Penulis
Nama : Kelompok 6
Niddia Raisa Marta (1313023058)
Novita Sari Fasihah (1313023060)
P.S. : Pendidikan Kimia
Mata Kuliah : Kimia Lingkungan
Dosen PJ : Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si.
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga tugas mata kuliah Kimia Lingkungan yang berjudul
“Identifikasi Boraks Pada Bakso” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan, baik secara isi
maupun bahasa yang digunakan di dialamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Percobaan ................................................................................. 2
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Boraks merupakan bahan yang dikenal untuk industri farmasi sebagai ramuan
obat misalnya salep, bedak, larutan kompre s, obat oles mulut dan obat
pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembersih,
pengawet kayu dan antiseptik kayu. Dewasa ini penggunaan boraks disalah
gunakan sebagai salah satu bahan pengenyal dalam makanan. Jika boraks
1
terdapat pada makanan maka dalam jangka waktu yang lama akan menumpuk
pada otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah yang banyak
dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan
berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit,
anemia, kejang, pingsan bahkan kematian.
Ada beberapa cara yaang digunakan untuk menguji kandungan boraks dalam
bakso salah satunya yaitu pengujian dengan menggunakan kunyit. Kunyit
dapat menyebabkan perubahan warna jika dicampur dengan zat -zat tertentu
seperti lemak dan minyak. Namun apakah kunyit dapat digunakan untuk
mendeteksi kandungan boraks dalam makanan perlu dilakukan pengujian.
Oleh karena itu pada makalah kali ini akan membahas tentang pengujian
boraks pada bakso.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia
natrium tetrabonat (NaB4O7 .10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika
larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat
antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan
untuk makanan. Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa
menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan
ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan shock
dan kematian. Efek akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak,
mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai
muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala.
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang
tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah
senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7.10H2O berbentuk kristal putih, tidak
berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah
menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).
Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Boraks merupakan srebuk kristal
lunak yang mengandung unsur boron, berwarna putih, tidak berbau, mudah larut
dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH: 9, 5. Boraks banyak digunakan dalam
berbagai industri non pangan khususnya industri keras, gelas, pengawet kayu, anti
septik kayu, keramik dan pengontrol kecoa.
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut:
jarak lebur sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air
3
mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air
bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat.
Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2).
Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau
granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).
Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang
menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya
dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan
juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau klorida pada
boraks. Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata yang
dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur,
semprot hidung dan salep luka kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum atau
digunakan pada bekas luka luas, karena beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno
dan Rahayu, 1994).
Beberapa uji kualitatif untuk boraks, antara lain: reaksi dengan H2SO4 dan
metanol pada abu sampel; reaksi kertas tumerik dan amonia dengan penambahan
H2SO4 dan etanol; dan reaksi H2SO4 pada larutan sampel. Reaksi dengan H2SO4
(P) dan metanol pada sampel yang telah diabukan dalam tanur akan menghasilkan
nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin 1%
dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang bersifat asam
akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi hijau tua
kehitaman (Balai Besar POM, 2007).
Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan sampel yang bersifat asam. Jika
terdapat Na2B4O7 atau H3BO3, maka kertas berwarna merah akan berubah
menjadi hijau biru terang (Cahyadi, 2008).
4
Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan asam dari sampel menghasilkan
coklat merah Intensif ketika kertas mengering, yang berubah menjadi hijau
kehitaman jika diberi larutan amonia; reaksi dengan penambahan H2SO4 dan
etanol pada sampel, akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar (Clarke, 2004).
Reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada larutan sampel dalam akuades bebas CO2
akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar; dan penambahan phenolftalein ke
dalam larutan sampel dalam akuades bebas CO2 menghasilkan warna merah yang
hilang dengan penambahan 5ml gliserol (British Pharmacopoeia, 1988).
Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada sampel yang telah disentrifugasi akan
menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan
kurkumin 1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang
bersifat asam akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi
hijau tua kehitaman ( Modifikasi Balai Besar POM, 2007).
Bakso merupakan produk dari protein daging, baik daging sapi, ayam ikan
maupun udang. Bakso dibuat dari daging giling dengan bahan tambahan utama
garam dapur (NaCl), tepung tapioka, dan bumbu berbentuk bulat seperti kelereng
dengan berat 25-30 gram per butir. Bakso memiliki tekstur kenyal seperti ciri
spesifiknya, kualitas bakso sangat bervariasi karena perbedaan bahan baku dan
bahan tambahan yang digunakan, proporsi daging dan tepung dan proses
pembuatannya (Widyaningsih, 2006).
5
atrial fibrilasi, syok dan asidosis metabolik. Kematian dapat terjadi setelah
pemaparan, akibat syok, depresi saraf pusat atau gagal ginjal.
3. Kontak dengan kulit: Eritrodemik rash (merah), iritasi dan gejala seperti
orang mabuk, deskuamasi dalam 3-5 hari setelah pemaparan.
4. Tertelan: mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, denyut nadi tidak
beraturan, nyeri kepala, gangguan pendengaran dan penglihatan, sianosis,
kejang dan koma. Keracunan berat dan kematian umumnya terjadi pada bayi
dan anak-anak dalam 1-7 hari setelah penelanan, sedangkan pada orang
dewasa jarang terjadi.
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
7
6. Menusukkan tusuk gigi yang telah ditusukkanpada kunyit pada sampel
yang akan diuji.
7. Amati perubahan warna yang terjadi pada tusuk gigi.
8. Apabila warnanya sama dengan pada tusuk gigi kontrol positif, maka
bahan makanan tersebut mengandung boraks.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil pengamatan pada percobaan kali ini ialah sebagai berikut:
9
6. Bakso daging sapi C Negatif (-)
7. Bakso daging sapi D Negatif (-)
8. Bakso daging sapi E Negatif (-)
9. Bakso daging sapi F Negatif (-)
10. Bakso daging sapi G Negatif (-)
10
4.2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami melakukan praktikum mengenai uji boraks pada
bakso. Praktikum kali ini kami menguji 10 sampel bakso yang terdii dari satu
bakso ikan, satu bakso ayam, satu bakso tusuk, dan tujuh bakso sapi yang
kami beli di tempat yang berbeda-beda. Pada pengujian boraks dalam
makanan ini ada empat jenis cara yang digunakan yaitu uji fisik, uji kunyit,
uji kertas tumerik, dan uji nyala api.
Percobaan pertama yaitu pengujian fisik sampel bakso. Bakso yang diduga
mengandung boraks adalah bakso yang warnanya agak terang dan hampir
menyerupai karet, agak kekuningan. Sedangkan yang tidak mengandung
boraks warnanya cenderung gelap. Jika dipantulkan ke lantai atau ke dinding,
maka bakso yang mengandung boraks akan memantul jauh. Namun,
pengujian ini agak sulit dilakukan untuk membedakan bakso yang
mengandung boraks dan bakso yang tidak mengandung boraks. Oleh karena
itu, perlu dilakukan uji yang lainnya.
Percobaan kedua yaitu pengujian dengan tusuk gigi kunyit. Hal pertama yang
harus dilakukan adalah membuat larutan standar (boraks) dengan cara
melarutkan 3 gram boraks dalam 10 ml akuades. Kemudian kunyit yang
sudah dibersikan ditusukkan tusuk gigi hingga warna kunyit melekat pada
tusuk gigi. Kemudian menusukkan tusuk gigi tersebut pada larutan boraks
dan warnanya berubah. Tusuk gigi ini dijadikan tusuk gigi standar. Kunyit
dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak kunyit tersebut
mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi adanya
kandungan boraks pada makanan karena kurkumin mampu menguraikan
ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat dan mengikatnya menjadi kompleks
warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin
kompleks. Apabila bakso atau makanan yang diuji mengandng boraks maka
warna tusuk gigi akan berubah menjadi merah kecoklatan.
11
Gambar tusuk gigi awal Gambar tusuk gigi dengan larutan
standar
Dari hasil percobaan, tidak ada uji postif pada setiap sampel dimana warna
tusuk gigi sampel tidk sama dengan tusuk gigi kontrol.
12
Gambar tusuk gigi setelah dikenai sampel
13
(Uji Positif) (Uji Negatif)
Pengujian dengan cara ini dilakukan karena boraks akan lebih mudah
diidentifikasi dalam bentuk cairannya. Dari hasil percobaan, tidak ada uji
postif pada setiap sampel dimana warna kertas saring sampel tidk sama
dengan kertas saring kontrol.
( Hasil uji )
14
Hasil dari uji sepuluh sampel didapatkan warna pada kertas saring tetap
kuning, hal ini menandakan kesepuluh sampel tersebut uji negatif terhadap
boraks.
Berikut adalah reaksi yang terjadi pada boraks dan kurkumin pada kunyit:
Percobaan keempat yaitu uji nyala api. Pengujian ini dilakukan dengan
membakar sampel yang sebelumnya telah ditetesi 10 ml larutan asam sulfat
pekat dan 2 ml methanol.
15
Berikut reaksi antara sampel yang mengandung boraks dengan asam sulfat
pekat:
Na2B4O7 + 2 H2SO4 + 5 H2O → 4 H3BO3↑ + 2 Na+ + S
Sampel yang diuji akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya hijau,
disebabkan oleh pembentukan metilborat. B(OCH3)3 atau etil borat
B(OC2H5)3 dan kedua ester ini beracun
16
Bakso D Bakso E Bakso F
Bakso Tusuk
Gambar hasil uji negatif boraks pada sampel
Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Boraks merupakan senyawa
kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat
(NaB4O7 .10H2O). Boraks merupakan srebuk kristal lunak yang mengandung
unsur boron, berwarna putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, PH: 9.
17
Rumus struktur boraks
Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi
natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Asam borat merupakan asam
lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83
berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan
tak berbau serta agak manis.
Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen,
bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air, juga biasa digunakan oleh
industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam salep, bedak, larutan
kompres, obat oles mulut, dan obat pencuci mata, juga digunakan dalam
industri keras, gelas, pengawet kayu, anti septik kayu, keramik, Bahan
berbahaya ini haram digunakan untuk makanan.
18
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Dosis tertinggi yaitu 10-20 gr/kg
berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak akan
menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu
dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat
badan anak-anak.
Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama. Akibat
yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah, diare, ruam
kulit, alposia, anemia dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila dikonsumsi
secara terus-menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus, kelainan
pada susunan saraf, depresi dan kekacauan mental. Dalam jumlah serta dosis
tertentu, boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran
pencernaan, ginjal, hati dan kulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran
pernapasan dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa.
19
j. Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit kepala
k. Kematian
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar POM. (2007). Instruksi kerja : Identifikasi Boraks Dalam Makanan.
Medan.
British Pharmacopoeia. 1988. British Pharmacopoeia, Volume I & II. London:
Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). Page 4788.
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Clarke, E. G. C., Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2004. Clarke’s
Analysis of Drugs and Poisons. London : Pharmaceutical Press.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Hal.
1083, 1084.
Khamid, I.R. (2006). Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.
Syah, D, DKK. 2005. Manfaat dan Bahaya Tambahan Pangan.
Bandung:Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Widyaningsih, D.T., Murtini, E.S. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada
Produk Pangan. Surabaya : Trubus Agriarana.
Winarno FG, Rahayu TS. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 1994.
Yustina et al. 2009. Pengaruh bleng, air merang, dan STPP terhadap sifat
organoleptik kerupuk puli rambak. BPTP Jawa Timur
22