Anda di halaman 1dari 4

Nasofaringitis Akut

(Infeksi Saluran pernapasan atas; ISPA)

Nelson, Behrmen, Kliegman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi


15 vol 2. Jakarta : EGC, 2000.
Nasofaringitis akut merupakan keadaan infeksi anak yang paling lazim,
tetapi kemaknaannya terutama tergantung pada frekuensi relatif dari komplikasi
yang terjadi. Pada anak-anak sindrom ini lebih luas daripada orang dewasa, sering
melibatkan sinus paranasal dan telinga tengah serta nasofaring.

Etiologi

Penyakit disebabkan oleh lebih dari 200 agen virus yang berbeda secara serologis.
Agen utamanya adalah rhinovirus yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari
semua kasus cold; koronavirus menyebabkan sekitar 10%. Masa infektivitas
berakhir dari beberapa jam sebelum munculnya gejala sampai 1-2 hari sesudah
penyakit Nampak. Streptokokus grup A adalah bakteri utama yang menyebabkan
nasofaringitis akut. Corynebacterium diphteriae, mycoplasma pneumonia,
Neisseria meningitides, dan N. gonorrhea juga merupakan agen infeksi primer.
Hemophilus influenza, streptococcus pneumonia, moraxell catarrhalis, dan
staphylococcus aureus dapat menimbulkan infeksi sekunder pada jaringan saluran
pernafasan atas dan menyebabkan komplikasi sinus, telinga, mastoid, limfonodus,
dan paru-paru. Infeksi M. pneumonia dapat berlokalisasi pada nasofaring dan
pada kasus ini sukar dibedakan dengan nasofaringitis virus.

Epidemiologi

Kerentanan terhadap agen yang menyebabkan nasofaringitis akut adalah


universal, tetapi karena alasan yang kurang dimengerti kerentanan ini bervariasi
pada orang yang sama dari waktu ke waktu. Walaupun infeksi terjadi di sepanjang
tahun, di belahan Bumi Utara ada puncak kejadian pada bulan September kira-kira
pada saat sekolah dimulai, pada akhir Januari, dan mendekati akhir bulan April.
Anak menderita rata-rata lima sampai delapan infeksi setahun, dan angka tertinggi
terjadi selama umur 2 tahun pertama. Frekuensi nasofaringitis akut berbanding
langsung dengan angka pemajanan, dan pada sekolah taman kanak-kanak serta
pusat perawatan harian mungkin merupakan epidemi yang sebenarnya.
Kerentanan dapat bertambah karena nutrisi jelek, komplikasi purulent bertambah
pada malnutrisi.

Patologi

Perubahan yang pertama adalah edema dan vasodilatasi pada submukosa.


Infiltrate sel mononuclear menyertai, yang dalam 1-2 hari, menjadi
polimorfonuklear. Perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan
pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel
superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula
encer, kemudian mengental dan biasanya purulent. Dapat juga ada keterlibatan
anatomis saluran pernapasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus.

Manifestasi Klinis

Cold lebih berat pada anak kecil daripada anak yang lebih tua dan dewasa. Pada
umumnya, anak yang berumur 3 bulan sampai 3 tahun menderita demam pada
awal perjalanan infeksi, kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang
berlokalisasi muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam, dan anak yang
lebih tua menderita demam ringan. Komplikasi purulen terjadi lebih sering dan
lebih parah pada umur-umur yang lebih muda. Sinusitis persisten dapat terjadi
pada semua umur.

Manifestasi awal pada bayi yang umurnya lebih dari 3 bulan adalah demam yang
timbul mendadak, iritabilitas, gelisah dan bersin. Ingus hidung mulai keluar dalam
beberapa jam, segera menyebabkan obstruksi hidung, yang dapat mengganggu
pada saat menyusu, pada bayi kecil yang mempunyai ketergantungan lebih besar
pada pernapasan hidung, tanda-tanda kegawatan pernapasan sedang dapat terjadi.
Selama 2-3 hari pertama membrane timpani biasanya mengalami kongesti, dan
cairan dapat ditemukan dibelakang membrane tersebut, yang selanjutnya dapat
terjadi otitis media purulenta atau tidak. Sebagian kecil bayi mungkin muntah dan
beberapa penderita menderita diare. Fase demam berakhir dari beberapa jam
sampai 3 hari, demam dapat berulang dengan komplikasi purulent.

Pada anak yang lebih tua gejala awalnya adalah kekeringan dan iritasi dalam
hidung dan tidak jarang, di dalam faring. Gejala ini dalam beberapa jam disertai
dengan bersin, rasa menggigil, nyeri otot, ingus hidung encer, dan kadang-kadang
batuk. Nyeri kepala, lesu, anoreksia dan demam ringan, mungkin ada. Dalam satu
hari sekresi biasanya menjadi lebih kental dan akhirnya menjadi purulent. Cairan
ini mengiritasi, terutama selama fase purulen. Obstruksi hidung menyebabkan
pernapasan mulut, dan hal ini, melalui pengeringan membrane mukosa
tenggorokan, menambah rasa nyeri. Pada kebanyakan kasus, fase akut berakhir
selama 2-4 hari.

Komplikasi

Komplikasi merupakan akibat dari invasi bakteri sinus paranasal dan bagian-
bagian lain saluran pernapasan. Limfonodi servikalis dapat juga menjadi terlibat
dan kadang-kadang bernanah. Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis, atau
selulitis periorbital dapat terjadi. Komplikasi yang paling sering adalah otitis
media, yang ditemukan pada bayi-bayi kecil sampai sebanyak 25%. Walaupun
komplikasi ini dapat terjadi pada awal perjalanan cold, ia biasanya muncul
sesudah fase akut nasofaringitis. Dengan demikian otitis media harus dicurigai
jika demam berulang. Kebanyakan, infeksi virus saluran pernapasan atas juga
melibatkan saluran pernapasan bawah, dan pada banyak kasus, fungsi paru
menurun walaupun gejala saluran pernapasan bawah mencolok atau tidak ada.
Sebaliknya, laringotrakeobronkitis, bronkiolitis atau pneumonia dapat
berkembang selama perjalanan nasofaringitis akut. Nasofaringitis virus juga
sering merupakan pemicu gejala asma pada anak dengan saluran pernapasan
reaktif

Pencegahan

Vaksin yang efektif belum ada. Gammaglobulin atau vitamin C tidak mengurangi
frekuensi atau keparahan infeksi, dan penggunaannya tidak dianjurkan.

Karena salesma (common cold) terdapat dimana-mana, maka tidak mungkin


mengisolasi anak dari keadaan ini. Namun, karena komplikasi pada bayi yang
amat muda dapat relatif serius, maka harus dilakukan beberapa upaya untuk
melimdungi bayi dari kontak dengan orang-orang yang berpotensi terinfeksi.
Penyebaran infeksi adalah dengan aerosol (bersin, batuk) atau kontak langsung
dengan bahan yang terinfeksi (tangan)

Pengobatan

Tidak ada terapi spesifik. Antibiotic tidak mempengaruhi perjalanan penyakit atau
mengurangi insidens komplikasi bacteri. Tirah baring biasanya dianjurkan, tetapi
tidak terdapat bukti bahwa cara ini memperpendek perjalanan penyakit atau
mempengaruhi hasilnya. Asetaminofen atau ibuprofen biasanya membantu dalam
mengurangi irritabilitas, nyeri dan malaise selama hari pertama dan hari kedua
infeksi, tetapi penggunaan yang berlebih-lebihan harus dihindari. Aspirin yang
diberikan pada anak yang terinfeksi virus influenza meningkatkan resiko
terjadinya sindrom Reye dan tidak dianjurkan untuk anak-anak yang mempunyai
gejala pernapasan.

Sebagian besar kegawatan adalah karena obstruksi hidung dan harus dilakukan
upaya untuk melegakannya jika keadaan tersebut mengganggu pada saat tidur atau
pada saat minum atau makan. Pemasukan obat-obatan melalui hidung mungkin
merupakan metode efektif untuk melegakan obstruksi hidung. Pada bayi,
pemasukan salin steril dapat membantu pengeluaran fisik mukus yang berlebihan.
Fenileferin (0,125-0,25%) digunakan secara luas di Amerika Serikat. Tetes hidung
kuat yang bekerja lebih lama, walaupun berguna pada orang dewasa, senderung
mengiritasi dan kadang-kadang hipereksitatif atau sedative pada bayi. Tetes
hidung pada larutan berminyak harus dihindari karena tetes ini dengan mudah
teraspirasi. Penambahan antibiotik, kortikosteroid, atau antihistamin pada tetes
hidung menaikkan harganya tetapi tidak menambah apapun pada efektivitasnya.

Tetes hidung paling baik diberikan 15-20 menit sebelum makan dan pada waktu
sebelum tidur. Sementara anak pada posisi telentang dengan leher ekstensi, 1-2
dimasukkan pada setiap lubang hidung. Karena cara ini sering menimbulkan
pengerutan membrane mukosa anterior saja, 1-2 tetes dapat dimasukkan 5-10
menit kemudian. Pemasukan dekongestan hidung dengan aplikator berujung
kapas tidak dianjurkan. Anak yang lebih tua dapat menggunakan semprot hidung
tetapi hanya dengan pengawasan, karena aplikasi demikian cenderung digunakan
berlebihan. Pada umumnya tida ada obat-obatan yang dimasukan kedalam hidung
yang boleh digunakan selama lebih dari 4-5 hari selain salin, sesudah waktu ini
setiap obat dapat menimbulkan iritasi kimia mengimbas kongesti hidung,
menyerupai nasofaringitis akut.

Obstruksi hidung sukar diobati pada bayi. Pengisapan dengan sedotan lunak
kadang-kadang sangat penting untuk membersihkan saluran hidung secara
adekuat untuk memungkinkan bayi muda menyusu. Drainase yang terbaik
biasanya dapat dicapai dengan menempatkan bayi pada posisi menelungkup, jika
hal ini tidak mengganggu pernapasan lebih lanjut. Lingkungan yang hangat dan
sangat lembab yang diberikan oleh alat penguap (vaporizer) yang efisien dapat
mencegah pengeringan sekresi tetapi telah terlihat tidak mempunyai pengaruh
bermanfaat pada gejala salesma orang dewasa.

Dekongestan yang diberikan secara oral juga digunakan secara luas untuk
mengerutkan mukosa hidung yang menebal dan untuk melegakan obstruksi.
Pseudoefedrin mengurangi tahanan hidung pada anak yang lebih tua dan orang
dewasa yang menderita infeksi saluran pernapasan atas, penelitian pada bayi dan
anak kecil belum dilaporkan. Banyak preparat yang mengkombinasikan
antihistamin dengan angonis adrenegik. Yang pertama ternyata efektif pada
penelitian lain untuk melegakan kongesti hidung pada anak dengan nasofaringitis
akut. Tidak ada bukti bahwa obat-obat ini mencegah otitis media atau edusi
telinga tengah.

Kebanyakan anaka dengan nasofaringitis akut mengalami penurunan napsu


makan, tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan tidak ada gunanya.
Cairan yang diinginkan anak harus diberikan dengan interval yang sering.
Konstipasi sementara lazim dijumpai tetapi tidak memerlukan pengobatan karena
tanda ini hilang dengan cepat bila anak kembali makan secara normal.

Anda mungkin juga menyukai