Bab I - 2 PDF
Bab I - 2 PDF
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor adalah kumpulan sel abdormal dalam tubuh yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh secara terusmenerus, tidak terbatas, dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan disekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh (Kusuma, 2011). Tumor Intra
Abdomen adalah pembengkakan atau adanya benjolan yang disebabkan oleh neoplasma
dan infeksi yang berada di abdomen berupa massa abnormal di sel-sel yang berpoliferasi
berguna.Tumor intra abdomen antara lain tumor hepar, tumor limpa , tumor lambung
atau usus halus, tumor kolon, tumor ginjal (hipernefroma), tumor pankreas. pada anak-
Indonesia prevalensi tumor atau kanker adalah4,3 per 1000 jiwa penduduk. Kejadian
tumor abdomen memiliki prevalensi cukup tinggi pada perawatan di rumah sakit.
Berdasarkan prevalensi kejadian tumor abdomen, yang paling sering terjadi pada pasien
yaitu menyerang bagian usus, (tumor kolon ), kemudian pada limfe dan sedikit terjadi
untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh (Nainggolan,
invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah
bagian yang akan ditangani ditampilkan, selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (2011) tercatat
di tahun 2013 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia yang telah
menjalankan tindakan operasi. Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2014 mencapai
1,2 juta jiwa. Proses insisi kulit pada prosedur operasi dapat menstimulasi
hipersensitivitas Sistem Saraf Pusat (SSP) dan nyeri dirasakan setelah prosedur operasi
Misalnya, sayatan atau luka menghasilkan trauma bagi pasien dan ini menyebabkan rasa
sakit. Nyeri post operasi merupakan reaksi kompleks pada jaringan yang terluka
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan kronis. Nyeri akut yaitu berupa
awitan yang secara tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi sedangkan pada nyeri kronis terjadi secara
konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung lebih dari 3 bulan (Herdman, 2015). Nyeri akut dapat disebabkan karena
cidera fisiologis (inflamasi, iskemia, neoplasma), kimiawi (terbakar, bahan kimia iritan),
fisik (abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latiahn fisik berlrbihan) (Herdman, 2015). Sakit pasca operasi, termasuk jenis nyeri akut,
dimana onset nyeri cepat bervariasi dalam intensitas (ringan sampai berat) dan
berlangsung dalam waktu singkat sampai akhirnya hilang dengan atau tanpa perawatan
setelah memulihkan keadaan pada area yang rusak (Potter & Perry, 2006).
The Royal Collage of Surgeons (RCS) melaporkan nyeri pasca operasi ditemukan
pada 30-70% pasien dengan derajat sedang sampai berat.. Penelitian Simarmata (2008)
level nyeri pasien operasi abdomen 15% nyeri berat dan 50% nyeri sedang. Hasil
penelitian tersebut sesuai dengan Meinhart dan McCaffery, 1999 dalam Potter & Perry,
2006 yang menyatakan bahwa nyeri akibat pembedahan dan trauma diklasifikasikan
sebagai nyeri akut yang intensitasnya bervariasi mulai dari yang ringan sampai dengan
berat. Penelitian oleh Holdcroft (2005) menunjukkan bahwa meskipun insidensi nyeri
pasca operasi telah berkurang 2% tiap tahun selama 30 tahun terakhir, namun 30%
pasien masih merasakan nyeri sedang dan 11% pasien lainnya mengeluhkan nyeri berat
agar pasien dapat melakukan tindakan pencegahan komplikasi post operasi (Powell, Phill
& Bruce, 2009). Tindakan penurunan nyeri post operasi yang bersifat alami dengan
menggunakan kemampuan pasien secara mandiri perlu dilakukan. Rasa sakit akut yang
tidak teratasi akan mempengaruhi kondisi tubuh termasuk denyut nadi dan tekanan
darah.Pemberian obat analgesik juga memiliki efek samping seperti mual, muntah dan
untuk mengatasi nyeri post operasi secara berkesinambungan sangat dibutuhkan pada
kondisi ini.
(EBN). EBN adalah penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil
penelitian secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang
pemberian asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll, 2006). Salah
satu EBN yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah dengan menggunakan
Terapi zikir dan relaksasi rahang terhadap respon nyeri pasien setelah operasi (Soliman
Terapi zikir dan relaksasi rahang dapat memberikan efek penyembuhan penyakit
jasmani dan rohani (Qadri, 2006). Pembacaan kalimat-kalimat zikir akan menambah
kekuatan iman dan memberikan ketentaraman hati dan suatu cara untuk selalu mengingat
allah SWT (Iffat & Arif, 2011). Penatalaksanaan nyeri akut melalui bacaan terapi zikir
dan relaksasi rahang dapat menstimulasi neuropeptide dan stimulasi pengeluaran opioid
endogen natural. Keterlibatan pasien post operasi dalam mengatasi nyeri secara aktif
melalui rangsangan terapi zikir dapat menurunkan ketegangan sistem saraf dan membuat
relaksasi (Peterson & Bredow, 2010). Secara ilmiah, pemberian zikir memberikan efek
relaksasi dan penyembuhan dilandasi dengan konsentrasi dan keyakinan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Izzat dan Arif (2011), bahwa dengan terapi bacaan ayat ayat allah dan
lantunan zikir akan memberikan efek penyembuhan jika yang mendengarkan memiliki
zikir kepada beberapa pasien di rumah sakit, 97% pasien merasa tenang dan memperoleh
penyembuhan penyakit dengan cepat. Riset ini dikuatkan oleh hasil penelitian dari
Amerika Utara (Elzaky, 2011) yang menyimpulkan 96% responden setelah berzikir
pasien menjadi lebih tenang dan gelombang otak mereka dari pergerakan cepat (12-13
db/ detik) menjadi lebih lambat (8-18 db/ detik) sehingga pasien merasa lebih nyaman.
Selain itu pada hasil penelitian Sodikin (2012) didapatkan bahwa terapi murottal
dapat menurunkan skala nyeri pasien post operasi hernia dengan hasil analisis
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna skala nyeri sebelum dan sesudah
diberikan terapi bacaan ayat-ayat allah,. Pada penelitian yang dilakukan Hidayah (2013)
didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi zikir terhadap nyeri pasien
post operasi fraktur ekstremitas.Penelitian oleh Rilla (2014) didapatkan hasil bahwa
terapi zikir efektif menurunkan tingkat nyeri dibanding terapi musik pada pasien pasca
bedah.
Pada studi pendahuluan awal yang dilakukan di bangsal bedah wanita RSUP Dr.
M. Djamil Padang, selama 3 bulan terakhir tercatat pasien dengan bedah abdomen
sebanyak 63 pasien. Dan dari data observasi pada tanggal 7 Agustus 2018 terdapat 22
pasien dengan masalah digestive yang 18 diantaranya dilakukan tindakan antara lain
dilakukan pada 3 pasien yang dilakukan open surgery abdomen di Bedah Wanita RSUP
Dr. M. Djamil Padang didapatkan bahwa pengalaman nyeri yang dirasakan pada awal
pasien sadar tidak begitu merasakan nyeri. Namun setelah beberapa jam setelahnya,
nyeri dirasakan semakin meningkat dengan puncak nyeri pada 6-7 jam setelah operasi.
Rata-rata nyeri pasien yaitu skala nyeri 6-7. Selama nyeri, pasien hanya melakukan
teknik nafas dalam yang diajarkan oleh perawat ruangan. Akan tetapi, teknik nafas dalam
tidak begitu memberikan dampak besar terhadap pengurangan nyeri pasien. Maka dari
itu, diperlukan pemberian terapi zikir dan relaksasi rahang dalam menurunkan intensitas
Hasil pengkajian pada Ny. R (45 tahun) dengan diagnosa medis Tumor Intra
mengeluhkan nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian tengah, nyeri dirasakan
terus-menerus, nyeri dirasa seperti diiris dan tertarik. Nyeri diperberat bila berpindah
posisi(miring kanan/ kiri). Dari data objektif yang ditemukan adalah pasien tampak
meringis, melindungi area yang nyeri, berhati – hati dalam bergerak, berfokus pada diri
sendiri dan sulit diajak komunikasi. Hasil pengukuran tanda-tanda vital didapatkan,
tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 101 x /menit, pernafasan 24 x/menit, suhu 38,7°C dan
skala nyeri 7. Selain data fokus yang didapat, Ny.R sesuai dengan kriteria inkusi yaitu
pasien usia >20 tahun, telah menjalani operasi abdomen, keluhan utama nyeri, tidak tuli,
dan menulis.
Dengan adanya data diatas maka dapat menjadi indikasi bahwa pasien perlu
diberi intervensi manajeman nyeri untuk mengurangi nyeri yaitu dengan terapi zikir dan
relaksasi rahang.
B. RUMUSAN MASALAH
Laparatomy Pada Ny.R Dengan Aplikasi Terapi Zikir dan Relaksasi Rahang dalam
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ilmiah akhir ini adalah untuk menganalisa pemberian
asuhan keperawatan Tumor Intra Abdomen post laparatomy pada Ny. R dengan
aplikasi Terapi Zikir dan Relaksasi Rahang di ruang bedah wanita RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan Laporan Ilmiah Akhir ini sebagai
berikut :
Padang.
Padang.
Padang.
Padang.
Based Nursing (EBN) pada pasien post operasi di Ruang Bedah Wanita RSUP
Hasil dari penulisan laporan ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
tentang masalah nyeri akut pada asuhan keperawatan denganpenerapan terapi zikir
dan relaksasi rahang melalui di Ruang Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Hasil dari penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai panduan dalam