Pentingnya Pemahaman Mengenai Penyakit Hepatitis B Di Kawasan Makassar
Pentingnya Pemahaman Mengenai Penyakit Hepatitis B Di Kawasan Makassar
OLEH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tak lupa pula kita haturkan Shalawat serta Salam
serta para Sahabat. Makalah ini disusun untuk melengkapi Tugas Pendidikan
Perempuan dan Laki-Laki istimewa Ibu dan Ayah yang selalu menjadi inspirasi
Indonesia kami yang telah memberikan tugas ini kepada kami, Semoga ilmunya
PENULIS
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian……............................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 3
ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
C. Definisi Operasional…...................................................................5
D. Subjek Penelitian........................................................................... 5
G. Keabsahan Data............................................................................. 8
A. Kesimpulan ................................................................................... 1
B. Saran .............................................................................................. 1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
utamakan, oleh sebab itu setiap manusia berhak untuk sehat, dan memiliki
kesehatan yang optimal di karenakan berbagai macam masalah antara lain dari
makanan, kebiasaan merokok, gaya hidup kurang sehat, penggunaan obat obatan,
dan juga tingkat pendidikan dan ekonomi menjadi beberapa faktor penyebab
peradangan difus pada jaringan yang di sebabkan oleh virus dan reaksi toksikt
terhadap obar-obatan serta bahan-bahan kimia. Sampai saat ini di ketahui bahwa
urutan pertama dari segi jumlah dan penyebarannya. (Wiliams and Wilkins, 2012)
kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal. Hal ini berkaitan dengan individu
yang berada dalam resiko tinggi (misal: penyalahgunaan zat, dan penderita karier).
Kekambuhan ikterus tidak terlalu nyata dan uji fungsi hati tidak memperlihatkan
kelainan dalam derajat yang sama pada awal serangan yang awal. (Sulaiman,
2012) Daerah dimana penyakit ini endemik (Afrika, Amazone, Asia selatan, Cina,
1
Kutub). Cara penularan yang paling sering secara perineal dari ibu terinfeksi
lebih rendah, rute penularan pertama melalui seksual dan prenatal. Di Amerika
serikat, populasi resiko tinggi meliputi penggunaan obat intravena, laki-laki homo
seksual, petugas perawatan dan mereka yang mendapat tranfusi darah (Sulaiman,
2012).
berlandaskan kiat dan ilmu berbentuk pelayanan bio, psiko, sosial, dan spiritual
yang komprehensif yang di tujukan bagi individu, keluarga, dan masyarakat baik
dalam keadaan sehat maupun sakit serta mencangkup seluruh proses kehidupan.
B. Rumusan Masalah
adapaun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu Bagaimana proses pendalaman
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
resistensi terapi.
2
2. Tujuan Khusus
Hepatitis B di Makassar.
3. Untuk mengetahui mutasi yang paling banyak ditemukan pada segmen gen
Hepatitis B di Makassar.
4. Untuk mengetahui prosentase virus Hepatitis B yang resisten terhadap anti virus
HBV.
C. Manfaat Penelitian
a. Jenis mutasi dan lokasi mutasi yang telah terjadi pada Virus Hepatitis B dari
Makassar.
3
2. Manfaat Praktis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis
akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan Hepatitis
B kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau laboratorium
2013).
B. Etiologi Hepatitis B
nm (Hardjoeno, 2007). Masa inkubasi berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata
60-90 hari (Sudoyo et al, 2009). Bagian luar dari virus ini adalah protein envelope
2007). Genom VHB merupakan molekul DNA sirkular untai-ganda parsial dengan
3200 nukleotida (Kumar et al, 2012). Genom berbentuk sirkuler dan memiliki
empat Open Reading Frame (ORF) yang saling tumpang tindih secara parsial
protein envelope yang dikenal sebagai selubung HBsAg seperti large HBs (LHBs),
1
medium HBs (MHBs), dan small HBs (SHBs) disebut gen S, yang merupakan
target utama respon imun host, dengan lokasi utama pada asam amino 100-160
(Hardjoeno, 2007). HBsAg dapat mengandung satu dari sejumlah subtipe antigen
epidemiologik tambahan (Asdie et al, 2012). Gen C yang mengkode protein inti
(HBcAg) dan HBeAg, gen P yang mengkode enzim polimerase yang digunakan
untuk replikasi virus, dan terakhir gen X yang mengkode protein X (HBx), yang
memodulasi sinyal sel host secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
ekspresi gen virus ataupun host, dan belakangan ini diketahui berkaitan dengan
C. Epidemiologi Hepatitis B
sirosis, dan kanker hati di dunia. Infeksi ini endemis di daerah Timur Jauh,
sebagian besar kepulaan Pasifik, banyak negara di Afrika, sebagian Timur Tengah,
dan di lembah Amazon. Center for Disease Control and Prevention (CDC)
muda) terinfeksi oleh VHB setiap tahunnya. Hanya 25% dari mereka yang
sekitar 1-2% meninggal karena penyakit fulminan (Price & Wilson, 2012).
Sepertiga penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi oleh VHB dan sekitar 400
2
juta orang merupakan pengidap kronik Hepatitis B, sedangkan prevalensi di
diperkirakan telah menginfeksi lebih dari 2 milyar orang yang hidup saat ini
selama kehidupan mereka. Tujuh puluh lima persen dari semua pembawa kronis
hidup di Asia dan pesisir Pasifik Barat (Kumar et al, 2012). Prevalensi pengidap
VHB tertinggi ada di Afrika dan Asia. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
tahun 2007 dengan jumlah sampel 10.391 orang menunjukkan bahwa persentase
HBsAg positif 9,4%. Persentase Hepatitis B tertinggi pada kelompok umur 45- 49
D. Penularan Hepatitis B
Penanda HBsAg telah diidentifikasi pada hampir setiap cairan tubuh dari orang
yang terinfeksi yaitu saliva, air mata, cairan seminal, cairan serebrospinal, asites,
dan air susu ibu. Beberapa cairan tubuh ini (terutama semen dan saliva) telah
diketahui infeksius (Thedja, 2012). Jalur penularan infeksi VHB di Indonesia yang
neonatal atau horizontal (kontak antar individu yang sangat erat dan lama, seksual,
3
iatrogenik, penggunaan jarum suntik bersama). Virus Hepatitis B dapat dideteksi
pada semua sekret dan cairan tubuh manusia, dengan konsentrasi tertinggi pada
E. Patogenesis Hepatitis B
Infeksi VHB berlangsung dalam dua fase. Selama fase proliferatif, DNA
VHB terdapat dalam bentuk episomal, dengan pembentukan virion lengkap dan
semua antigen terkait. Ekspresi gen HBsAg dan HBcAg di permukaan seldisertai
sitotoksik. Selama fase integratif, DNA virus meyatu kedalam genom pejamu.
kerusakan sel yang terinfeksi virus oleh sel sitotoksik CD8+ (Kumar et al, 2012).
setiap hari. Siklus hidup VHB dimulai dengan menempelnya virion pada reseptor
di permukaan sel hati (Gambar 3). Setelah terjadi fusi membran, partikel core
(genom release), selanjutnya DNA VHB yang masuk ke dalam nukleus mula-mula
berupa untai DNA yang tidak sama panjang yang kemudian akan terjadi proses
4
DNA repair berupa memanjangnya rantai DNA yang pendek sehingga menjadi
dua untai DNA yang sama panjang atau covalently closed circle DNA (cccDNA).
beberapa messenger RNA (mRNA) yaitu mRNA LHBs, MHBs, dan mRNA SHBs
dan pre-C, sedangkan translasi mRNA LHBs, MHBs, dan mRNA SHBs akan
dimulai, DNA virus dibentuk kemMakassar dari molekul RNA. Beberapa core
template transkripsi intranukleus. Akan tetapi, sebagian dari protein core ini
bergabung ke kompleks golgi yang membawa protein envelope virus. Protein core
F. Patofisiologi Hepatitis B
Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus
5
kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Virus melepaskan
nukleokapsid akan menembus sel dinding hati. Asam nukleat VHB akan keluar
dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi pada
DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah 17 DNA VHB memerintahkan sel hati
peredaran darah, terjadi mekanisme kerusakan hati yang kronis disebabkan karena
Proses replikasi virus tidak secara langsung bersifat toksik terhadap sel,
terbukti banyak carrier VHB asimtomatik dan hanya menyebabkan kerusakan hati
ringan. Respon imun host terhadap antigen virus merupakan faktor penting
terhadap kerusakan hepatoseluler dan proses klirens virus, makin lengkap respon
imun, makin besar klirens virus dan semakin berat kerusakan sel hati.
Respon imun host dimediasi oleh respon seluler terhadap epitop protein VHB,
terutama HBsAg yang ditransfer ke permukaan sel hati. Human Leukocyte Antigen
(HLA) class I-restricted CD8+ cell mengenali fragmen peptida VHB setelah
(Hardjoeno, 2007).
6
G. Manifestasi Klinis Hepatitis B
ringan. Kondisi asimtomatis ini terbukti dari tingginya angka pengidap tanpa
menyerupai hepatitis virus yang lain tetapi dengan intensitas yang lebih berat
(Juffrie et al, 2010). Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu:
1. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase
inkubasi Hepatitis B berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.
Awitannya singkat atau insidous ditandai dengan malaise umum, mialgia, artalgia,
mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Diare atau konstipasi dapat
terjadi. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
kolestitis.
3. Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Banyak kasus pada fase ikterus tidak terdeteksi. Setelah timbul
7
ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih
klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminan
yang berlanjut lebih dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit.
1. Fase Imunotoleransi
Sistem imun tubuh toleren terhadap VHB sehingga konsentrasi virus tinggi dalam
darah, tetapi tidak terjadi peradangan hati yang berarti. Virus Hepatitis B berada
Sekitar 30% individu persisten dengan VHB akibat terjadinya replikasi virus yang
3. Fase Residual
8
Tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel hati
yang terinfeksi VHB. Sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya dapat
menghilangkan sebagian besar partikel virus tanpa ada kerusakan sel hati yang
berarti. Fase residual ditandai dengan titer HBsAg rendah, HBeAg yang menjadi
negatif dan anti-HBe yang menjadi positif, serta konsentrasi ALT normal (Sudoyo
et al, 2009).
H. Diagnosis Hepatitis B
abdomen tampak gambaran hepatitis kronis, selanjutnya pada biopsi hepar dapat
1. Pemeriksaan Biokimia
Stadium akut VHB ditandai dengan AST dan ALT meningkat >10 kali nilai
normal, serum bilirubin normal atau hanya meningkat sedikit, peningkatan Alkali
9
Fosfatase (ALP) >3 kali nilai normal, dan kadar albumin serta kolesterol dapat
mengalami penurunan. Stadium kronik VHB ditandai dengan AST dan ALT
kemMakassar menurun hingga 2-10 kali nilai normal dan kadar albumin rendah
2. Pemeriksaan serologis
Indikator serologi awal dari VHB akut dan kunci diagnosis penandinfeksi VHB
kronik adalah HBsAg, dimana infeksi bertahan di serum >6 bulan (EASL, 2009).
hepatitis kronis atau carrier (Hardjoeno, 2007). Setelah HBsAg menghilang, anti-
HBs terdeteksi dalam serum pasien dan terdeteksi sampai waktu yang tidak
kadang terdapat suatu tenggang waktu (window period) beberapa minggu atau
periode tersebut, anti-HBc dapat menjadi bukti serologik pada infeksi VHB (Asdie
et al, 2012).
Hepatitis B core antigen dapat ditemukan pada sel hati yang terinfeksi,
tetapi tidak terdeteksi di dalam serum (Hardjoeno, 2007). Hal tersebut dikarenakan
terlihat dalam serum, dimulai dalam 1 hingga 2 minggu pertama timbulnya HBsAg
10
dan mendahului terdeteksinya kadar anti-HBs dalam beberapa minggu hingga
beberapa bulan (Asdie et al, 2012). Penanda serologik lain adalah anti-HBc,
antibodi ini timbul saat terjadinya gejala klinis. Saat infeksi akut, anti HBc IgM
bulan. Pemeriksaan anti- HBc IgM penting untuk diagnosis infeksi akut terutama
bila HBsAg tidak terdeteksi (window period). Penanda anti-HBc IgM menghilang,
anti-HBc IgG muncul dan akan menetap dalam jangka waktu lama (Hardjoeno,
virus, ditemukan hanya pada serum dengan HBsAg positif. Penanda HBeAg
Tes-tes yang sangat sensitif telah banyak dikembangkan secara luas untuk
menegakkan diagnosis Hepatitis B dalam kasus-kasus ringan, sub klinis atau yang
EIA dan PCR tergolong mahal dan hanya tersedia pada laboratorium yang
memiliki peralatan lengkap. Peralatan rapid diagnostic ICT adalah pilihan yang
tepat digunakan karena lebih murah dan tidak memerlukan peralatan kompleks
11
Diagnostik dengan rapid test merupakan alternatif untuk enzyme
immunoassays dan alat untuk skrining skala besar dalam diagnosis infeksi VHB,
sandwich. Membran dilapisi oleh anti-HBs pada bagian test line. Selama tes
dilakukan, HBsAg pada spesimen serum atau plasma bereaksi dengan partikel
mekanisme kapiler yang bereaksi dengan anti-HBs pada membran dan terbaca di
colored line , Adanya colored line menandakan bahwa hasilnya positif, jika tidak
pemeriksaan HBsAg kuantitatif untuk memonitor replikasi virus Ahn & Lee,
2011). Pemeriksaan HBsAg kuantitatif adalah alat klinis yang dibutuhkan untuk
12
pemeriksaan HBsAg Architect (Abbott Diagnostics). Pemeriksaan HBsAg
Architect memiliki jarak linear dari 0,05-250 IU/mL (Zacher, et al. 2011).
hidroksida. Hasil dari reaksi chemiluminescent diukur sebagai Relative Unit Light
(RLU) dan dideteksi dengan system optic Architect (Abbott Laboratories, 2008).
jika spesimen dengan nilai konsentrasi <0,05 IU/mL dan reaktif jika spesimen
3. Pemeriksaan molekuler
deteksi dan pengukuran DNA VHB dalam serum atau plasma. Pengukuran kadar
13
secara rutin bertujuan untuk mengidentifikasi carrier, menentukan prognosis, dan
menghasilkan sinyal yang dapat dideteksi hanya dari beberapa target molekul
asam nukleat.
DNA dan kuantifikasi produk PCR terjadi secara bersamaan dalam suatu alat
dapat mendeteksi kadar VHB DNA sampai dengan 102 kopi/mL, tetapi hasil dari
perbedaan klinis dari kadar VHB DNA yang rendah. Berdasarkan pengetahuan
batas deteksi 105-106 kopi/mL sudah cukup untuk evaluasi awal pasien dengan
14
Hepatitis B kronik. Untuk evaluasi keberhasilan pengobatan maka tentunya
diperlukan standar batas deteksi kadar VHB DNA yang lebih rendah dan pada saat
ini adalah yang dapat mendeteksi virus sampai dengan <104 kopi/mL (Setiawan
et al, 2006).
I. Komplikasi Hepatitis B
Penyakit ini terjadi pada sejumlah kecil penderita Hepatitis B akut. Kebanyakan
penderita Hepatitis B kronik tidak pernah mengalami gejala hepatitis B akut yang
jelas. Hepatitis fulminan merupakan penyulit yang paling ditakuti karena sebagian
besar berlangsung fatal. Lima puluh persen kasus hepatitis virus fulminan adalah
dari tipe B dan banyak diantara kasus hepatitis B akut fulminan terjadi akibat ada
koinfeksi dengan hepatitis D atau hepatitis C. Angka kematian lebih dari 80%
kondisi dimana jaringan hati tergantikan oleh jaringan parut yang terjadi bertahap.
Jaringan parut ini semakin lama akan mengubah struktur normal dari hati dan
regenerasi sel-sel hati. Maka sel-sel hati akan mengalami kerusakan yang
15
J. Terapi Hepatitis B
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus akut yang khas. Pembatasan
aktivitas fisik seperti tirah baring dapat membuat pasien merasa lebih baik.
Diperlukan diet tinggi kalori dan hendaknya asupan kalori utama diberikanpada
pagi hari karena banyak pasien mengalami nausea ketika malam hari (Setiawan et
al, 2006).
VHB (dengan serokonvers HBeAg ke anti-Hbe pada pasien HBeAg positif) dan
normalisasi ALT pada akhir atau 6-12 bulan setelah akhir pengobatan (Soewignjo
& Gunawan, 2008). Tujuan jangka panjang adalah mencegah terjadinya hepatitis
usia (Setiawan et al, 2006). Terapi antiviral yang telah terbukti bermanfaat untuk
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
sekaligus, kualitatif dan kuantitatif dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga akan
yang telah terangkum dalam Bab I, rumusan masalah yang pertama dapat dijawab
melalui pendekatan kualitatif dan rumusan masalah yang kedua dapat dijawab
yang ditemukan dari satu metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat
1
dilakukan dengan interview terlebih dahulu untuk mendapatkan data kualitatif lalu
diikuti dengan data kuantitatif, dalam hal ini menggunakan survey. Strategi ini
menganalisisnya pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil dari tahap pertama.
Dalam model ini peneliti boleh memilih untuk menggunakan salah satu dari dua
metode dalam tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikan pada salah satu dari
keduanya.
2
eskplanatoris sekuensial. Jadi, tahap pertama melakukan wawancara lalu
yaitu desain mix methods dengan status sepadan. Metode ini peneliti menggunakan
sebuah fenomena yang sedang dikaji. Selanjutnya ada desain metode campuran
(mix methods) dominan-kurang dominan pada satu bidang tertentu kadang identik
dan metode kualitatif untuk kajian ilmu pengetahuan Antropologi. Lalu yang
kuantitatif, atau seMakassarknya Creswell menyebut desain ini sebagai desain dua
tahap. (Creswell, 2010:332). Yang terakhir adalah desain metode campuran (mix
tingkat toleransi kelompok perguruan pencak silat Pagar Nusa, PSHT, dan Kera
Sakti. Hal dilakukan dengan sepadan. Tidak terlalu dominan di salah satunya.
3
Penelitian ini dilakukan di Makassar. Pemilihan tempat penelitian
diantaranya wisatawan.
B. Identifikasi Variabel
Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap dalam
suatu kegiatan yang menunjukkan variasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif
(Arikunto, 2010:118). Variabel dapat diartikan juga sebagai suatu atribut atau sifat
yang mempunyai variasi nilai atau macam-macam nilai. Variabel dapat memiliki
dua nilai atau lebih (dikotomi atau politomi). Suatu atribut bisa manusia maupun
macam,yaitu :
penelitian ini variabel independen nya adalah para penderita penyakit Hepatitis B.
ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel
independen. Dalam penelitian ini variabel dependen nya adalah proses mutasi dan
penyluhan Hepatitis B.
4
C. Definisi Operasional
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
D. Subjek penelitian
suatu benda, hal atau orang tempat data variabel penelitian melekat dan yang
karena pada subjek itulah terdapat data tentang variabel yang diteliti dan diamati
oleh peneliti. Subjek penelitian dapat disebut juga sebagai responden, yaitu pihak
Peran subjek penelitian adalah memberikan tanggapan dan informasi terkait data
yang dibutuhkan oleh serta memberikan masukan kepada baik secara langsung
September 2015)
5
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah individu yang tercatat dalam data
Sementara level subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Meso karena
Populasi adalah keseluruhan dari jumlah yang akan diteliti atau diamati.
Populasi bukan hanya orang (manusia), tetapi juga bisa bentuk makhluk hidup lain
ataupun benda-benda alam yang lain (Nisfiannoor, 2009:5). Sebagai suatu yaitu
hal atau orang tempat data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan.
Jadi, subjek merupakan sesuatu yang posisinya sangat penting karena pada subjek
itulah terdapat data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh peneliti. Subjek
penelitian dapat disebut juga sebagai responden, yaitu pihak yang dijadikan
terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti serta memberikan masukan kepada
6
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tercatat
dalam kependudukan dan berada di sekitar tempat wisata. Pemilihan setting lokasi
penelitian mempunyai latar belakang daerah ini termasuk rawan penyebaran virus.
Sementara level subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Meso karena
Teknik dalam mix method dengan strategi metode campuran bertahap (sequential
peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari satu metode dengan
1. Wawancara
(Moleong, 2007:186).
7
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data utama dalam penelitian
pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi pada saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (agama, suku,
Hepatitis B?’, ‘apakah ada paham proses penyebaran virus Hepatitis B?’ dan
2. Observasi
8
Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan
tujuan, tujuan, dan perasaan. Penggunaan metode ini dengan tujuan agar
mendapatkan data yang lebih kaya sehingga hasil penelitian dapat diperkuat
penyebaran skala, dan selama peneliti berada di lingkungan disekitar pantai Losari
datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam
G. Keabsahan Data
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
gen RT dari sampel darah donor yang positif PCR serta tidak
merupakan individu karier sehat HBV sehingga tidak atau belum terpapar
B. Saran
ditindaklanjuti.
1
DAFTAR PUSTAKA
90.
Elgouhari, H.M., Tamimi, T. and Carey, W., 2008. Hepatitis B Virus Infection:
European Association for the Study of the Liver, 2012. EASL Clinical Practice
Huy TTT, Ngoc TT, Abe K. 2008. New Complex Recombinant Genotype of
5663.
1
Liaw, Y., Kao, J., Piratvisuth, T., Chan, H., Chien, R., Liu, C., et al, 2012. Asian-
Lin CL, Kao JH. 2011. The clinical implications of hepatitis B virus genotype:
130.
Liu CJ, Kao JH, Chen JS. 2005. Therapeutic implications of hepatitis B virus