdekatan, misalnya A dan B saat
bersamaan memberikan interrogation kepada sebuah pesawat terbang yang sama. Maka
akan terjadi kemungkinan jawaban yang seharusnya untuk stasiun A diterima oleh B,
atau sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena jangkauan radar (coverage) dari kedua
stasiun tersebut saling berpotongan (overlap)
Kendala-kendala tersebut diatas pada prinsipnya disebabkan oleh dua masalah pokok,
yaitu :
1. Kesalahan pendeteksian oleh transponder pesawat udara.
2. Kesalahan data pada pulsa jawaban yang diterima oleh stasiun radar.
2.3 INTERROGATOR
Pancaran sinyal oleh stasiun darat biasanya disebut sebuah interrogator. Dua pulsa P1 dan
P3 dipancarkan oleh antenna dan jarak kedua pulsa ini akan ditentukan dan data berisi jawaban
transponder. Selanjutnya pulsa P2 terpancar dari sinar pengontrol.
Secondary surveillance radar (SSR) adalah sebuah identifikasi radar yang dapat
memberikan petunjuk mengenai ketinggian, kecepatan, posisi, jarak dan kode pesawat terbang
yang dideteksi (di control). SSR mengirimkan pulsa yang berbentuk serial sebagai pertanyaan
yang disebut dengan ”INTERROGATOR MODE”. Pertanyaan ini akan diulang terus-menerus
pada setiap frekuensi ulangan dari radar, atau hal ini disebut dengan PULSE REPETITION
FREQUENCY (PRF).
Untuk membedakan pertanyaan-pertanyaan maupun jawaban yang dipakai pada SSR kita
mempergunakan pulsa-pulsa yang disusun secara serial atau berderet. Pulsa-pulsa ini disusun
berdasarkan peraturan ICAO, sehingga kita mempunyai suatu standard pulsa yang dipakai pada
SSR.
Pulsa P2 digunakan untuk menghilangkan efek side lobe dari antenna. Selain
memancarkan pulsa P1-P3 radar sekunder juga memancarkan pulsa P2 sebagai pengontrol
dalam upaya untuk mencegah agar transponder tidak menjawab pulsa intterogation yang berasal
dari pancaran side lobe. Jika pancaran dari side lobe ini tidak dicegah akan mengakibatkan
kekeliruan informasi. Perlu diingat bahwa pancaran dari side lobe ini tidak dapat dihilangkan,
namun dapat dicegah efeknya dengan upaya pengontrolan melalui pemancaran pulsa P2 tersebut.
Side lobe ini sebenarnya tidak diinginkan karena dia dapat memberikan suatu pertanyaan
yang palsu kepada pesawat dan tentunya pesawat udara akan menjawab pertanyaan palsu juga.
Untuk menghindari ini kita buat suatu pancaran yang dapat menutup side lobe ini sehingga side
lobe ini tidak akan terkirim ke pesawat terbang. Pancaran untuk menutupi side lobe ini
dihasilkan dari adanya pulsa P2.
Pada ketiga pulsa tersebut, sinyal interrogation P1-P3 dipancarkan satu arah (directional),
sinyal control P2 dipancarkan ke segala arah ( omni directional ), dengan demikian semua side
lobe akan terlingkupi oleh sinyal kontrol.
Sedangkan pulsa-pulsa P1, P2 dan P3, yang akan dipergunakan sebagai mode itu
dihasilkan oleh encoder , yang mana encoder ini diatur oleh selection of mode agar dapat
menghasilkan mode-mode yang benar, yang sesuai dengan mode yang diinginkan.
Kemudian pulsa-pulsa P1,P2 dan P3 yang sudah berbentuk mode ini dimasukkan pada
modulator. Pada modulator inilah mode-mode tadi dimodulasikan ke dalam frekuensi carrier dan
diteruskan ke power stage.
Selanjutnya didalam power stage ini frekuensi carrier yang telah berisi mode-mode diberi
power sebesar 2,5 KW agar cukup kuat untuk dipancarkan ke udara melalui circulator dan
antenna sejauh 200 NM.
Pancaran daripada interrogator ini tidak merupakan pancaran yang terus-menerus seperti
pada pemancar biasa, tetapi merupakan pancaran yang terputus-putus sesuai dengan PRF yang
dipergunakan yaitu 400 PRF. Atau dengan kata lain bahwa interrogator ini memancar kemudian
berhenti sebanyak 400 kali dalam satu detik. Pada saat interrogator berhenti memancar, maka
waktu ini dipergunakan oleh penerima untuk menerima kode-kode yang berasal dari transponder
pesawat.
Biasanya, setiap radar militer dan sipil juga dilengkapi dengan interogator IFF
(identification friends or foe) yang sering disebut sebagai radar sekunder. Interogator ini
mengirim sinyal pertanyaan yang disebut sebagai mode 1, mode 2 (khusus pesawat militer),
mode 3/A (identifikasi untuk semua pesawat), dan mode C (pertanyaan tentang ketinggian
terbang).
Pesawat yang dilengkapi transponder IFF, setelah menerima sinyal pertanyaan (mode 1,
2, 3/A, dan C) akan menjawab sesuai pertanyaannya secara otomatis. Data perbedaan waktu
antara dikirimnya sinyal pertanyaan dan diterimanya kembali jawaban dari pesawat serta arah
horizontal antena dikalkulasi oleh prosesing radar sekunder sehingga pesawat yang menjawab
dapat ditentukan jarak dan arahnya (bearing-nya) dari radar.
Pada system IFF tersebut peralatan didarat dioperasikan untuk memancarkan sinyal
pertanyaan (interrogation) kepada pesawat terbang, dan setelah sinyal tersebut diproses,
penerima di pesawat terbang memancarkan jawaban (respons) kembali ke stasiun darat.
Pada radar modern, peralatan IFF telah ditingkatkan kemampuannya. Baik peralatan
didarat maupun peralatan di pesawat udara. Pengelolaan penyajian dilakukan melalui
penggunaan sandi/kode dalam mode 3/A yang memungkinkan sasaran dapat disaring secara
sistematis melalui penyaringan (filtering) sasaran. Oleh karena itu hanya sasaran yang memenuhi
kriteria identitas atau ketinggian tertentu yang dapat disajikan pada layar radar.
Dengan kata lain, untuk penerbangan sipil, radar sekunder banyak dipakai sebagai
peralatan pendukung keselamatan penerbangan dengan kemampuan dapat melihat pesawat-
pesawat yang harus dan bersedia diketahui posisinya demi keselamatan penerbangan.
Adapun radar militer, selain memiliki kemampuan serupa, juga dapat mendeteksi pesawat
yang tidak ingin diketahui keberadaannya. Radar militer menggunakan kemampuan radar
sekunder sebagai alat bantu untuk mendeteksi dan menentukan pesawat milik kawan atau lawan.
Transponder pada pesawat terbang setelah menerima pertanyaan (mode) kemudian akan
diproses dan kemudian transponder ini akan mengirimkan jawabannya (kode) yang berisi
informasi dari ketinggian dan identifikasi yang sesuai dengan mode yang diterimanya.
Kode yang diterima oleh penerima secondary surveillance ini kemudian akan dipilih, dan
salah satu pulsanya dipergunakan untuk mengecek jarak antara pesawat terbang dengan
controler.
Fungsi Transponder
Pulsa-pulsa jawaban dari transponder terdiri dari 16 pulsa. Format pulsa-pulsa tersebut
seperti gambar dibawah ini :
F1 dan F2 disebut framing pulse. Huruf A,B,C, dan D dengan indeks 1,2 dan 4
merupakan data yang terkandung dalam sinyal jawaban. Tampak adanya pulsa SPI (special
position indicator) yang dapat digunakan oleh penerbang (pilot) dengan menekan tombol ident,
dan sekitar 20 detik pulsa SPI akan terpancar. Pulsa jawaban untuk mode 3/A kadang-kadang
menggunakan pulsa SPI atas permintaan petugas ATC untuk identifikasi lebih lanjut. Tampak
pula adanya pulsa X, yang tidak digunakan.
Karena pulsa jawaban yang berisi data terdiri dari 12 pulsa, maka terdapat 4096
kemungkinan. Telah ditetapkan bahwa tiga kode berlaku universal, yaitu :
Ketiga kode tersebut baru digunakan jika seorang penerbang (pilot) benar-benar tidak
dapat menghubungi petugas ATC ( air traffic control ) dengan menggunakan kanal suara ( voice
channel ).
Tempat dari jawaban mode 3/A , selanjutnya pulsa dapat di tambah untuk menjawab
deretan pulsa. Pulsa SPI ini lokasinya 4,35 micro detik setelah pulsa F2. Pulsa ini dikontrol oleh
pilot yang berarti menyalakam unit control transponder. Pulsa SPI biasanya hanya memancarkan
Mode C adalah mode selanjutnya yang umum digunakan. Mode ini digunakan untuk
berkomunikasi dari stasiun darat ke ketinggian pesawat terbang.
2.5 DISPLAY
Layar radar atau display digunakan untuk menyajikan informasi radar sedemikian rupa
sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk tujuan pemantauan lalu lintas udara. Dengan
bertambah majunya pengetahuan dibidang elektronika, maka kode-kode yang dikirim oleh
transponder pesawat dianalisa dan diolah dulu supaya pada display sudah bisa terdapat gambar
yang berbentuk huruf-huruf, angka-angka, simbul kotak dan sebagainya. Sehingga controller
atau petugas ATC (air traffic control) disini dapat sudah langsung membaca identifikasi
ketinggian dan informasi lainnya mengenai pesawat udara yang sedang dipandu.
EV 720 adalah peralatan pemroses video radar sekunder secara digital.Hasil prosesnya
berupa data / message digital yang berupa plot yang berisikan informasi jarak, kode pesawat dan
ketinggian dari pesawat / target serta kode spesial jika pesawat dalam keadaan emergensi.
Hasil proses tersebut dapat dikirim langsung ke display prosessing radar untuk
ditampilkan dilayar display. Data yang ditampilkan oleh display tersebut selain video raw pada
jarak dan sudut tertentu juga ditampilkan video atau plot sintesis yang terdiri dari simbol pesawat
dan label yang berisikan kode serta ketinggian dan kecepatan pesawat.
Prinsip kerja EV 720 adalah transponder pesawat menjawab interogasi mode dari SSR,
dengan mengirim video (1090Mhz) yang berisikan kode-kode mengenai identifikasinya. SSR
menerima kode tersebut, setelah diproses lalu dikirimkan ke EV 720 ST untuk diproses. Pada
saat SSR memancarkan interogasi “mode” yaitu dengan sinyal P1-P3,SSR juga mengirimkan
sinyal tersebut ke EV 720 ST, guna memberikan informasi ke EV 720 ST tentang “mode” yang
sedang dikirimkan ke pesawat untuk mensinkronkan pemrosesan di EV 720 ST.
Display ini digunakan untuk pemantauan lalu lintas udara. Display ini dipantau oleh ATC (air
traffic control). Segala aktifitas pengaturan lalulintas udara dikendalikan dari ruang air traffic
control. Air traffic control (ATC) merupakan sarana yang tersedia di ground-based controller
yang berfungsi untuk mengarahkan pesawat baik saat di udara maupun di ground. Fungsi utama
dari ATC adalah untuk mengatur lalu lintas agar supaya pesawat tidak terbang terlalu dekat satu
dengan yang lainnya, dan untuk memberikan informasi mengenai kondisi cuaca, serta
memberikan panduan navigasi kepada pilot pesawat.