Anda di halaman 1dari 25

IDENTIFIKASI BORAKS PADA BAKSO

(Tugas Mata Kuliah Kimia Lingkungan)

Penulis
Nama : Kelompok 6
Niddia Raisa Marta (1313023058)
Novita Sari Fasihah (1313023060)
P.S. : Pendidikan Kimia
Mata Kuliah : Kimia Lingkungan
Dosen PJ : Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si.

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga tugas mata kuliah Kimia Lingkungan yang berjudul
“Identifikasi Boraks Pada Bakso” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis juga mengucapkan terimakasih terhadap semua pihak, terutama kepada


Bapak Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Kimia Lingkungan yang telah membimbing penulis selama proses pembuatan
laporan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan, baik secara isi
maupun bahasa yang digunakan di dialamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.

Bandarlampung, 15 April 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Percobaan ................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Alat dan Bahan .................................................................................... 7
3.2. Prosedur Percobaan .............................................................................. 7

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Percobaan ................................................................................... 9
4.2. Pembahasan ........................................................................................ 11

V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daging merupakan bahan makanan yang sangat penting karena merupakan


sumber protein hewani. Banyak cara untuk mengolah daging sebagai bahan
makanan, salah satu olahan daging yang umum yaitu bakso. Bakso atau baso
merupakan jenis makanan olahan yang terbuat dari daging segar yang
dicincang yang dilengkapi oleh bumbu-bumbu. Banyak jenis bakso yang
dapat kita temui tergantung dari jenis daging yang digunakan, diantaranya
bakso sapi, bakso ayam, bakso ikan, dan lain-lain.

Para penjual bakso berlomba-lomba untuk memberikan penampilan yang


menarik agar jualannya laku terjual. Hal yang dapat dilakukan untuk
menambah tampilan bakso menjadi lebih menarik yaitu dengan cara
pemilihan bahan baku bakso yang berkualitas tinggi. Namun, dewasa ini
bakso sering ditambahkan boraks untuk mengenyalkan dan membuat
warnanya lebih bersih. Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BP-POM)
sering melakukan sidak ke berbagai tempat dan menemukan beberapa
makanan yang diberi bahan tambahan boraks.

Boraks merupakan bahan yang dikenal untuk industri farmasi sebagai ramuan
obat misalnya salep, bedak, larutan kompre s, obat oles mulut dan obat
pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembersih,
pengawet kayu dan antiseptik kayu. Dewasa ini penggunaan boraks disalah
gunakan sebagai salah satu bahan pengenyal dalam makanan. Jika boraks

1
terdapat pada makanan maka dalam jangka waktu yang lama akan menumpuk
pada otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah yang banyak
dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan
berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit,
anemia, kejang, pingsan bahkan kematian.

Berbahayanya boraks bagi tubuh manusia sudah banyak diketahui oleh


masyarakat umum, namun demikian belum banyak masyarakat yang
mengetahui cara mendeteksi boraks dalam makanan. Kebanyakan untuk
mengetahui kandungan boraks dalam makanan dilakukan melalui uji
labolatorium oleh praktisi akademis. Untuk itu perlu dilakukan upaya
penelitian mendeteksi kandungan boraks dalam makanan yang lebih
sederhana, mudah dan dapat dilakukan secara langsung oleh semua kalangan
masyarakat
.

Ada beberapa cara yaang digunakan untuk menguji kandungan boraks dalam
bakso salah satunya yaitu pengujian dengan menggunakan kunyit. Kunyit
dapat menyebabkan perubahan warna jika dicampur dengan zat -zat tertentu
seperti lemak dan minyak. Namun apakah kunyit dapat digunakan untuk
mendeteksi kandungan boraks dalam makanan perlu dilakukan pengujian.
Oleh karena itu pada makalah kali ini akan membahas tentang pengujian
boraks pada bakso.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuam dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya


kandungan boraks dalam beberapa sampel bakso dengan menggunakan
beberapa pengujian

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia
natrium tetrabonat (NaB4O7 .10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika
larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat
antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan
untuk makanan. Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa
menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan
ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan shock
dan kematian. Efek akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak,
mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai
muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala.
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang
tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah
senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7.10H2O berbentuk kristal putih, tidak
berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah
menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).

Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Boraks merupakan srebuk kristal
lunak yang mengandung unsur boron, berwarna putih, tidak berbau, mudah larut
dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH: 9, 5. Boraks banyak digunakan dalam
berbagai industri non pangan khususnya industri keras, gelas, pengawet kayu, anti
septik kayu, keramik dan pengontrol kecoa.
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut:
jarak lebur sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air

3
mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air
bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat.
Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2).
Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau
granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).

Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang
menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya
dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan
juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).

Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau klorida pada
boraks. Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata yang
dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur,
semprot hidung dan salep luka kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum atau
digunakan pada bekas luka luas, karena beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno
dan Rahayu, 1994).

Beberapa uji kualitatif untuk boraks, antara lain: reaksi dengan H2SO4 dan
metanol pada abu sampel; reaksi kertas tumerik dan amonia dengan penambahan
H2SO4 dan etanol; dan reaksi H2SO4 pada larutan sampel. Reaksi dengan H2SO4
(P) dan metanol pada sampel yang telah diabukan dalam tanur akan menghasilkan
nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin 1%
dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang bersifat asam
akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi hijau tua
kehitaman (Balai Besar POM, 2007).

Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan sampel yang bersifat asam. Jika
terdapat Na2B4O7 atau H3BO3, maka kertas berwarna merah akan berubah
menjadi hijau biru terang (Cahyadi, 2008).

4
Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan asam dari sampel menghasilkan
coklat merah Intensif ketika kertas mengering, yang berubah menjadi hijau
kehitaman jika diberi larutan amonia; reaksi dengan penambahan H2SO4 dan
etanol pada sampel, akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar (Clarke, 2004).

Reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada larutan sampel dalam akuades bebas CO2
akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar; dan penambahan phenolftalein ke
dalam larutan sampel dalam akuades bebas CO2 menghasilkan warna merah yang
hilang dengan penambahan 5ml gliserol (British Pharmacopoeia, 1988).

Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada sampel yang telah disentrifugasi akan
menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan
kurkumin 1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang
bersifat asam akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi
hijau tua kehitaman ( Modifikasi Balai Besar POM, 2007).

Bakso merupakan produk dari protein daging, baik daging sapi, ayam ikan
maupun udang. Bakso dibuat dari daging giling dengan bahan tambahan utama
garam dapur (NaCl), tepung tapioka, dan bumbu berbentuk bulat seperti kelereng
dengan berat 25-30 gram per butir. Bakso memiliki tekstur kenyal seperti ciri
spesifiknya, kualitas bakso sangat bervariasi karena perbedaan bahan baku dan
bahan tambahan yang digunakan, proporsi daging dan tepung dan proses
pembuatannya (Widyaningsih, 2006).

Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat


buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena
diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi
makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Boraks
tidak hanya diserap melalui pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan
menganggu enzim-enzim metabolisme.
Ada beberapa ciri Gejala Keracunan Boraks, antara lain sebagai berikut:
1. Keadaan umum: lemah, sianosis, hipotensi
2. Terhirup: iritasi membran mukosa, tenggorokan sakit, dan batuk, efek pada
sistem saraf pusat berupa hiperaktifitas, agitasi dan kejang. Aritmia berupa

5
atrial fibrilasi, syok dan asidosis metabolik. Kematian dapat terjadi setelah
pemaparan, akibat syok, depresi saraf pusat atau gagal ginjal.
3. Kontak dengan kulit: Eritrodemik rash (merah), iritasi dan gejala seperti
orang mabuk, deskuamasi dalam 3-5 hari setelah pemaparan.
4. Tertelan: mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, denyut nadi tidak
beraturan, nyeri kepala, gangguan pendengaran dan penglihatan, sianosis,
kejang dan koma. Keracunan berat dan kematian umumnya terjadi pada bayi
dan anak-anak dalam 1-7 hari setelah penelanan, sedangkan pada orang
dewasa jarang terjadi.

Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta


berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap
dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan,
boraks juga bisa diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan
disimpan secara kumulatif di dalam hati, otak, dan testis (buah zakar).
Dalam dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-
pusing, muntah, mencret, kram perut, dan lain-lain. Pada anak kecil dan bayi,
boraks sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika dosisnya mencapai 10-20
gram atau lebih (Yustina, 2009)

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penentuan boraks pada makanan


yaitu gelas kimia 25 ml 16 buah, batang pengaduk 3 buah, pipet tetes 10
buah, mortar dan alu 4 set, cawan porselen 10 buah, dan neraca analitik.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penentuan boraks pada makanan


yaitu ketas saring, tusuk gigi 10 buah, kunyit, aquades, boraks, sampel
(berbagai jenis bakso; bakso tusuk, bakso ikan, bakso ayam,dan bakso daging
sapi), H2SO4 pekat, dan methanol.

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum pengujian boraks pada bakso
adalah sebagai berikut:
A. Uji Kurkumin (metode kunyit)
1. Melarutkan 3 gram boraks dalam 10ml aquades sebagai larutan kontrol
2. Menusukkan tusuk gigi pada kunyit hingga warna tusuk gigi berubah
warna menjadi kuning
3. Masukkan tusuk gigi tersebut dalam larutan kontrol, sehingga warna
tusuk gigi berubah. Tusuk gigi ini digunakan sebagai tusuk gigi
kontrol positif.
4. Menusukkan tusuk gigi yang berbeda pada kunyit hingga warna kunyit
menempel pada tusuk gigi
5. Menaruh tiap sampel bakso pada gelas kimia yang berbeda, serta diberi
label pada tiap sampel

7
6. Menusukkan tusuk gigi yang telah ditusukkanpada kunyit pada sampel
yang akan diuji.
7. Amati perubahan warna yang terjadi pada tusuk gigi.
8. Apabila warnanya sama dengan pada tusuk gigi kontrol positif, maka
bahan makanan tersebut mengandung boraks.

B. Uji Kertas Tumerik (metode kunyit)


1. Pertama-tama kupas kunyit, haluskan dan tambahkan 15 ml aquades.
2. Saringlah menggunakan kertas saring.
3. Kemudian, celupkan potongan kertas saring ke dalam cairan kunyit
tersebut dan keringkan.
4. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik.
5. Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan
melarutkan 1 gram boraks ke dalam 15 ml aquades.
6. Teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan.
7. Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan
tersebut akan dipergunakan sebagai kontrol positif.
8. Tumbuklah masing-masing sampel yang akan di uji hingga halus, dan
letakkan dalam gelas kimia 25 ml.
9. Larutkan sampel dalam 15 ml aquades dan saringlah menggunakan
kertas saring.
10. Berilah label pada tiap gelas kimia agar sampel tidak tertukar.
11. Teteskan filtrat dari sampel yang diuji tersebut pada kertas tumerik
12. Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas tumerik.
13. Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif,
maka bahan makanan tersebut mengandung boraks.

C. Uji Nyala Api


1. Gerus / hancurkan 3 gram sampel dalam cawan / mangkok porselen
2. Tambahkan 10 tetes H2SO4 pekat dan 2 ml metanol
3. Bakar dengan api.
4. Nyala api yang timbul akan berwarna hijau jika mengandung boraks

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Adapun hasil pengamatan pada percobaan kali ini ialah sebagai berikut:

1. Tabel Hasil Identifikasi Ciri-Ciri Fisik

No Sampel Warna Daya pantul


1 Bakso ikan Putih keruh Tidak mantul
2 Bakso ayam Kuning Tidak mantul
3 Bakso tusuk Putih keruh Tidak mantul
4 Bakso daging sapi A Abu-abu gelap Mantul
5 Bakso daging sapi B Abu-abu gelap Tidak mantul
6 Bakso daging sapi C Abu-abu gelap Tidak mantul
7 Bakso daging sapi D Abu-abu gelap Tidak mantul
8 Bakso daging sapi E Abu-abu gelap Tidak mantul
9 Bakso daging sapi F Abu-abu gelap Tidak mantul
10 Bakso daging sapi G Abu-abu gelap Tidak mantul

2. Pengujian Boraks Menggunakan Kunyit


No Sampel Hasil Pengujian
1. Bakso ikan Negatif (-)
2. Bakso ayam Negatif (-)
3. Bakso tusuk Negatif (-)
4. Bakso daging sapi A Negatif (-)
5. Bakso daging sapi B Negatif (-)

9
6. Bakso daging sapi C Negatif (-)
7. Bakso daging sapi D Negatif (-)
8. Bakso daging sapi E Negatif (-)
9. Bakso daging sapi F Negatif (-)
10. Bakso daging sapi G Negatif (-)

3. Pengujian Boraks Menggunakan Kertas Tumerik


No Sampel Hasil Pengujian
1. Bakso ikan Negatif (-)
2. Bakso ayam Negatif (-)
3. Bakso tusuk Negatif (-)
4. Bakso daging sapi A Negatif (-)
5. Bakso daging sapi B Negatif (-)
6. Bakso daging sapi C Negatif (-)
7. Bakso daging sapi D Negatif (-)
8. Bakso daging sapi E Negatif (-)
9. Bakso daging sapi F Negatif (-)
10. Bakso daging sapi G Negatif (-)

4. Pengujian dengan Metode Nyala Api


No Sampel Hasil Pengujian
1. Bakso ikan Negatif (-)
2. Bakso ayam Negatif (-)
3. Bakso tusuk Negatif (-)
4. Bakso daging sapi A Negatif (-)
5. Bakso daging sapi B Negatif (-)
6. Bakso daging sapi C Negatif (-)
7. Bakso daging sapi D Negatif (-)
8. Bakso daging sapi E Negatif (-)
9. Bakso daging sapi F Negatif (-)
10. Bakso daging sapi G Negatif (-)

10
4.2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami melakukan praktikum mengenai uji boraks pada
bakso. Praktikum kali ini kami menguji 10 sampel bakso yang terdii dari satu
bakso ikan, satu bakso ayam, satu bakso tusuk, dan tujuh bakso sapi yang
kami beli di tempat yang berbeda-beda. Pada pengujian boraks dalam
makanan ini ada empat jenis cara yang digunakan yaitu uji fisik, uji kunyit,
uji kertas tumerik, dan uji nyala api.

Percobaan pertama yaitu pengujian fisik sampel bakso. Bakso yang diduga
mengandung boraks adalah bakso yang warnanya agak terang dan hampir
menyerupai karet, agak kekuningan. Sedangkan yang tidak mengandung
boraks warnanya cenderung gelap. Jika dipantulkan ke lantai atau ke dinding,
maka bakso yang mengandung boraks akan memantul jauh. Namun,
pengujian ini agak sulit dilakukan untuk membedakan bakso yang
mengandung boraks dan bakso yang tidak mengandung boraks. Oleh karena
itu, perlu dilakukan uji yang lainnya.

Percobaan kedua yaitu pengujian dengan tusuk gigi kunyit. Hal pertama yang
harus dilakukan adalah membuat larutan standar (boraks) dengan cara
melarutkan 3 gram boraks dalam 10 ml akuades. Kemudian kunyit yang
sudah dibersikan ditusukkan tusuk gigi hingga warna kunyit melekat pada
tusuk gigi. Kemudian menusukkan tusuk gigi tersebut pada larutan boraks
dan warnanya berubah. Tusuk gigi ini dijadikan tusuk gigi standar. Kunyit
dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak kunyit tersebut
mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi adanya
kandungan boraks pada makanan karena kurkumin mampu menguraikan
ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat dan mengikatnya menjadi kompleks
warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin
kompleks. Apabila bakso atau makanan yang diuji mengandng boraks maka
warna tusuk gigi akan berubah menjadi merah kecoklatan.

11
Gambar tusuk gigi awal Gambar tusuk gigi dengan larutan
standar

Dengan menggunakan tusuk gigi yang berbeda pada sampel, menusukkan


tusuk gigi pada kunyit kemuddian menussukkannya pada sampel bakso.
Mengamati perubahan warna yang terjadi. Jika warna tusuk gigi sampel sama
dengan tusuk gigi standar maka dapat dikatakan sampel mengandung boraks.

Gambar tusuk gigi sebelum dikenai sampel

Dari hasil percobaan, tidak ada uji postif pada setiap sampel dimana warna
tusuk gigi sampel tidk sama dengan tusuk gigi kontrol.

12
Gambar tusuk gigi setelah dikenai sampel

Percobaan ketiga yaitu pengujian menggunakan kertas tumerik (kertas


kunyit). Langkah pertama yaitu membuat kertas standar. Caranya dengan
meneteskan ekstrak kunyit pada kertas saring hingga berwarna kuning dan
mengeringkannya, kemudian menetaskannya dengan larutan boaks, maka
warna kertas saring menjadi merah kecoklatan. Kertas saring ini digunakan
sebagai kertas standar. Untuk menguji setiap sampel, maka setiap sampel
harus dibuat menjadi filtrate dengan cara melarutkan sampel bakso yang telah
dihaluskan terlebih dahulu ke dalam akuades dan di saring menggunakan
kertas saring. Kemudian meneteskan kertas saring dengan larutan kunyit.
Kemudian meneteskan sampel pada kertas saring tersebut. Mengamati warna
yang dihasilkan, jika warna kertas saring sampel sama dengan kertas saring
standar maka dapat idiidentifikasi sampel mengandung boraks.

13
(Uji Positif) (Uji Negatif)

Pengujian dengan cara ini dilakukan karena boraks akan lebih mudah
diidentifikasi dalam bentuk cairannya. Dari hasil percobaan, tidak ada uji
postif pada setiap sampel dimana warna kertas saring sampel tidk sama
dengan kertas saring kontrol.

( Hasil uji )

14
Hasil dari uji sepuluh sampel didapatkan warna pada kertas saring tetap
kuning, hal ini menandakan kesepuluh sampel tersebut uji negatif terhadap
boraks.

Berikut adalah reaksi yang terjadi pada boraks dan kurkumin pada kunyit:

Percobaan keempat yaitu uji nyala api. Pengujian ini dilakukan dengan
membakar sampel yang sebelumnya telah ditetesi 10 ml larutan asam sulfat
pekat dan 2 ml methanol.

Gambar sampel yang telah ditetesi asam sulfat

15
Berikut reaksi antara sampel yang mengandung boraks dengan asam sulfat
pekat:
Na2B4O7 + 2 H2SO4 + 5 H2O → 4 H3BO3↑ + 2 Na+ + S

Sampel yang diuji akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya hijau,
disebabkan oleh pembentukan metilborat. B(OCH3)3 atau etil borat
B(OC2H5)3 dan kedua ester ini beracun

H3BO3 + 3 CH3OH → B(OCH3)3↑ + 3 H2O

Gambar uji positif boraks


Namun, dari hasil percobaan keseluruh sampel tidak ada yang menunjukkan
warna nyala hijau melainkan hanya muncul warna merah. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh sampel negatif terhadap kandungan boraks.

Bakso A Bakso B Bakso C

16
Bakso D Bakso E Bakso F

Bakso G Bakso Ayam Bakso Ikan

Bakso Tusuk
Gambar hasil uji negatif boraks pada sampel

Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Boraks merupakan senyawa
kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat
(NaB4O7 .10H2O). Boraks merupakan srebuk kristal lunak yang mengandung
unsur boron, berwarna putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, PH: 9.

17
Rumus struktur boraks

Gambar kristal boraks

Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi
natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Asam borat merupakan asam
lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83
berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan
tak berbau serta agak manis.

Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen,
bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air, juga biasa digunakan oleh
industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam salep, bedak, larutan
kompres, obat oles mulut, dan obat pencuci mata, juga digunakan dalam
industri keras, gelas, pengawet kayu, anti septik kayu, keramik, Bahan
berbahaya ini haram digunakan untuk makanan.

18
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Dosis tertinggi yaitu 10-20 gr/kg
berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak akan
menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu
dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat
badan anak-anak.

Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan


makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional,
batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih, itu ilegal, pelaku
akan dipajara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram
pangan.

Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama. Akibat
yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah, diare, ruam
kulit, alposia, anemia dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila dikonsumsi
secara terus-menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus, kelainan
pada susunan saraf, depresi dan kekacauan mental. Dalam jumlah serta dosis
tertentu, boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran
pencernaan, ginjal, hati dan kulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran
pernapasan dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa.

Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga


seminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosistoksis. Gejala klinis
keracunan boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut.
a. Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret
b. Sakit kepala, gelisah
c. Penyakit kulit berat
d. Muka pucat dan kadang-kadang kulit kebiruan
e. Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah
f. Hilangnya cairan dalam tubuh
g. Degenerasi lemak hati dan ginjal
h. Otot-otot muka dan anggota badan bergetar diikuti dengan kejang-kejang
i. Kadang-kadang tidak kencing dan sakit kuning

19
j. Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit kepala
k. Kematian

20
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari laporan kali ini ialah sebagai berikut:


1. Penentuan adanya boraks pada makanan secara kualitatif dapat dilakukan
dengan uji fisik, uji kurkumin, uji kertas tumerik dan uji nyala api.
2. Dari hasil uji fisik, keseluruh sampel tidak ada yang diduga mengandung
boraks.
3. Kunyit dapat digunakan untuk menentukan adanya boraks pada makanan
karena kurkumin mampu menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam
borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa
disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin kompleks.
4. Dari hasil percobaan uji kurkumin kandungan boraks dalam sampel
benilai negative semua karena tidak ada kesamaaan warna pada tusuk gigi
sampel dengan tusuk gigi standar
5. Dari hasil percobaan uji kertas tautomerik kandungan boraks dalam
sampel benilai negative semua karena tidak ada kesamaaan warna pada
kertas saring sampel dengan kertas saring kontrol
6. Pengujian nyala api pada kandungan boraks dalam sampel benilai
negative semua karena tidak adanya warna nyala api hijau yang muncul
setelah sampel terbakar.
7. Penggunaan boraks apabila dikonsumsi secara terus-menerus dapat
mengganggu gerak pencernaan usus, kelainan pada susunan saraf, depresi
dan kekacauan mental.

21
DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar POM. (2007). Instruksi kerja : Identifikasi Boraks Dalam Makanan.
Medan.
British Pharmacopoeia. 1988. British Pharmacopoeia, Volume I & II. London:
Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). Page 4788.
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Clarke, E. G. C., Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2004. Clarke’s
Analysis of Drugs and Poisons. London : Pharmaceutical Press.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Hal.
1083, 1084.
Khamid, I.R. (2006). Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.
Syah, D, DKK. 2005. Manfaat dan Bahaya Tambahan Pangan.
Bandung:Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Widyaningsih, D.T., Murtini, E.S. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada
Produk Pangan. Surabaya : Trubus Agriarana.
Winarno FG, Rahayu TS. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 1994.
Yustina et al. 2009. Pengaruh bleng, air merang, dan STPP terhadap sifat
organoleptik kerupuk puli rambak. BPTP Jawa Timur

22

Anda mungkin juga menyukai