“JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo memberikan
penjelasan mengenai dana insentif untuk pemegang Kartu Pra Kerja yang nantinya akan diluncurkan. Menurut Jokowi, insentif tersebut bukan berarti memberikan gaji kepada pengangguran. "Bukannya memberikan gaji pada yang nganggur. Jadi kalau ada isu itu harus bisa jawab," ujar Jokowi saat menjadi pembicara dalam Festival Satu Indonesia di Gedung Istora Senayan, Jakarta, Minggu (10/3/2019). Menurut Jokowi, Kartu Pra Kerja diberikan bagi anak-anak muda yang baru tamat dari sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, atau lulusan perguruan tinggi yang akan mencari kerja. Melalui kartu ini, para lulusan sekolah bisa mendapatkan program pelatihan keterampilan atau vocational training. Dengan begitu, lulusan sekolah atau perguruan tinggi bisa memiliki keterampilan untuk memudahkan mendapatkan pekerjaan. Menurut Jokowi, pemilik kartu tersebut mendapatkan dana insentif. Namun, waktunya terbatas, sekitar 6-12 bulan. "Ada insentif, tapi dalam kurun waktu tertentu. Ini untuk memacu supaya pemegang kartu ini bisa lebih semangat mendapatkan kerja. Bukan berikan gaji pada yang nganggur," kata Jokowi.” Menurut kutipan salah satu portal berita diatas dari program kartu pra-kerja yang dicanangkan oleh salah satu paslon pilpres 2019 menuai polemik yang terjadi di masyarakat pada saat ini. Masyarakat menganggap bahwa adanya perencanaan program kartu pra-kerja tersebut sangat kontroversial, banyak masyarakat yang meninjau dari aspek positif dan negatif dari adanya program kartu pra-kerja tersebut. Berdasarkan maksud diadakannya kartu pra-kerja tersebut, tujuan penerima manfaat dari program kartu pra-kerja menyasar pada lulusan SMA, SMK, dan lulusan perguruan tinggi. Dari hal tersebut muncul polemik diantaranya pada sistem pendidikan, dimana dengan diadakannya kartu pra-kerja tersebut menandakan ada yang salah pada sistem pendidikan dan kurang maksimalnya tujuan dari program pendidikan saat ini. Kondisi pendidikan saat ini lebih di dominasi pada upaya siswa/mahasiswa memperoleh nilai dibandingkan dengan potensi yang dimiliki nya. Dibuktikan dengan upaya siswa/mahasiswa yang mengandalkan segala cara untuk memperoleh nilai sebagai acuan keberhasilan dalam pendidikan, sehingga mengenyampingkan apakah siswa/mahasiswa tersebut memahami materi yang didapat dan ada juga tenaga pendidik yang menekankan bahwa tolak ukur keberhasilan pendidikan tertuju pada nilai yang tinggi, dan sikap tenaga pendidik yang kurang memperdulikan proses dan tingkat pemahaman yang diperoleh peserta didik. Akibat dari permasalahan dalam sistem pendidikan saat ini, banyak siswa maupun mahasiswa yang tidak mumpuni dalam urusan hardskill yang mereka miliki, akan tetapi dalam dunia kerja justru hardskill/kemampuan adalah yang dicari. Permasalahan yang lain adalah, kegaduhan masyarakat mengenai dana yang digunakan untuk program kartu pra-kerja tersebut. Dari pihak salah satu paslon menyatakan bahwa anggaran untuk program kartu pra kerja tersebut berasal dari dana APBN. Akan tetapi permasalahan nya yaitu untuk dana APBN masih dalam kondisi defisit, dan berbanding terbalik dengan kondisi jumlah angka pengangguran di Indonesia yang diangka 7 juta jiwa. Keresahan yang timbul adalah masyarakat tidak yakin bahwa APBN akan mampu menutupi anggaran kartu pra kerja, sedangkan untuk di sektor lain seperti pertahanan, pendidikan, dan kesehatan itu masih dikatakan kurang. Banyak masyarakat yang khawatir jika diadakannya program kartu pra kerja tersebut justru akan menjadi beban negara dan menimbulkan kembali utang indonesia yang semakin melonjak. Dalam pelaksanaan program kartu pra kerja itu sendiri akan menimbulkan masalah dimana pada saat pemberian pelatihan program tersebut, kita tidak tahu apakah penerima program kartu pra kerja terssebut memaksimalkan pelatihan dari kartu pra kerja tersebut atau hanya tergiur oleh insentif yang diberikan bagi penerima program kartu pra kerja tersebut. Jika hal tersebut terjadi, maka program kartu tersebut tidak mampu mengurangi permasalahan pengangguran di Indonesia.Dan akan menimbulkan kesenjangan sosial yang semakin tinggi antara penerima program dengan yang bukan penerima program. Dan juga tempat pelatihan (BLK) sebagai sarana pelaksanaan program kartu pra kerja mendapat sorotan, karena bentuk pelatihan yang tersedia di BLK itu saat ini tidak sesuai dengan yang dibutuhkan di dunia kerja. Seharusnya mutu pelatihan yang ada di BLK itu memiliki daya saing dan mampu diandalkan di dunia kerja. Permasalahan yang terjadi pasca pelaksanaan kartu pra kerja timbul sangat banyak, diantaranya apakah setelah penerima program kartu pra kerja menerima pelatihan dapat langsung kerja? Karena permasalahan yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya, kemudian apakah lapangan kerja yang tersedia saat ini mampu menampung para penerima program kartu pra kerja tersebut? Sedangkan pada fakta dilapangan, saat ini lapangan kerja sangat minim, justru terdapat isu bahwa banyak lapangan kerja yang diisi oleh tenaga kerja asing. Yang disebabkan oleh minimnya kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia yang kalah dengan Sumber Daya Manusia dari luar negeri. Serta adanya pandangan penyedia lapangan kerja yang menganggap bahwa tenaga kerja asli Indonesia tidak mampu bersaing dengan asing, yang mengakibatkan ketidakpercayaan terhadap tenaga kerja Indonesia. Pandangan masyarakat saat ini terhadap adanya rencana kartu pra kerja terbagi 2 sudut pandang, sudut pandang pertama ada yang menyetujui program tersebut, dan tidak meninjau semua aspek permasalahan yang terjadi, dan sudutpandang kedua yakni yang tidak setuju dengan adanya program kartu pra kerja tersebut dengan berbagai permasalahan yang menjadi aspek tinjauan masyarakat yang kontra terhadap kartu pra kerja. Untuk yang pro terhadap kartu pra kerja sendiri notabene di dominasi oleh masyarakat yang mendukung program dari paslon yang memiliki program tersebut, dan juga masyarakat yang berpendidikan rendah yang mudah tergiur oleh program kartu pra kerja karena dianggap mampu mensejahterakan masyarakat tanpa menimbang aspek negatif program tersebut. Untuk masyarakat yang kontra terhadap program tersebut, didomiasi oleh masyarakat yang sadar akan efek negatif yang timbul dari pengadaan kartu tersebut, yang diantaranya menambah beban negara dikarenakan dana yang digunakan berasal dari dana APBN yang saat ini adalah defisit, kemudian dikhawatirkan akan menambah beban utang negara karena program kartu pra kerja tersebut memerlukan dana yang besar dalam pengadaan nya mengingat masih banyak alokasi dana di sektor lain, dan akan timbul rasa terlena dengan insentif yang didapatkan dari program tersebut daripada berorientasi pada meningkatkan hardskill dan softkill penerima program karu pra kerja tersebut. DAFTAR PUSTAKA Abba Gabrillin. 2019. “Jokowi: Insentif Kartu Pra Kerja Bukan Berarti Gaji untuk Pengangguran” didalam https://nasional.kompas.com/read/2019/03/10/21305071/jokowi- insentif-kartu-pra-kerja-bukan-berarti-gaji-untuk-pengangguran (diakses pada 02 Mei 2019, pukul 23.10) Selfie Miftahul Jannah. 2019.” INDEF Ragukan Efektivitas Kartu Pra-Kerja Jokowi”. Didalam https://tirto.id/indef-ragukan-efektivitas-kartu-pra-kerja-jokowi-dlUR (diakses pada 03 Mei 2019, pukul 00.21)