PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu zat radioaktif (radioactive substance) dapat didefinisikan sebagai
sesuatu zat yang memiliki sifat untuk mengemisikan radiasi secara spontan yang
mampu berjalan melewati lembaran-lembaran logam dan zat-zat lain yang tak
tembus terhadap cahaya. Radiasi tersebut berlaku dengan cara yang sama seperti
pada cahaya terhadap suatu pelat fotografi, menyebabkan fluoresensi bertanda
dalam zat-zat tertentu dan memberikan konduktivitas listrik pada udara.
Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen tersebut, maka Henry
Becquerel pada tahun 1986 bermaksud menyelidik sinar X, tetapi secara
kebetulan ia menemukan gejala keradioaktifan. Pada penelitiannya ia
menemukan bahwa garam-garam uranium dapat merusak film foto meskipun
ditutup rapat dengan kertas hitam. Menurut Becquerel, hal ini karena garam-
garam uranium tersebut dapat memancarkan suatu sinar dengan spontan. Dalam
perkembangan saat ini radioaktif dimanfaatkan dalam berbagai bidang seiring
dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Mulai dari bidang
kesehatan, pertanian, biologi, industry dan sebagainya.
Dari uraian tersebut dibuatlah makalah ini dengan tujuan untuk
mengetahui tentang radioaktivitas, mengetahui tentang sejarah penemuan unsur
radioaktif, mengetahui tentang sifat-sifat sinar radioaktif dan untuk mengetahui
tentang penyerapan sinar radioaktif dan material.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Radioaktivitas
Ternyata, banyak unsur yang secara alami bersifat radioaktif. Semua isotop
yang bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif. Unsur yang bernomor atom 83
atau kurang mempunyai isotop yang stabil kecuali teknesium dan promesium.
Isotop yang bersifat radioaktif disebut isotop radioaktif atau radioi isotop,
sedangkan isotop yang tidak radiaktif disebut isotop stabil. Dewasa ini,
radioisotop dapat juga dibuat dari isotop stabil. Jadi disamping radioisotop alami
juga ada radioisotop buatan. Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan
bahwa radiasi yang dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis
berdasarkan muatannya. Radiasi yang berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan
yang bermuatan negatif diberi nama sinar beta. Selanjutnya Paul U.Viillard
2
menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama sinar
gamma.
3
Radioaktivitas merupakan Salah satu gejala yang sangat penting dari inti
atom. Meskipun nuklida-nuklida diikat oleh gaya inti yang cukup kuat, banyak
nuklida yang tidak mantap secara spontan meluruh menjadi nuklida lain melalui
pemancaran partikel alpha, beta dan gamma. Energi gamma lebih besar
dibandingkan dengan energi beta dan alfa. Sedangkan radiasi yang energinya
terkecil adalah partikel alfha.
Pada bulan Februari 1896, Henri Bequerel, ahli fisika Prancis, tertarik
dengan penemuan sinar-X oleh W.C Rontgen yang dapat menghasilkan
fluoressensi pada dinding gelas tabung sinar-X dan beberapa material lain. Sekitar
tahun 1880 Henri Becquerel menyiapkan cuplikan kalium uranil sulfat,
K2UO2(SO4)2 .12H2O, dan mencatat bahwa zat tersebut berfosforessensi karena
dieksitasi oleh sinar ultraviolet. Becquerel melanjutkan eksperimennya dengan
membungkus plat fotografi dengan kertas, menempatkan garam uranium di
atasnya, dan meletakkannya pada sinar matahari. Ketika plat foto dicuci, ternyata
film menjadi hitam, yang menunjukkan bahwa garam uranium mengemisikan
radiasi yang dapat menembus kertas. Pada tanggal 26 Februari 1896, Becquerel
menyiapkan lagi plat foto dan garam uranium, tetapi karena saat itu matahari tidak
bersinar, akhirnya disimpan di dalam laci. Pada tanggal 1 Maret 1896, matahari
4
tetap belum tampak, namun plat foto tetap dicuci dengan harapan ada pengaruh
radiasi yang lemah terhadap plat film. Di luar dugaannya, ternyata pengaruh
radiasi terhadap plat foto sangat kuat. Hal ini berarti bahwa radiasi yang
berpengaruh hanya berasal dari garam uranium. Jadi Becquerel telah menemukan
suatu gejala baru, dan gejala itu oleh Madame Curie disebut radioaktivitas atau
peluruhan (decay). Zat yang memancarkan radiasi disebut zat radioaktif, dan
radiasi yang dipancarkan oleh zat radioaktif disebut sinar radioaktif.
Pada tahun 1902, Curie melaporkan bahwa 100 mg radium klorida bebas
barium secara spektroskopi, mendapatkan massa atom relatif unsur tersebut kira-
kira 225. Dengan pengukuran ulang, Curie mendapatkan massa atom relatif
radium 226,5. Didamping itu Curie juga dapat memperoleh logam radium dengan
cara mengelektrolisis leburan garamnya.
5
Untuk menghargai jasa Curie, maka satuan aktivitas radiasi dinyatakan
dengan curie (Ci). Satu curie adalah jumlah zat radioaktif yang dapat
menghasilkan 3,7 x 1010 disintegrasi per sekon (dps) atau 2,2 x 1012 disintegrasi
per menit (dpm) partikel/sinar radioaktif. Satuan yang lebih kecil adalah milicurie
(mCi) dan mikrocurie (𝜇Ci); 1 mCi = 10-3 Ci, 1 𝜇Ci = 10-6 Ci
Sejak tahun 1976, dalam sistem Satuan Internasional (SI), satuan aktivitas
radiasi dinyatakan dalam becquerel (Bq), disini 1 Bq = 1 disintegrasi per sekon
(atau 1 peluruhan perdetik). Kedua satuan tersebut sama-sama dapat digunakan.
Hubungan antara kedua satuan tersebut adalah sebagai berikut:
6
b. Lebih khususnya sifat-sifat sinar radioaktif ialah :
1. Sinar alfa (𝛼)
a) nSinar radioaktif yang termudah diserap oleh materi. Dapat dihentikan
oleh selembar kertas.
b) Dibelokkan baik oleh medan magnet maupun medan listrik.
c) Merupakan ion helium yaitu atom helium yang bermuatan positif
(He2+).
d) kecepatannya sekitar 2 x 109 cm/det.
2. Sinar (𝛽)
a) Dihentikan oleh 1000 kali lebih banyak kertas yang sama dengan
untuk menghentikan sinar- 𝛼.
b) Sinar ini dibelokkan lebih mudah oleh medan magnetik daripada
partikel- 𝛼 dan dengan arah belokan berlawanan. Sinar- 𝛽 mempunyai
muatan listrik negatif.
c) Sinar ini diidentifikasi sebagai elektron yang bergerak dengan
kecepatan tinggi.
3. Sinar (𝛾)
a) Daya tembusnya lebih besar daripada partikel- 𝛽. Sinar- 𝛾 hanya dapat
ditahan oleh timbal yang tebalnya beberapa cm.
b) Sinar- 𝛾 adalah radiasi elektromagnetik yang sama dengan sinar-X,
cahaya biasa, dan gelombang radio, hanya panjang gelombangnya
sangat pendek. Oleh karena itu, foton sinar- 𝛾 mempunyai energi
sangat tinggi, biasanya antara beberapa kilo elektronvolt (keV) dan
beberapa milion elektron volt (MeV).
7
Perbedaan ketiga jenis sinar tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Sinar alfa ( α ) Sinar beta (β) Sinar gamma ( γ )
8
a. Interaksi Partikel Alfa
Interaksi partikel alfa sangat kuat tetapi pendek. Lintasan partikel alfa saat
berinteraksi dengan materi adalah lurus dan menghasilkan pasangan ion dengan
kerapatan tinggi di sekitarnya. Partikel alfa yang hilang selama melewati materi
hampir seluruhnya karena interaksinya dengan elektron orbital atom,
menghasilkan suatu pasangan ion (elektron lepasan dan ion positifnya). Energi
rata-rata yang diperlukan untuk membentuk satu pasangan ion di udara adalah 35
eV. Jumlah pasangan ion yang dihasilkan per mm panjang lintasan radiasi inti
disebut ionisasi spesifik. Ionisasi spesifik (pada 1 atm dan 15oC) pada akhir
lintasan dari sebuah partikel alfa (sekitar 7000 pasangan ion per mm panjang
lintasannya) lebih besar dari pada awal lintasannya (sekitar 3000 pasangan ion
per mm panjang lintasannya).
b. Interaksi Partikel Beta
Interaksi sinar beta dengan materi menyerupai sinar alfa namun
menghasilkan kerapatan pasangan ion jauh lebih sedikit (sekitar 4-8 pasangan ion
per mm lintasan). Jangkauan partikel alfa jauh lebih panjang daripada partikel alfa
dan partikel beta akan disimpangkan ke luasan yang lebih besar dengan lintasan
berbentuk zig zag. Ionisasi pada radiasi beta lebih banyak ditimbulkan oleh
ionisasi sekunder. Dengan menggunakan kurva energi vs jangkau, energi
maksimum dapat ditentukan. Hubungan antara berkurangnya intensitas radiasi
dengan ketebalan linier jika energi elektron konversi di atas o,2 MeV. Penentuan
energi radiasi beta harus memperhatikan adanya serapan diri. Pada interaksi
radiasi beta terdapat fenomena back scattering. Energi radiasi sinar beta dapat
berkurang akibat tabrakannya dengan materi, dapat juga karena diperlambat oleh
medan listrik positif inti atom.
c. Interaksi Partikel Gamma
Interaksi radiasi gamma dengan materi sangat kecil sehingga memilik daya
tembus yang jauh lebih besar daripada radiasi alfa dan radiasi beta. Daya tembus
dicirikan oleh ketebalan paruh suatu penyerap, yaitu ketebalan yang dapat
mengurangi intensitas radiasi menjadi separuhnya. Penyerapan radiasi gamma
disebabkan oleh tiga proses fisik, yaitu efek fotolistrik, efek Compton, dan
pembentukan pasangan positronnegatron.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk
memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti stabil. Proses perubahan ini
disebut peluruhan dan inti atom yang takstabil disebut radionuklida. Materi
yang mengandung radionuklida disebut zat radioaktif
b. Sejarah Penemuan Radioakitif Sifat-sifat Radioaktif
1. Pada tahun 1895 Williem K. Rontgen menemukan sinar-X dengan jalan
menembakkan sinar katoda pada pelat aluminium
2. Pada tahun 1896, Henry Becquerel mengamati garam uranium yang
dapat memancarkan radiasi. Radiasi yang dipancarkan ini dapat
menghitamkan pelat film meskipun film tersebut ditutup rapat dengan
kertas hitam
3. Pada tahun 1898 suami istri Piere Curie dan Marie Curie dapat
menemukan unsur polonium (Po) dan radium (Ra) yang juga bersifat
radioaktif.
4. Pada tahun 1903 Ernest Rutherford menemukan sinar yang bermuatan
positif disebut sinar alfa (α), yang merupakan inti helium (He). Rutherford
juga menemukan sinar bermuatan negatif yang disebut sinar beta (β).
c. Sifat-Sifat:
1. Menghitamkan pelat film,
2. Dapat mengionkan gas yang dilewati,
3. Memiliki daya tembus yang besar, serta
4. Menyebabkan benda-benda berlapis ZnS dapat berpendar (mengalami
fluoresensi)
d. Interaksi radiasi dengan materi pada dasarnya merupakan interaksinya dengan
elektron di dalam orbital atom. Interaksi radiasi dengan materi menyebabkan
terjadinya ionisasi dan eksitasi. Interaksi radiasi dengan inti atom hanya
terjadi dengan neutron yang tidak bermuatan sehingga tidak menyebabkan
ionisasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://file.upi.eedu/direkori/fpmipa/jur_pend_fisika/195708071982112nwiendart
un/2_radioaktif.pdf
http://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/08-01-02-03.html
11