Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN KASUS : SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:
Desi Triutami Saleh
111 2018 2119

SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R

1
Umur : 52 tahun
Alamat : Jl. Talasalapang
Agama : Katolik
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Pasien masuk ke IGD Jiwa RSKD Dadi pada tanggal 8 April 2019 untuk pertama
kalinya

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari :
Nama : Ny. L
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Talasalapang
Hubungan dengan pasien: Istri pasien

A. Keluhan Utama:
Mengamuk
B. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
1. Keluhan dan gejala
Seorang laki-laki dibawa oleh keluarganya ke RSKD Dadi Makassar untuk
pertama kalinya dengan keluhan utama pasien mengamuk dan melempar barang.
Keluhan mengamuk dan melempar barang ini terjadi setelah pasien jalan mondar-
mandir yang telah dialami selama 2 minggu. Setelah mengamuk dan melempar
barang, tangan pasien diikat oleh keluarganya. Sejak kejadian tersebut hingga saat
dibawa ke RSKD, pasien tidak tidur, tidak makan dan selalu berbicara sendiri.
Pasien juga selalu gampang curiga kepada orang baru dan keluarganya, selalu
memarahi-marahi handphonenya.
Awal perubahan perilaku terjadi 2 tahun yang lalu, pasien memiliki usaha
yang ditekuni mengalami penurunan hingga merugi dan memiliki banyak hutang,
setelah itu pasien mulai sering mengurung diri di kamar, tidak mau keluar rumah,
curiga kepada semua orang dan keluhan ini memberat dalam 2 bulan ini pasien

2
mulai tidak terawat hingga ditemukan adanya kumpulan senjata tajam di dalam
kamar pasien.

2. Hendaya Fungsi
 Hendaya dalam bidang sosial : ada
 Hendaya dalam aspek pekerjaan : ada
 Hendaya dalam penggunaan waktu senggang : ada
3. Faktor stressor psikososial : masalah pekerjaan
4. Hubungan gangguan sekarang dengan gangguan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya
 Riwayat infeksi : -
 Riwayat trauma : -
 Riwayat kejang : -
 Riwayat merokok: +
 Riwayat alkohol : +
 Riwayart NAPZA: -

C. Riwayat Gangguan Psikiatri sebelumnya


D. Awal perubahan perilaku terjadi 2 tahun yang lalu, pasien memiliki usaha yang
ditekuni mengalami penurunan hingga merugi dan memiliki banyak hutang, setelah
itu pasien mulai sering mengurung diri di kamar, tidak mau keluar rumah, curiga
kepada semua orang dan keluhan ini memberat dalam 2 bulan ini pasien mulai tidak
terawat hingga ditemukan adanya kumpulan senjata tajam di dalam kamar pasien.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir dalam normal dan cukup bulan. Kelahiran pasien dibantu oleh bidan,
pasien juga mendapatkan ASI eksklusif sampai berusia 2 tahun.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (1 – 3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak pada umumnya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( 4 – 11 tahun )
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pasien mulai bersekolah di SD usia 6 tahun
dan mengikuti pelajaran dengan baik.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (usia 12 – 18 tahun)

3
Pasien tinggal bersama orang tuanya dan saudaranya. Pasien melanjutkan
sekolahnya dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah
Atas (SMA). Pergaulan pasien baik, dan bermain dengan teman sebayanya.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Setelah lulus SMA, pasien mulai bekerja di perusahaan swasta hingga memulai
usahanya sendiri
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien sempat bekerja sebagai guru PAUD tetapi hanya selama 2 minggu.
c. Riwayat Kehidupan Pribadi
Pasien merupakan orang yang pandai bergaul. Saat ini tinggal bersama kedua
orangtua.
d. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak ke-2 dari 7 bersaudara (♂,♂,♀,♀,♂,♂,♂) memiliki
hubungan yang baik dengan keluarganya. Pasien telah menikah dan memiliki 2
orang anak

Genogram

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI


a. Status Internus
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 76x/menit, frekuensi pernapasan 24x/menit,
Suhu 36,5 ºC, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus. Pada ekstremitas
atas dan bawah tidak ditemukan kelainan.

4
b. Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak; kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan
isokor, reflex cahaya (+)/(+). Fungsi motorik dan sensorik keempat ekstremitas
dalam batas normal, dan tidak ditemukan refleks patologis.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


a. Deskripsi umum
1. Penampilan : Seorang laki-laki, wajah sesuai umur (52 tahun), perawakan kurus,
rambut lurus, kulit putih, memakai kaos merah, celana jeans biru, perawatan diri
kurang.
2. Kesadaran : Berubah
3. Perilaku dan aktifitas psikomotor: gelisah
4. Pembicaraan: blocking, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa: Cukup kooperatif
b. Keadaan afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : terbatas
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
c. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan:
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sulit dinilai
2. Orientasi
a. Waktu : cukup
b. Tempat : cukup
c. Orang : cukup
3. Daya ingat
a. Jangka panjang : cukup
b. Jangka pendek : cukup
c. Jangka segera : cukup
4. Konsentrasi dan Perhatian : cukup
5. Pikiran abstrak : cukup
6. Bakat Kreatif : tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Kurang

5
d. Gangguan Persepsi
 Halusinasi :
- Auditorik : Pasien mendengar bisikan untuk selalu marah-marah dan
curiga kepada orang
 Ilusi : tidak ada
 Depersonalisasi : tidak ada
 Derealisasi : tidak ada
e. Proses berfikir
1. Produktivitas : cukup
Kontuinitas : relevan
Hendaya berbahasa: tidak ada
2. Isi pikiran
- Preokupasi : tidak ada
- Waham : Waham persekutorik : Merasa dirinya dikenal dengan
orang dan yakin selalu dikejar untuk dihancurkan
f. Pengendalian Impuls : cukup
g. Daya Nilai dan Tilikan
1. Norma Sosial : terganggu
2. Uji Daya Nilai : terganggu
3. Penilaian Realitas : terganggu
4. Tilikan : derajat 1 (Penyangkalan)
h. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki dibawa oleh keluarganya ke RSKD Dadi Makassar untuk pertama
kalinya dengan keluhan utama pasien mengamuk dan melempar barang. Keluhan
mengamuk dan melempar barang ini terjadi setelah pasien jalan mondar-mandir yang
telah dialami selama 2 minggu. Setelah mengamuk dan melempar barang, tangan
pasien diikat oleh keluarganya. Sejak kejadian tersebut hingga saat dibawa ke RSKD,
pasien tidak tidur, tidak makan dan selalu berbicara sendiri. Pasien juga selalu
gampang curiga kepada orang baru dan keluarganya, selalu memarahi-marahi
handphonenya.

6
Awal perubahan perilaku terjadi 2 tahun yang lalu, pasien memiliki usaha yang
ditekuni mengalami penurunan hingga merugi dan memiliki banyak hutang, setelah
itu pasien mulai sering mengurung diri di kamar, tidak mau keluar rumah, curiga
kepada semua orang dan keluhan ini memberat dalam 2 bulan ini pasien mulai tidak
terawat hingga ditemukan adanya kumpulan senjata tajam di dalam kamar pasien.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I: Skizofrenia YTT (F.20.9)
Dari alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan gejala klinis berupa pola
perilaku kadang mengamuk, melempar barang, sering berbicara sendiri, dan jarang
mandi. Keadaan ini mengakibatkan keluarga dan pasien terganggu dan tidak nyaman
(distress), sulit melakukan pekerjaan dengan benar, dan sulit mengisi waktu luangnya
dengan hal yang bermanfaat (disability), sehingga dapat digolongkan Gangguan
Jiwa.
Pada pemeriksaan juga ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita
yaitu halusinasi sehingga dapat digolongkan Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status internus dan
neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis
umum yang menimbulkan disfungsi otak maupun gangguan yang secara patologis
langsung mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien saat ini, sehingga
menurut PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Pada pasien ini ditemukan halusinasi auditorik dan waham persekutorik. Kedua gejala
ini mengarah kepada skizofrenia paranoid, sehingga diagnosisnya menjadi
Skizofrenia Paranoid (F20.0).
Aksis II
Tidak memenuhi kriteria salah satu ciri kepribadian tertentu sehingga pada pasien
ini dikatakan belum mengarah ke salah satu ciri kepribadian.
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Stressor masalah ekonomi dan pekerjaan
Aksis V

7
GAF Scale sekarang 40-31 (gejala berat, disabilitas berat)

VII. DAFTAR MASALAH


 Organobiologik:
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka memerlukan psikofarmaka.
 Psikologik:
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan psikoterapi.
 Sosiologi:
Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang, sehingga memerlukan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS :
 Ad Vitam : Bonam

 Ad Functionam : Dubia ad bonam

 Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Faktor Pendukung Faktor Penghambat

- Adanya dukungan keluarga terhadap Pasien merasa dirinya tidak sakit

kesembuhan pasien

- Tidak adanya gangguan organik

IX. RENCANA TERAPI


 Haloperidol 5 mg 3 x 1/2
 Chlorpromazine 100 mg 0-0-1
 Trihexyphenidil 2mg 2x1

X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu
menilai efektifitas terapi dan kemungkinan efek sampingnya.

8
XI. DISKUSI
Skizofrenia adalah suatu kumpulan gejala dengan variasi penyebab yang
belum banyak diketahui dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronik) yang
luas, serta sejumlah akibat tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik,
dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai dengan penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak
wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya
tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.1
Skizofrenia berasal dari kata skizo (terpisah/fragmentasi) dan phrenia (pikiran)
karena menyebabkan seseorang mengalami kegagalan dalam kapasitasnya untuk
berpikir jernih dan merasakan emosi yang normal1
Skizofrenia biasanya diawali dengan fase prodromal pada pertengahan hingga
akhir masa remaja yang ditandai dengan perubahan yang hampir tidak kentara
pada emosi, kognitif, dan fungsi sosial. Kemudian diikuti dengan fase aktif
dimana gejala psikotik mulai berkembang. Gejala psikotik biasanya berespon
dengan baik setelah pemberian antipsikotik, tetapi masalah selanjutnya seperti
emosi tumpul atau perilaku aneh biasanya menetap hingga ke fase residual.
Eksaserbasi akut dapat terjadi walaupun pasien minum obat dengan teratur.1
Subtipe skizofrenia terbagi menajdi 5, yaitu:2
 Skizofrenia paranoid : ditandai dengan preokupasi satu atau lebih
waham atau halusinasi auditorik yang menonjol. Terutama
dikarakteristikkan dengan waham persekutorik atau grandeur. Pasien
menunjukkan regresi yang kurang dari kemampuan mental mereka,
respon emosi dan perilaku bila dibandingkan dengan tipe skizofrenia
yang lain. Pasien dengan skizofrenia paranoid biasanya kaku, curiga,
waspada, pendiam, dan kadang-kadang agresif, tetapi mereka dapat
menyesuaikan perilaku mereka pada situasi tertentu.
 Tipe disorganisasi (kacau) : ditandai dengan regresi perilaku menjadi
primitif, tanpa larangan, perilaku tidak terstruktur dan tidak terdapat
gejala yang memenuhi kriteria katatonik
 Tipe katatonik : ditandai dengan gangguan pada fungsi motorik
termasuk stupor, negativisme, rigiditas, excitement, atau posturing.

9
Gejala lain fapat berupa stereotyping, mannerism, dan fleksibilitas
cerea.
 Tipe tidak terinci : tidak memenuhi kriteria salah satu subtipe
skizofrenia
 Tipe residual

Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia terdiri dari


 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang jelas (biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
 ‘thought echo’ : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda atau
- ‘thought of insertion or withdrawal’ : isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- ‘thought broadcasting’ : isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya

 ‘delusion of control’ : waham tentang dirinya dikendalikan oleh


suatu kekuatan tertentu dari luar
- ‘delusions of influence’ : waham tentang dirinya dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
- ‘ delusions of passivity’ : waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (dirinya = merujuk
ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus)
- ‘delusional perception’ : pengalaman inderawi yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat.
 halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus – menerus
terhadap perilaku pasien

10
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
 waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalkan cuaca, atau berkomunikasi
dengan makhluk asing dari dunia lain)
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
 halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan terus menerus
 arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relevan, atau neologisme
 perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor.
 gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak
wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal)

11
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup
tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap lrut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Etiologi skizofrenia dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor biokimiawi


(hipotesis dopamine), neuropatologi, sirkuit neural, metabolisme otak, gangguan
elektrofisiologi, psikoimunologi, dan psikoneuroendokrinologi.2

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V edisi Text


Revision (DSM - V), diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan berdasarkan kiteria
diagnostik berikut:3

 terdapat dua atau lebih gejala berikut, dimana masing-masing gejala muncul
dalam periode yang signifikan selama 1 bulan. Gejala yang muncul yaitu
delusi, halusinasi, disorganisasi bicara, perilaku katatonik atau disorganisasi
perilaku, dan gejala negatif seperti afek berkurang.
 untuk beberapa waktu yang signifikan semenjak onset gejala muncul terdapat
gangguan pada satu atau lebih dari fungsi kerja, fungsi sosial, hubungan
interpersonal, dan perawatan diri
 gejala berlangsung selama 6 bulan. Periode 6 bulan ini termasuk 1 bulan
gejala (atau tidak jika terapi berhasil) yang mendukung kriteria A dan
termasuk periode gejala proderomal atau residual. Selama periode prodromal
atau residual, manifestasi gejala yang muncul dapat hanya berupa gejala
negatif atau 2 atau lebih gejala yang terdapat pada poin A

Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III),


skizofrenia paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria1:

 Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia


 Sebagai tambahan :
- halusinasi dan/atau waham yang menonjol

12
a. suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
b halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-
lain perasaan tubuhm halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
c. waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusions of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

Menurut buku ajar psikiatri FKUI, waham dan halusinasi pada skizofrenia
paranoid menonjol, sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh.
Beberapa contoh gejala paranoid yang sering ditemui4 :

- Waham kejar, waham rujukan, kebesaran, waham dikendalikan,


dipengaruhi dan cemburu
- Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, dan menghina

Berdasarkan hasil alloanamnesis dan autoanamnesis, didapatkan adanya gejala


klinis yang bermakna yaitu pasien memiliki halusinasi auditorik dan waham
persekutorik; sehingga dapat dikatakan pasien memiiki gejala khas skizofrenia
paranoid

Skizofrenia dapat diobati dengan antipsikotika (AP). Berdasarkan mekanisme


kerjanya obat ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu anti psikotika generasi I dan
antispikotika generasi II. Obat antisikotika generasi I berguna terutama untuk
mengontrol gejala positif. Obat anti psikotika generasi II bermanfaat untuk gejala
positif dan gejala negatif. Pengobatan harus diberikan sesegera mungkin, karena
keadaan psikotik yang lama dapat menimbulkan kemunduran mental pada pasien.
Salah satu terapi yang dapat diberikan yaitu psikoterapi. Psikoterapi merupakan usaha
jiwa yang diberikan agar pasien dapat mengalami perubahan dalam rasa, pikiran,
perilaku, dan kebiasaan yang dilakukan. Psikoterapi biasanya dikombinasikan dengan
tindakan farmakologis agar meningkatkan tingkat kesembuhan yang maksimal.3

13
Gejala negatif (anergi, apatis, aktivitas spontan berkurang) muncul jika
dopamin berkurang pada jalur mesokortikal terutama yang memproyeksikan ke lobus
frontal. Aktivitas dopamin yang kurang pada lobus frontal dapat menyebabkan tidak
terhalangnya aktivitas dopamin mesolimbik lewat jalur umpanbalik kortikolimbik.
Aktivitas dopamin yang meningkat pada mesolimbik kana menyebabkan timbulnya
gejala positif 5

Tabel 1. Antipsikotik tipikal6

14
Tabel 2. Antipsikotik atipikal6

15
Tabel 3. Dosis antipsikotik yang dianjurkan6

Tabel 4. Dosis maksimal antipsikotik6

16
Karena pada pasien terdapat gejala positif berupa halusinasi dan waham, maka
diperlukan medikasi (tindakan farmakologis) yang diberikan selain dengan
psikoterapi dan terapi suportif. Obat yang diberikan adalah golongan atipikal , yaitu
Risperidone dan Clozapine. Obat ini bekerja dengan cara bekerja memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaps neuron di otak (Dopamine D2 rDMeptors)
disertai dengan psikoterapi dan sosioterapi untuk memperkuat perbaikan klinis.6

No. Jenis Obat Merk Dagang Sediaan Dosis Anjuran

Risperidone Tab 1;2;3 mg 2-6 mg/hari


1 Risperidone
Risperdal Tab 1;2;3 mg
Clozaril 25-100 mg/hari
2 Clozapine Tab 25;100 mg
Sizoril

Prognosis pasien ini adalah dubia et bonam, dinilai dengan melihat faktor-
faktor pendukung dan penghambat penyembuhannya.
Faktor-faktor yang mendukung prognosis:
1. Tidak ada gangguan organik
2. Adanya dukungan keluarga
Faktor-faktor yang memperburuk prognosis:
1. Pasien merasa dirinya tidak sakit

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Black DW, Andreasen NC. Schizophrenia spectrum and other psychotic


disorders: Introductory textbook of psychiatry. Ed kw 6. American
psychiatric publishing. 2014.
2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Schizophrenia spectrum and other psychotic
disorder: Kaplan and Sadocks Synopsis of psychiatry. Edisi ke 11. New york:
Wolter kluwers; 2014
3. Departemen Kesehatan RI, Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, danWaham
dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III/PPDGJ III. Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 1993.
4. Amir, N. Skizofrenia: Buku Ajar Psikiatri FKUI. Jakarta :2010. Hal 170-196
5. Marangell LB, Martinez JM. Antpsikotik: Concie Guide series. Baylor
College of Medicine: texas.
6. Owen G, Wessely SS, Murray SR editor. Maudsley handbook of practical
psychiatry. Edisi ke 6. Oxford university press : 2014.
7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 3.
2007 Jakarta : FK Unika Atma Jaya. Hal. 25, 38.

18
LAMPIRAN WAWANCARA
D : Selamat sore, pak
P : Selamat sore, dokter.
D : Perkenalkan saya dokter muda Desi, siapa nama ta pak?
P : Iye dokter, Nama saya Robert
D : Oh,iye Pak Rober, bagaimana kabarnya hari ini?
P : Baik-baik ji sekarang.
D : Alhamdulillah,, sudah meki makan pak?
P : Iye, dokter.
D : makan apa ki tadi?
P : Makan nasi sama tahu-tempe.
D : Ohh... Iye, mauka tanya-tanyaki dulu sebentar, bisaji?
P : Iye, Bisa.
D : Iye, kenapa ki bisa dibawa kesini?
P : Tidak tahu mi juga
D : Pernah ki mengamuk di rumah katanya?
P : Iye, Tapi satu kali ji. Habis itu dikamar terus ji, diam-diam ji ka dokter.
D : Kalau mengamuk ki apa biasa kita bikin?
P : Sembarang dokter, biasa lempar baju sama piring ji.
D : Pernah ki pukul orang kalau mengamuk?
P : Tidak tau dok, sembarangji kayaknya dok
D : Kenapa sembarangji pak?
P : Karena saya artis dok jadi banyak kenal ka tapi selaluka mau di hancurkan
dok
D : Kenapa merasa mau di hancurkanki?
P : Karena saya orang terpandang dok, banyak yang kenal saya dok
D : Darimana kita banyak yang kenalki?
P : Kutahu iya dokter, Ada tanya ka.
D : Siapa tanya ki ?
P : Ada dokter. Seseorang yang bisa dipercaya
D : Siapa mi itu kalau boleh saya tahu pak?

19
P : Pokoknya dok, ada suara-suara tanyaka
D : Oh, suara apa itu?
P : (tidak ada jawaban)
D : Apa buktinya kalau selalu ada yang mau hancurkanki?
P : Na incar uangku dok. jadi dia mau kasih hancurka. Tidak sukaki lihatka
bahagia memang dok.
D : ohh, begitu ya pak
P : iye dok
D : Bagaimana perasaanta hari ini bu?
P : Baik-baik ji. Tidak adaji apa-apa.
D : Masih ingat ji namaku?
P : Iya. Dokter Desi
D : Masih biasa kita dengar suara-suara sekarang?
P : kadang-kadang ji.
D : Pak, ada kemampuan ta pak yang orang lain tidak miliki?
P : Tidak tau dok
D : kalau hobby ta iya apa?
P : Tidak adaji dok
D : Pak, tau ini dimana?
P : di Rumah Sakit
D : jadi, kita sakit?
P : tidak. Baik-baik ja.
D : Pak, Tahuki apa bedanya buah apel sama buah tomat?
P : merah?
D : itu persamaannya, Pak. Kalau bedanya?
P : (tidak menjawab)
D : maaf sebelumnya Pak, pernah ki pakai obat-obatan sebelumnya?
P : Tidak dok
D : Kalau minum iya pak?
P : Biasa dok
D : hmm, oiya pak, masih ada mau kita cerita lagi ?

20
P : tidak adami dokter
D : kalau begitu pak istirahat mi dulu. Terimakasih, pak. Rajin ki juga minum
obatta nah
P : Iye dok. Terima kasih.
D : iye bu, Sama-sama

21

Anda mungkin juga menyukai