Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang tersebar luas yang

terkait dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas, terutama pada wanita

hamil1. Baik di negara maju maupun negara berkembang, sebagian besar

perempuan mengalami anemia selama kehamilan. Menurut WHO 40% kematian

ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan, dan

kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi. Tiga

puluh enam persen orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia

jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (Muzayana,

2014).

Anemia dalam kehamilan masih merupakan masalah kronik di Indonesia

terbukti dalam prevalensi pada wanita hamil sebanyak 63,5%. Dalam empat tahun

terakhir prevalensi anemia tidak menunjukan penurunan yang cukup bermakna.

Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan

anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan di mulai sebelum kehamilan. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa ibu hamil

yang terkena anemia mencapai 40%-50%. Itu artinya 5 dari 10 ibu hamil di

Indonesia mengalami anemia (Kemenkes RI, 2016)

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau

hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda

1
2

pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai

kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai

hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml. Definisi ini mungkin sedikit berbeda

tergantung pada sumber dan referensi laboratorium yang digunakan. Anemia

kehamilan merupakan peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan

mengencerkan darah (hemodilusi) yang dapat tercermin sebagai anemia (Walyani,

2015)

Anemia pada ibu hamil berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayinya.

Disebutkan anemia merupakan penyebab penting yang melatarbelakangi kejadian

morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada saat hamil dan melahirkan atau

nifas sebagai akibat komplikasi kehamilan. Selain itu ibu hamil yang menderita

anemia juga menunjukkan keadaan yang tragis, yaitu terjadinya perdarahan pada

saat melahirkan. Disamping pengaruhnya kepada kematian dan perdarahan,

anemia pada saat hamil mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah

dan peningkatan kematian perinatal (Sarwono, 2012).

Beberapa faktor penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil adalah

kurangnya asupan unsur besi dalam makanan, gangguan penyerapan zat besi,

peningkatan kebutuhan zat besi, banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh

misalnya perdarahan. Selain dari faktor tersebut, karakteristik ibu hamil

merupakan penyebab kejadian anemia. Karakteristik tersebut diantaranya tingkat

pengetahuan ibu dan usia.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting bagi


3

terbentuknya perilaku. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Sehingga

semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang anemia maka cenderung

melakukan perubahan bagi hidupnya untuk hidup lebih sehat khususnya dalam

partisipasi melakukan pencegahan anemia (Sarwono, 2012)

Selain itu usia juga sangat menentukan kesehatan ibu, ibu dikatakan

berisiko tinggi apabila ibu hamil berumur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun,

Pada wanita hamil umur terlalu muda yaitu kurang dari 20, secara fisik alat

reproduksinya belum siap untuk menerima hasil konsepsi dan secara psikologis

belum cukup dewasa dan matang untuk menjadi seorang ibu, sedangkan wanita

hamil pada usia lanjut yaitu lebih dari 35 tahun, proses faal tubuhnya sudah

mengalami kemunduran berupa elastisitas otot-otot panggul disekitar organ-organ

reproduksi lainya, keseimbangan hormonnya mulai terganggu sehingga

kemungkinan terjadi berbagai resiko kehamilan (Manuaba, 2012).

Berdasarkan penelitian Susanti (2016) yang melakukan peneltian tentang

hubungan umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pekauman

Banjarmasin, didapatkan hasil dari 30 ibu hamil 25 diantaranya mengalami

Anemia (83,3%) dan ibu hamil yang banyak mengalami anemia pada usia 20-35

tahun sebanyak 21 orang (70%) dan terdapat hubungan antara umur dengan

kejadian anemia pada ibu hamil dan kejadian anemia <20 tahun cenderung lebih

banyak dari pada usia 20-35 tahun dan > 35 tahun

Berdasarkan penelitian Kafiyanti (2016) yang melakukan penelitian

tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan kejadian
4

anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta,

didapatkan hasil ebagian tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia adalah

baik dan cukup, sebagian besar responden mengalami anemia ringan, dan ada

hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia

pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu pada tahun 2017

didapatkan jumlah ibu hamil sebanyak 41.173 orang dengan jumlah ibu hamil

yang mengalami anemia sebanyak 5.156 orang. Dengan jumlah ibu hamil yang

mengalami anemia terbanyak di Kabupaten Seluma sebanyak 946 orang, diikuti

oleh Kabupaten Kepahiang sebanyak 874 orang dan Kota Bengkulu sebanyak 843

orang. Sedangkan Kabupaten Bengkulu Utara sebanyak 782 orang (Dinkes

Provinsi Bengkulu, 2017)

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2015 terdapat ibu

hamil dengan anemia sebanyak 694 orang, pada tahun 2016 terdapat ibu hamil

dengan anemia sebanyak 737 orang dan pada tahun 2017 tercatat sebanyak 6.426

ibu hamil dengan anemia sebanyak 782 orang. Cakupan tertinggi terdapat di

Puskesmas Dusun Curup yaitu sebesar 80 ibu hamil dengan anemia , kemudian

Puskesmas Perumnas sebesar 79 ibu hamil dengan anemia, diikuti Puskesmas Air

Bintunan sebesar 78 ibu hamil dengan anemia dan Puskesmas Suka Makmur

sebesar 63 ibu hamil dengan anemia (Dinkes Kabupaten Bengkulu Utara, 2017).

Data Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu

Utara pada tahun 2017 didapatkan jumlah ibu hamil sebanyak 243 orang dengan

jumlah ibu anemia sebanyak 80 orang dengan jumlah kasus anemia tertinggi
5

terdapat di Desa Kota Agung sebanyak 14 orang, setelah itu Desa Datar Macang

sebanyak 11 orang dan diikuti oleh Desa Kertapati sebanyak 10 orang.

Berdasarkan survey awal peneliti pada tanggal 22 Januari 2018 di

Puskesmas Dusun Curup dengan melakukan wawancara langsung didapatkan 7

orang ibu hamil yang menderita anemia yang sedang berkunjung. Dari 7 orang ibu

hamil yang menderita anemia terdapat 2 orang yang mengetahui tentang anemia

yang meliputi pengertian, penyebab dan akibat lanjut dari anemia bag kehamilan,

dan terdapat 5 orang yang kurang mengetahui tentang anemia baik pengertian,

penyebab dan akibat lanjut. Selain itu dar 7 orang ibu hamil yang menderita

anemia yang sedang berkunjung didapatkan 4 orang berusia < 20 tahun, 1 orang

berusia 26 tahun dan 2 berusia > 35 tahun.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan pengetahuan dan usia dengan kejadian anemia pada

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi

Kabupaten Bengkulu Utara”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah di dalam

penlitian ini adalah “adakah hubungan pengetahuan dan usia dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air

Besi Kabupaten Bengkulu Utara.?”


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dipelajari hubungan pengetahuan dan usia dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi

Kabupaten Bengkulu Utara

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara

b. Diketahui gambaran pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Dusun

Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara

c. Diketahui gambaran usia ibu di wilayah kerja Puskesmas Dusun Curup

Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara

d. Diketahui hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

di wilayah kerja Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten

Bengkulu Utara

e. Diketahui hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten

Bengkulu Utara

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Puskesmas Dusun Curup

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi Puskesmas

Dusun Curup khususnya tentang hubungan pengetahuan dan usia dengan


7

kejadian anemia pada ibu hamil, sehingga dapat menjadi sumber referensi

baru bagi puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil

2. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi baru

bagi mahasiswa khususnya tentang hubungan pengetahuan dan usia dengan

kejadian anemia pada ibu hamil, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

mahasiswa tentang kesehatan pada ibu hamil yang mengalami anemia

3. Bagi Peneliti lain

Diharapkan peneltian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk dapat melakukan penelitan lain yang berhubungan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil dengan variabel lain diluar penelitian ini.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2012).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3

triwulan pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, triwulan

kedua dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari

bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2012).

Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita

dalam siklus reproduksi. Kehamilan dimulai dari konsepsi dan berakhir

dengan permulaan persalinan. Selama kehamilan ini terjadi perubahan-

perubahan, baik perut, fisik maupun fsikologi ibu (Varney, 2013).

8
9

b. Proses kehamilan

Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada spermatozoa, ovum,

pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi.

Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-

mikrofilamen fimbria infundibulum tuba kearah ostium tuba

abdominalis, dan disalurkan terus kearah medial. Kemudian jutaan

spermatozoa ditumpahkan diforniks vagina dan disekitar porsio pada

waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke

kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus spermatozoa dapat

sampai ke bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki

ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan hanya satu spermatozoa yang

mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. Pada spermatozoa

ditemukan peningkatan konsentrasi DNA dinukleus, dan kaputnya lebih

mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan

hialuronidase (Sarwono, 2012).

Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder)

dan spermatozoa yang biasanya berlangsung diampula tuba. Fertilisasi

meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan

ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang

telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran

sel ovum. Untuk mencapai ovum, sperma harus melewati korona radiata

(lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein

ekstraselular), yaitu lapisan yang menutupi dan mencegah ovum


10

mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Spermatozoa yang

telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya, yang tinggal

hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya

berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal

dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa kedalam vitelus

membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses

pembelahan selanjutnya (pembelahan mieosis kedua) sesudah anafase

kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju

ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang

haploid. Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah

kromosom yang haploid (Sarwono, 2012).

Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot

yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada

manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan 2

kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. sesudah

pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom

otosom serta 1 kromosom X. Zigot sebagai hasil pembuahan yang

memiliki 44 kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh

sebagai janin perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom

otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai

janin laki-laki. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah

pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma

ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah
11

pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan

dengan lancar, dan selama tiga hari terbentuk suatu kelompok sel yang

sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi

untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, sehingga volume vitelus

makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian,

zona pelisida tetap utuh, atau dengan kata lain, besarnya hasil konsepsi

tetap utuh. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus

ke pars ismika dan pars interstisial tuba (bagia-bagian tuba yang sempit)

dan terus disalurkan kearah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada

permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba (Sarwono, 2012)

Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium

blastula yang disebut blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya

adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell ini

berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi

plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai

yang disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan

kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi

hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran

darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas

terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG)

dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan

menerima (resesif) dalam proses implantasi embrio (Sarwono, 2012).


12

Setelah proses implantasi selesai, maka pada tahap selanjutnya

akan terbentuk amnion dan cairan amnion. Amnion pada kehamilan

aterm berupa sebuah membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion

adalah membran janin paling dalam dan berdampingan dengan cairan

amnion. Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi sekitar hari

ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Secara jelas telah diketahui

bahwa amnion tidak sekedar membran avaskular yang berfungsi

menampung cairan amnion. Membran ini aktif secara metabolis, terlihat

dalam transpor air dan zat terlarut untuk mempertahankan homeostatis

cairan amnion, dan menghasilkan berbagai senyawa bioaktif menarik,

termasuk peptida vasoaktif, faktor pertumbuhan dan sitoin (Cunningham,

2010).

Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat

plasma ibu. Pada awal trimester kedua, cairan ini terutama terdiri dari

cairan ekstrasel yang berdifusi melalui kulit janin sehingga

mencerminkan komposisi plasma janin. Volume cairan amnion pada

setiap minggu gestasi cukup berbeda-beda. Secara umum, volume cairan

meningkat 10 ml perminggu pada minggu ke-8 dan meningkat sampai 60

ml perminggu pada minggu ke-21, dan kemudian berkurang secara

bertahap hingga kembali ke kondisi mantap pada minggu ke-33. Dengan

demikian, volume cairan biasanya meningkat dari 50 ml pada minggu ke-

12 menjadi 400 ml pada pertengahan kehamilan dan 1000 ml pada

kehamilan aterm (Cunningham, 2010).


13

Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga

amnion ini akan meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan

kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi penurunan volume cairan

amnion pada banyak kehamilan normal. Cairan amnion ini berfungsi

sebagai bantalan bagi janin, yang kemungkinan perkembangan sistem

muskuloskletal dan melindungi pertahanan suhu dan memiliki fungsi

nutrisi yang minimal (Cunningham, 2010).

c. Menentukan Periode Kehamilan

Menurut Rukiyah (2012) perode Kehamilan dibagi menjadi tiga

trimester masing-masing trimester berlangsung kira-kira tiga bulan

yaitu:

1) Trimester pertama sebagai periode pembentuk karena spermatozoa

menembus dinding corona adiate dengan enzim hyaluronidase.

Persenyawaan ini terjadi di daerah ampulla tubae. Dengan adanya

estrogen dan progesteron yang meningkat akan menyebabkan

timbulnya rasa mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah, dan

membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali

membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,

kecemasan dan kesedihan. Dia selalu mencari tanda-tanda untuk

meyakinkan bahwa dirinya hamil atau tidak, setiap perubahan yang

terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Pada

trimester pertama banyak wanita berpikir bahwa janinnya tidak nyata

selama awal periode masa hamil.


14

2) Pada trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dimana tubuh ibu

sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak

nyaman karena hamil pun sudah berkurang. Perut ibu pun belum

terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban dan pada

trimester dua ini ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat

menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada

trimester ini banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan

dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama

dan merasakan meningkatnya libido. Pada trimester ini ibu sudah

merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran

bayinya sebagai seseorang diluar dari dirinya sendiri.

3) Pada kehamilan trimester ketiga sudah mencapai bulan ke 7. Pada

trimester ini sering kali disebut periode menunggu dan waspada,

sebab pada saat ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

Pada trimester ini rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul

kembali ini ditandai dengan kadang-kadang ibu merasa khawatir

anaknya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu

meningkatkan kewaspadaannya terhadap timbulnya tanda dan gejala

terjadi persalinan pada ibu akan meningkat, seringkali ibu merasa

khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak

normal. Kebanyakan ibu akan bersikap melindungi bayinya dan akan

menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya

membahayakan bayinya. Pada trimester ini seorang ibu akan mulai


15

merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada

waktu persalinan atau melahirkan.

d. Adaptasi Fisik dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan

1) Adaptasi Fisik

Proses kehamilan membawa perubahan fisik diantaranya pada

trimester pertama akan terjadi tidak adanya mensturasi, sembelit, nyeri

pada panggul, mual dan muntah (mual pada pagi hari), lelah dan

mengantuk, sering berkemih, tidak menyukai bau atau makanan

tertentu, cairan vagina meningkat penurunan berat badan atau

kenaikan sampai 2,5 kg, dan perubahan pada payudara : penuh, nyeri

tekan, gatal didaerah putting, aerola menjadi gelap. Pada trimester

kedua perubahan fisik yang terjadi adalah sudah merasa enak secara

fisik, merasakan gerakan janin, nafsu makan meningkat, mual

menghilang, sembelit, nyeri di lipat paha akibat kontraksi ligament

rotundum, kenaikan berat badan rata-rata 0,4-0,5 kg per minggu,

kejang kaki. Pada trimester ketiga perubahan fisik yang terjadi adalah

kontraksi Braxton-Hicks yang lebih nyata, produksi kolostrom

meningkat, nyeri pinggang, pergelangan kaki bengkak, insomnia,

anemia, dan kenaikan berat badan sampai 12,5-17,5 kg (Simkin,

2013).

2) Adaptasi Psikologis

Status emosional dan psikologis ibu turut menentukan keadaan

yang timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh kehamilan, sehingga


16

dapat terjadi pergeseran dimana kehamilan sebagai peristiwa fisiologis

menjadi kehamilan patologis. Ada dua macam stressor, yaitu:

a) Stressor internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan,

penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan,

perubahan sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan, takut

terhadap persalinan, kehilangan pekerjaan.

b) Stressor eksternal, meliputi maladaptasi, relation ship, kasih

sayang, support mental, broken home. Pada peristiwa kehamilan

merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi

perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang

merupakan penyesuaian emosi, pola berpikir, dan perilaku yang

berkelanjutan hingga bayi lahir. Latar belakang munculnya

gangguan psikologis dan emosional dalam rangka kesanggupan

seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu

termasuk kehamilan. Pengaruh faktor psikologis terhadap

kehamilan adalah terhadap ketidakmampuan pengasuhan

kehamilan dan mempunyai potensi melakukan tindakan yang

membahayakan terhadap kehamilan (Pantiawati, 2010).

2. Anemia kehamilan

a. Pengertian

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar

haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut
17

dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi,

terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2012).

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)

dalam darahnya kurang dari 12 gr%. Darah akan bertambah banyak

dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan

tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.

Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah

18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan

sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya

dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2012).

Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan

kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

b. Etiologi

Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:

1) Kurang gizi (malnutrisi)

2) Kurang zat besi dalam diit

3) Malabsorpsi

4) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan

lain-lain

5) Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria

dan lain-lain
18

c. Gejala dan tanda

Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan,

mata kunang-kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas

normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa

dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan

kadar Hb (Saifuddin, 2012).

d. Klasifikasi anemia dalam kehamilan

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro

(2012), adalah sebagai berikut:

1) Anemia Defisiensi Besi

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi

dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita

hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah

pemberian tablet besi.

a) Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu

ferosulfat, feroglukonat atau Natrium ferobisitrat. Pemberian

preparat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1

gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan

kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk

profilaksis anemia (Saifuddin, 2012).

b) Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan

akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan,

penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua


19

(Wiknjosastro, 2012). Pemberian preparat parenteral dengan

ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10

ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2

gr% (Manuaba, 2012).

Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat

dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan

cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan

mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan

Hb dapat dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb, dapat digolongkan

sebagai berikut:

a) Hb ≥ 11 gr% : Tidak anemia

b) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

c) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

d) Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata

mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg

diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan

untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal, kurang lebih 200

mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu

hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi.

Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan

sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan


20

perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi

sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan

untuk wanita hamil (Manuaba, 2012).

2) Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan

asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:

a) Asam folat 15 – 30 mg per hari

b) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban

sehingga dapat diberikan transfusi darah.

3) Anemia Hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum

tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik

diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi

lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.

4) Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau

pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.

Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil; apabila ia

hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Gejala utama

adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,


21

kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan

pada organ-organ vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik dan

beratnya anemia. Obat-obat penambah darah tidak memberi hasil.

Tranfusi darah, kadang dilakukan berulang untuk mengurangi

penderitaan ibu dan menghindari bahaya hipoksia janin.

5) Anemia-anemia lain

Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai

jenis anemia hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia

karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit

hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas dan sebagainya dapat menjadi

hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan

berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan,

nifas serta berpengaruh pula bagi anak dalam kandungan.

Pengobatan ditujukan pada sebab pokok anemianya, misalnya

antibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis obat

cacing dan lain-lain.

e. Penanggulangan

Penanggulangan anemia terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja,

dan wanita telah menikah prahamil sudah dilakukan secara nasional

dengan pemberian suplementasi pil zat besi. Ibu hamil sangat

disarankan minum pil ini selama tiga bulan, yang harus diminum setiap

hari. Penelitian menunjukkan, wanita hamil yang tidak minum pil zat

besi mengalami penurunan cadangan besi cukup tajam sejak minggu ke

12 usia kehamilan (Saifuddin, 2012)


22

3. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan

dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan

menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek

yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap

objek tertentu (KBBI, 2013)

b. Proses Terbentuknya Pengetahuan

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2014) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut

terjadi proses berurutan yaitu :

1) Kesadaran (Awareness)

Di mana orang tersebut menyadari arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap suatu stimulus (objek)


23

2) Merasa Tertarik (Interest)

Terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek sudah

mulai timbul

3) Coba-Coba (Trial)

Dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus (objek).

4) Adoption (Adoption)

Dimana subjek telah berperilaku baik sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

c. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2014)

adalah:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan,

menyimpulkan serta mampu memberikan contoh secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar.


24

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill

(sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian.

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2014)

adalah sebagai berikut:

1) Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan


25

Cara ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan

secara sistimatik dan logis. Cara penemuan pengetahuan ini antara

lain :

a) Cara coba-salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu

seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya

pemecahannya dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan

kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah tersebut

dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode

trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-

salah/coba-coba.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Dari sejarah kita ketahui dan kita pelajari bahwa

kekuasaan raja zaman dulu adalah mutlak, sehingga apapun yang

keluar dari mulut raja adalah kebenaran yang mutlak dan harus

diterima oleh masyarakat atau rakyatnya. Kebiasaan-kebiasaan

ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang

mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-


26

pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,

pemegang pemerintah dan sebagainya. Dengan kata lain

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas atau

kekuasaan ahli ilmu pengetahuan.

2) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan

cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan

masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara

tersebut.

3) Melalui jalan pintas

Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara

melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-

pertanyaan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya

sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan itu melalui pernyataan-

pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi.

Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum kepada yang khusus.


27

4) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metodologi penelitian.

Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Balon (1561-1626),

ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode berfikir

induktif. Menurut Deobold Van Dollen bahwa dalam memperoleh

kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan

membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan

dengan obyek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal

pokok, yakni :

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negative, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala yang muncul secara gravitasi, yaitu gejala-gejala yang

berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) factor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang.
28

2) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan

seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi

akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan

tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya

positif maupun negative.

4) Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseoarang, misalnya radio, televisi,

majalah, Koran dan buku.

5) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap

pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup

besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli

fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6) Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

sesuatu.
29

f. Kriteria Penilaian Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari

subjek peneliti atau responden. Menurut Arikunto(2014), tingkatan

pengetahuan setelah dilakukan pengukuran di bagi menjadi :

1) Baik, apabila dapat menjawab 76-100% benar dari seluruh

pertanyaan diberikan.

2) Cukup, apabila dapat menjawab 56-75% benar dari seluruh

pertanyaan diberikan.

3) Kurang, apabila dapat menjawab <56% benar dari seluruh

pertanyaan diberikan.

4. Usia

a. Pengertian

Usia adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan, umur sangta

menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila

ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. Umur berguna

untuk mengantisipasi diagnosis masalah kesehatan dan tindakan yang

dilakukan (KBBI, 2008 dalam Walyani, 2015).

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat di lahirkan

sampai berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja

(Winkjosastro, 2010).
30

Menurut Manuaba (2010) usia 20-35 tahun adalah masa

mengatur kehamilan karena masa ini merupakan usia yang aman untuk

kehamilan dan persalinan serta masa reproduksi sehat usia ini

merupakan masa reproduksi yang sehat untuk kehamilan dimana

endometrium sebagai tempat implantasi proses degenerasi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Juwaher (2011) cakupan

yang memiliki umur 20-35 tahun (tidak resiko tinggi) sebagian besar

melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar (≥4 kali)

dibandingkan dengan yang berumur <20 atau >35 tahun.

b. Klasifikasi umur

Menurut Manuaba (2010) tingkat umur ibu hamil dan resiko tinggi

kehamilan adalah:

1) Umur <20 tahun

Umur kurang dari 20 tahun menunda kehamilan, ibu masih

terlalu muda dan alat reproduksinya belum siap untuk dibuahi,

sehingga bila terjadi kehamilan akan memberikan risiko kematian ibu

dan bayi.

Pada wanita hamil umur terlalu muda yaitu kurang dari 20,

secara fisik alat reproduksinya belum siap untuk menerima hasil

konsepsi dan secara psikologis belum cukup dewasa dan matang

untuk menjadi seorang ibu, sedangkan wanita hamil pada usia lanjut

yaitu lebih dari 35 tahun, proses faal tubuhnya sudah mengalami

kemunduran berupa elastisitas otot-otot panggul disekitar organ-


31

organ reproduksi lainya, keseimbangan hormonnya mulai terganggu

sehingga kemungkinan terjadi berbagai resiko kehamilan (Manuaba,

2012).

2) Umur 20-35 tahun

Umur 20-35 tahun paling produktif untuk melahirkan anak

karena organ reproduksi untuk menerima hasil konsepsi dimana

endometrium sebagai tempat implantasi blastosis telah berfungsi

secara optimal dan organ reproduksi belum mengalami proses

degenerasi.

3) Umur >35 tahun

Umur >35 tahun adalah masa mengahiri kehamilannya karena

pada umur tersebut alat-alat reproduksi mulai terjadi penuaan dan

degenerasi sehingga terjadi penurunan fungsi yang dapat

menyebabkan gangguan dalam kehamilan. Umur dapat

mempengaruhi timbulnya anemia yaitu semakin rendah umur ibu

maka semakin rendah kadar hemoglobinya namun penurunannya

tidak bermakna.

Pada wanita umur diatas 35 tahun keatas kesuburan sudah

mulai menurun, juga kehamilan maupun persalinan pada usia ini

memiliki resiko yang lebih besar pada kesehatan ibu dan bayinya dan

juga meningkatkan resiko menderita komplikasi seperti preeklamsi,

tekanan darah tinggi, diabetes, kelahiran dini, pertumbuhan janin


32

terganggu, ibu hamil pada usia ini juga lebih mudah lelah, mereka

juga memiliki resiko keguguran lebih besar.

Hal yang dapat memperberat terjadinya anemia adalah

seringkali wanita memasuki masa kehamilan dengan kondisi dimana

cadangan besi dalam tubuhnya kurang dan terbatas. Hal ini dapat

diperberat bila hamil pada usia < 20 tahun karena pada usia muda

tersebut membutuhkan zat besi lebih banyak selain untuk keperluan

pertumbuhan diri sendiri juga janin yang dikandungnya. Jika

persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan

menguras persediaan Fe dan akhirnya menimbulkan anemia pada ibu

hamil berikutnya. Kehamilan usia lebih dari 35 tahun akan

mengalami problem kesehatan seperti hipertensi, diabetes militus,

anemia dan penyakit-penyakit kronis lainnya.

5. Hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Baik kurangnya pengetahuan itu sangat erat hubungannya

dengan tingginya angka kesadaran terhadap kesehatan. Pengetahuan

seseorang akan mempengaruhi perilaku seseorang akan kepatuhannya

terutama dalam sikap akan merubah perilakunya. Melalui baik kurangnya


33

pengetahuan akan mempermudah seseorang dalam penerimaan informasi

(Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat

penting bagi terbentuknya perilaku. Perilaku yang didasari pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

pengetahuan. Sehingga semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang

anemia maka cenderung melakukan perubahan bagi hidupnya untuk hidup

lebih sehat khususnya dalam partisipasi melakukan pencegahan anemia

(Sarwono, 2012)

Pengetahuan tentang kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk dapat

menyiapkan fisik atau mental agar sampai akhir kehamilannya sama

sehatnya, bilamana ada kelainan fisik atau psikologis bisa ditemukan secara

dini dan diobati, serta melahirkan tanpa kesulitan dengan bayi yang sehat.

Berdasarkan sebuah konsep perilaku “K-A-P” (Knowledge, attitude, pracite)

menjelaskan bahwa perilaku seseorang (misalnya perilaku ibu hamil

terhadap kunjungan empat kali pemeriksaan kehamilan) sangat dipengaruhi

oleh sikapnya yang mendukung terhadap anjuran pemeriksaan

kehamilannya. Sikap (attitude) dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge)

tentang sesuatu misalnya pengetahuan manfaat pemeriksaan kehamilan bagi

ibu hamil (Notoatmodjo, 2014)

Berdasarkan penelitian Kafiyanti (2016) yang melakukan penelitian

tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan


34

kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Jetis Kota

Yogyakarta, didapatkan hasil ebagian tingkat pengetahuan ibu hamil tentang

anemia adalah baik dan cukup, sebagian besar responden mengalami anemia

ringan, dan ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia

dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Jetis

Kota Yogyakarta

6. Hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Ibu dikatakan berisiko tinggi apabila ibu hamil berumur dibawah 20

tahun dan diatas 35 tahun, Pada wanita hamil umur terlalu muda yaitu

kurang dari 20, secara fisik alat reproduksinya belum siap untuk menerima

hasil konsepsi dan secara psikologis belum cukup dewasa dan matang untuk

menjadi seorang ibu, sedangkan wanita hamil pada usia lanjut yaitu lebih

dari 35 tahun, proses faal tubuhnya sudah mengalami kemunduran berupa

elastisitas otot-otot panggul disekitar organ-organ reproduksi lainya,

keseimbangan hormonnya mulai terganggu sehingga kemungkinan terjadi

berbagai resiko kehamilan (Manuaba, 2012)

Pada wanita hamil umur terlalu muda yaitu kurang dari 20, secara

fisik alat reproduksinya belum siap untuk menerima hasil konsepsi dan

secara psikologis belum cukup dewasa dan matang untuk menjadi seorang

ibu, sedangkan wanita hamil pada usia lanjut yaitu lebih dari 35 tahun,

proses faal tubuhnya sudah mengalami kemunduran berupa elastisitas otot-

otot panggul disekitar organ-organ reproduksi lainya, keseimbangan

hormonnya mulai terganggu sehingga kemungkinan terjadi berbagai resiko

kehamilan (Manuaba, 2012)


35

Umur >35 tahun adalah masa mengahiri kehamilannya karena pada

umur tersebut alat-alat reproduksi mulai terjadi penuaan dan degenerasi

sehingga terjadi penurunan fungsi yang dapat menyebabkan gangguan

dalam kehamilan. Umur dapat mempengaruhi timbulnya anemia yaitu

semakin rendah umur ibu maka semakin rendah kadar hemoglobinya namun

penurunannya tidak bermakna (Proverawati, 2014)

Berdasarkan penelitian Susanti (2016) yang melakukan peneltian

tentang hubungan umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Pekauman Banjarmasin, didapatkan hasil dari 30 ibu hamil 25

diantaranya mengalami Anemia (83,3%) dan ibu hamil yang banyak

mengalami anemia pada usia 20-35 tahun sebanyak 21 orang (70%) dan

terdapat hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan

kejadian anemia <20 tahun cenderung lebih banyak dari pada usia 20-35

tahun dan > 35 tahun.

B. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis diatas maka peneliti

menetapkan kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Anemia Kehamilan
Usia

Bagan 1
Kerangka Konsep
36

C. Definisi Operasional

Tabel 1.
Definisi operasional

Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur
Operasinal Data
Dependen
Anemia Kondisi ibu Pemerksaan Lembar 0: anemia, jika Nominal
Kehamilan dengan kadar Hb Isian Hb < 11 gr/dl
haemoglobin di 1: tidak anemia,
bawah 11 gr%
jika Hb ≥ 11
pada kehamilan
trimester III gr/dl
Independen Kemampuan Menyebarkan Kuesioner 0: Kurang jika Ordinal
Pengetahuan responden Kuesioner jawaban
menjawab < 11
pertanyaan 1: Cukup jika
tentang anemia jawaban benar
meliputi 11-15
pengertian, 2:..Baik jika
penyebab, tanda jawaban benar
dan gejala, > 15
pengaruh serta
pencegahan
anemia
Usia
Lamanya masa Menyebarkan Kuesioner 0: Beresiko usia Nominal
hidup responden Kuesioner <20 tahun atau
secara tahun >35 tahun
kalender, yang 1: Tidak beresiko
dihitung sejak usia 20-35
dilahrkan tahun
sampai dengan
saat dilakukan
penelitian dalam
tahun
37

D. Hipotesis

H01: Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi

Kabupaten Bengkulu Utara

Ha1: Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten

Bengkulu Utara

H02: Tidak ada hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten

Bengkulu Utara

Ha2: Ada hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten

Bengkulu Utara
38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Dusun Curup Kecamatan

Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara pada bulan 7 Juli s/d 7 Agustus 2018.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain survey

analitik yang menggunakan rancangan penelitian cross sectional dimana

variabel independent (pengetahuan dan usia) dan variabel dependent (anemia

kehamilan) di ukur secara langsung dalam waktu yang bersamaan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara

pada bulan Januari-Juni 2018 sebanyak 136 orang

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang kebetulan

tersedia pada saat rentang waktu penelitian, dengan kriteria sebagai

berikut:

38
39

a. Ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air

Besi Kabupaten Bengkulu Utara

b. Ibu hamil kooperatif

c. Ibu hamil mengerti baca tulis

d. Ibu hamil bersedia menjadi responden

D. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer

yang diperoleh dari wawancara langsung dengan responden menggunakan

kuesioner untuk memperoleh data pengetahuan dan usia. Melakukan

pengukuran Hb pada ibu dengan menggunakan Hb sahli untuk memperoleh

data anemia ibu hamil di Puskesmas Dusun Curup Kecamatan Air Besi

Kabupaten Bengkulu Utara

E. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilaksanakan setelah pengumpulan data

selesai dilakukan dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki

sifat yang jelas, yang dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Editing

Kegiatan dilakukan dengan mengumpulkan kuesioner, memeriksa

kembali kelengkapan data setiap kuesioner dan memastikan setiap

pertanyaan kuesioner telah di isi dengan benar dan lengkap.


40

b. Coding

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian tanda, simbol

kode bagi tiap-tiap tanda.

c. Entry

Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau

software komputer.

d. Cleaning

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap data apakah

ada kesalahan atau tidak. Bila ada kesalahan maka dibetulkan kembali

dengan tidak mengurangi nilai.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran

tentang variabel variabel independent (pengetahuan dan usia) dan

variabel dependent (anemia kehamilan) di wilayah kerja Puskesmas

Dusun Curup Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Utara

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel variabel independent (pengetahuan dan usia)

dan variabel dependent (anemia kehamilan) yaitu menggunakan

analisis Chi-Square (χ2). Untuk mengetahui keeratan hubungan

digunakan uji statistic Contingency Coefficient (C).

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal Ok
    Proposal Ok
    Dokumen59 halaman
    Proposal Ok
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • KUESIONER
    KUESIONER
    Dokumen4 halaman
    KUESIONER
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • BAB II Megi (Repaired)
    BAB II Megi (Repaired)
    Dokumen36 halaman
    BAB II Megi (Repaired)
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen17 halaman
    Jurnal
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Materi Pendidikan Baby Sitter
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Dokumen21 halaman
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Faktor Risiko PPH
    Faktor Risiko PPH
    Dokumen17 halaman
    Faktor Risiko PPH
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAK
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Dokumen13 halaman
    Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Hubungan dukungan keluarga dan peran kader dengan pemanfaatan Posyandu Lansia
    Hubungan dukungan keluarga dan peran kader dengan pemanfaatan Posyandu Lansia
    Dokumen3 halaman
    Hubungan dukungan keluarga dan peran kader dengan pemanfaatan Posyandu Lansia
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • BAB II Imul
    BAB II Imul
    Dokumen40 halaman
    BAB II Imul
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Faktor Risiko PPH
    Faktor Risiko PPH
    Dokumen17 halaman
    Faktor Risiko PPH
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Faktor Risiko PPH
    Faktor Risiko PPH
    Dokumen17 halaman
    Faktor Risiko PPH
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Fix
    Jurnal Fix
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Fix
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen49 halaman
    Proposal
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Materi Pendidikan Baby Sitter
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Dokumen89 halaman
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Eva
    Jurnal Eva
    Dokumen14 halaman
    Jurnal Eva
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Samsul Kuesoner
    Samsul Kuesoner
    Dokumen1 halaman
    Samsul Kuesoner
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv-V
    Bab Iv-V
    Dokumen18 halaman
    Bab Iv-V
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • BAB II Dedi Ok 1
    BAB II Dedi Ok 1
    Dokumen65 halaman
    BAB II Dedi Ok 1
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen37 halaman
    Bab Iii
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAK
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Dokumen13 halaman
    Nama: Meli Hariyanti NPM: 1526010038 Prodi/Semester: Keperawatan
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Samsul Kuesoner
    Samsul Kuesoner
    Dokumen6 halaman
    Samsul Kuesoner
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Doris
    Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Doris
    Dokumen10 halaman
    Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Doris
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Febri
    BAB 1 Febri
    Dokumen6 halaman
    BAB 1 Febri
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Materi Pendidikan Baby Sitter
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Dokumen21 halaman
    Materi Pendidikan Baby Sitter
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Marwan
    Kuesioner Marwan
    Dokumen7 halaman
    Kuesioner Marwan
    Antonius Franklin Delano Rosevelt
    Belum ada peringkat