Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN


TERHADAP PENCEMARAN UDARA AKIBAT EMISI KENDARAAN BERMOTOR
DI DAERAH URBAN
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Permasalahan


b. Identifikasi Permasalahan
c. Metode Penelitian
d. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI DAN LANDASAN YURIDIS

a. Landasan Teori
Dampak Emisi Kendaraan Bermotor terhadap Pencemaran Lingkungan
b. Landasan Yuridis
Ketentuan terkait Pencemaran Lingkungan karena Emisi Kendaraan Bermotor

BAB III PEMBAHASAN

Penegakan Hukum Terhadap Pencemaran Udara Akibat Emisi Kendaraan Bermotor

BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

Halaman 1 dari 13
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Permasalahan

Pesatnya kemajuan sebuah peradaban ditandai dengan adanya lonjakan teknologi yang
sangat cepat, dari 1.0 hingga saat ini 4.0 (bahkan jepang sudah menuju 5.0), lompatan-lompata
peradaban ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan manusia, dimulai dari jaman
batu, hingga zaman besi dan kemudian modernisasi. Salah satu aspek yang di modernisasi
adalah alat transportasi dimana saat ini memegang peranan penting, manusia berlomba-lomba
dengan waktu untuk menyelesaikan segala urusannya dengan keberadaan alat transportasi ini.
Di Indonesia sendiri, perkembangan alat transportasi sangat pesat, bahkan perkembangannya
lebih cepat dari infrastruktur untuk alat transportasi tersebut, dimana meskipun sarana jalan
rata-rata di Indonesia dibangun dengan keadaan yang dapat dikatakan belum cukup baik, akan
tetapi alat transportasi sudah terlebih dahulu berada di jalan-jalan di Indonesia.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia akan berbanding lurus dengan


bertambahnya mobilisasi, murahnya skema pembelian kendaraan bermotor serta kurangnya
fasilitas angkutan umum, menyebabkan factor yang turut menyumbang semakin banyaknya
jumlah kendaraan di Indonesia. Pangsa pasar alat transportasi di Indonesia masih banyak
dikuasai oleh mekanisme mesin dengan sumber energi berupa minyak bumi seperti bensin
dan solar, selain bermanfaat untuk menggerakan kendaraan , efek negative yang ditimbulkan
adalah adanya pencemaran atau polusi udara. Polusi yang ditimbulkan oleh asap kendaraan
bermotor mempunyai dampak yang sangat buruk, setidaknya terdapat dua isu utama dari
polusi udara ini, yaitu pemanasan global (global warming) dan masalah pada kesehatan
manusia itu sendiri.

Beberapa ketentuan telah diberlakukan dalam mengatasi pencemaran udara ini akibat
dari emisi kendaraan bermotor, akan tetapi meskipun telah ada ketentuan yang mengatur, hal
itu tidak serta merta dapat mencegah polusi udara bahkan dirasakan tidak memberikan efek
yang signifikan terhadap berkurangnya pencemaran udara di Indonesia. Sebaliknya,
pencemaran udara semakin meningkat dikarenakan bertambahnya jumlah kendaraan terus
menerus.

b. Identifikasi Permasalahan

Halaman 2 dari 13
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas penulis mengindentifikasi permasalahan yang
diangkat pada makalah ini adalah bagaimanakah Penegakan Hukum Lingkungan akibat emisi
kendaraan bermotor?

c. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dalam makalah ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis
ketentuan terkait hukum lingkungan berkenaan dengan pencemaran lingkungan akibat dari
emisi kendaraan bermotor beserta efektivitas penegakan hukumnya.

d. Kegunaan Penelitian

Atas penelitian dalam makalah ini diharapkan dapat berkontribusi berupa sumbangan
pemikiran dalam khususnya di bidang hukum terkait Hukum Lingkungan .

e. Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian dengan Spesifikasi penelitian ini berupa


deskriptif analitis, yaitu penelitian yang menggambarkan berbagai peraturan perundangan
yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif
dengan permasalah yang diteliti. Dengan metode pendekatan secara normatif yang berusaha
menggambarkan masalah-masalah yang dikaji dengan memberikan serangkaian pemahaman
baik secara yuridis melalui abstraksi pemikiran dalam bentuk kalimat maupun secara
normatif, dengan memadukan teori-teori dengan perundang undangan yang relevan dengan
makalah ini sehingga diharapkan dapat menghasilkan masukan yang bermanfaat untuk
menjawab permasalahan yang telah diuraikan pada Identifikasi Permasalahan dimaksud,
pendekatan ini berupa penelitian kepustakaan yang dominasi dengan menggunakan data-data
sekunder, baik yang berupa bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier1, cara yang
dipakai dalam metode ini menggunakan metode riset kepustakaan, yaitu dengan membaca
buku-buku ilmu pengetahuan hukum yang relevan dengan Tugas ini, bahan presentasi,
dokumentasi, berita online dan sumber lain yang dianggap relevan dengan judul.

f. Sistematika Penulisan

Penulis menyusun makalah ini dalam 4 (empat) BAB dengan sistematika sebagai
berikut:
• DAFTAR ISI
• BAB I PENDAHULUAN
• BAB II LANDASAN TEORI DAN LANDASAN YURIDIS
• BAB III PEMBAHASAN

1
Koentjaraningrat, metode-Metode Penelitian, PT Gramedia, jakarta, 1985. Hlm. 10.

Halaman 3 dari 13
• BAB IV PENUTUP
• DAFTAR PUSTAKA

Halaman 4 dari 13
BAB II

LANDASAN TEORI DAN LANDASAN YURIDIS

a. Landasan Teori
1) Dampak Negatif Emisi Kendaraan Bermotor

Asap knalpot kendaraan menjadi penyebab utama dari pencemaran udara, akan
tetapi hal tersebut seakan-akan menjadi sebuah toleransi atau setidaknya risiko yang dapat
kita terima jika dibandingkan dengan manfaat dari alat transportasi tersebut. Asap buangan
knalpot atau yang disebut dengan emisi mengandung zat-zat yang berbahaya. Secara
sederhana kata “Emisi” dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kata
“pancaran”.2

Jumlah kendaraan bermotor diIndonesia bertambah rata-rata 12% pertahun dalam


kurun waktu 2000-2003.Sementara itu, pertumbuhan kendaraanpenumpang dan komersial
diproyeksikanmencapai berturut -turut 10% dan 15% pertahun antara tahun 2004-2006.
Pada tahun 2004, total penjualan kendaraan penumpang adalah 312.865 unit, sedangkan
kendaraan komersial (bus dan truk) mencapai 170.283 unit. Pada akhir tahun 2005 dan
selama tahun 2006 jumlah penjualan kendaraan penumpang dan komersial diperkirakan
mencapai 550.000 dan 600.000 unit. Jika di tahun itu kendaraan bermotor sudah mencapai
angka yang lumayan tinggi, maka bias dibayangkan jumlah kendaraan bermotor di tahun
2017 kemungkinan akan berlipatlipat ganda kenaikannya.3

Ismiyati, dkk (2014) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor penting yang
menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara
perkotaan di Indonesia, antara lain :

a. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial);


b. Tidak seimbangnya antara prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan
yang ada;
c. Pola lalu lintas perkotaan berorientasi memusat akibat terpusatnya kegiatan
perekonomian dan perkantoran;
d. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota;
e. Kesamaan waktu aliran lalu lintas;

2
https://kbbi.web.id/emisi diakses tanggal 11 April 2019 dengan pengertian lengkapnya : emisi/emi·si/ /émisi/ n 1
pancaran; 2 Fis pemancaran cahaya, panas, atau elektron dari suatu permukaan benda padat atau cair; pemancaran;
3 Ek pengeluaran (surat berharga seperti saham, obligasi) oleh perusahaan pada saat perusahaan yang bersangkutan
memerlukan tambahan modal; 4 Keu pengeluaran mata uang logam atau kertas oleh bank sentral.
3
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789 /21275/3/Chapter%20II diakses 12 April 2019

Halaman 5 dari 13
f. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor;
g. Faktor perawatan kendaraan;
h. Jenis bahan bakar yang digunakan;
i. Jenis permukaan jalan;
j. Siklus dan pola mengemudi (driving pattern).

Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya sektor
transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Di
kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara
mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya
berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga,
pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain. Kendaraan bermotor yang menjadi alat
transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang
bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari
sumber-sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial
yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi
penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang
direncanakan (BPLHD Jabar, 2009).

Pencemaran udara di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.Pencemaran asap


kendaraan bermotor menjadi sumber yang paling utama pencemaran udara di Indonesia.
Jumlah kendaraan bermotor yang tidak seimbang dengan jumlah pepohonan yang ada di
Indonesia menjadi salah satu penghambat terjadinya pertukaran udara di Indonesia. Sifat
konsumtif masyarakat Indonesia menjadikan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia
menjadi banyak dan dapat dipastikan mejadikan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
tingginya pencemaran udara di Indonesia.

Polusi udara menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan di bumi. Polusi udara
mmberikan pengaruh baik bagi kesehatan manusia maupun pada lingkungan. Dampak
polusi udara terhadap kesehatan manusia diantaranya adalah:

a. Menyebabkan penyakit pernapasan, misalnya paru-paru, asma, dan bronchitis


Zat-zat asing yang terdapat pada udara akan terhirup, terbawa ke paru-paru, dan
mengendap di paru-paru. Keberadaan zat asing tersebut akan menyebabkan
infeksi dan gangguan kerja paru-paru.
b. Penurunan kesehatan dan kemampuan mental anak-anak
Unsur timbal (Pb) yang terhirup anak akan menyerang sel syaraf, dapat
meracuni atau merusak fungsi mental dan perilaku, serta menganggu
pertumbuhan anak.
c. Penurunan kecerdasan (IQ) anak-anak
Pb (timbal) dapat terakumulasi dalam tubuh manusia, mengurangi intelegensia,
dan dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan sel syaraf dan sistem otak.

Sementara itu, dampak polusi udara terhadap lingkungan diantaranya adalah:


Halaman 6 dari 13
d. Terjadinya pemanasan global (global warming) dan efek rumah kaca
Pemanasan global disebabkan oleh emisi dari zat-zat pencemar seperti karbon
dioksida (CO2), metan, dan oksida nitrat. Zat-zat pencemar tersebut berkumpul
di atmosfer membentuk lapisan tebal yang menghalangi matahari dan
menyebabkan pemanasan planet dan efek rumah kaca.
e. Terjadinya kerusakan lapisan ozon
Semakin menipisnya lapisan ozon disebabkan oleh zat CFC yang bersumber
dari AC, lemari es, dan semprotan aerosol.
f. Terjadinya hujan asam
Hujan asam disebabkan oleh SO2 dan NO2 yang berasal dari asap knalpot dan
pupuk yang digunakan dalam pertanian.
g. Membuat pertumbuhan tanaman terhambat
Beberapa studi menunjukkan bahwa tumbuhan yang ditanam di sepanjang jalur
jalan utama di perkotaan tingkat pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan
dengan tumbuhan yang ditanam di desa.
h. Mempercepat pengikisan bangunan
Kepadatan daerah perkotaan, asap, dan partikel udara yang berasal dari
kendaran bermesin diesel menyebabkan kotornya permukaan bangunan.
Berdasarkan hasil percobaan, campuran pencemar-pencemar seperti nitrogen
dioksida dan sulfur dapat merusak batu lebih cepat.

Ada empat tingkatan pencemaran yang diklasifikasikan oleh WHO. Pencemaran


tingkat pertama, yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi manusia.
Pencemaran tingkat kedua, yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi
manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita. Pencemaran tingkat ketiga, yaitu
pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada daya tahan tubuh dan menyebabkan terjadinya
penyakit yang kronis. Dan yang terakhir adalah pencemaran tingkat keempat, yaitu
pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan
dan tumbuh-tumbuhan.

2) Pengertian Penegakan Hukum

Beberapa konsep tentang penegakan hukum kiranya dapat mengutip pendapat


beberapa ahli, Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan
konsepkonsep hukum yang diharapakan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan hukum
merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal.4

Menurut Satjipto Raharjo penegakan hukum pada hakikatnya merupakan


penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan , kebenaran, kemanfaatan sosial,

4
Dellyana,Shant.1988,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty hal 32

Halaman 7 dari 13
dan sebagainya. Jadi Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide dan
konsep-konsep tadi menjadi kenyataan.

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan


menyerasikanhubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah/pandangan
nilaiyang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabarannilai
tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup.

Joseph Goldstein membedakan penegakan hukum pidana menjadi 3 bagian yaitu:

1. Total enforcement, yakni ruang lingkup penegakan hukum pidana sebagaimana


yang dirumuskan oleh hukum pidana substantif (subtantive law of crime).
Penegakan hukum pidana secara total ini tidak mungkin dilakukan sebab para
penegak hukum dibatasi secara ketat oleh hukum acara pidana yang antara lain
mencakup aturan-aturan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan
dan pemeriksaan pendahuluan. Disamping itu mungkin terjadi hukum pidana
substantif sendiri memberikan batasan-batasan. Misalnya dibutuhkan aduan
terlebih dahulu sebagai syarat penuntutan pada delik-delik aduan (klacht
delicten). Ruang lingkup yang dibatasi ini disebut sebagai area of no
enforcement.
2. Full enforcement, setelah ruang lingkup penegakan hukum pidana yang bersifat
total tersebut dikurangi area of no enforcement dalam penegakan hukum ini
para penegak hukum diharapkan penegakan hukum secara maksimal.
3. Actual enforcement, menurut Joseph Goldstein full enforcement ini dianggap
not a realistic expectation, sebab adanya keterbatasanketerbatasan dalam
bentuk waktu, personil, alat-alat investigasi, dana dan sebagainya, yang
kesemuanya mengakibatkan keharusan dilakukannya discretion dan sisanya
inilah yang disebut dengan actual enforcement.5

Suatu kondisi yang ideal apabila diperlukan untuk diterapkan di lingkungan


masyarakat maka diperlukan penegakan hukum, penegakan hukum bukan lah satu aspek
yang linier yang dapat sekaligus untuk diterapkan dengan hanya mengandalkan para
penegak hukum saja, setidaknya menurut Soerjono Soekanto Faktor faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum adalah sebagai berikut:

1. Faktor Hukum
Praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara
kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu
rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur
yang telah ditentukan secara normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak

5
Ibid hal 33

Halaman 8 dari 13
sepenuhnya berdasar hukum merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang
kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada hakikatnya
penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup law enforcement (penegakan hukum oleh
para penegak hukum), namun juga peace maintenance (pemeliharaan ketenangan), karena
penyelenggaraan hukum sesungguhnya merupakan proses penyerasian.

2. Faktor Penegakan Hukum


Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum memainkan
peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik,
ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan
hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum

3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung


Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras,
salah satu contoh perangkat lunak adalah pendidikan. Pendidikan yang diterima oleh Polisi
dewasa ini cenderung pada hal-hal yang praktis konvensional, sehingga dalam
banyak hal polisi mengalami hambatan di dalam tujuannya, diantaranya adalah
pengetahuan tentang kejahatan computer, dalam tindak pidana khusus yang selama
ini masih diberikan wewenang kepada jaksa, hal tersebut karena secara teknis
yuridis polisi dianggap belum mampu dan belum siap. Walaupun disadari pula
bahwa tugas yang harus diemban oleh polisi begitu luasdan banyak.

4. Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di
dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok sedikit banyaknya mempunyai
kesadaran hukum, persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan
hukum yang tinggi, sedang, atau kurang. Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat
terhadap hukum, merupakan salah satu indicator berfungsinya hukum yang
bersangkutan.

5. Faktor Kebudayaan
Berdasarkan konsep kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan
soal kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi
yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat
mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya
kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian, kebudayaan
adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan
mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang.6

Dari beberapa teori tentang penegakan hukum ini dapat disimpulkan bahwa dalam
rangka mencapai tujuan hukum berupa kepastian, keadilan, kemanfaatan di masyarakat

6
Ibid hal 34

Halaman 9 dari 13
berkenaan dengan cita-cita dan harapan masyarakat maka diperlukan dukungan dari
berbagai factor, yang bukan hanya otoritas dari penegak hukum saja melainkan faktor yang
terdapat pada masyarakat itu sendiri berupa kesadaran dan budaya positif yang hidup
ditengah-tengah masyarakat.

b. Landasan Yuridis
1) Pengaturan terkait emisi kendaraan bermotor

Pengaturan terkait dengan pengendalian pencemaran udara terkait dengan emisi


kendaraan bermotor terapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (untuk selanjutnya disebut dengan PP 41/99, dengan
beberapa batasan pengertian pada Pasal 1, sebagai berikut:

Angka 1

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya;

Angka 9

Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang
masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak
mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar;

Penanggulangan pencemaran udara merupakan tanggung jawab dari orang yang


melakukannya, hal tersebut tercantum dalam Pasal 25 dan Pasal 31 PP 14/99 yang
menyatakan bahwa:

Pasal 25 ayat (1)

Setiap orang atau penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan


terjadinya pencemaran udara dan/atau ganggunan wajib melakukan upaya
penanggulangan dan pemulihannya.

Pasal 30 ayat (1)

Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari sumber tidak bergerak yang
mengeluarkan emisi wajib menaati ketentuan baku mutu udara ambien, baku mutu emisi,
dan baku tingkat gangguan.

Pasal 31

Halaman 10 dari 13
Penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi pengawasan terhadap
penaatan ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang untuk kendaraan
bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara ambien di
sekitar jalan, pemerksaan emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan pengadaan
bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar berkadar belerang rendah sesuai
standar internasional.

Pengaturan terkait ambang batas emisi kendaraan bermotor berlaku baik untuk
seluruh kendaraan baik kendaraan baru maupun lama, sebagai berikut:

Pasal 33

Kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama yang mengeluarkan emisi
gas buang wajib memenuhi ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.

Pasal 34

(1) Kendaraan bemotor tipe baru wajib menjalani uji tipe emisi.
(2) Bagi kendaraan bemotor tipe baru yang dinyatakan lulus uji tipe emisi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberi tanda lulus uji tipe emisi.
(3) Kepala instansi yang bertanggung jawab menetapkan tata cara dan metode uji tipe
emisi kendaraan bermotor tipe baru.
(4) Uji tipe emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh instansi yang
bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

Pasal 36

(1) Setiap kendaraan bermotor lama wajib menjalani uji emisi berkala sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Gubernur melaporkan hasil evaluasi uji emisi berkala kendaraan bermotor lama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap 1 (satu) tahun sekali kepada Kepala
instansi yang bertanggung jawab.

Pasal 51

(1) Dalam rangka kegiatan pengawasan, masyarakat dapat melakukan pemantauan


terhadap mutu udara ambien.
(2) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan kepada
instansi yang bertanggung jawab, instansi teknis, dan instansi terkait lainnya
(3) Hasil pemantau yang dilakukan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat digunakan oleh instansi yang bertanggung jawab, instansi teknis, dan instansi
terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan penetapan pengendalian pencemaran
udara

Halaman 11 dari 13
Pasal 53

Segala biaya yang timbul sebagai akibat pengujian tipe emisi dan kebisingan kendaraan
bermotor tipe baru dan pelaporannya dalam rangka pengendalian pencemaran udara
dan/atau gangguan dibebankan kepada perakit, pembuat, pengimpor kendaraan bermotor.

Pasal 54

(1) Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan
terjadinya pencemaran udara wajib menanggung biaya penanggulangan pencemaran
udara serta biaya pemulihannya.

(2) Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan
kerugian bagi pihak lain, akibat terjadinya pencemaran udara wajib membayar ganti
rugi terhadap pihak yang dirugikan.

Pasal 56

(1) Barangsiapa melanggar ketentuan dalam Pasal 33 yang berkaitan dengan kendaraan
bermotor lama, Pasal 36 ayat (1), Pasal 40 yang berkaitan dengan kendaraan
bermotor lama, dan Pasal 43 ayat (1) Peraturan Pemerintah ini yang tidak memenuhi
pesyaratan ambang batas emisi gas buang, atau ambang batas kebisingan diancam
dengan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 67 Undang-undang Nomor 14 tahun
1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Barangsiapa melanggar ketentuan dalam Pasal 21, Pasal 22 ayat (1), Pasal 23, Pasal
24 ayat (1), Pasal 25 ayat (1), Pasal 30, Pasal 39, Pasal 47 ayat (2), Pasal 48, dan
Pasal 50 ayat (1) Peraturan Pemerintah ini yang diduga dapat menimbulkan dan/atau
mengakibatkan pencemaran udara dan/atau ganggugan diancam dengan pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46
dan Pasal 47 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengolahan Lingkunga
Hidup.

Dalam Pasal 67 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan menyatakan bahwa:

Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan


ambang batas emisi gas buang, atau tingkat kebisingan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua)
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp2.000.000,- (dua juta rupiah).

Selanjutnya dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 2


Tahun 2009 (selanjutnya disebut dengan UU 22/2009), menyataka bahwa:

Halaman 12 dari 13
Pasal 210 ayat (1)

(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi persyaratan
ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan.

Pasal 211

Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan Perusahaan Angkutan Umum
wajib mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan.

Pasal 212

Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan Perusahaan Angkutan Umum
wajib melakukan perbaikan terhadap kendaraannya jika terjadi kerusakan yang dapat
mengakibatkan terjadinya pencemaran udara dan kebisingan.

Pasal 218 ayat (1)

Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai dampak lingkungan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 211 dikenai sanksi administratif berupa:

 peringatan tertulis;
 denda administratif;
 pembekuan izin; dan/atau
 pencabutan izin.

Pasal 324

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3480) dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum
diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.

Halaman 13 dari 13
BAB III

PEMBAHASAN

Penegakan Hukum Terhadap Pencemaran Udara Akibat Emisi Kendaraan Bermotor

Semakin banyaknya kendaraan bermotor di Indonesia mempunyai dua aspek yang


harus diperhatikan, aspek pertama adalah dengan banyaknya kendaraan bermotor
perekonomian masyarakat dapat semakin berkembang seiring dengan kemudahan mobilitas
masyarakat, sedangkan aspek lainnya adalah dengan banyaknya kendaraan bermotor
menyebabkan pencemaran lingkungan berupa gas buang atau emisi yang dihasilkan dari
pembarakan kendaraan bermotor. Emisi ini dapat menyebabkan dampak yang buruk baik bagi
kesehatan manusia maupun bagi lingkungan alam, yang berefek pada pemanasan global
(global warming) yang menjadi isu utama dunia internasional.

Dengan adanya dampak negatif yang dihasilkan tersebut, dimana akan sulit
dihindari adanya gas buang dari kendaraan bermotor, maka diperlukan penegakan hukum
terkait hal ini. Penegakan hukum dimaksud memerlukan factor-faktor pendukung, yang
mana tidak hanya dari pada penegak hukum saja akan tetapi banyak aspek yang harus
dilibatkan terkait polusi udara ini.

Sebagaiman pendapat ahli (soejono Soekamto) tentang faktor –faktor yang


memperngaruhi penegakan hukum dikaitkan dengan pengaturan pencemaran udaara akibat
emisi kendaraan bermotor, maka dapat dikemukan bahwa:

1. Faktor Hukum
Bahwa pengaturan yang dibuat oleh pemerintah terkait dengan pencemaran udara
yang berasal dari emisi kendaraan bermotor telah dibuat secara lengkap yang
dimulai dari undang-undang tentang lingkungan hidup yang kemudian dikaitkan
dengan undang-undang lalu lintas jalan beserta turunannya yang bersifat teknis
yang diatur dalam peraturan menteri lingkunagn hidup hingga peraturan gubernur
pada masing-masing daerah di Indonesia. Artinya baik secara ketentuan pokok dan
teknis telah diatur cukup lengkap. Dalam ketentuan tersebut tidak hanya terdapat
denda pidana akan tetapi terdapat berbagai macam sanksi yang bersifat
adminsitratif untuk pelanggaran-pelanggaran yang dianggap masih ringan sehingga
dapat dilakukan pencegahan.

2. Faktor Penegakan Hukum


Para penegak hukum berkenaan dengan dengan pelaksanaan dilapangan sebaiknya
mempunyai mentalitas yang kuat, dalam hal ini adalah kepolisian, terutama pada
saat mengetahui terdapat kendaraan bermotor lama yang menimbulkan pencemaran
udara atau tidak lolos emisi gas buang,mentalitas ini terkait dengan adanya suap

Halaman 14 dari 13
dari para pelanggar kepada pihak kepolisian ketika sedang menjalankan tugas,
sehingga upaya untuk memperbaiki terkait dengan adanya emisi gas buang yang
melanggar batas menjadi tidak dilakukan.

3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung


Para penegak hukum dalam pelaksanaan tugas kiranya agar dibekali dengan sarana yang
mendukung untuk dapat mengukur emisi gas buang, sehingga pelanggaran lalu lintas tidak
hanya melulu soal pelanggaran rambu lalu lintas saja, polisi harus bisa menangkap
pengguna jalan yang melanggar ambang batas emisi gas buang dengan pembuktian yang
akurat.

4. Faktor Masyarakat
Masyarakat harus dapat lebih diedukasi terkait dengan ambang batas emisi kendaraan
bermotor ini, serta harus dapat disadarkan terkait denagn efek negatif yang dapat timbul
dari pencemaran udara ini. Peranan masyarakat sangat penting dalam hal pencegahan
terkait dengan pencemaran udara ini. Masyarakat dapat berperan untuk saling
mengingatkan akan bahaya akibat pencemaran udara ini.

5. Faktor Kebudayaan
Faktor ini merupakan faktor yang memerlukan usaha yang lebih kuat, karena hal
tersebut berupa peranan untuk mendorong masyarakat untuk menjadi kebiasaan
dari pola hidup sehari-hari sehingga dapat membangun budaya. Pada proses ini
masyarakat tidak hanya berhenti pada proses mengetahui saja akan tetapi
masyarakat sudah bia melaksanakan untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan.

Pemerintah sendiri telah mengatur dalam rangka menanggulangi pencemaran udara ini
terhadap pencemar dengan yang merupakan sumber bergerak sebagaimana Pasal 31 PP 41/99 yang
menyatakan bahwa Penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi :

1. pengawasan terhadap penaatan ambang batas emisi gas buang,


2. pemeriksaan emisi gas buang untuk kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan
bermotor lama,
3. pemantauan mutu udara ambien di sekitar jalan,
4. pemerksaan emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan
5. pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar berkadar belerang
rendah sesuai standar internasional.

Pelaksanaan ketentuan ini melibatkan banyak pihak bukan hanya pemerintah pusat yang
diwakili oleh kementerian lingkungan hidup saja akan tetapi hingga birokrasi daerah yang
memerlukan pelaporan dari Gubernur masing-masing daerah.

Halaman 15 dari 13
Pertanggungjawaban terkait lingkungan hidup meliputi pertanggung jawaban oleh
masyarakat pula, dimana masyarakat yang melakukan pencemaran bertanggung jawab untuk
membiayai dalam rangka memulihkan lingkunagn yang dicemarinya.

Penerapan ketentuan ini menyasar setiap orang perorangan pengguna kendaraan bermotor
dan juga pelaku usaha sebagai penyedia kendaraan. Setiap pelanggaran terhadap ketentuan ini
terdapat sanksi baik sanksi yang terendah berupa sanksi administrasi peringatan tertulis hingga
sanksi yang cukup berat yaitu sanksi pidana penjara dan denda sejumlah uang yang mendaasarkan
kepada Undang-Undang Lingkungan Hidup, adapun sanksi yang dapat dikenakan oleh penegak
hukum kepada pencemar berupa:

 peringatan tertulis;
 denda administratif;
 pembekuan izin;
 pencabutan izin;
 Pidana kurungan dan denda;
 Pidana Penjara dan denda.

Aspek Administratif Penegakan Hukum Lingkungan Penegakan hukum lingkungan


administratif bertujuan untuk menghentikan pencemaran lingkungan langsung pada sumbernya
sesuai dengan prinsip “abatement at the source” yang bersaranakan: pengawasan dan penerapan
sanksi administrasi.7 J.B.J.M. ten Berge berpendapat:

The administrative law enforcement instruments includes: 1) monitoring and observance


of prescriptions set by or pursuant to individual ,obligations imposed by decisions, and (2)
the use of administrative sanctioning powers”8

Dalam praktiknya, penegakan hukum pidana lingkungan masih lemah. Pelaku perusakan
lingkungan sering hanya diberi hukuman yang ringan, baik penjara maupun denda lemahnya
penegakan hukum disebabkan kultur yang terbangun di masyarakat bahwa perbuatan yang
merusak lingkungan adalah perbuatan pidana biasa. Karena dianggap sebagai kasus biasa,
kepolisian biasanya baru bereaksi ketika ada delik aduan dari masyarakat perihal kerusakan
lingkungan.9

7
Siti Sundari Rangkuti, “Penegakan Hukum Lingkungan Administratif di Indonesia”, Pro Justitia, Tahun XVII, No, 1
Januari 1999, h. 3-4. Baca pula Van Dijk, J., “Public Influence on the Supervision and Enforcement of Environmental
Law in The Netherlands”, dalam Jo Gerardu and Cheryl Wasserman (ed.), h. 193-201.
8
J.B.J.M. ten Berge, Recent Development in General Administrative Law in the Netherlands, Course Book, Utrecht,
1994, h. 1. Peter Cane, An Introduction to Administrative Law, Clarendon Press, Oxford, 2001, h. 241-250.
9
https://nasional.tempo.co/ diakses 12 April 2019

Halaman 16 dari 13
Selain itu kelemahan pada penegakan hukum terjadi akibat arus kapitalis yang masuk pada
era perdagangan bebas ini, dimana faktor ekonomis atau keuntungan selalu menjadi prioritas jika
dibandingkan dengan faktur pencemaran lingkungan.

Halaman 17 dari 13
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

Penegakan Hukum terkait dengan pencemaran lingkungan akibat emisi kendaraan


bermotor secara normatif sudah cukup lengkap serta melibatkan berbagai pihak hingga
masyarakat ikut dilibatkan dalam pengawasan dan pertanggungjawaban dari pencemaran
udara ini. Akan tetapi dalam pelaksanaanya, masih terdapat kelemahan dimana penegak
hukum masih belum memprioritaskan terkait dengan Hukum Lingkungan ini, prioritas
yang bersifat keuntungan semata lebih dikedepankan daripada pencemaran terhadap
lingkungan hidup. Banyaknya alternatif mekanisme dalam penegakan hukum lingkungan,
baik secara administratif, kepidanaan maupun keperdataan belum mampu menjamin
semakin berkurangnya permasalahan lingkungan.

b. Saran

Saran Penulis terkait dengan pembahasan makalah ini adalah:

Penegakan Hukum terkait dengan Lingkungan Hidup harus segera menjadi prioritas
pemerintah Indonesia, untuk langkah represif, mentalitas dan pengetahuan terkait hukum
lingkungan para penegak hukum agar menjadi perhatian pemerintah sedangkan untuk
langkah preventif penegakan hukum terkait pengendalian pencemaran udara berupa uji
emisi terhadap kendaraan lama harus menjadi perhatian, dikarenakan Indonesia belum
memiliki aturan terkait pembatasan kepemilikan berkenaan dengan usia kendaraan.
Kebijakan-kebijakan yang semakin ketat terhadap kepemilikan kendaraan menutu penulis
secara otomatis dapat mengurangi pencemaran lingkungan terutama dari kendaraan
bermotor.

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Halaman 18 dari 13
Koentjaraningrat, metode-Metode Penelitian, PT Gramedia, jakarta, 1985.

Dellyana,Shant.1988,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta:

Siti Sundari Rangkuti, “Penegakan Hukum Lingkungan Administratif di Indonesia”, Pro Justitia,
Tahun XVII, No, 1 Januari 1999,

J.B.J.M. ten Berge, Recent Development in General Administrative Law in the Netherlands,
Course Book, Utrecht, 1994, h. 1. Peter Cane, An Introduction to Administrative Law,
Clarendon Press, Oxford, 2001,

Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Pranala Internet

https://kbbi.web.id/emisi (diakses 12 April 2019)

http://repository.usu.ac.id/ (diakses 12 April 2019)

https://nasional.tempo.co/ (diakses 12 April 2019)

Halaman 19 dari 13

Anda mungkin juga menyukai