A. Pre-Operatif
Pada tanggal 27 April 2019, pukul 09.00 WIB klien datang dengan brancart
menuju meja operasi dnegan di bantu perawat.
Nama : Tn. J
Umur : 31 tahun
Ruang : Edelweiss
Pemeriksaan Fokus
Status Psikososial
Persiapan Operasi
Anestesi : GETA
Meja operasi
Linen steril
Standar infus
TV/Monitor
B. Intra Operatif
(perawat tidak mengikuti operasi dari awal sampai akhir)
Tindakan operasi telah selesai, pasien dipindahkan ke recovery room.
C. Post Operatif
Klien dibawa ke recovery room dengan menggunakan brancart dibantu oleh
perawat. Klien terpasang O2 Nasal Canul 2 liter/menit, infus RL di tangan kiri, dower
catheter.
Klien tampak setengah sadar dan sedikit mengigau.
Skull defect adalah kelainan pada kepala dimana tidak adanya tulang cranium/tulang
tengkorak. Skull deffect adalah adanya pengikisan pada tulang cranium yang
disebabkan oleh adanya pengikisan yang disebabkan massa ekstrakranial atau
intrakranial, atau juga bisa berasal dari dalam tulang (Burgener & Kormano, 1997).
Skull defect dapat terjadi dari lahir atau kongenital pada bayi yang biasanya disebut
dengan anenchephaly dan juga
skull defect yang dilakukan secara sengaja untuk membantu pengeluaran cairan atau
pendarahan atau massa yang ada di kepala atau otak.
Penyebab
Fraktur kranium
Tumor
Penipisan tulang
Patofisiologi
Mekanisme yang paling umum dari trauma tumpul dada yaitu kecelakaan mobil
atau jatuh dari sepeda motor sedangkan untuk trauma tembus dada yaitu luka tusuk
dan luka tembak. Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu
atau lebih mekanisme patologi seperti hipoksemia akibat gangguan jalan nafas,
cedera pada parenkim paru, sangkar iga, otot-otot pernapasan, kolaps paru, dan
pneumothoraks. Hipovolemia juga sering timbul akibat kehilangan cairan masif dari
pembuluh besar, ruptur jantung, atau hemothoraks. Gagal jantung akibat tamponade
jantung yaitu kompresi pada jantung sebagai akibat terdapatnya cairan di dalam sakus
perikardial. Mekanisme ini seringkali mengakibatkan kerusakan ventilasi dan perfusi
yang mengarah pada gagal napas akut, syok hipovolemia, dan kematian (Smeltzer,
2001).
Pada bagian yang tidak tertutup tulang dapat dilihat adanya denyutan atau
fontanela
Sedangkan manifestasi klinis dari cedera kepala tergantung dari berat ringannya cedera
kepala yaitu berupa:
Perubahan kesadaran adalah merupakan indicator yang paling sensitive yang dapat dilihat
dengan penggunaan GCS (Glasgow Coma Scale). Pada cedera kepala berat nilai GCS nya 3-8
Peningkatan TIK yang mempunyai trias klasik seperti: nyeri kepala karena regangan dura dan
pembuluh darah; papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan diskus
optikus; muntah seringkali proyektil.
Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung (bradikardi,
takikardia, yang diselingi dengan bradikardia disritmia).
Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi, stridor, terdesak,
ronchi, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi), gurgling.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adanya skull defect yaitu dengan melakukan operasi kraniotomi yang
kemudian dilakukan cranioplasty. Cranioplasty adalah memperbaiki kerusakan tulang kepala
dengan menggunakan bahan plastik atau metal plate. Cranioplasty adalah perbaikan defek
kranial dengan menggunakan plat logam atau plastik. Setelah dilakukan operasi cranioplasty
perawatan selanjutnya adalah dengan pemberian antibiotik selama 3 hingga 5 hari, dan
memonitor drain untuk membantu pengeluaran darah dan mencegah hematoma hingga cairan
atau darah berkurang 2 hingga 3 cc. Instruksi penting selanjutnya adalah tidak melakukan dan
tidak memberikan tekanan pada area yang telah dioperasi selama 3 sampai 4 minggu. Proses
pembentukan dan penyambungan tulang akan terjadi selama 6 hingga satu tahun (Ramamurthi,
et al, 2007).