Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Air
Air adalah komponen yang sangat penting untuk kelangsungan hidup. Kebutuhan
air bersih akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah populasi didunia. Jumlah
kebutuhan air bersih terus meningkat tiap tahun, akan tetapi sumber air bersih terus
menurun tiap tahun. Meskipun jumlah air mencakup 70% dari permukaan bumi, akan
tetapi hanya sekitar 0.002 % yang tersedia untuk di konsumsi oleh makhluk hidup
(‘Adany, 2017).
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi
air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air
yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan
yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik,
kimia, biologi dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek
samping (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX).
2. Air Sadah
Kesadahan perairan berasal dari kontak dengan tanah dan bebatuan. Air hujan
sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan ion-ion penyusun kesadahan
yang banyak terikat didalam tanah dan batuan kapur, meskipun memiliki kadar
karbondioksida yang relatif tinggi. Larutan ion-ion yang dapat meningkatkan nilai
kesadahan tersebut lebih banyak disebabkan oleh aktivitas bakteri didalam tanah, yang
banyak mengeluarkan karbondioksida (Effendi, 2003).
Keberadaan karbon dioksida memembentuk kesetimbangan dengan asam karbonat.
Pada kondisi yang relatif asam, senyawa-senyawa karbinat yang terdapat didalam tanah
dan batuan kapur yang sebelumnya tidak larut berubah menjadi senyawa bikarbonat,
tetapi juga mengandung sulfat, klorida, dan silikat. Ion-ion ini juga ikut terlarut dalam
air (Effendi, 2003).
3. Air Permukaan
Air permukaan adalah sumber air yang terdapat dipermukaan tanah seperti sungai,
waduk, bendungan yang merupakan tampungan air hujan, danau (Fatimah, 2008).
Air permukaan adalah air yang berada disungai danau, waduk, rawa, dan badan air
lain, yang tidak mengalami infiltrasi kebawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air
ke suatu badan air disebu watersheds atau drainage basins. Air yang mengalir dari
daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan; dan air yang mengalir
disungai menuju laut disebut aliran air sungai. Sekitar 69% air yang masuk ke sungai
berasal dari hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya
berasal dari air tanah (Effendi, 2003).
4. Air Payau (Estuaria)
Air payau atau brackish water adalah air yang mempunyai salinitas antara 0,5 ppt
s/d 17 ppt. Air ini banyak dijumpai di daerah pertambakan, yang disebut estuary yaitu

II-1
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

pertemuan air laut dan air tawar serta sumur-sumur penduduk di pulau-pulau kecil atau
pesisir yang telah terintrusi air laut. Sebagai perbandingan, air tawar mempunyai
salinitas < 0,5 ppt dan air minum maksimal 0,2 ppt. Dari sumber literatur lain, air tawar
maksimal mempunyai salinitas 1 ppt sedangkan air minum 0,5 ppt. Sementara itu air
laut ratarata mempunyai salinitas 35 ppt. Pada umumnya dengan komposisi kimia air
payau yang perlu diperhatikan dalam pengolahan ini, adalah kandungan Cl-, Ca, Mg,
dan Na (Astuti, 2007).
5. Air Atmosfir
Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal sebagai air hujan. Dapat terjadi
pengotoran dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran
industry, debu dan lain sebagai nyata tapi dalam keadaan murni sangat bersih
(Sutrisno, 2004).
6. Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan
menyerap kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan
tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan
terjadinya kesadahan pada air. Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air
mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain
kalsium, magnesium, dan logam berat seperti besi dan mangan (Sutrisno, 2004).
7. Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 2004).
8. Air Tawar
Air tawarberasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah. Air
permukaan adalah air yang berada disungai danau, waduk, rawa, dan badan air lain,
yang tidak mengalami infiltrasi kebawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke
suatu badan air disebu watersheds atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan
menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan; dan air yang mengalir disungai
menuju laut disebut aliran air sungai. Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal
dari hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal
dari air tanah (Effendi, 2003).

II.1.2 Persyaratan Kualitas Air Bersih


Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
mikrobiologi, Fisika kimia, dan radioaktif (Ketentuan Umum Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX).
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Sesuai dengan
ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta
ketentuan atau peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public Health
Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk kehidupan
manusiaditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia dan secara
biologis. Menurut Jurnal (Deni,2014 – “Pengolahan Air Bersih Dilingkungan Kampus
Universitas Pasir Pengaraian Menggunakan Metode Penyaringan Down Flow Kabupaten
Rokan Hulu Propinsi Riau”).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-2
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Persyaratan itu antara lain :


1. Persyaratan Fisik
Secara umum parameter fisik air meliputi tingkat warna, bau, dan rasa.Berdasarkan
Peraturan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
disebutkan bahwa air bersih tidak boleh berwarna dan harus jernih, tidak berbau dan
tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau
kurang lebih 25 ºC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan
adalah 25ºC ± 30ºC. Batas maksimum kekeruhan air yaitu 25 NTU dan warna air 50
TCU.
2. Persyaratan kimiawi
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH yang
diperbolehkan berkisar antara 6,5 – 9,0, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan,
kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chloride (Cl), nitrit,
flourida (F), serta logam berat.
3. Persyaratan Bakteriologis
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang penting pada penanganan air.
Bakteri adalah jasad renik yang sederhana, tidak berwarna, satu sel. Bakteri
berkembangbiak dengan cara membelah diri, setiap 15 – 30 menit pada lingkungan yang
ideal. Bakteri dapat bertahan hidup dan berkembangbiak dengan cara memanfaatkan
makanan terlarut dalam air. Bakteri tersebut berperan dalam dekomposisi unsur organik
dan akan menstabilkan buangan organik. Bakteri yang mendapatkan perhatian di dalam
air minum terutama adalah bakteri Escherichia coli yaitu koliform yang dijadikan
indikator dalam penentuan kualitas air minum.

II.1.3 Saringan Pasir


II.1.3.1 Slow Sand Filter
Slow Sand filter atau saringan pasir lambat adalah bak saringan yang menggunakan
pasir s ebagai media penyaringan dengan ukuran butiran sangat kecil, namun mempunyai
kandungan kuarsa yang tinggi. Proses penyaringan berlangsung secara gravitasi, sangat
lambat, dan simultan pada seluruh permukaan media. Proses penyaringan merupakan
kombinasi antara proses fisis (filtrasi, sedimentasi dan adsorbsi), proses biokimia dan
proses biologis. Saringan pasir lambat lebih cocok mengolah air baku, yang mempunyai
kekeruhan sedang sampai rendah, dan konsentrasi oksigen terlarut (dissolved oxygen)
sedang sampai tinggi (SNI03-3981-2008).
Di dalam system pengolahan ini proses pengolahan yang utama adalah penyaringan
dengan media pasir dengan kecepatan penyaringan 5-10 m3/m2/hari. Air baku dialirkan ke
tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak pengendap tanpa memakai zat kimia untuk
mengendapkan kotoran yang ada dalam air baku. Selanjutnya di saring dengan saringan
pasir lambat. Setelah disaring dilakukan proses khlorinasi dan selanjutnya ditampung di
bak penampung air bersih, seterusnya di alirkan ke konsumen. Sistem saringan pasir
lambat adalah merupakan metode pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air
bersih dengan kualitas yang baik. Sistem saringan pasir lambat ini mempunyai keunggulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

antara lain tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini
merupakan kendala sering dialami pada proses pengolahan air di daerah pedesaan
(Said, 1999).
Filter lambat mampu mengolah air dengan kekeruhan sampai 100 – 200 mg/l untuk
beberapa hari, 50 mg/l merupakan ukuran kekeruhan maksimum untuk pengolahan dengan
waktu yang lama, dan penyaringan terbaik terjadi bila kekeruhan rata – rata 10 mg/l atau
kurang (Huisman, 1974).
Permukaan pasir, terdapat lumpur tipis yang menutupi pasir, dan terdapat banyak
zat organik, yang dikenal sebagai schmutzdecke, atau filter skin, yang akan dilewati air
sebelum air melewati media. Schmutzdecke terdiri dari alga yang berbentuk untaian benang
dan berbagi mikroorganisme lainnya termasuk plankton, diatoms, protozoa, rotifera, dan
bakteri (Huisman, 1974).

Gambar II.1 Slow Sand Filter


II.1.3.2 Rapid Sand Filter
Sedangkan rapid sand filter adalah salah satu jenis unit filtrasi yang mampu
menghasilkan debit air yang lebih banyak dibandingkan slow sand filter, namun kurang
efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang disaring. Selain itu, debit air
yang cepat menyebabkan lapisan bakteri yang berguna untuk menghilangkan patogen tidak
akan terbentuk sebaik apa yang terjadi slow sand filter, sehingga membutuhkan proses
desinfeksi yang lebih intensif. Ukuran media pasir berkisar antara 0,5-2 mm, dengan laju
aliran 5-15 m/jam dan waktu operasi berkisar antara 1-3 hari (Deni,2014).
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir
pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila
dibandingkan dengan saringan pasir lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih
didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru
kemudian melewati lapisan pasir. Kelebihan saringan pasir cepat adalah dapat
menghasilkan debit air hasil penyaringan yang lebih banyak dari pada saringan pasir
lambat (SPL), selain itu pada saringan pasir cepat umumnya dapat melakukan backwash
atau pencucian saringan tanpa harus membongkar keseluruhan saringan. Kekurangan
saringan pasir cepat adalah kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada air yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-4
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

disaring. Selain itu karena debit air yang cepat, lapisan bakteri yang berguna untuk
menghilangkan pathogen tidak akan terbentuk sebaik apa yang terjadi pada Saringan Pasir
Lambat. Sehingga akan membutuhkan proses disinfeksi kuman yang lebih intensif.
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada
bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila
dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air
bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu
baru kemudian melewati lapisan pasir.

Gambar II.2 Rapid Sand Filter

Tabel II.1 Tabel Perbedaan Rapid Sand Filter dan Slow Sand Filter
Parameter Rapid Sand Filter Slow Sand Filter
2
10-100 m 50-200 m2
Ukuran Unit
(dibutuhkan area yang lebih kecil) (dibutuhkan area yang luas)
- Instalasi mahal
- Instalasi murah
Biaya - Operasional dan pemeliharaan
- Operasional dan pemeliharaan mahal
murah
2
Laju filtrasi 4,800-7,200 L/m /jam 100-200 L/m2/jam
Pretreatment koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi Sedimentasi
Post Treatment Harus menggunakan desinfektan Sedikit menggunakan desinfektan
Konstruksi Rumit Mudah
Pengoperasian Sulit Mudah
Supervisi Diperlukan secara rutin dan intens Berkala
- Ukuran efektif 0,45 – 0,7 mm - Ukuran efektif 0,25 – 0,35 mm
Jenis media pasir - Koefisien keseragaman 1,2 – 1,7 - Koefisien keseragaman 3 – 5
- Ketebalan media 60-75 cm - Ketebalan media 80-100 cm
Jenis media Gravel, ukuran 3-50 mm pada lapisan Gravel, ukuran 3-65 mm
dasar ke-4 atau 5 (dengan tinggi kedalaman 30-75 cm)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-5
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Parameter Rapid Sand Filter Slow Sand Filter


(dengan tinggi kedalaman 45-50 cm)
- Kekeruhan influent tidak diisyaratkan, - Kekeruhan influent syaratnya
disertai pretreatment rendah, <30 NTU
Efisiensi
- Penghilangan bakteri 80-90 % - Penghilangan bakteri 98-99 %
- Penghilang bau: kurang bagus - Penghilangbau: sangat bagus
- Backwashing (pencucian terbalik), - Scrapping (pengerukan),
Pembersihan mudah dibutuhkan operator terlatih
Filter - Kebutuhan air: 1-5% dari total air - Kebutuhan air: 0,2-0,5% dari total
bersih yang difilter air bersih yang difilter
Interval
1-2 hari 3-4 bulan
Pembersihan
Pengolahan air di daerah perkotaan Pengolahan air di pedalaman atau
Penggunaan
dan industri desa terpencil

II.1.4 Parameter Yang di Anailsis


II.1.4.1 Derajat Keasaman (pH)
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau
basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7
sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai
pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH
14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indikator sederhana yang
digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan
biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa
dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas
suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran
pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p",
lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur
Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative logaritma dari aktivitas ion
Hidrogen. pH adalah singkatan dari power of Hydrogen. pH = -log[H+].
II.1.4.2 Turbiditas
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya air tersuspensi, seperti lempung,
lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis
suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Kekeruhan pada
penelitian ini dengan menggunakan Turbidimeter. Kekeruhan pada air dapat menurunkan
kualitas air dari segi estetika. Oleh sebab itu, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010) kekeruhan yang diperbolehkan untuk air bersih maksimal
sebesar 25 NTU(Deni,2014).
II.1.4.3 Konduktivitas
Konduktivitas atau daya hantar listrik (DHL) merupakan ukuran dari kemampuan
larutan untuk menghantarkan arus listrik. Semakin banyak garam-garam terlarut yang
dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Selain itu, bilangan 6 valensi dan
konsentrasi ion-ion terlarut sangat berpengaruh terhadap nilai DHL. Asam, basa dan garam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-6
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

merupakan penghantar listrik yang baik, sedangkan bahan organik (sukrosa dan benzene)
yang tidak dapat mengalami disosiasi merupakan penghantar listrik yang jelek
(Effendi, 2003).
II.1.4.4 TDS (Total Dissolved Solid)
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai Total Dissolved Solid (TDS)
adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di dalam air. Sebagai
contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun hujan akan mengakibatkan air
sungai maupun kolam kelihatan keruh yang disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi
didalam air, sedangkan pada musim kemarau air kelihatan berwarna hijau karena adanya
ganggang di dalam air. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat
rendah, sehingga tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).
Total padatan terlarut merupakan konsentrasi jumlah ion kation (bermuatan positif)
dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut
menyediakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada
sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam masalah
kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut digunakan sebagai
uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat
mencakup semua kation dan anion terlarut (Oram, 2010).
II.1.4.5 Hardness
Kesadahan adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation
penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam
atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab
utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air
mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat,
sementara itu magnesium terdapat dalam air kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat,
sulfat dan khlorida (Said, 1999).
Tingkat Kesadahan air biasanya digolongkan seperti ditunjukkan pada tabel berikut
ini.
Tabel II.1 Klasifikasi tingkat kesadahan
Mg/l CaCO3 Tingkat Kesadahan
0-75 Lunak (Soft)
75-150 Sedang (Moderately hard)
150-300 Tinggi (Hard)
>300 Tinggi Sekali (Very hard)

A. Klasifikasi Hardness
Menurut Kuswanti (2007), Kesadahan air (hardness) dibagi dalam dua tipe yaitu :
1. Kesadahan sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion karbonat (CO3-) dan
bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang
mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas
dari ion Ca2+ dan atau Mg2+

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-7
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

2. Kesadahan tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya
dapat berupa ion Cl– dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa
kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4),
magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat
(MgSO4). Air yang mengandung senyawa senyawa tersebut disebut air sadah tetap,
karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan.

B. Penanggulangan Hardness
1. Penanggulangan Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan atau menambahkan
kapur. Dalam keadaan panas, garam-garam Ca(HCO3)2 dan Mg (HCO3)2 terurai dan ion-
ion Ca2+ atau Mg2+ mengendap sebagai CaCO3 atau MgCO3-.
Persamaan reaksi :
Ca (HCO3)2 (aq) pemanasan→ CaCO3 (S) + H2O (1) + CO2 (g)
Mg (HCO3)2 (aq) pemanasan →MgCO3 (S) + H2O (1) + CO2 (g)
2. Penanggulangan Kesadahan Tetap
Sedangkan kesadahan tetap tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan, tetapi harus
direaksikan dengan soda, Na2CO3 atau kapur, Ca(OH)2, sehingga ion-ion Ca2+ dan
Mg2+ akan mengendap.
Persamaan reaksi :
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) → CaCO3 (S) + Na2SO4 (aq)
MgSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) → MgCO3 (S) + Na2SO4 (aq)
MgCl2 (aq) + Na(OH)2 (aq) →Mg(OH)2 (S) + CaCl2 (aq)

II.1.5 Resin Penukar Ion


Resin Penukar Ion dapat didefinisikan sebagai senyawa hidrokarbon
terpolimerisasi, yang mengandung ikatan silang serta gugus-gugus fungsional yang
mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai
karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan
menggelembung,kapasitas pertukaran dan selektivitas penukaran. Pada saat dikontakkan
dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan tersera ke resin penukar ion dan
resiin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen.
Menurut Imansyahrul (2014), Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan,
resin penukar ion dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :
1. Resin penukar kation asam kuat (mengandung gugusan HSO3)
Contoh paling baik dari resin penukar kation asam kuat adalah “principal sulfonated
styrene-divinylbenzene copolymer produc” seperti amberlite IRP69 (Rhom dan Haas)
dan DOWEX MSC-1 (Dow Chimical). Resin ini dapat digunakan untuk menutup rasa
dan aroma zat aktif kationik (mengandung amin) sebelum diformulasi dalam tablet
kunyah. Resin ini merupakan produk sferik yang dibuat dengan mensulfonasi butir-
butir kopolimer divinilbenzen srien dengan zat pensulfonasi pilihan berupa asam sulfat,
asam klorosulfonoat, atau sulfur trioksida. Penggunaan zat pengembang yag non reaktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-8
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

umumnya diperlukan untuk pengembangan yang cepat dan seragam dengan kerusakan
minimum. Resin penukar kation asam kuat berfungsi diseluruh kisaran pH.
2. Resin penukar kation asam lemah (mengandung gugusan COOH)
Resin penukar kation asam lemah yang paling umum adalah yang dibuat dengan tautan
silang atau asam karboksilat tak jenuh seperti asam metakrilat dengan suatu zat tautan
silang seperti divinilbenzen. Contohnya mencakup DOWEX CCR-2 (DOW chemical)
dan Amberlit IRP-65 (Rhom dan Haas). Resin pertukaran kation asam lemahberfungsi
pada pH diatas 6.
3. Resin penukar anion basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau kuartener)
Resin penukar anion basa kuat adalah resin amin kuartener sebagai hasil dari reaksi
trietilamin yang kopolimer dari stiren dan dvinil benzen yang diklorometilasi, misalnya
amberlite IRP-276 (Rhom and Hass), dan DOWEX MSA-A (DOWnChemical). Resin
penukar anion basa kuat ini befungsi diseluruh kisaran pH.
4. Resin penukar anion basa lemah ( mengandung OH sebagai gugusan labil).
Resin penukar ion basa lemah dibentuk dengan mereaksikan amin primer dan amin
sekunder atau amonia dengan kopolimer stiren dan divinil benzene yang
diklorometilasi, biasanya digunakan dimetilamin. Resin penukar anion basa lemah ini
berfungsi dengan baik dibawah pH.

II.1.6 Operasi Sistem Pertukaran Ion


Operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam 4 tahap. Yaitu :
1. Tahap Layanan (service)
Tahap layanan (service) adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion. Tahap
layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dhilangkan terhadap waktu atau volume
air produk yang dihasilkan. Hal lain yang penting pada tahap layanan 10 adalah
kapasitas (teoritik dan operasi) dan beban pertukaran ion (ion exchanger load).
Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan sebagai jumlah ion secara teoritik yang
dipertukarkan oleh resin per satuan massa atau volume resin. Kapasitas pertukaran ion
teoritik ditentukan oleh jumlah gugus fungsi yang dapat diikat oleh matriks resin.
Kapasitas operasi adalah kapasitas resin aktual yang digunakan untuk reaksi pertukaran
pada kondisi tertentu. Beban pertukaran ion adalah berat ion yang dihilangkan selama
tahap layanan dan diperoleh dari hasil kali antara volume air yang diolah selama tahap
layanan dengan konsentrasi ion yang dihilangkan. Tahap layanan ini dilakukan dengan
cara mengalirkan air umpan dari atas (down flow).
2. Tahap Pencucian Balik
Tahap pencucian balik dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik habis.
Sebagai pencuci, digunakan air produk. Pencucian balik mempunyai sasaran sebagai
berikut:
1. Pemecahan resin yang tergumpal ,
2. Penghilangan kantong-kantong gas dalam reaktor, dan
3. Pembentukan ulang lapisan resin Pencucian balik dilakukan dengan pengaliran air
dari bawah ke atas (up flow)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-9
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

3. Tahap Regenerasi
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal
yang semula berada dalam matriksa resin dan pengambilan kapasitas ke tingkat awal
atau ke tigkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik
puncak (mengembalikan waktu regenerasi dan jumah larutan 11 yang digunakan). Jika
semua sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion
yang digantikan harus sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap layanan. Jadi
secara teoritik, jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah
ion (dalam ekivalen) yang dihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoitik). Operasi
regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti semula sangat mahal, oleh sebab itu
maka regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian dari kemampuan
pertukaran awal. Efisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi
dengan H2 anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh sebab
itu pemakaian larutan regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik. Operasi
regenersi dilakukan dengan mengalirkan laruan regenerasi dari atas, dengan
menginjeksikan regeneran untuk kation adalah HCl dan untuk anion adalah NaOH.
Proses regenerasi :
a. Backwash, yaitu mengalikan air bersih ke arah berlawanan melalui tangki kation
atau anion sampai air keluarannya bersih.
b. Melakukan slow rinse, yaitu mengalirkan air pelan-pelan untuk menghasilkan
regeneran dalam resin.
c. Fast rinse yaitu membilas unit dengan laju yang lebih cepat untuk menghilangkan
regeneran sebelum operasi.
4. Tahap pembilasan
Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang
terperangkap oleh resin, pembilasan dilakukan menggunakan air produk dengan aliran
down flow dan dilaksakan dalam 2 tingkat, yaitu:
1. Tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi,
2. Tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion.
Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam dan
dibuang, sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan digunakan
sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi (Setiyadi, 2014).

II.1.6 Pengaruh Aliran Kecepatan


Pemberian kecepatan pada unit sand filter ini akan memberikan besar kecepatan
yang berbeda pula. Kecepatan yang rendah dapat meningkatkan waktu penyisihan bakteri
patogen , selain itu bakteri patogen dapat tertahan pada media pasir. Kecepatan yang tinggi
akan menyebabkan penurunan debit effluen yang terjadi sewakatu penelitian, hal tersebut
dapat disebabkan karena padatan tersuspensi yang mulai mengisi pori-pori atau celah pada
media keriki dan pasir sehingga aliran yang terjadi pada celah media menuju pipa outlet
menjadi lebih lambat (Deni,2014).
Partikel organik akan ditangkap dan diendapkan pada permukaan media filter. Hal
ini merupakan keberlangsungan dari proses degradasi pada unit slow sand filter.
Penyisihan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh laju aliran pada unit slow sand filter yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-10
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

lambat. Laju aliran yang tinggi dapat menyebabkan pergerakan mikroba yang cukup kuat.
Pergerakan mikroorganisme yang kuat dapat mengakibatkan mikroorganisme tersebut
lolos dan terbawa aliran air hasil olahan. Ketika laju alirannya lambat, maka
mikroorganisme dapat berkesempatan menempel pada permukaan media yang
mengandung bahan organik. Sehingga proses degradasi dapat terjadi dengan baik pada
slow sand filter (Hendrayani, 2013).

II.1.7 Baku Mutu Air Bersih


Tabel II.2 Baku Mutu Air Bersih Menurut Peraturan Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
NO. PARAMETER SATUAN BAKU MUTU
1. Bau - Tidak berbau
2. Rasa - Tidak berasa
3. Fe Mg/l 1.0
4. Mn Mg/l 0.5
5. Zn Mg/l 15
6. Cd Mg/l 0.005
7. Pb Mg/l 0.05
8. Hg Mg/l 0.001
9. As Mg/l 0.05
10. Se Mg/l 0.01
11. NITRIT Mg/l 1
12. FLUORIDA Mg/l 1.5
13. ZAT ORGANIK Mg/l 10
14. SIANIDA Mg/l 0.1
15. pH - 6.5-9
16. NITRAT Mg/l 10
17. SUHU C DEVIASI 3 C
18. KLORIDA Mg/l 600
19. KROM VAL 6 Mg/l 0.05
20. DETERJEN Mg/l 0.5
21. WARNA TCU 50
22. KEKERUHAN NTU 25
23. TDS Mg/l 1500
24. SULFAT Mg/l 400
25. KESADAHAN Mg/l 500

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-11
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

II.2 Aplikasi Industri


Aplikasi Bio-Ball Untuk Media Biofilter Studi Kasus Pengolahan Air Limbah
Pencucian Jean
Nusa Idaman Said
2005
Kasus pencemaran lingkungan di Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang
diakibatkan oleh air limbah industri kecil tekstil. Potensi pencemaran air buangan industri
tekstil sangat bervariasi tergantung pada proses dan kapasitas produksi serta kondisi
lingkungan tempat pembuangan, sehingga akibat pencemaran juga berbeda-beda. Tujuan
penelitian ini untuk mengkaji efektifitas penggunaan bio-ball sebagai media biofilter untuk
pengolahan air limbah industri pencucian atau pencelupan jeans dengan menggunakan
proses biofilter anaerob-aerob tercelup.
Percobaan meliputi tahap seeding, tahap aklimatisasi, kinerja biofilter dalam
penghilangan COD, TSS dan Warna. Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu
dilakukan penelitian pendahuluan terhadap air limbah pencucian jeans untuk mengetahui
karakteristik limbah tersebut. Metode penelitian, pertama-tama mengambil air limbah dari
salah satu industry pencucian jeans lalu menyiapkan media biofilter yaitu media dari bahan
plastic PVC tipe bio-ball Kemudian masuk ke tahap percobaan, dengan cara
mengoperasikan reaktor biologis yang terdiri dati bak pengendapan awal, biofilter anaerob,
biofilter aerob serta bak pengendapan akhir. Air limbah di tamping ke dalam tangki
penampung, selanjutnya dialirkan ke bak pengendapan awal. Dari bak pengendapan awal,
air limbah dialirkan ke biofilter anaerob. Biofilter anaerob terdiri dari dua ruangan yang
diisi dengan media plastik bio-ball. Arah aliran di dalam biofilter anaerob adalah dari atas
ke bawah dan dari bawah ke atas. Air limpasan dari biofilter anaerob selanjutnya masuk ke
biofilter aerob. Di dalam biofilter aerob juga diisi dengan media bio-ball dengan arah
aliran dari atas ke bawah, sambil dihembuskan udara dengan menggunakan blower.
Selanjutnya, air limbah masuk ke bak pengendapan akhir melalui bagian bawah bak. Air
limbah didalam bak pengendapan akhir sebagian disirkulasi. Di dalam penelitian ini
parameter uang diukur adalah Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD) yang menggunakan
metode analisa bikromat secara open refluks, Padatan Tersuspensi (TSS) yang
menggunakan metode analisa gravimetri dengan kertas saring, Warna dengan metode
analisa kolorimetri menggunakan spektrofotometer.
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa, proses biofilter menggunakan
media plastic bio-ball dapat digunakan untuk pengolahan air limbah pencucian dan
pewarnaan jeans dengan hasil yang baik. Efisiensi penghilangan polutan dipengaruhi oleh
waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor atau beban pengolahan. Semakin lama waktu
tinggal hidrolis di dalam reaktor biofilter atau semakin besar beban pengolahan efisiensi
penghilangan semakin kecil. Pengolahan air limbah industri pencucian jeans dengan proses
biofilter anaerob-aerob menggunakan media bio-ball dengan kondisi waktu tinggal 1-3 hari
di dapatkan efisiensi penghilangan COD, BOD, SS dan Warna yang masing-masing yakni :
COD 78-91%, BOD 85-92%, dan warna 48-57%. Makin kecil waktu tinggal di dalam
reactor biofilter efisiensi penghilangan juga semakin kecil. Pengolahan dengan proses
biofilter secara umum dapat menghilangkan polutan organik dan TSS dengan baik, tetapi
untuk penghilangan warna kurang efektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-12

Anda mungkin juga menyukai