Anda di halaman 1dari 26

Pengaruh Penambahan Motif Batik pada Produk Kulit terhadap

Ketahanan Kearifan Lokal

disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia

Pengampu: Rian Apriliani, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Latif Drajat Krisdiawati (1702018)

TPPK A

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK KULIT

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK NEGERI ATK YOGYAKARTA

2018

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Pengaruh Penambahan
Motif Batik pada Produk Kulit terhadap Ketahanan Kearifan Lokal” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh nilai dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan makalah


ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:

1. Rian Apriliani, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa


Indonesia Politeknik Negeri ATK Yogyakarta.
2. Teman-teman TPPK A 2017 atas pertemanan, bantuan dan
dukungannya.

3. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penulisan


makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna. Namun,


penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan selanjutnya, bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 26 Juni 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
ABSTRACT........................................................................................................................ v
ABSTRAK ..........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3
A. Kajian Teori ............................................................................................................ 3
1. Kearifan Lokal .................................................................................................... 3
2. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal........................................................................... 4
3. Seni Batik ............................................................................................................ 5
4. Produk Kulit ........................................................................................................ 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 9
A. Pembahasan............................................................................................................. 9
1. Proses Pembuatan Batik Kulit............................................................................. 9
2. Proses Pembuatan Produk Kulit ........................................................................ 12
3. Pengaruh Penambahan Motif Batik pada Produk Kulit .................................... 16
BAB IV SIMPULAN ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18
LAMPIRAN...................................................................................................................... 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kulit Batik Tulis.............................................................................................. 12


Gambar 2. Batik Kulit pada Tas........................................................................................ 15
Gambar 3. Batik Kulit pada Alas Kaki/Footwear ............................................................. 16

iv
ABSTRACT

Effect of Adding Batik Motif on Leather Products to Local Wisdom Resilience

Batik is not only made of cloth but also can be from leather to complete fashion
style. The purpose of this paper is to know the process of batik leather, the
manufacture of leather products from batik leather and to know the effect of the
addition of batik motifs on leather products to the resilience of local wisdom. The
result of batik leather process shows that 1) The process of making batik leather
done with the steps that is making the design consisting of making product design
and motive design, preparation of materials and tools, form management, cutting
the skin, decorate the skin by way of batik, diluting, and finishing. While the
process of applying the motive is done by batik. 2) The results of batik leather
design in the form of bags, shoes, sandals, belts, and bracelets. 3) The addition of
batik motif on leather products can contribute to preserve local wisdom.
Keywords: Batik leather, leather product, local wisdom.

v
ABSTRAK

Pengaruh Penambahan Motif Batik pada Produk Kulit terhadap Ketahanan


Kearifan Lokal

Batik tidak hanya terbuat dari kain tetapi juga bisa dari kulit untuk melengkapi
gaya busana. Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui proses batik kulit,
pembuatan produk kulit dari bahan batik kulit dan mengetahui pengaruh
penambahan motif batik pada produk kulit terhadap ketahanan kearifan lokal.
Hasil proses batik kulit menunjukkan bahwa 1) Proses pembuatan batik kulit
dikerjakan dengan langkah-langkah yaitu pembuatan desain yang terdiri dari
pembuatan desain produk dan desain motif, persiapan bahan dan alat, pemolaan
bentuk, pemotongan kulit, menghias kulit dengan cara dibatik, penyesetan,
perakitan, dan finishing. Sedangkan proses penerapan motif dilakukan dengan
cara dibatik. 2) Hasil perancangan batik kulit berupa tas, sepatu, sandal, ikat
pinggang, dan gelang. 3) Penambahan motif batik pada produk kulit dapat turut
andil melestarikan kearifan lokal.
Kata kunci: Batik kulit, produk kulit, kearifan lokal.

vi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekayaan budaya Indonesia sangat beragam di setiap penjuru daerah,
bahkan terdapat ciri khas yang menonjol sebagai identitas daerah tersebut.
Salah satu budaya Indonesia yang sudah tidak asing lagi di kalangan
masyarakat lokal maupun mancanegara yaitu batik. Batik secara resmi diakui
sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 2009. Pengakuan
tersebut menjadikan perkembangan industri batik semakin meningkat di
Indonesia. Jika awal kemunculan batik terbuat dari bahan dasar kain, kini
batik sudah mulai diaplikasikan pada kulit sapi samak.
Jenis kulit sapi yang dapat digunakan untuk membuat batik kulit yaitu
kulit sapi samak nabati dan khrom. Sebelumnya, bahan kulit sapi biasa
digunakan untuk membuat produk berupa dompet, tas, maupun ikat pinggang.
Permintaan pasar yang semakin tinggi menandakan bahwa produk kulit
semakin diminati oleh konsumen. Bahan dasar kulit diyakini lebih awet
dibandingkan dengan kulit imitasi. Selain itu, kulit asli juga dapat memberikan
kesan mewah pada sebuah produk. Model dari produk tersebut pun mengikuti
trend fashion yang berkembang setiap tahunnya. Perlu disadari bahwa trend
tersebut berasal dari luar yang kemudian dikembangkan di dalam negeri. Hal
itu dapat menyebabkan keaslian ciri produk dalam negeri lambat laun dapat
tersisihkan.
Inovasi dalam pembuatan produk kulit tentu diperlukan agar dapat
bersaing di pasaran namun tetap menampilkan identitas negeri. Kombinasi
anatara model terbaru dengan kearifan lokal yang ada di dalam negeri dapat
memberikan kesan unik dan khas. Pemilihan motif batik untuk ditambahkan
pada sebuah produk bertujuan agar terdapat variasi pada sebuah produk serta
dapat turut andil dalam melestarikan budaya sendiri.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan batik kulit?
2. Bagaimana proses pembuatan produk kulit menggunakan bahan batik
kulit?
3. Apa pengaruh penggunaan batik kulit pada produk terhadap ketahanan
kearifan lokal?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui proses pembuatan batik kulit.
2. Mengetahui proses pembuatan produk kulit menggunakan bahan batik
kulit.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan batik kulit pada produk terhadap
ketahanan kearifan lokal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah
bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan
mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak
dan kemampuan sendiri Wibowo (2015:17). Identitas dan kepribadian
tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat
sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah
satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan diri dari
kebudayaan asing yang tidak baik.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai
kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local
knowledge” atau kecerdasan setempat local genious Fajarini (2014:123).
Berbagai strategi dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga
kebudayaannya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Alfian (2013: 428) kearifan
lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai
strategi kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan
pendapat Alfian itu dapat diartikan bahwa kearifan lokal merupakan adat
dan kebiasan yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok
masyarakat secara turun temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan
keberadaannya oleh masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kearifan
lokal merupakan gagasan yang timbul dan berkembang secara terus-

3
4

menerus di dalam sebuah masyarakat berupa adat istiadat, tata


aturan/norma, budaya, bahasa, kepercayaan, dan kebiasaan sehari-hari.

2. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal


Haryanto (2014: 212) menyatakan bentuk-bentuk kearifan lokal
adalah kerukunan beragama dalam wujud praktik sosial yang dilandasi
suatu kearifan dari budaya. Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam
masyarakat dapat berupa budaya (nilai, norma, etika, kepercayaan, adat
istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus). Nilai-nilai luhur terkait
kearifan lokal meliputi cinta kepada tuhan, alam semester beserta isinya,
tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih
sayang dan peduli, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang
menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi,
cinta damai, dan persatuan.
Hal hampir serupa dikemukakan oleh Wahyudi (2014: 13) kearifan
lokal merupakan tata aturan tak tertulis yang menjadi acuan masyarakat
yang meliputi seluruh aspek kehidupan, berupa tata aturan yang
menyangkut hubungan antar sesama manusia, misalnya dalam interaksi
sosial baik antar individu maupun kelompok, yang berkaitan dengan
hirarkhi dalam kepemerintahan dan adat, aturan perkawinan antar klan,
tata karma dalam kehidupan sehari-hari. Tata aturan menyangkut
hubungan manusia dengan alam, binatang, tumbuh-tumbuhan yang lebih
bertujuan pada upaya konservasi alam. Tata aturan yang menyangkut
hubungan manusia dengan yang gaib, misalnya tuhan dan roh-roh gaib.
Kearifan lokal dapat berupa adat istiadat, institusi, kata-kata bijak, dan
pepatah (Jawa: parian, paribasan, bebasan dan saloka).

Selain berupa nilai dan kebiasaan kearifan lokal juga dapat berwujud
benda-benda nyata salah satu contohya adalah batik. Pada awalnya, batik
tulis hanya dikerjakan oleh putri-putri keraton sebagai pengisi waktu
luang, kemudian menyebar juga kepada abdi dalem atau orang-orang yang
dekat dengan keluarga keraton (Amri Yahya, 1971: 24). Batik sebagai
salah satu karya seni budaya bangsa Indonesia telah mengalami
5

perkembangan seiring dengan perjalanan waktu. Perkembangan yang


terjadi membuktikan bahwa batik sangat dinamis dapat menyesuaikan
dirinya baik dalam dimensi ruang, waktu, dan bentuk. Dimensi ruang
adalah dimensi yang berkaitan dengan wilayah persebaran batik di
nusantara yang akhirnya menghasilkan sebuah gaya kedaerahan, misalnya
batik Jambi, batik Bengkulu, batik Yogyakarta dan batik Pekalongan.
Dimensi waktu adalah dimensi yang berkaitan dengan perkembangan dari
masa lalu sampai sekarang. Sedangkan dimensi bentuk terinspirasi dan
diilhami oleh motif-motif tradisional, terciptalah motif-motif yang indah
tanpa kehilangan makna filosofinya, misal Sekar Jagat, Udan Liris dan
Tambal.

3. Seni Batik
Seni batik merupakan salah satu hasil kebudayaan yang dikenal
sejak nenek moyang. Batik sangat dikagumi bukan hanya karena
prosesnya yang rumit tetapi juga dalam motif dan warnanya yang unik dan
indah, yang sarat akan makna simbolik (Indarmaji, 1983: 123). Motif batik
tradisional kebanyakan bersifat monumental dari alam dan lingkungan
sekelilingnya. Hal tersebut merupakan imajinasi dari agama dan
kepercayaan senimannya yang biasanya anonim (Indarmaji, 1983: 12).
Faktor-faktor tersebut menyebabkan motif batik berbeda-beda di setiap
daerahnya.
Ada tiga faktor utama yang penting dalam metode pembatikan
yaitu pewarnaan batik, melepaskan lilin batik dan pencelupan lilin batik,
Berkembangnya industri batik menyebabkan efek multiplier untuk bidang
ekonomi dan sosial budaya di Indonesia. Jenis pola batik tradisional cukup
banyak, tetapi pola dan variasi sesuai dengan filosofi dan budaya masing-
masing daerah yang sangat beragam. Budaya khas bangsa Indonesia yang
begitu kaya telah mendorong gaya dan jenis batik tradisional dengan
kekhasan karakteristik sendiri (As Azhar et al, 2015; Steelyana, W.E, 2012
; Haryanto, and Sony Heru Priyanto, 2013).
6

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan


bahwa penggunaan kain batik oleh masyarakat menjadi tidak dapat
dipisahkan. Sejak masih ada di kandungan, lahir, remaja, dewasa menikah,
berumah tangga sampai meninggal dunia, batik selalu menyertai dalam
ritual-ritualnya. Pentingnya peranan batik ini dapat dipahami dari
seringnya kehadiran batik dalam berbagai kegiatan adat, tradisi dan ritual
budaya kehidupan masyarakat. Meski peranan batik berkaitan dengan adat
istiadat, namun tidak dipungkiri bahwa batik juga mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di era
globalisasi telah membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan
batik tradisional. Perubahan pola pikir masyarakat tentang proses produksi
membawa perubahan inovasi dalam proses pembuatan batik. Dahulu,
pembuatan batik hanya dilakukan dengan tangan, proses ini tentunya
memakan waktu yang cukup lama. Perkembangan teknologi mengubah
proses pembuatan batik dari tulis dan cap, lalu dilakukan dengan mesin
cetak. Batik yang dihasilkan bukanlah kain batik, tetapi tekstil bermotif
batik/batik printing.

4. Produk Kulit
Produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan,
sedangkan dalam ilmu marketing, produk adalah apapun yang dapat
ditawarkan ke pasar dan dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Produk berasal dari bahasa inggris yaitu product yang artinya sesuatu yang
diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya. Sawastha dan Irawan (1990:
165) berpendapat produk adalah suatu sifat kompleks, baik dapat diraba
maupun tidak diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise
perusahaan, pelayanan pengusaha dan pengecer, yang diterima pembeli
untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan.
Pendapat lain dari William J. Santon (1996: 222) mengatakan
bahwa pengertian produk dalam arti sempit adalah sekumpulan atribut
fisik secara nyata yang berhubungan dalam bentuk yang bisa
7

diidentifikasikan. Pengertian secara umum, produk adalah sekumpulan


atribut yang nyata dan tidak nyata yang di dalamnya tercakup warna,
harga, kemasan, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik dan pengecer
yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang dapat
memuaskan keinginannya.
Kulit samak adalah kulit ternak yang telah diproses secara kimia
dengan cara memasaknya dengan campuran bahan batu tawas, krom,
lemak, dan zat pewarna untuk bahan pakaian, sepatu, tas, dan sebagainya.
Pada prinsipnya penyamakan merupakan proses yang bertujuan untuk
mengubah kulit mentah yang bersifat tidak stabil, mudah rusak oleh
aktivitas mikroorganisme, fisis maupun khemis menjadi kulit tersamak
yang bersifat stabil, tahan terhadap pengaruh aktivitas tersebut.
Mekanisme penyamakan dimulai dari usaha memasukkan bahan
penyamak ke dalam jaringan serat kulit. Kemudian mengusahakan agar
terjadi ikatan kimia antara jaringan serat kulit dengan bahan penyamak.
Bahan penyamak yang ada di pasaran dan digunakan untuk
menyamak asalnya beragam. Ada yang berasal dari tumbuhan, mineral
(alumunium, khromium, zirkonium dll), dari minyak dan ada pula buatan
pabrik (syntan). Bahan penyamak ini apabila bereaksi dengan serat kulit
akan mengahsilkan kulit yang beragam sifat fisis atau khemisnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa produk
kulit merupakan barang yang terbuat dari kulit samak dan diperjualbelikan
untuk memuaskan keinginan pembeli.
Produk kulit dibagi menjadi tiga yaitu footwear, leather good, dan
leather craft. Footwear berupa sepatu atau sandal berfungsi untuk
melindungi telapak kaki agar tidak cedera dari kondisi lingkungan seperti
permukaan tanah, bebatuan, dll. Footwear biasanya digunakan untuk
keperluan resmi, casual, olahraga, dan kesenian. Berdasarkan tinjauan dari
sistem dan kontruksi footwear dibagi menjadi beberapa jenis yaitu sistem
lem, sistem paku, jahit pita, sol tunggal dan sol ganda. Leather goods yaitu
semua barang yang terbuat dari kulit tersamak. Produk yang dihasilkan
lebih mengutamakan kegunaannya. Leather goods dibagi menjadi dua
8

yaitu barang kulit seperti tas, dompet, ikat pinggang dan busana kulit
seperti rompi, jas resmi, jas casual, rok, celana serta gaun. Leather craft
merupakan kerajinan menggunakan bahan baku kulit samak, mentah
ataupun kulit sintetis. Produk ini memiliki nilai seni dan budaya, hasil
produk dari kulit mentah yaitu kap lampu dan kipas sedangkan dari kulit
tersamak seperti tas, jam dinding, dan kotak penyimpanan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pembahasan
1. Proses Pembuatan Batik Kulit
1.1 Bahan Kulit
Bahan yang digunakan dalam pembuatan batik kulit yaitu kulit
kras (crusht) sapi yang disamak nabati, khrom, atau kombinasi samak
nabati dan khrom. Kulit tersebut belum diproses finishing (pewarnaan
pelapisan lak), tetapi sudah di buffing (meratakan dan menghaluskan
permukaan).
1.2 Bahan Lilin/Malam Batik
Lilin batik terbuat dari paraffin, lilin lebah, gondorukem, dammar
mata kucing dan lemak hewan. Terdapat empat jenis lilin batik yaitu
malam carik, malam gambar, malam tembokan dan malam biron. Proses
pembuatan batik kulit menggunakan jenis malam tembokan.
1.3 Bahan Pewarna
Bahan pewarna yang digunakan untuk membatik adalah zat
pewarna naphtol. Zat pewarna naphtol termasuk golongan pigmen yang
banyak digunakan dalam proses membatik, karena kualitasnnya cukup
baik dan penggunaanya mudah, cepat, dan praktis.
1.4 Bahan Pembantu
Bahan pembantu sebagai bahan pendukung proses pembatikan,
seperti air bersih bensin sebagai pelepas lilin batik, dan sebagai bahan
pelapis (coating) pada akhir proses (finishing) digunakan larutan lak atau
fernis.
1.5 Alat Batik
Alat batik yang digunakan yaitu canting, wajan, kompor, saringan,
mangkok dan spon/busa, kuas, spet gun.
1.6 Proses Batik Kulit

9
10

Menurut Senen Cipto Wiyono, proses batik dibagi menjadi empat tahap
yaitu:

a. Pembutan pola pada kulit


Pembuatan pola dilakukan secara langsung diatas permukaan kulit
dengan menggunakan pensil yang tebal dan lunak agar tidak merusak
permukaan kulit.
b. Pelekatan lilin batik
Secara fisis, afinitas kulit terhadap lilin batik (panas) sangat besar.
Jadi lilin sudah melekat pada kulit akan sulit terlepas, meskipun
dengan bahan pembantu pelepas lilin. Untuk mengurangi afinitas
tersebut, sebelum proses pelekatan lilin berlangsung kulit terlebih
dahulu di basahi air, dengan cara ini lilin batik disamping masih
mempunyai daya rintang warna yang cukup baik, juga mudah lepas
pada waktu proses penghilangan lilin.
c. Pewarnaan
Pewarnaan menggunakan zat warna naphtol. Pewarnaan dilakukan
dengan cara dicolet dengan menggunakan kuas atau dapat pula di
semprot dengan larutan warna yang sedikit encer. Pewarnaan pada
batik kulit hanya dapat dilakukan secara coletan, kuasan, dan
semprotan. Hal tersebut disebabkan zat warna perintang hanya dapat
berfungsi pada satu permukaan saja. Apabila pewarnaan dilakukan
dengan cara pencelupan kemungkinan zat warna akan merembes dari
arah dalam kulit tersebut, akibatnya motif tidak jelas.
Zat warna naphtol termasuk golongan pigmen yang banyak
digunakan dalam proses pembatikan, karena kualitasnya cukup baik
dan cara pemakaiannya termasuk mudah. Pewarnaan dengan zat warna
naphtol ini melalui dua tahap tingkatan pekerjaan, karena zat warna ini
terdiri dari dua komponen yang masing-masing tidak dapat
memberikan warna, tapi bila sudah digabungkan akan terjadi warna.
Komponen pertama disebut naphtol dan komponen kedua disebut
garam diazo. Umumnya perbandingan antara naphtol dan garam diazo
adalan 1:2 atau 1:3.
11

Cara melarutkan naphtol:


 Naphtol dibuat dengan pasta TRO.
 Masukkan air panas (mendidih) dan aduk sampai rata.
 Masukkan kostik soda sambil diaduk rata sampai larutan
menjadi jernih.
 Setelah jernih tambahkan air dingin yang diperlukan sambil
diaduk rata.
 Larutan siap untuk pencelupan (larutan A)

Cara melarutkan garam diazo:

 Garam diazo dilarutkan dengan mengggunakan sedikit air


terlebih dahulu sampai larut.
 Tambahkan air dingin sesuai dengan keperluan sambil
sedikit diaduk rata.
 Larutan siap untuk pencoletan (larutan B)

Cara mencolet:

 Kulit yang sudah dibatk dibasahi terlebih dahulu dengan air


+ TRO (10 gr TRO dilarutkan dengan 10 lt air dingin)
sampai rata.
 Coletkan larutan naphtol (larutan A) dengan kuas sampai
rata, kemudian tiriskan.
 Kemudian coletkan larutan garam dengan diazo (larutan B)
dengan kuas sampai rata, di sini akan timbul warna,
kemudian tiriskan.
 Selanjutnya cuci dengan air dingin, kemudian keringkan.
d. Pelepasan lilin batik
Pelepasan lilin batik yang terlalu masuk kedalam kulit akan
mengakibatkan sulitnya menghilangkan lilin batik, untuk itu
diperlukan alat pembantu pelarut lilin batik, yang berupa bensin.
Pelepasan lilin batik dengan pelarut dikerjakan dengan membasahi
bagian dalam kulit dengan menggunakan bensin. Pelarut tersebut akan
12

menyebabkan lilin mencair pada permukaan yang menempel pada kult,


sehingga lilin dapat terlepas. Lepasnya lilin pada permukaan kulit
belum dapat sempurna untuk itu diperlukan alat pembantu yang berupa
plat logam yang tumpul yang dikerokkan pada permukaan kulit yang
masih berlilin.
e. Coating
Coating adalah pelapisan permuakan batik kulit dengan bahan
pelapis (larutan lak) dengan maksud untuk memperindah /
memperbaiki permukaan kulit batik. Coating dilakukan dengan cara
disemprot dengan menggunakan alat spet gun.

Gambar 1. Kulit Batik Tulis


2. Proses Pembuatan Produk Kulit
a. Pembuatan Pola
Pemolaan ini dilakukan dengan cara menggambar diayas kertas
karton sesuai dengan rancangan produk, kemudian memotong kertas
karton sesuai dengan desain produk yang telah direncanakan.
Pemotongan pola dilakukan menggunakan pisau cutter dan alat lainnya
seperti penggaris. Pola dibuat dengan detail dan diberi penjelasan
lengkap mengenai ukuran, bahan yang akan digunakan, pemotongan,
penyambungan maupun jahitan.
13

b. Pemotongan Kulit
Setelah pola produk ditentukan, langkah berikutnya adalah
pemotongan kulit sesuai dengan bentuk dan pola pemotongan
dilakukan dengan alat gunting, pemotongan lembaran kulit harus tepat
dan pola tersusun rapi pada permukaan kulit yang akan dipola agar
bagian kulit yang lain tidak terbuang percuma. Pada pemotongan ini
disisakan sekitar setengan sentimeter pada batas pingiran pola sebagai
batas jahitan.
c. Pemolaan Motif pada Kulit
Pemolaan ini bertujuan untuk memberikan gambaran pola-pola
motif batik yang akan dibatik pada kulit sebagai motif pada produk.
Pemolaan ini dilakukan dengan cara menempelkan kertas pola beserta
kertas karbon yang akan dipola, kemudian digambar dengan sedikit
ditekan dengan menggunakan pensil.
d. Proses Pembatikan
Proses pembatikan dilakukan dengan cara membasahi permukaan
kulit dengan menggunakan air, setelah itu baru dibatik. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar lilin batik mudah dihilangkan pada
waktu panghilangan malam.
e. Proses Pewarnaan
Proses pewarnaan dilakukan dengan cara pencoletan dan
penyemprotan dengan menggunakan bahan pewarna naphtol yang
telah disiapkan, pencoletan dilakukan dengan menggunakan kuas,
sedangkan penyemprotan dilakukan dengan menggunakan spet gun.
f. Penghilangan Lilin Batik
Pada bahan kulit penghilangan lilin batik dilakukan dengan cara
menekan dan menggulungkan lilin yang lain pada permukaan kulit
yang telah decanting dan diwarna karena apabila dilakukan dengan
pelorotan maka kulit akan mengkerut dan rusak.
g. Pelicinan Permukaan Kulit
Setelah seluruh lilin melekat pada permukaan kulit yang telah
dibatik dihilangkan, permukaan tersebut dilicinkan dengan cara
14

menggosokkan benda licin seperti gelas, sampai permukaan kulit


terasa licin. Hal ini dilakukan agar permukaan prosuk yang dibuat
tidak kasar.
h. Penyesetan
Penyesetan dikerjakan dengan cara menyerut kulit hingga tampak
agak tipis dengan menggunakan alat seset. Hal ini dilakuakn untuk
menguranngi ketebalan kulit pada bagian yang akan disambung atau
dilipat pada lipatan bahan yang menonjol. Penyesetan ini hanya
dilakukan pada komponen yang akan disambung atau dilipat.
i. Penjahitan
Sebelum proses penjahitan, terlebih dahulu dilakuakn proses
perakitan. Perakitan adalah menggabungkan komponan-komponen
yang sudah siap untuk menghasilkan produk. Perakitan ini dilakukan
dengan cara mengoleskan terlebih dahulu lem pada komponen yang
akan disambung, kemudian dijahit agar penyambungan komponen
produk lebih kuat
j. Penyelesaian Akhir
Sebagai tahap akhir pembuatan produk adalah tahap mengjilangkan
sisa-sisa lem, merapikan sisa benang jahitan dan merapikan produk.
Penghilangan sisa lem dilakuakn dengan cara memasukkan jarum pad
asisa lem agar tidak merusak permukaan produk. Agar penghilangan
sisa lem mudah dilakukan maka terlebih dahulu diolesi dengan bensin
untuk membasahi sisa lem yang telah mengering sehingga
mempermudah pengerjaan. Selanjutnya, rapikan sisa benang jahitan
dengan cara memotong dan membakar ujung benang agar terlihat rapi
dan jahitan tidak mudah lepas.
k. Pengkilapan Produk
Sebelum pengkilapan produk terlebih dahulu dilapisi dengan
menggunakan binder. Penggunaan binder ini bertujuan untuk melapisi
permukaan kulit yang telah dibatik agar tidak tergores. Setelah
pelapisan dengan binder, maka produk diangin-anginkan untuk
kemudian dikilapkan. Pengkilapan produk merupakan proses finishing
15

yang terakhir. Pengkilapan produk ini dilakukan dengan


menyemprotkan larutan lak pada produk, penyemprotan dilakukan di
tempat terbuka menggunakan spet gun.
l. Pemberian Aksen Hiasan
Untuk memperindah produk maka diberi tambahan aksen hiasan.
Pemilihan aksen hiasan dipilih hiasan yang memiliki sifat alami, indah,
dan menerik. Seperti batu, mote kayu, dan prada. Dari aksen hiasan
alami tersebut dipadukan dengan motif batik sehingga dapat
mewujudkan karya yang menarik dan sesuai dengan trend fashion
masa kini.

Gambar 2. Batik Kulit pada Tas


16

Gambar 3. Batik Kulit pada Alas Kaki/Footwear

3. Pengaruh Penambahan Motif Batik pada Produk Kulit

Penambahan motif batik pada bahan kulit lebih dipilih karena bahan
kulit memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bahan lain,
antara lain: kulit memiliki daya renggang yang sangat tnggi, memiliki daya
tahan terhadap robekan yang sangat tinggi, memiliki daya serap dan
menguapkan air, dan mempunyai kekuatan untuk mengatur suhu. Bahan
pewarna yang digunakan adalah naphtol, karena bahan pewarna naphtol
penggunaannya sangat mudah, cepat, dan praktis, serta daya tahannya yang
cukup bik terhadap sinar matahari dan gesekan. Perencanaan bentuk, motif
dan warna disesuaikan dengan mode masa kini. Bentuk dan hiasan mengarah
pada segi praktis dan artistik, terutama cara pemanfaatan bahan-bahan
tambahan yang memiliki sifat alami yang indah dan menarik, seperti batu,
mote kayu, dan prada. Hiasan-hiasan alami tersebut dipadukan dengan motif
batik sehingga tercipta karya yang menarik.

Penggunaan motif batik selain pada bahan kain juga bertujuan untuk
memperluas pemakaian batik. Batik nantinya tidak melulu soal adat istiadat
akan tetapi juga menjadi trend fashion khas Indonesia. Seperti yang sudah
diketahui, kulit sapi samak dapat diproduksi menjadi berbagai macam jenis
produk kulit, sehingga pengaplikasian batik ada pada barang jadi. Beberapa
17

jenis barang jadi yaitu gantungan kunci, dompet, tas, ikat pinggang, dan masih
banyak lagi. Penambahan motif batik pada kulit biasanya digunakan untuk
pembuatan dompet, tas maupun busana. Produk-produk tersebut tentunya
sudah tidak asing lagi di masyarakat.

Berdasarkan pengamatan terhadap pasaran produk kulit dikalangan


menengah keatas, produk kulit semakin tahun semakin diminati oleh
konsumen. Di Indonesia sendiri desain produk kulit tersebut menyesuaikan
trend dari luar sehingga kehilangan identitas diri. Inovasi terhadap produk
kulit diperlukan untuk terus mempertahankan kearifan lokal khas Indonesia.
Penambahan motif batik pada produk kulit dapat dijadikan sebagai salah satu
solusi, mengingat produk kulit saat ini produk kulit juga digunakan oleh
kalangan muda. Pemilihan motif batik yang sesuai dengan perkembangan
zaman dapat menarik perhatian kaum muda untuk menggunakannya.

Bertambahnya peminat pengguna produk kulit yang dikombinasikan


dengan batik dapat berpengaruh terhadap ketahanan kearifan lokal. Batik akan
terus lestari karena penggunaannya yang semakin umum di kalangan
masyarakat, terutama kaum muda. Batik yang sejak zaman nenek moyang
sudah ada menjadi tidak tergilas oleh perkembangan zaman. Baik masyarakat
lokal maupun manca negara akan lebih mengenal salah satu kearifan lokal
yang ada di Indonesia. Inovasi pada produk kulit tersebut sangat berpengaruh
pada kelestarian kearifan lokal.
BAB IV

SIMPULAN

Bahan pembuatan batik sekarang ini tidak hanya kain, tetapi juga bisa
menggunakan bahan kulit samak nabati atau khrom. Proses pembuatan batik kulit
melalui beberapa tahapan yaitu persiapan bahan kulit, persiapan bahan batik,
pemolaan batik pada kulit, pelekatan lilin batik, pewarnaan, pelepasan lilin batik,
dan coating. Batik yang dihasilkan merupakan batik tulis dengan proses
pewarnaan di colet dengan menggunakan kuas atau disemprot dengan cairan yang
encer.

Batik kulit yang sudah selesai diproses dapat dibuat menjadi produk kulit
meliputi tas, dompet, ikat pinggang, alas kaki, dan masih banyak lagi. Pembuatan
produk kulit menggunakan bahan batik kulit secara umum yaitu pembuatan pola,
pemotongan kulit, pemolaan motif pada kulit, proses pembatikan, proses
pewarnaan, penghilangan lilin batik, pelicinan permukaan kulit, penyesetan,
penjahitan, penyelesaian akhir, pengkilapan produk, dan pemberian aksen hiasan.
Penambahan aksen batik pada produk dapat meningkatkan nilai artistik pada
produk.

Beberapa hal terkait penambahan motif batik tersebut juga berpengaruh


terhadap ketahanan kearifan lokal. Peminat produk kulit yang setiap tahun
meningkat dapat dijadikan sebagai ajang pengelanan kekayaan alam Indonesia.
Penggunaan batik akan menjadi lebih umum tidak terpaku pada adat istiadat saja,
sehingga batik dapat terus lestari.

18
DAFTAR PUSTAKA

Galih, Bayu 2017. 2 Oktober 2009, UNESCO Akui Batik sebagai Warisan Dunia
dari Indonesia. [Online]. Tersedia di
https://nasional.kompas.com/read/2017/10/02/08144021/2-oktober-2009
unesco-akui-batik-sebagai-warisan-dunia-dari-indonesia. Diakses tanggal
19 Mei 2018.

Sutyasmi, Sri 2016. “Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak
Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat Fisis
dan Jaringan Kulit”. Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik
Ke-5. [Online]. Diakses dari
http://prosiding.bbkkp.go.id/index.php/SKKP/article/view/130/70 pada 1
Juni 2018.

Parmono, Kartini 2013. “Nilai Kearifan Lokal Dalam Batik Tradisional


Kawung” Jurnal Filsafat. [Online]. Diakses dari
https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/viewFile/13217/9459 pada 3 Juni
2018.

Samiyo, Joko 2017. “Tanning Pasca Tanning”. PPT. Mata kuliah pengetahuan
material. Ditayangkan tanggal 5 Desember 2017.

Mayasari, Ika. 2013. “Penerapan Batik pada Bahan Kulit untuk Pelengkap
Busana”. Skripsi S1. Jurusan Kriya Seni/Tekstil, Fakultas Sastra dan Seni
Rupa, UNS.

Purwanto, Irawan Satria. 2017. “Nilai-nilai “Dharma” Teks Cerita Mahabarata


Versi Novel Karya R. K. Narayan”. Skripsi S1. Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UMM.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai