Anda di halaman 1dari 20

RUPTUR UTERI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Neonatus

Dosen Pengampu:

Sofia Mawaddah SST, M. Keb

Disusun Oleh:

1. Agustin Fourensia P 5. Reitamara


2. Cahaya Asi 6. Rizka R
3. Dewi Wahyu P 7. Reisa N
4. Defi d 7. Sandra L
5. Qotrun Nada Sw 11. Sri F
6. Karmila 12.Teresya N
7. Oktarina L

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

JURUSAN D IV KEBIDANAN

REGULER 4

2019

KATA PENGANTAR

i
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah mengenai skrining untuk penyakit keganasan pada wanita.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah
ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.

Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman
serta ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki
bentuk maupun tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang memiliki
wawasan yang luas dan lebih baik lagi.

Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang skrining untuk penyakit
keganasan ini bisa memberi manfaat atau inspirasi pada pembaca.

Palangka Raya, Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian..................................................................................................2

B. Insiden.......................................................................................................2

C. Tanda dan Gejala.......................................................................................3

D. Patofisiolgi................................................................................................5

E. Penanganan.................................................................................................5

F. Jenis............................................................................................................6

G. Etiologi.......................................................................................................6

H. Pencegahan................................................................................................7

BAB III : TINJAUAN KASUS

Askeb 7 langkah Varney...............................................................................10

BAB IV : PENUTUP

Kesimpulan dan Saran..................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendarahan masih merupakan 3 penyebab utama kematian maternal (ibu)
tertinggi, disamping preeklamsi/eklamsi dan infeksi. Pendarahan dalam bidang
obstetri dibagi menjadi 3 yaitu, pendarahan pada kehamilan muda (kurang dari 22
minggu), pendarahan pada kehamilan lanjut, pendarahan saat persalinan, dan
pendarahan pasca persalinan (masa nifas)
Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk pendarahan pada kehamilan lanjut
dan pada saat persalinan selain dari plasenta previa, solusio plasenta, dan
gangguan pembekuan darah. Pendarahan pada keahmilan lanjut yaitu pendarahan
yang terjadi pada kehamilan yang lebih dari 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan. Pendarahan pada persalinan pendarahan intrapartum sebelum kelahiran
(proses kelahiran bayi).
Penyumbang kematian terbesar bayi dalam kandungan adalah faktor dari ibu
yaitu partus lama akibat ruptur uteri dan diabetes militus. Maka hali ini
menandakan bahwa ruptur uteri memberikan dampak negati pada kematian ibu
atau bayi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pendokumentasian asuahan kebidanan pada ibu ruptur uteri dengan
metode 7 Langkah Varney ?
C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari ruptur uteri.
2. Untuk dapat mengetahui kasus ruptur uteri di indonesia.
3. Untuk dapat mengetahui klasifikasi ruptur uteri.
4. Untuk dapat mengetahui etiologi ruptur uteri.
5. Untuk dapat mengetahui menegakkan diagnosis.
6. Untuk dapat mengetahui penanggulangannya.
7. Untuk mengetahui bagaimana cara pendokumentasian kasus asuhan
kebidanan apada ibu ruptur uteri dengan metode 7 Langkah Varney.

BAB II

KAJIAN KONSEP

A. Pengertian

1
Ruptur uteri merupakan komplikasi gawat adlam bidang obstetri yang
memerlukan tindakan dan penanganan serius. (Manuaba, 1996;161)
Ruptur uterus adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu.
Ruptur uteri adalah Keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi
hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum atau hubungan
kedua rongga masih dibatasi oleh peritoneum viserale. (Sarwono, 2010)
Ruptur uteri adalah robekan yang dapat langsung terhubung dengan rongga
peritonium (komplet) atau mungkin di pisahkan darinya oleh peritoneum viseralis
yang menutupi uterus oleh ligamentum latum (inkomplit)
(Cunningham,2005;h.217)

B. Insiden

Ruptur uteri di negara berkembang masih jauh lebih tinggi di bandingkan dengan
di Negara maju. Angka kejadian rupture uteri di Negara maju dilaporkan juga semakin
menurun. Sebagai contoh beberapa tahun yang lalu dari salah satu penelitian di negara
maju di laporkan kejadian rupture uteri dari 1 dalam 1.280 persalinan (1931-1950) menjadi
1 dalam 2.250 persalinan (1973-1983). Dalam tahun 1996 kejadiannya menjadi dalam 1
dalam 15.000 persalinan. Dalam masa yang hamper bersamaan angka tersebut untuk
berbagai tempat di Indonesia dilaporkan berkisar 1 dalam 294 persalinan sampai 1 dalam
93 persalinan.

Kedaruratan serius pada rupture uteri terjadi kurang dari 1% wanita dengan parut
uterus dan potensial mengancam jiwa baik bagi ibu maupun bayi. Separuh dari semua
kasus terjadi pada ibu tanpa jaringan parut uterus, terutama pada ibu multipara.

C. Tanda dan Gejala


1. Gejala mengancam
a) Lingkaran retraksi patologis/lingkaran Bandl yang tinggi, mendekati pusat dan
naik uterus.
b) Kontraksi rahim kuat dan terus-menerus.

2
c) Penderita gelisah, nyeri di perut bagian bawah, juga di luar his.
d) Pada palpasi segmen bawah rahim terasa nyeri (di atas simpisis).
e) Ligamentum rotundum tegang, juga di luar his.
f) Bunyi jantung anak biasanya tidak ada atau tidak baik karena anak mengalami
hipoksia, yang disebabkan kontraksi dan retraksi rahim yang berlebihan.
g) Air kencing mengandung darah (karena kandung kencing teregang atau tertekan).
2. Tanda dan gejala lanjutan
a. Menurut (Varney,2001;h.243-244)
Dapat terjadi dramatis atau tenang.
1) Dramatis
a) Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak.
b) Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri.
c) Perdarahan vagina (dalam jumlah sedikit atau hemoragi).
d) Tanda dan gejala syok : denyut nadi meningkat (cepat dan terus menerus):
tekanan darah menurun : pucat, dingin,kulit berkeringat,gelisah, atau adanya
perasaaan bahwa akan segera menjelang ajal atau meninggal, sesak (napas
pendek), ketidakberdayaan, dan gangguan penglihatan
e) Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu.
f) Bagian presentasi dapat di gerakkan di atas rongga panggul
g) Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada
gerakan dan Denyut Jantung Janin sama sekali tidak terdengar atau masih
dapat di dengar.
h) Lingkar uterus dan kepadatannya (kontraksi) dapat di rasakan di samping
janin(janin seperti berada diluar uterus).
2) Tenang
a) Kemungkinan menjadi muntah.
b) Nyeri tekan meningkat di seluruh abdomen.
c) Nyeri berat pada suprapubis.
d) Kontraksi uterus hipotonik.
e) Perkembangan persalinan menurun.
f) Perasaan ingin pingsan.
g) Hematuri (kadang-kadang)
h) Perdarahan pervagina (kadang-kadang)

3
i) Tanda-tanda syok progresif di temukan dalam hilangnya darah disertai
denyut nadi yang cepat dan pucat.
j) Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik;atau
kontraksi tidak dapat dirasakan.
k) DJJ mungkin akan hilang.
b. Menurut (Chapman,2006;h.290)
1) Nyeri
a) Nyeri uterus atau jaringan parut mendadak
b) Perasaan “ingin melahirkan”
c) Nyeri abdomen bagian bawah bisa muncul bersama kontraksi, atau nyeri
konstan yang tidak hilang.
d) Ibu merasa bahwa uterusnya sangat nyeri saat di sentuh atau di raba.
2) Kontraksi uterus
a) Uterus solid atau tonik
b) Kontraksi dapat berkurang atau bahkan berhenti.
3) Denyut Jantung Janin
Perubahan Denyut Jantung Janin abnormal dapat terjadi seperti deselarasi
memanjang atau variable yang biasanya memburuk menjadi bradikardia serius.
4) Syok
(a) Dapat terjadi perubahan tanda vital
 Takikardia
 Tekanan darah rendah
 Sesak napas, respirasi, > 24x/menit
(b) Kemungkinan ibu :
 Tampak dingin dan lembap
 Tampak gelisah,agitasi, atau menarik diri.
 Berkata bahwa ia takut dan ada sesuatu yang tidak beres
 Muntah.
5) Perdarahan

a) Perdarahan kadang keluar dari vagina sebagai cairan amnion bercampur


darah atau perdarahan segar.
b) Kadang seperti setelah bayi lahir, fundus uteri segera meninggi karena terisi
darah.

4
D. Patofisiologi

Pada saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi, dinding korpus
uteri atau SAR menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya
tubuh janin yang menempati korpus uteri terdorong ke bawah dan ke dalam SBR. SBR
menjadi lebih lebar karena dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik ke atas oleh
kontraksi SAR yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi yang membatasi
kedua segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian terbawah janin tidak dapat
terdorong karena sesuatu sebab yang menahannya (misalnya panggul sempit atau kepala
janin besar) maka volume korpus yang tambah mengecil pada saat his harus diimbangi oleh
perluasan SBR ke atas. Dengan demikian, lingkaran retraksi fisiologi semakin (physiologic
retraction ring) semakin meninggi ke arah pusat melewati batas fisiologi menjadi patologi
(pathologic retraction ring) lingkaran patologik ini di sebut lingkaran Bandl (ring van
Bandl). SBR terus menerus tertarik ke arah proksimal, tetapi tertahan oleh serviks dan his
berlangsung kuat terus menerus tetapi bagin terbawah janin tidak kunjung turun ke bawah
melalui jalan lahir, lingkaran retraksi makin lama semakin meninggi dan SBR semakin
tertarik ke atas sembari dindingnya sangat tipis hanya beberapa milimeter saja lagi.
Ini menandakan telah terjadi ruptur imminens dan rahim yang terancam robek pada saat
his berikut berlangsung dindinng SBR akan robek spontan pada tempat yang tertipis dan
terjadilah perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada luas robekan yang terjadi dan
pembuluh darah yang terputus.

E. Jenis Ruptur Uteri


1. Berdasarkan lapisan dinding rahim
a) Ruptur uteri inkomplit
Keadaan robekan pada rahim dimana terjadi lapisan dimana lapisan serosa atau
perimetrium masih utuh.
b) Ruptur uteri komplit
Keadaan robekan pada rahim dimana terjadi pada ketiga lapisan dinding rahim dan
telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum
2. Berdasarkan penyebab terjadinya
a. Ruptur uteri spontan
Keadaan robekan pada rahim karena kekuatan his semata.
b. Ruptur uteri violenta

5
Keadaan robekan pada rahim yang di sebabkan ada manipulasi tenaga tambahan lain
seperti induksi, atau stimulasi partus dengan oksitosin atau yang sejenis atau
dorongan yang kuat pada fundus dalam persalinan.
c. Ruptur uteri traumatika
Keadaan robekan pada rahim yang di sebabkan oleh trauma pada abdomen seperti
kekerasan dalam rumah tangga dan kecelakaan lalu lintas.

F. Komplikasi
1. Gawat janin
2. Syok hipovolemik
Terjadi kerena perdarahan yang hebat dan pasien tidak segera mendapat infus cairan
kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu cepat digantikan dengan tranfusi
darah.
3. Sepsis
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah terjadi
sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi termasuk periksa
dalam yang berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien tidak segera memperoleh
terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitis yang luas
dan menjadi sepsis pasca bedah.
4. Kecacatan dan morbiditas.
a. Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus belum punya anak hidup
akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan mendalam.
b. Kematian maternal /perinatal yang menimpa sebuah keluarga merupakan komplikasi
sosial yang sulit mengatasinya.

G. Etiologi
1. Rupture uterus spontan (Fraser dab Cooper,2009;h.593)
a. Paritas tinggi
b. Penggunaan oksitosin yang tidak tepat, terutama pada ibu paritas tinggi
c. Pengunaan prostaglandin untuk menginduksi persalinan , pada ibu yang memiliki
eskar.
d. Persalinan macet; rupture uteri terjadi akibat penipisan yang berlebihan pada
segmen bawah uterus.
e. Persalinan terabaikan, dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya.

6
f. Perluasan laserasi serviks yang berat ke atas menuju segmen bawah uterus –hal ini
dapat terjadi akibat trauma selama pelahiran dan tindakan.
g. Trauma akibat cedera ledakan atau kecelakaan.
h. Perforasi uterus non-hamil , mengakibatkan rupture uteri pada kehamilan
berikutnya;perforasi dan rupture terjadi pada segmen atas uterus.
i. Rupture uterin antenatal dengan riwayat seksio sesarea klasik sebelumnya.

H. Penanganan
Penanganan ruptura uteri memerlukan tindakan spesialistis dan hanya mungkin
dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas transfusi darah. Sikap bidan kalau menerima
kiriman penderita dengan ruptura uteri di pedesaan adalah melakukan observasi saat
menolong persalinan sehingga dapat melakukan rujukan bila terjadi ruptura uteri
mengancam atau membakat.
Oleh karena itu, kerja sama dengan dokter puskesmas atau dokter keluarga sangat
penting. Menghadapi ruptura uteri yang dapat mencapai polindes/puskesmas segera harus
dilakukan :
1. Pemasangan infus untuk mengganti cairan dan perdarahan untuk mengatasi keadaan
syok
2. Memberikan profilaksis antibiotika atau antipiretik. Sehingga infeksi dapat dikurangi.
3. Segera merujuk penderita dengan didampingi petugas agar dapat memberikan
pertolongan
4. Jangan melakukan manipulasi dengan pemeriksaan dalam untuk menghindari terjadinya
perdarahan baru.

Penanganan ruptura uteri :


1. Berikan segera cairan isotonik (ringer laktat atau garam fisiologis) 500 ml dalam 15-
20 menit dan siapkan laparotomi
2. Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan
kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan
3. Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan,
lakukan reparasi uterus
4. Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan
lakukan histerektomi
5. Antibiotika dan serum anti tetanus.

7
Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika spektrum luas. Bila
terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia/luka yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat
tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan perlindungan terhadap
tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5 ml IM

I. Pencegahan ruptur uteri


Dalam menghadapi masalah ruptur uteri semboyan “prevention is better than cure”
sangat perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap pengelola persalinan dimanapun
persalinan tersebut berlangsung.
Banyak kiranya ruptur uteri yang seharusnya tidak perlu terjadi kalau sekiranya
ada pengertian dari para ibu, masyarakat dan klinisi, karena sebelumnya dapat kita ambil
langkah-langkah preventif. Maka, sangatlah penting arti perawatan antenatal (prenatal).
1 Panggul sempit atau CPD
Anjurkan bersalin di rumah sakit. Lakukan pemeriksaan yang teliti misalnya kalau
kepala belum turun lakukan periksa dalam dan evaluasi selanjutnya dengan pelvimetri. Bila
panggul sempit (CV 8 cm), lakukan segera seksio sesarea primer saat inpartu.
2. Malposisi Kepala
Coba lakukan reposisi, kalau kiranya sulit dan tak berhasil, pikirkan untuk
melakukan seksio sesarea primer saat inpartu.
3. Malpresentasi
Letak lintang atau presentasi bahu, maupun letak bokong, presentasi rangkap.
4. Hidrosefalus
5. Rigid cervix
6. Tetania uteri
7. Tumor jalan lahir
8. Grandemultipara + abdomen pendulum
9. Pada bekas seksio sesarea
Beberapa sarjana masih berpegang pada diktum : Once a Caesarean always a
Caesarean, tetapi pendapat kita disini adalah Once a Caesarean not necessarily a Caesarean,
kecuali pada panggul yang sempit. Hal ini disebut Repeat Caesarean Section. Pada keadaan
dimana seksio yang lalu dilakukan korporal pasien harus bersalin dirumah sakit dengan
observasi yang ketat dan cermat mengingat besarnya kemungkinan terjadi ruptur spontan.
Kalau perlu lakukan segera repeat c section. Pasien seksio sesaria dengan insisi SBR
dibandingkan dengan korporal menurut statistik kemungkinan terjadinya ruptur relatif

8
kecil, Namun demikian partus harus dilakukan di RS dan kalau kepala sudah turun lakukan
ekstraksi forsep.
10. Uterus cacat karena miomektomi, kuretase, manual uri, maka dianjurkan bersalin di
RS dengan pengawasan yang teliti.
11. Ruptur uteri karena tindakan obstetrik dapat dicegah dengan bekerja secara lege artis,
jangan melakukan tindakan kristaller yang berlebihan, bidan dianjurkan
mempertimbangkan pemberian oksitocin sebelum janin lahir, kepada dukun diberikan
penataran supaya waktu memimpin persalinan jangan mendorong-dorong, karena dapat
menimbulkan ruptura uteri traumatika.

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS
DENGAN RUPTURA UTERI PADA NY. K
DI BPS SEJAHTERA
MIJEN SEMARANG

9
I. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada
Hari / Tanggal : Jum’at / 21 Januari 2011
Jam : 18.00 WIB
Tempat : BPS Sejahtera

Data Subyektif

1. Biodata Pasien

1.1. Biodata Pasien


Nama : Ny. K
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
RM : 0902112
Alamat : Jati Sari Blok A RT 05 Mijen Semarang
2.2.Biodata suami
Nama : Tn. M
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SI TI
Pekerjaan : Guru
Hubungan : Suami
Alamat : Jati Sari Blok A RT 05 Mijen Semarang

2. Keluhan Utama dan Alasan Datang

2.1. Keluhan Utama


Nyeri perut bagian bawah dan perdarahan pervaginam
2.2. Alasan Datang
Untuk memeriksakan kehamilannya

3. Riwayat Kesehatan

3.1. Riwayat Kesehatan dahulu


· Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC dll
· Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti DM, tekanan darah tinggi,
jantung
· Ibu pernah operasi karena mioma uteri
3.2. Riwayat Kesehatan Sekarang
· Ibu tidak sedang menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC dll.
· Ibu tidak sedang menderita penyakit keturunan seperti DM, tekanan darah tinggi,
jantung dll.
3.3. Riwayat kesehatan Keluarga
· Di keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC dll.
· Di keluaraga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM, tekanan darah
tinggi, jantung dll.
· Tidak ada riwayat kembar dan lahir cacat

4. Riwayat Perkawinan
4.1.Menikah usia 22 tahun
4.2.Menikah 1 kali
4.3.Lama menikah 1 tahun

10
5. Riwayat Obstetri
5.1. Riwayat menstruasi
· Menarce : 14 tahun
· Siklus/lama : 28 hari / 7 hari
· Perdarahan : sedang
· Dismenorea : ada
5.2. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil ini
5.3. Riwayat kehamilan sekarang
· Umur kehamilan menurut pasien 9 bulan
· HPHT : 21 April 2010 HPL 28 Januari 2011
· Periksa hamil 3 kali, mendapat terapi tablet Fe 1 x 500 mg, penyuluhan tentang nutrisi
ibu hamil, tanda bahaya kehamilan dan tanda persalianan
· Imunisasi TT
v TT capeng : 5 Januari 2010
v TT I kehamilan : 20 Juni 2010
v TT II kehamilan : 20 Juli 2010
· Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok, minum jamu dan obat-obatan kecuali dari tenaga
kesehatan
· Berat badan sebelum hamil 46 kg
· Gerakan janin sudah dirasakan sejak usia kehamilan 16 minggu
· Rencana persalinan di BPS Sejahtera

6. Riwayat Keluarga Berencana


6.1. Ibu belum pernah KB
6.2. Rencana yang akan datang ibu ingin menggunakan kontrasepsi suntuik
6.3. Alasan ibu karena tidak suka minum obat dan cari yang praktis

7. Pola pemenuhan Kkebutuhan Sehari-hari


7.1. Pola nutrisi
· Sebelum : ibu makan 3 kali/ hari, porsi sedang (nasi, sayur, lauk), makanan selingan 2
kali/hari, minum air putih 5 gelas/ hari dan susu 1 gelas/hari
· Selama : ibu makan 4 kali/hari porsi sedang(nasi, sayur, lauk), makanan selingan 4
kali/hari, minum air putih 5 gelas/ hari dan susu 2 gelas / hari
7.2 Pola eliminasi
· Sebelum : BAB 1 kali/hari konsistensi lunak, BAK 5 kali/hari
· Selama : BAB 1 kali/hari konsistensi lunak, BAK 7 kali/hari
7.3.Pola aktivitas
· Sebelum : ibu melakukan pekerjaan rumah di bantu suami
· Selama : ibu melakukan pekerjaan rumah ringan dibantu suami
7.4. Pola istirahat
· Sebelum : tidur siang 2 jam/hari, tidur malam 8 jam/hari
· Selama : tidur siang 1 jam/ hari, tidur malam 8 jam/ hari
7.5. Pola personal hygin
· Sebelum : mandi 2 kali/ hari, gosok gigi 2 kali/ hari, ganti baju 2 kali/hari, keramas 3 kali/
minggu
· selama : mandi 2 kali/ hari, gosok gigi 2 kali/ hari, ganti baju 3 kali/hari, keramas 3 kali/
minggu
7.6 Pola seksual
· Sebelum : 3 kali/ minggu, tidak ada keluhan selama berhubungan seksual
· Selama : 1 kali / minggu, tidak ada keluhan selama berhubungan seksual

8. Psikososiospiritual
8.1. Ibu merasa cemas karena merasakan nyeri yang hebat pada perut bagian bawah dan tidak
merasakan gerakan janin
8.2. Ibu senang dengan kehamilan ini
8.3. Suami dan keluarga mendukung kehamilan ini

11
8.4. Ibu taat beribadah
8.5. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami
8.6. Pemecahan masalah dibacarakan bersama
8.7. Di lingkungan tempat tinggal tidak ada hewan peliharaan

Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum
1.1. Keadaan umum : lemah
1.2. Tingkat kesadaran : somnolen
1.3. Antopometri :
berat badan hamil 55 kg
Tinggi badan : 155 cm
Lila : 24 cm
1.4. Tanda – tanda vital :
TD : 110/70 mmhg
Suhu : 37 °C
Nadi : 102 kali / menit
RR : 24 kali / menit

2. Pemeriksaan Fisik
· Kepala : mesosepal
· Rambut : warna hitam, ikal, bersih dan tidak rontok.
· Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, simetris , reflek pupil ada, sekret tidak ada.
· Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada cairan yang keluar.
· Mulut : bibir kering, tidak ada caries gigi, rongga muut bersih.
· Telinga : simetris , bersih , tidak ada cairan yang keluar.
· Muka : Tidak oedema, pucat, tidak ada jerawat.
· Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
· Dada : Sietris , tidak ada massa , pergerakan teratur, terdapat retraksi.
· Mamae : Simetris , tidak ada benjolan yang patologis,
· Perut : ada bekas operasi laparatomi, tidak ada nyeri tekan pada gaster dan hepar.
· Genetalia : Bersih, tidak ada tanda- tanda PMS, keluar darah dari jalan lahir.
· Ekstremitas atas dan bawah : simetris , tidak ada oedema, kuku bersih, pucat , tidak ada
varises.
· Kulit : Warna sawo matang , Turgor kulit jelek.
· Tulang belakang : sedikit lordosis.
· Anus : Tidak ada hemoroid.

3. Pemeriksaan obstetri
3.1.inspeksi
· Muka : ada kloasma gravidarum
· Mamae : Areola mamae menghitam, kelenjar montegeomery terlihat, papila mamae
menonjol, kolostrum belum keluar, tidak ada cairan lain ,yang keluar.
· Perut : pembesaran perut melebihi usia kehamilan, terdapat linea alba, nigra, dan strie
gravidarum.
· Genetalia : keluar darah dari jalan lahir
3.2. Palpasi
· Leopold I : TFU 40 cm di atas simfisis. Teraba bagian bulat , lunak dan tidak melenting.
( Bokong )
· Leopold II : Di sisi kanan teraba tahanan memanjang dari atas ke bawah ( punggung). Di
sisi kiri teraba bagian – bagian kecil janin ( ekstremitas janin )
· Leopold III : Di bagian bawah teraba bulat, keras , melenting ( kepala ).
· Leopold IV : sudah masuk PAP.
3.3. Auskultasi
· Djj 0-0-0 ( 0 kali / menit )
3.4. Perkusi
· Reflek patela kanan dan kiri + / +

12
4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Dilaksanakan tanggal : 21 Januari 2011 jam : 18.15 WIB
Pemeriksaan Hb : 6 mg %

II. INTEPRETASI DATA


Diagnosa:
Ny. K, G1P0A0, usia 23 tahun , hamil 39 minggu Janin tunggal , mati , intra uterin, Letak membujur ,
presentasi kepala , puka Dengan ruptur uteri

Dasar :
Data subyektif :
1. Keluarga ibu menyatakan bahwa nama ibu Ny. K
2. Keluarga menyatakan ibu hamil pertama, belum pernah melahirkan, danbelum pernah keguguran.
3. Keluarga menyatakan usian ibu 23 tahun.
4. HPHT 21 April 2010 , HPL 28 Januari 2011
5. Keluhan : ibu menyatakan perutnya sakit sekali dan ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai
bawah dan di bahu dan ada darah yang keluar dari jalan lahir.

Data obyektif :
1. Pemeriksaan umum.
· Keadaan umum : lemah
· Tingkat kesadaran : somnolen
2. Tanda – tanda vital :
· TD : 110/70 mmhg
· Suhu : 37 °c
· Nadi : 102 kali / menit
· RR : 24 kali / menit
3. Pemeriksaan obstetri :
Inspeksi :
 Pernafasan dangkal, cepat dan kelihatan haus.
 Ibu terlihat syok.
 Kontraksi uterus hilang.
 Keluar perdarahan pervaginam.

Palpasi :
 Teraba krepitasi pada kulit perut.
 Nyeri tekan pada perut.
 Leopold : presentasi kepala, puka, letak membujur.

Auskultasi :
DJJ tidak terdengar lagi .

Pemeriksaan dalam :
Kepala janin dapat dengan mudah di dorong ke atas dan di sertai keluarnya darah pervaginam agak
banyak.

Katerisasi :
Terdapat hematuri
Masalah :
Tidak ada

Kebutuhan:
Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi syok hemorargic

13
IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA
Pemasangan cairn infus .

V. INTERVENSI
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan bayinya
2. Beri dukungan mental kepada ibu dan keluarga agar dapat menerima keadaan
3. Pasang cairan infus RL dengan jarun ukuran 16 dengan 40 tetes/menit.
4. Hubungi bank darah atau keluarga yang bersedia mendonorkan darahnya untuk transfusi darah
ibu.
5. Rujuk segera setelah keadaan ibu stabil.

VI. IMPLEMENTASI
Hari / tanggal : Jum’at , 20 Januari 2011 Jam : 18.05 WIB
1. Memberi informasi pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Memberi dukungan mental kepada ibu dan keluarga
3. Memasang cairan infus RL dengan jarum ukuran 16, 40 tpm.
4. Menghubungi keluarga untuk mencari donor darah dagi ibu
5. Merujuk ibu ke rumah sakit umum demak.

VII. EVALUASI
Hari / tanggal : jum’at, 20 Januari 2011 Jam : 18.25 WIB
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui keadaanya.
2. Ibu dan keluarga menerima keadaan ibu dan bayi
3. Keadaan umum ibu lebih baik dari sebelumnya.
4. Darah untuk transfusi telah tersedia dan telah di pasang.
5. Ibu telah di rujuk ke rumah sakit umum Demak

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

14
Ruptur uteri adalah robekan dinding uterus yang dapat terjadi saat periode antenatal
ketika induksi, persalinan, dan kelahiran atau bahkan selama stadium ketika persalinan saat
umur kehamilan lebih dari 28 minggu.
Ruptur uteri dapat disebabkan oleh dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya
pada bekas SC, kuratase, pelepasan plasenta secara manual dan tindakan persalinan lainnya,
serta kerena peregangan luar biasa pada rahim.
Untuk mencegah terjadinya ruptur uteri sebleum persalinan, penolong persalinan telah
melakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah ada tanda-tanda yang dapat menyebabkan
ruktur uteri. Bila telah teradi ruptur uteri maka lakukan penanganan shok terlebih dahulu
yairu pemberan cairan intravena, oksigen, transfusi darah, dan bila diagnosa telah ditegakkan
maka lakukan laparatomi (pembedahan).
Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu seorang bidan atau tenaga kesehtan
lainnya harus lebih cepat mendiagnosa dan menegakkan diagnosa, agar kematian ibu
karena ruptur uteri bisa berkurang di indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo, sarwono: Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 1976

Llewellyn-jones derek: Dasar-dasar Ilmu Kebidanan dan Kandungan, E/6: Jakarta.


Hipokrates,1998

Heller,Iuz: gawat darurat ginekologi obsetri, jakarta,GC,1991

O’grady , john patrick, et al:operative obsetric. Baltimore, williams and wiklins, 1995

Anda mungkin juga menyukai