larva udang vannamei adalah bak beton persegi panjang dengan ukuran 6m x
membuang kotoran serta lumut yang menempel pada bak, serta dilakukan juga
sterilisasi untuk membuang kandungan asam yang terlalu tinggi karena bak yang
telah lama tidak beropersi. Kegiatan pembersihan bak dilakukan dengan cara
dinding-dinding atau dasar bak, jaringan aerasi (pipa, selang, dan batu aerasi),
setelah itu disiram dengan air tawar dan kemudian bak dikeringkan selama ± 2 –
peralatan pendukung seperti terpal untuk menutup bagian atas bak pemeliharaan
pencucian bak tahap 1 dan kemudian dikeringkan. Proses ini dilakukan dengan
cara melepas aerasinya kemudian dinding dan lantai bak dicuci dengan cara
menggosok lantai dan dinding bak dengan menggunakan detergen dengan dosis
10 gr/L. Setelah itu siram dinding dan lantai bak dengan menggunakan air kaporit
1.666 ppm (25g/15L) dan kemudian dikeringkan. Hal ini merupakan salah satu
Bak dikeringkan (dijemur), kemudian dasar dan dinding bak disikat. Agar
lebih steril gunakan zat-zat kimia seperti klorin, KMnO4 (kalium permanganat),
dan formalin. Untuk lebih jelasnya,pencucian bak dapat dilihat pada gambar 7.
Proses fumigasi dilakukan pada sore hari setelah pencucian bak tahap I.
2:1. Setelah PK dan formalin dicampurkan, maka akan timbul asap yang
biarkan gas menghilang pada keesokan harinya. Tujuan dari fumigasi ruangan
menjangkau ke tempat yang sulit dijangkau dan juga tidak meninggalkan residu.
proses fumigasi ruangan, karena mengingat bahwa larva udang sangat rentan
31
terhadap bakteri, virus, maupun pathogen yang mana akan mengganggu proses
pemeliharaannya.
Bahan kimia yang dipakai disebut fumigan. Fumigan bersifat amat toksik
dan tidak selektif, namun bahan kimia ini hanya berkhasiat bila cukup lama
berada dalam ruang tertutup, misalnya dalam kantung berisi makanan, tanah
sanitasi alat aerasi dengan merendam selang aerasi dengan larutan formalin
1500 ppm (150 ml formalin dalam 100 liter air tawar) selama 3 jam pada malam
hari sebelumnya. Tidak lupa rendam juga pemberat dan batu aerasi ke dalam
larutan H2O2 1000 ppm (10 ml dalam 10 liter air tawar) selama 3 jam pada
malam hari sebelumnya juga. Tujuan dari perendaman selang, timah dan batu
aerasi pada kran aerasi sesuai urutan panjang pendeknya. Atur dan pastikan
jarak antar titik selang tidak kurang dari 40-50cm. Kemudian pasang timah dan
batu aerasi pada selang aerasi. Jarak antara pemberat dan batu aerasi adalah
tidak lebih dari 3-5cm dari dasar bak pemeliharaan agar oksigen dapat tersebar
secara merata.
Selang, pemberat dan batu aerasi dijemur selama dua hari sebelum
tiap meter persegi berkisar antara 10 sampai 13 setiap dengan jarak 40 cm. Titik
5cm agar oksigen dapat mencapai dasar. Kegiatan pemasangan alat aerasi
formalin 1000 ppm (200 ml formalin 37% dalam 200 liter air tawar). Sisa larutan
dalam bak dibiarkan mengalir keluar melalui pipa pembuangan. Setelah itu bak
yang sebelumnya terlebih dahulu direndam dalam larutan formalin 1250 ppm
(250 ml formalin dalam 200 liter air tawar selama 3 jam) lalu ditiriskan.
A. Pengolahan Air
Sebelum air laut dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan, terlebih dahulu air
kualitas air yang baik dan steril atau terbebas dari berbagai macam kotoran,
kuman, bakteri, virus dan segala sesuatu yang dapat mengganggu proses
B. Air laut dipompa berdasarkan pasang surut air laut. Air laut diambil
HP
menjernihkan air. Sand filter ini terdiri dari 4 bagian, bagian yang
pertama sebagai inlet, bagian kedua sebagai filter I berisi pasir silika
karbon aktif/arang batok kelapa, batu koral dan batu gunung. Bagian
ketiga sebagai filter berisi pasir silika dan arang batok kelapa. Bagian
D. Kemudian air akan melalui proses ozonisasi, dimana air tersebut akan
ditembak dengan ozon atau O3. Ozonisasi merupakan salah satu cara
cara dioksidasi.
seser besar dan digoyangkan kedalam air, beri aerasi kuat selama 12
menetralkan air.
34
pada ujung selang dipasang filter bag, hal ini bertujuan agar menyaring kotoran
agar tidak masuk ke dalam bak pemeliharaan sebanyak 25 m3. Untuk Lebih
kepadatan 250 ekor/liter. Penebaran naupli dilakukan pada saat sore hari pukul
perubahan stadia larva dari naupli menjadi zoea bisa terjadi di malam hari
sehingga ketika larva sudah berubah menjadi stadia zoea sudah terdapat
harus melalui proses aklimatisasi terlebih dahulu. Ini bertujuan agar larva dapat
Cara aklimatisasi naupli yang dilakukan di PT. Central Pertiwi Bahari adalah
sebagai berikut:
diberi aerasi, kemudian diberi larutan iodine sebanyak 3 ml. Naupli yang
Kegiatan aklimatisasi dan penebaran naupli dapat dilihat pada gambar 10.
jenis pakan yang diberikan kepada larva udang di PT. CPB SITUBONDO ini
seperti pakan hidup dan pakan buatan. Pakan hidup berupa algae
digunakan yaitu tipe powder (bubuk), liquid (cair), dan flake (lempengan).
36
Thalasiosira sp. Pemberian algae dilakukan pada saat larva akan memasuki
stadia zoea 1 atau pada saat stocking awal sebelum penebaran naupli pada
alami dalam air dan sebagai pengontrol media pemeliharaan serta sebagai
penyediaan makanan awal saat larva mulai berubah sewaktu waktu. Pemberian
algae dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi pukul 09.00 WIB dan sore pukul 15.00
artemia dilakukan sebanyak 4 kali yakni pada pukul 11.00, 15.00, 21.00, 04.00.
pemeliharaan larva.
dari stadia larva udang vannamei tersebut.Pemberian pakan larva pada stadia
untuk stadia mysis menggunakan Ziegler 2, Spirulina, Micro Elite dan CP 01,
larva 100, dan CP 02. Namun setelah pakan dicampur dengan air dan sebelum
dengan ukuran mulut udang tiap stadianya. Untuk stadia zoea menggunakan 250
µ, stadia mysis 200 µ dan stadia PL 150 µ dan agar pakan tidak menggumpal.
pun selang seling antara pakan alami dan pakan buatan. Pakan buatan diberikan
pada pukul 07.00, 10.00, 13.30, 16.00, 19.00, 23.00, 1.00, 3.00, 5.00. Standar
larva itu sendiri(faces) sehingga kandungan amoniak maupun H2S dalam air
meningkat. Tentunya hal ini dapat mengganggu proses pemeliharaan larva, Oleh
sebab itu, di PT.CPB Situbondo melakukan 2 hal untuk mengelola kualitas air
agar tetap baik untuk media pemeliharaan larva. Yang pertama adalah sirkulasi
air atau penggantian sebagian air dalam media pemeliharaan larva. Yang kedua
39
adalah dengan pemberian probiotik dan bahan – bahan lain yang bersifat
Pengelolaan kualitas air yang pertama adalah dengan cara sirkulasi atau
pergantian air. Pada prinsipnya pergantian air ini bertujuan untuk membuang
sebagian air yang mengandung kotoran dengan air baru yang lebih bersih guna
mengurangi penumpukan bahan organik sisa pakan dan sisa metabolisme larva.
kembali dilakukan pada pagi harinya. Diagram pengelolaan air dapat dilihat pada
gambar 11.
penebaran nauplius adalah sekitar 30% dari kapasitas wadah, saat stadia zoea
ditambahkan sampai 70% stadia mysis 80% dan stadia post larva 100%.
bekisar 10-30% dan PL 5 sampai dengan panen 30-50% dari volume wadah
yang terisi.
Hal ini dapat diartikan bahwa sirkulasi air yang ada di PT. CPB Situbondo
dalam air. Semakin tua umur larva maka semakin besar pula metabolismenya
sehingga akan menghasilkan sisa metabolisme yang lebih banyak pula. Adapun
ketentuan sirkulasi air selama masa pemeliharaan larva udang vannamei di PT.
Tabel 6. Sirkulasi Air pada Pemeliharaan Larva Udang Vannamei di PT. Central
Pertiwi Bahari Situbondo
Pengelolaan air
PopulasiI
No. Stadia Volume (M )3
Penambahan (M3)
(Juta)
Awal Akhir AirLaut AirTawar Algae
1 N 8 20 23 2 1
2 Z1 8 24 26 1 1
13 Z2 7 25 28.5 2 1 0.5
4 Z3 7 30 31 1 1
5 M1 7 30 38.5 6 1 1.5
6 M2 7 30 38 6 1 1
7 M3 6 30 39 6 1 2
8 PL1 6 30 46.5 13 2 1.5
9 PL2 6 30 43 10 2 1
10 PL3 6 30 44 12 2
11 PL4 6 30 44 12 2
12 PL5 6 30 49 17 2
13 PL6 6 30 44 12 2
14 PL7 5 30 44 12 2
15 PL8 5 30 44 12 2
16 PL9 5 30 49 17 2
17 PL10 5 40 40
dan bahan – bahan yang dapat menjaga kualitas air tetap baik. Tujuan dari
pemberian probiotik itu sendiri adalah untuk mengurai bahan organik sisa pakan
menjaga kesuburan perairan serta mengurangi nitrit, nitrat, amonia dan hidrogen
sulfida (H2S). Pemberian stimuno imulant dan probiotik dilakukan pada pagi hari
dikarenakan jumlah limbah orgaik yang sangat tinggi (Boyd, 1989). Langkah-
, dosis 1 ppm untuk Post larva 1-post larva 3 yaitu 25 gram dengan
penambahan air. Beri aerasi kuat selama 6-7 jam. Probiotik siap
biasa dilakukan pada pukul 01.00 WIB dan diberikan ke larva pada
pukul 07.00
air dalam bak pemeliharaan dengan menggunakan gelas beaker. Selanjutnya air
dalam gelas diamati di tempat yang terang. Aktifitas dan pergerakan renang
42
udang diamati dengan baik. Tidak lupa kondisi fisik larva dan warna tubuh serta
keberadaan pakan yang ada pada usus untuk memastikan larva udang dalam
melihat perbedaan gerakan berenang pada larva ketika stadia zoea, mysys
karenakan anggota tubuhnya yang belum lengkap. Sedangkan pada stadia PL,
pergerakan larva sudah terlihat jelas dan menyerupai pergerakan udang dewasa.
dengan cara mengambil beberapa ekor larva dan diletakkan di atas gelas objek,
ketika larva mencapai stadia Z1,Z3, dan M1. Hal ini penting dilakukan agar
mengetahui tingkat kepadatan larva. Selain itu, estimasi juga untuk mengetahui
Estimasi dilakukan dengan cara mengambil sampel di enam titik pada bak
pemeliharaan larva menggunakan gelas beker. Satu gelas beker memuat 500 ml
air. Sehingga total keseluruhan untuk estimasi adalah 3 liter. Larva dihitung
43
dihitung lalu dibagi 3 dan dikali volume air dalam bak pemeliharaan larva.
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔
Estimasi ∶ × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑖𝑟
3
627 𝑒𝑘𝑜𝑟
∶ × 38.5 = 8.000.000 ekor
3
a. Sanitasi Alat
b. Sanitasi Ruangan
Untuk menjaga ruangan tetap bersih dan terbebas dari berbagai macam
kuman dan bakteri, maka ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu :
larva
44
2. Adanya footbath yang berisi larutan kaporit 1000 ppm yang diganti
setiap hari
5. Dinding bak dibilas dan dilap dengan larutan formalin 100 ppm
6. Desinfeksi pipa air laut dan selang algae dengan kaporit secara
rutin
Permanganat (PK) sebanyak 1,5 ppm yang ditempatkan pada awal pintu masuk
pemakaian peralatan dengan cara diping menggunakan formalin 100 ppm pada
setiap bak.
udang vannamei disebabkan oleh bakteri vibrio. Virus juga merupakan ancaman
massal dalam waktu singkat. Faktor pemicu munculnya virus yaitu faktor nutrisi,
lingkungan, dan genetika. Beberapa virus yang perlu diwaspadai pada budidaya
(IHHNV), Taura Sindrome Virus (TSV), dan White Spot Syndrome Virus (WSSV).
45
5.7 PEMANENAN
5.7.1 PANEN
atau sesuai dengan permintaan pembeli. Panen dilakukan ketika pagi hari, sore
keluarnya air dari bak menggunakan pipa L dan kemudian ditali dengan
menggunakan karet ban (berwarna hitam). Jadi benur yang keluar dari pipa
pembuangan akan langsung masuk ke happa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
sehingga menyisakan 15-20 ton air. Saat pengurangan air dilakukan, saringan
ganti air tetap terpasang sehingga benur tidak ikut keluar bersama air. Setelah itu
saringan ganti air dicabut dan benur akan keluar menuju net panen. Jika benur
didalam net panen dirasa sudah terisi banyak, maka benur mulai diseser untuk
kemudian dipindahkan ke timba yang sebelumnya telah terisi air dan dipasang
46
selang aerasi. Kemudian timba tersebut dibawa menuju tempat packing yang
telah tersedia bak penampungan yang terbuat dari fiber glass. Ketika air dalam
bak sudah mulai habis, tetapi masih banyak benur yang tersangkut di dinding
dan lantai bak, maka dilakukan pembilasan dinding dan lantai agar benur yang
= 5.500.000 X 100%
8.000.000
= 69%
scoup yang mempunyai diameter atau ukuran tertentu. Kebetulan pada panen
kali ini menggunakan scoup yang berdiameter 3 cm yang rata – rata berisi 4.800
diisi air yang mempunyai suhu 22 – 23oC sebanyak 2 liter. Tidak lupa juga
dengan jarak tempuh pengiriman. Pemberian karbon aktif ini yang bertujuan
(udara:air)
menyesuaikan jarak pengiriman, semakin jauh dan lama maka suhunya semakin
benur sehingga benur menjadi tenang, tidak agresif dan tidak kanibal. Kantong
plastik. Lalu kardus ditutup rapat dengan isolasi. Selanjutnya kardus ditatadi atas
truk.
Pertiwi Bahari, harga setiap satu benurnya adalah seharga Rp. 48,-/benur