Zaman
Oleh:
1. Putri Wahyu Ningtyas 041411333078
2. Tahani Barasyid 041611333031
3. Mohamad Raihan Bahy Akbar 041611333164
4. Muhamad Labbaik 041611333192
5. Agustinus Agung Priyambada 041611333205
Kelas L
Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
2019
Sejarah Ilmu Pengetahuan dalam Dunia Islam
Ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dimulai sejak diutusnya Rasulullah untuk
menyampaikan risalah dan ajaran Islam kepada umat manusia. Seiring berjalannya waktu, para
sahabat dan tabi’in mulai muncul dan dikenal masyarakat luas karena keilmuannya. Terlebih lagi
ketika munculnya dinasti Umayyah dan Abbasiyah begitu pesatnya ilmu pengetahuan yang
berkembangsaat itu, hingga banyak sekali ilmuan dan tokoh muslim yang menghasilkan produk-
produk pemikiran yang brilian.Berikut ini akan dijabarkan secara singkat perkembangan ilmu
pengetahuan sejak diutusnya Rasulullah sebagai sang penyampai risalah, hingga dinasti Abbasiyah
yang telah menelurkan begitu banyak pemikir dan ilmuan muslim.
1. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Rasullah SAW
Pada masa Rasulullah, ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang dibidang ilmu-ilmu
pokok tentang agama (ushuluddin), dan ilmu akhlak (moral). Akan tetapi ilmu – ilmu lainnya tetap
berkembang walaupun tidak sepesat ilmu agama dan akhlak. Saat itu pun mulai terjadi proses
pengkajian ilmu yang lebih sistematis, diantaranya dasar-dasar ilmu tafsir yang dikembangkan
oleh para sahabat Rasulullah.
Jika kita flashback pada waktu sebelum Islam diturunkan, bangsa Arab dikenal dengan
sebutan kaum jahiliyah. Hal ini disebabkan karena bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu
pengetahuan dan kepandaian yang lain. Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang
syair-syair jahili yang disebarkan secara hafalan (Bernard Lewis, 1996: 25 dalam Muh. Asroruddin
A. J (2009)). Dengan kenyataan itu, maka diutuslah nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk
memperbaiki akhlak, baik akhlak untuk berhubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama
manusia.
Demikian pula dalam masalah ilmu pengetahuan, perhatian Rasul sangat besar. Rasulullah
SAW memberi contoh revolusioner bagaimana seharusnya mengembangkan ilmu. Diantara
gerakan yang dilakukan Rasulullah SAW adalah dengan menggiatkan budaya membaca, yang
merupakan pencanangan dan pemberantasan buta huruf, suatu tindakan awal yang membebaskan
manusia dari ketidaktahuan. Membaca merupakan pintu bagi pengembangan ilmu.Rasulullah
SAW juga memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an. Dengan
cara ini dapat menjaga kemurniandan juga media memahami ayat-ayat al-Qur’an. Disamping
dengan hafalan, juga membuat tradisi menulis/ mencatat wahyu pada kulit, tulang, pelepahkurma
dan lain-lain.(Sunanto, 2003:14-16 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009))
Dengan bimbingan Nabi Muhammad SAW ini, telah mendorong semangat belajar
membaca, menulis dan menghafal sehingga umat Islam menjadi umat yang memasyarakatkan
kepandaian tulis-baca. Dengan semangat itulah, maka terbangun jiwa umat Islam untuk tidak
hanya beriman tetapi juga berilmu, sehingga nantinya lahir sarjana-sarjana Islam yang ahli
dibidangnya masing-masing. Dengan demikian dapat dimengerti , salah satu aspek dari peradaban
adalah mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Khulafaurrrasyidin.
Masa ini sering disebut dengan masa klasik awal (650 – 690 M). Pada masa klasik awal ini
merupakan peletakan dasar-dasar peradaban Islam yang berjalan selama 40 tahun.
Pada masa ini, perkembangan ilmu pengetahuan terpusat pada usaha untuk memahami Al-
Qur’an dan Hadits Nabi, untuk memperdalam pengajaran akidah, akhlak, ibadah, mu’amalah dan
kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Akan tetapi yang perlu dicatat bahwa, pada masa ini telah
ditanamkan budaya tulis dan baca. Dengan budaya baca tulis, maka lahirlah orang pandai dari para
sahabat rasul, diantaranya Umar bin Khatab yang mempunyai keahlian dibidang hukum dan jenius
pada ilmu pemerintahan, Ali bin Abi Thalib yang mempunyai keahlian dibidang hukum dan tafsir.
Banyak ahli-ahli tafsir yang terkenal pada masa itu ,diantaranya dari ke empat khalifah
(Abubakar As-siddik, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Talib), Ibnu Mas’ud, Ibnu
Abbas, Ubay IbnuKa’ab, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa Al-’Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Umayah
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah
masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya;
serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba ,Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh
Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu
Muawiyah I. Masa ini sebagai masa perkembangan peradaban Islam, yang meliputi tiga benua
yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Masa ini berlangsung selama 90 tahun (661 – 750 M) dan berpusat
di Damaskus.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini masih berada pada tahap awal, yang merupakan
masa inkubasi. Para pembesar Bani Umayyah kurang tertarik pada ilmu pegetahuan kecuali Yazid
bin Mua’wiyah dan Umar bin Abdul Aziz. Ilmu yang berkembang di zaman Bani Umayyah adalah
ilmu syari’ah, ilmu lisaniyah, dan ilmu tarikh. Selain itu berkembang pula ilmu qiraat, ilmu tafsir,
ilmu hadis, ilmu nahwu, ilmu bumi, dan ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing.
Kota yang menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan ini antra lain Damaskus, Kuffah, Makkah,
Madinah, Mesir, Cordova, Granada, dan lain-lain, dengan masjid sebagai pusat pengajarannya,
selain Madinah atau lembaga pendidikan yang ada.
Ilmu pengetahuan yang berkembang di zaman Daulah zaman Bani Umayyah dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Al Ulumus Syari’ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam, seperti Fiqih, tafsir Al-Qur’an dan
sebagainya.
b. Al Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu untuk memastikan bacaan Al Qur’an,
menafsirkan dan memahaminya.
c. Tarikh, yang meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya, riwayat hidup
pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain.
d. Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang membahas tentang membaca Al Qur’an.
Pada masa ini termasyhurlah tujuh macam bacaan Al Qur’an yang terkenal dengan Qiraat
Sab’ah yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan yang
dinisbahkan kepada acara membaca.
e. Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang membahas tentang undang-undang dalam menafsirkan Al
Qur’an.
f. Ilmu Hadis, yaitu ilmu yang ditujukan untuk menjelaskan riwayat dan sanad al-Hadis,
karena banyak Hadis yang bukan berasal dari Rasulullah.
g. Ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang menjelaskan cara membaca suatu kalimat didalam berbagai
posisinya.
h. Ilmu Bumi (al- Jughrafia). Ilmu ini muncul karena adanya kebutuhan kaum muslimin pada
saat itu, yaitu untuk keperluan menunaikan ibadah Haji, menuntut ilmu dan dakwah,
seseorang agar tidak tersesat di perjalanan.
Ilmu adalah motor penggerak pemikiran dan aktifitas manusia. Kegiatan ilmu adalah
aktifitas sangat tinggi nilainya di sisi Allah Swt. Tinggi rendahnya martabat manusia ditentukan
oleh faktor ilmu. Bahkan Allah Swt. mengangkat derajat orang beriman dan berilmu dalam
tingkatan derajat yang sama (QS. Al-Mujaadilah: 11).
Klasifikasi Ilmu
Menurut Imam al-Ghazali, dari segi kewajiban mencari ilmu terkategori ke dalam dua
pembagian yaitu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah.
1. Ilmu fardhu ‘ain adalah ilmu yang wajib bagi tiap-tiap individu muslim mengetahuinya.
Mencakup ilmu yang berkenaan dengan i’tiqad (keyakinan). Ilmu-ilmu yang
menyelamatkan dari keraguan (syakk) iman. Tujuan ilmu ini untuk menghilangkan
kekeliruan iman, dan bisa membedakan antara yang haq dan bathil. Dimensi lain dari ilmu
fardhu‘ain adalah ilmu-ilmu yang berkenaan dengan perbuatan yang wajib akan
dilaksanakan. Misalnya, orang yang akan berniaga wajib mengetahui hukum-hukum fiqih
perniagaan, bagi yang akan menunaikan haji wajib baginya memahami hukum-hukum haji.
Dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang harus ditinggalkan seperti
sifat-sifat tidak terpuji dan lain-lain.
2. Ilmu fardhu kifayah adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh sebagian masyarakat Islam,
bukan seluruhnya. Dalam fardhu kifayah, kesatuan masyarakat Islam secara bersama
memikul tanggung jawab kefardhuan untuk menuntutnya. Dengan demikian menurut Wan
Mohd Nor Wan Daud (2003) kategorisasi ilmu dalam Islam bersifat hierarkis dan tidak
dikotomis.
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (872-950) disingkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan
filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.
Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai
Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, juga dikenal di dunia
barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir).
Al Farabi dianggap sebagai salah satu pemikir terkemuka dari era abad pertengahan.
Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al-
Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian:
1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang
membahas tentang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rejim
yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam.
2. AL-BATANI
Al Battani (sekitar 858-929) juga dikenal sebagai Albatenius adalah seorang ahli astronomi dan
matematikawan dari Arab. Al Battani nama lengkap: Abū Abdullāh Muhammad ibn Jābir ibn
Sinān ar-Raqqī al-Harrani as-Sabi al-Battānī), lahir di Harran dekat Urfa.
Salah satu pencapaiannya yang terkenal dalam astronomi adalah tentang penentuan Tahun
Matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Al Battani bekerja di Suriah, tepatnya di ar-Raqqah dan di Damaskus, yang juga merupakan tempat
wafatnya.
3. IBNU SINA
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga
seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan
pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern dan masih banyak lagi
sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran.
Karyanya yang sangat terkenal Qanun fi Thib merupakan rujukan di bidang kedokteran selama
berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā lahir pada 980 di
Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal
pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar, banyak di antaranya
memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai Bapak
Kedokteran Modern, George Sarton menyebut Ibnu Sina sebagai "Ilmuwan paling terkenal dari
Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu". Karyanya yang
paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai
sebagai Qanun(judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Karya
Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau juga dieja Ibnu Batutah adalah seorang pengembara
(penjelajah) Berber Maroko.
Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada
seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipun
mengandung beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang
berasal dari abad ke-14.
Lahir di Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia sekitar dua puluh tahun Ibnu
Batutah berangkat haji - ziarah ke Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga
melintasi 120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).
5. IBNU RUSYD
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, lahir tahun 1126 di Marrakesh Maroko, wafat tanggal 10
Desember 1198) juga dikenal sebagai Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia).
Ikhtisar
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128
Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd
kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami
banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat
dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik.
Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan.
Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat
Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam
St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah
kedokteran dan masalah hukum.
Pemikiran Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan,
ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa
pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.
Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan
geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva,
Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja
sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad.
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan
notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika
beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran
Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus
sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata
Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan
notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata
Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo
dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.
7. UMAR KHAYYAM
'Umar Khayyām (18 Mei 1048 - 4 Desember 1131), dilahirkan di Nishapur, Iran. Nama aslinya
adalah Ghiyātsuddin Abulfatah 'Umar bin Ibrahim Khayyāmi Nisyābūri . Khayyām berarti
"pembuat tenda" dalam bahasa Persia.
Sang Matematikawan
Pada masa hidupnya, ia terkenal sebagai seorang matematikawan dan astronom yang
memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia. Pada 15 Maret 1079, Sultan Jalaluddin
Maliksyah Saljuqi (1072-1092) memberlakukan kalender yang telah diperbaiki Umar, seperti yang
dilakukan oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi terhadap Sosigenes, dan
yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada Februari 1552 dengan kalender yang telah
diperbaiki Aloysius Lilius (meskipun Britania Raya baru beralih dari Kalender Julian kepada
kalender Gregorian pada 1751, dan Rusia baru melakukannya pada 1918).
Dia pun terkenal karena menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong
sebuah parabola dengan sebuah lingkaran.
Sang astronom
Pada 1073, Malik-Syah, penguasa Isfahan, mengundang Khayyām untuk membangun dan bekerja
pada sebuah observatorium, bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya.
Akhirnya, Khayyām dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma)
mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari.
Ia terkenal di dunia Persia dan Islam karena observasi astronominya. Ia pernah membuat sebuah
peta bintang (yang kini lenyap) di angkasa.
Abu'l Hasan Tsabit bin Qurra' bin Marwan al-Sabi al-Harrani, (826 – 18 Februari 901) adalah
seorang astronom dan matematikawan dari Arab, dan dikenal pula sebagai Thebit dalam bahasa
Latin.
Tsabit lahir di kota Harran, Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di
Baghdad atas ajakan Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang
berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia.
Al-Sabiʾ Thabit bin Qurra al-Ḥarrānī, Latin: Thebit / Thebith / Tebit, 826 - 18 Februari,
901) adalah seorang ahli matematika, dokter, astronom, dan penerjemah Islam Golden Age yang
tinggal di Baghdad pada paruh kedua abad kesembilan.
Ibnu Qurra membuat penemuan penting dalam aljabar, geometri, dan astronomi. Dalam
astronomi, Thabit dianggap sebagai salah satu dari para reformis pertama dari sistem Ptolemaic,
dan dalam mekanika dia adalah seorang pendiri statika.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang
kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia
dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah
Sakit Muqtadari di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan
terbesar dalam sejarah.
Biografi
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober
925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan
jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina
menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian
lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti
menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi
cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi
mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang
lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama
menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan
khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana.
Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq,
penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk
Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan
al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk
kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku
Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak
murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada
pasiennya saat berobat kepadanya.
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi,
sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Bapak Kimia Arab ini dikenal karena karya-karyanya yang sangat berpengaruh pada ilmu kimia
dan metalurgi.
Karya Jabir antara lain: