BAB 2 APA Revisi 3
BAB 2 APA Revisi 3
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS
pertemuan air laut dan air tawar serta sumur-sumur penduduk di pulau-pulau kecil atau
pesisir yang telah terintrusi air laut. Sebagai perbandingan, air tawar mempunyai
salinitas < 0,5 ppt dan air minum maksimal 0,2 ppt. Dari sumber literatur lain, air tawar
maksimal mempunyai salinitas 1 ppt sedangkan air minum 0,5 ppt. Sementara itu air
laut ratarata mempunyai salinitas 35 ppt. Pada umumnya dengan komposisi kimia air
payau yang perlu diperhatikan dalam pengolahan ini, adalah kandungan Cl-, Ca, Mg,
dan Na (Astuti, 2007).
5. Air Atmosfir
Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal sebagai air hujan. Dapat terjadi
pengotoran dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran
industry, debu dan lain sebagai nyata tapi dalam keadaan murni sangat bersih
(Sutrisno, 2004).
6. Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan
menyerap kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan
tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan
terjadinya kesadahan pada air. Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air
mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain
kalsium, magnesium, dan logam berat seperti besi dan mangan (Sutrisno, 2004).
7. Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 2004).
8. Air Tawar
Air tawarberasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah. Air
permukaan adalah air yang berada disungai danau, waduk, rawa, dan badan air lain,
yang tidak mengalami infiltrasi kebawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke
suatu badan air disebu watersheds atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan
menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan; dan air yang mengalir disungai
menuju laut disebut aliran air sungai. Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal
dari hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal
dari air tanah (Effendi, 2003).
antara lain tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini
merupakan kendala sering dialami pada proses pengolahan air di daerah pedesaan
(Said, 1999).
Filter lambat mampu mengolah air dengan kekeruhan sampai 100 – 200 mg/l untuk
beberapa hari, 50 mg/l merupakan ukuran kekeruhan maksimum untuk pengolahan dengan
waktu yang lama, dan penyaringan terbaik terjadi bila kekeruhan rata – rata 10 mg/l atau
kurang (Huisman, 1974).
Permukaan pasir, terdapat lumpur tipis yang menutupi pasir, dan terdapat banyak
zat organik, yang dikenal sebagai schmutzdecke, atau filter skin, yang akan dilewati air
sebelum air melewati media. Schmutzdecke terdiri dari alga yang berbentuk untaian benang
dan berbagi mikroorganisme lainnya termasuk plankton, diatoms, protozoa, rotifera, dan
bakteri (Huisman, 1974).
disaring. Selain itu karena debit air yang cepat, lapisan bakteri yang berguna untuk
menghilangkan pathogen tidak akan terbentuk sebaik apa yang terjadi pada Saringan Pasir
Lambat. Sehingga akan membutuhkan proses disinfeksi kuman yang lebih intensif.
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada
bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila
dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air
bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu
baru kemudian melewati lapisan pasir.
Tabel II.1 Tabel Perbedaan Rapid Sand Filter dan Slow Sand Filter
Parameter Rapid Sand Filter Slow Sand Filter
2
10-100 m 50-200 m2
Ukuran Unit
(dibutuhkan area yang lebih kecil) (dibutuhkan area yang luas)
- Instalasi mahal
- Instalasi murah
Biaya - Operasional dan pemeliharaan
- Operasional dan pemeliharaan mahal
murah
2
Laju filtrasi 4,800-7,200 L/m /jam 100-200 L/m2/jam
Pretreatment koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi Sedimentasi
Post Treatment Harus menggunakan desinfektan Sedikit menggunakan desinfektan
Konstruksi Rumit Mudah
Pengoperasian Sulit Mudah
Supervisi Diperlukan secara rutin dan intens Berkala
- Ukuran efektif 0,45 – 0,7 mm - Ukuran efektif 0,25 – 0,35 mm
Jenis media pasir - Koefisien keseragaman 1,2 – 1,7 - Koefisien keseragaman 3 – 5
- Ketebalan media 60-75 cm - Ketebalan media 80-100 cm
Jenis media Gravel, ukuran 3-50 mm pada lapisan Gravel, ukuran 3-65 mm
dasar ke-4 atau 5 (dengan tinggi kedalaman 30-75 cm)
merupakan penghantar listrik yang baik, sedangkan bahan organik (sukrosa dan benzene)
yang tidak dapat mengalami disosiasi merupakan penghantar listrik yang jelek
(Effendi, 2003).
II.1.4.4 TDS (Total Dissolved Solid)
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai Total Dissolved Solid (TDS)
adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di dalam air. Sebagai
contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun hujan akan mengakibatkan air
sungai maupun kolam kelihatan keruh yang disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi
didalam air, sedangkan pada musim kemarau air kelihatan berwarna hijau karena adanya
ganggang di dalam air. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat
rendah, sehingga tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).
Total padatan terlarut merupakan konsentrasi jumlah ion kation (bermuatan positif)
dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut
menyediakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada
sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam masalah
kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut digunakan sebagai
uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat
mencakup semua kation dan anion terlarut (Oram, 2010).
II.1.4.5 Hardness
Kesadahan adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation
penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam
atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab
utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air
mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat,
sementara itu magnesium terdapat dalam air kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat,
sulfat dan khlorida (Said, 1999).
Tingkat Kesadahan air biasanya digolongkan seperti ditunjukkan pada tabel berikut
ini.
Tabel II.1 Klasifikasi tingkat kesadahan
Mg/l CaCO3 Tingkat Kesadahan
0-75 Lunak (Soft)
75-150 Sedang (Moderately hard)
150-300 Tinggi (Hard)
>300 Tinggi Sekali (Very hard)
A. Klasifikasi Hardness
Menurut Kuswanti (2007), Kesadahan air (hardness) dibagi dalam dua tipe yaitu :
1. Kesadahan sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion karbonat (CO3-) dan
bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang
mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas
dari ion Ca2+ dan atau Mg2+
2. Kesadahan tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya
dapat berupa ion Cl– dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa
kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4),
magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat
(MgSO4). Air yang mengandung senyawa senyawa tersebut disebut air sadah tetap,
karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan.
B. Penanggulangan Hardness
1. Penanggulangan Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan atau menambahkan
kapur. Dalam keadaan panas, garam-garam Ca(HCO3)2 dan Mg (HCO3)2 terurai dan ion-
ion Ca2+ atau Mg2+ mengendap sebagai CaCO3 atau MgCO3-.
Persamaan reaksi :
Ca (HCO3)2 (aq) pemanasan→ CaCO3 (S) + H2O (1) + CO2 (g)
Mg (HCO3)2 (aq) pemanasan →MgCO3 (S) + H2O (1) + CO2 (g)
2. Penanggulangan Kesadahan Tetap
Sedangkan kesadahan tetap tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan, tetapi harus
direaksikan dengan soda, Na2CO3 atau kapur, Ca(OH)2, sehingga ion-ion Ca2+ dan
Mg2+ akan mengendap.
Persamaan reaksi :
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) → CaCO3 (S) + Na2SO4 (aq)
MgSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) → MgCO3 (S) + Na2SO4 (aq)
MgCl2 (aq) + Na(OH)2 (aq) →Mg(OH)2 (S) + CaCl2 (aq)
umumnya diperlukan untuk pengembangan yang cepat dan seragam dengan kerusakan
minimum. Resin penukar kation asam kuat berfungsi diseluruh kisaran pH.
2. Resin penukar kation asam lemah (mengandung gugusan COOH)
Resin penukar kation asam lemah yang paling umum adalah yang dibuat dengan tautan
silang atau asam karboksilat tak jenuh seperti asam metakrilat dengan suatu zat tautan
silang seperti divinilbenzen. Contohnya mencakup DOWEX CCR-2 (DOW chemical)
dan Amberlit IRP-65 (Rhom dan Haas). Resin pertukaran kation asam lemahberfungsi
pada pH diatas 6.
3. Resin penukar anion basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau kuartener)
Resin penukar anion basa kuat adalah resin amin kuartener sebagai hasil dari reaksi
trietilamin yang kopolimer dari stiren dan dvinil benzen yang diklorometilasi, misalnya
amberlite IRP-276 (Rhom and Hass), dan DOWEX MSA-A (DOWnChemical). Resin
penukar anion basa kuat ini befungsi diseluruh kisaran pH.
4. Resin penukar anion basa lemah ( mengandung OH sebagai gugusan labil).
Resin penukar ion basa lemah dibentuk dengan mereaksikan amin primer dan amin
sekunder atau amonia dengan kopolimer stiren dan divinil benzene yang
diklorometilasi, biasanya digunakan dimetilamin. Resin penukar anion basa lemah ini
berfungsi dengan baik dibawah pH.
3. Tahap Regenerasi
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal
yang semula berada dalam matriksa resin dan pengambilan kapasitas ke tingkat awal
atau ke tigkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik
puncak (mengembalikan waktu regenerasi dan jumah larutan 11 yang digunakan). Jika
semua sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion
yang digantikan harus sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap layanan. Jadi
secara teoritik, jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah
ion (dalam ekivalen) yang dihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoitik). Operasi
regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti semula sangat mahal, oleh sebab itu
maka regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian dari kemampuan
pertukaran awal. Efisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi
dengan H2 anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh sebab
itu pemakaian larutan regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik. Operasi
regenersi dilakukan dengan mengalirkan laruan regenerasi dari atas, dengan
menginjeksikan regeneran untuk kation adalah HCl dan untuk anion adalah NaOH.
Proses regenerasi :
a. Backwash, yaitu mengalikan air bersih ke arah berlawanan melalui tangki kation
atau anion sampai air keluarannya bersih.
b. Melakukan slow rinse, yaitu mengalirkan air pelan-pelan untuk menghasilkan
regeneran dalam resin.
c. Fast rinse yaitu membilas unit dengan laju yang lebih cepat untuk menghilangkan
regeneran sebelum operasi.
4. Tahap pembilasan
Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang
terperangkap oleh resin, pembilasan dilakukan menggunakan air produk dengan aliran
down flow dan dilaksakan dalam 2 tingkat, yaitu:
1. Tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi,
2. Tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion.
Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam dan
dibuang, sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan digunakan
sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi (Setiyadi, 2014).
lambat. Laju aliran yang tinggi dapat menyebabkan pergerakan mikroba yang cukup kuat.
Pergerakan mikroorganisme yang kuat dapat mengakibatkan mikroorganisme tersebut
lolos dan terbawa aliran air hasil olahan. Ketika laju alirannya lambat, maka
mikroorganisme dapat berkesempatan menempel pada permukaan media yang
mengandung bahan organik. Sehingga proses degradasi dapat terjadi dengan baik pada
slow sand filter (Hendrayani, 2013).